MAKALAH PUTRI HAFIZA Salinan PDF
MAKALAH PUTRI HAFIZA Salinan PDF
MAKALAH PUTRI HAFIZA Salinan PDF
OLEH KELOMPOK 4 :
Dengan mnyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang , selain itu
kami juga memanjatkan puji syukur atas limpahan berkah dan hidayah-Nya, sehingga
penyelesaian makalah Pendidikan agama islam dengan judul “ Manusia dalam pandangan islam
bisa berjalan lancer. Kami juga berharap agar makalah ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi
para pembaca.
Kami juga menyadari bahwa kami masih memiliki banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyuunan kata,
sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran bagi seluruh pembaca.
Akhir kata Kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi
inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar makalah ini bisa menjadi
sumber informasi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
A. KESIMPULAN ................................................................................................................14
A. Latar Belakang
Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut
kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa Allah
menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.
Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah, kemudian
menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk Allah SWT yang
paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.
Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan
menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan
mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manusia dalam pandangan Islam ?
2. Apa saja karakter manusia dalam pandangan Islam ?
3. Bagaimana potensi yang dimiliki manusia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud manusia dalam pandangan Islam
2. Untuk mengetahui apa saja karakter manusia dalam pandangan Islam
3. Untuk mengetahui apa potensi yang dimiliki oleh manusia
BAB ll
PEMBAHASAN
ِ ُض َخل ِۡيفَة ؕ قَالُ ۡ ٓۡوا اَتَجۡ عَ ُل ف ِۡي َها َم ۡن ي ُّۡف ِسدُ ف ِۡي َها َويَسۡ ِفك
الد َما ٓۡ َء َونَحۡ ُن َ ۡ َوا ِۡذ قَا َل َربُّكَ ل ِۡل َملٓۡ ِٕٮ َك ِة اِن ِۡى َجا ِع ٌل فِى
ِ اۡل ۡر
َِس لَـكَؕ قَا َل اِن ۡ ِٓۡى اَ ۡعلَ ُم َما َۡل تَعۡ لَ ُم ۡون
ُ س ِب ُح ِب َحمۡ دِكَ َونُقَد َ ُن
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang
yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui." (al-Baqarah: 30)
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaan-
Nya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal
manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian
memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta
(ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat memakmurkan
dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di alam semesta ini.
Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan petunjuk Robbnya,
dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar dan tindakan yang benar,
hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan Allah kepadanya seperti
ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lain-lain. Maka, dengan semua sifat kemuliaan
dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan dan keterbatasan, Allah SWT
menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk menguji dan mengetahui mana yang
jujur, beriman dan dusta dalam beragama.
Manusia, di muka bumi ini mengemban tugas utama, yaitu beribadah dan mengabdi
kepada Allah SWT. Beribadah baik ibadah mahdoh yaitu menjaga hubungan manusia
dengan sang Maha Pencipta Allah SWT sedangkan ibadah ghaoiru mahdoh, merupakan
usaha sadar yang harus dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial yaitu menjaga
hubungan baik dengan sesama manusia.
Karena setiap ibadah yang dilakukan oleh manusia baik ibadah yang langsung
berkaitan dengan Allah atau ibadah yang berkaitan dengan sesama manusia dan alam,
pastilah mengandung makna filosofi yang mendalam dan mendasar untuk dipahami oleh
manusia, sengaja bekal untuk mempermudah menjalankan misi mulia yang diemban oleh
manusia.
Oleh karena itu, alam ini membutuhkan pengelolaan dari manusia yang ideal. Manusia
yang mempunyai sifat luhur seperti disebutkan pada ayat berikut ini: Syukur (Luqman: 31),
Sabar (Ibrahim: 5), Mempunyai belas kasih (at-Taubah: 128), Santun (at-Taubah: 114),
Taubat (Huud: 75), Terpercaya (al-A’raaf:18) , dan Jujur (Maryam: 54).
Maka, manusia yang sadar akan misi sucinya tersebut harus bisa mengendalikan hawa
nafsu dan tidak sebaliknya, diperbudak oleh hawa nafsu hingga tidak mampu menjalankan
tugas utamanya sebagai manusia.
“Bagi falsafah pendidikan khasnya, menentukan sikap dan tanggapan tentang insan
merupakan hal yang amat penting dan fital. Sebab insan unsur terpenting dalam tiap usaha
mendidik. Tanpa tanggapan dan sikap yang jelas tentang insan pendidikan akan meraba-
raba. Malah pendidikan itu sendiri dalam artinya yang paling asas tidak lain dan dari usaha
yang dicurahkan untuk menolong insan menyingkap dan menemui rahasia alam, memupuk
bakat dan persediaan semula jadinya mengarahkan kecendrungannya serta memimpinnya
demi kebaikan diri dan masyarakat. Usaha itu berakhir dengan berlakunya perubahan yang
dikehendaki dari segi sosial dan psikologis serta sikap untuk menempuh hidup yang lebih
berbahagia dan berarti”.
1. Manusia Yang Termulia Dalam Jagat Raya
Keyakinan bahwa manusia adalah mahluk termulia dari segenapmahluk dan wujud lain
yang ada di alam jagat ini. Allah SWT mengkaruniakan keutamaan yang membedakannya
dari mahluk lain. Dalam hal Islam memberikan perhatian yang berat terhadap insan. Al-
Syaibany (1979:104) Islam menerangkan dengan jelas segala aspek yang berhubungan
dengan insan di dunia dan akhirat. Islam menerangkan tentang sumber dan rahasia
wujudnya. Tentang ma’na hidup, tabiat hidup, ciri dan susunan- susunan kepribadiannya
baik fisik maupun mental dan mengarahkan segala persediaan semula jadi itu ke arah yang
berfaedah dan selaras dengan jalinan hubungannya dengan seluruh isi alam baik jin,
malaikat, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Perkataan insan telah disebutkan tiga kali dalam ayat yang mula-mula sekali turun
dalam Al-Qur’an surah Al’Alaq yang menerangkan pertama, menerangkan bahwa insan
itu dijadikan dari ‘alaq (segumpal darah), kedua, menerangkan ciri atau dayanya untuk
berilmu dan ketiga, mengingatkan bahwa insan itu boleh menjadi diktator apabila ia
bersifat congkak dan merasa tidak perlu lagi dengan penciptaannya atau menurut ajaran
penciptaannya. Semuanya itu ada dalam firman Allah Qs. Al-Alaq (96):1-8:
(ا ِ ْق َر أ ْ َو َر ب ُّ َك2) ( َخ ل َ َق ا ْ ِلْ ْن َس ا َن ِم ْن َع ل َ ق1) ا ِ ْق َر أ ْ ِب ا ْس ِم َر ِب َك ا ل ِذ ْي َخ ل َ َق
6) ( 5)مي ِْعل َِْم َ َِْ لِْنَساَنَمال ِ َِِذْي َعلََِ ِمِ باْلقَل
ْ ِِْ ( َعلََِ ِما4)َِم ِ (ال3( ) 3) (ا ْلْ َ ْك َر م
ُّ ْ
8)(اَ ِِِن ِالى َ ِربَكالرْ جعى7)(اَ ِْن راهاستَ ْغنى
Artinya : :
(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; (5) Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya; (6) Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas; (7) Karena dia melihat dirinya serba cukup; (8) Sesungguhnya Hanya
kepada Tuhanmulah kembali(mu).
Ayat yang menjelaskan tentang kejadian manusia umumnya adalah dalam kontek
memberi penghormatan atau supaya diambil i’tibar dari kejadian itu. Antaranya ada yang
melukiskan tentang kekuasaan Allah untuk membangkit atau menghidupkan kembali insan
itu dari kuburnya maka hendaklah manusia memperhatikan dari dia diciptakan.
ُ ض خ َ ل ِ ي ْ ف َ ة ۗ ق َ ا ل ُ ْو ٓۡ ا ا َ ت َ جْ ع َ ل ِ اۡل َ ْر ْ ك ل ِ ل ْ م َ ل ٰۤ ٮ ِٕ ك َ ة ِ ِ ا ن ِ يْ ج َ ا ع ِ ل ٌ ف ِ ى
َ ُّ َو ا ِ ذ ْ ق َ ا ل َ َر ب
سُ ِ ك َو ن ُ ق َ د َ ِ ف ِ ي ْ ه َ ا م َ ْن ي ُّ ف ْ س ِ د ُ ف ِ ي ْ ه َ ا َو ي َ س ْ ف ِ كُ ال د ِ م َ ا ٰۤ ء َ َو ن َ حْ نُ ن ُ س َ ب ِ ح ُ ب ِ ح َ مْ د
َك ۗ ق َ ا ل َ ا ِ ن ِ يْ ٓۡ ا َ ع ْ ل َ م ُ م َ ا َۡل ت َ ع ْ ل َ م ُ ْو ن
َ َل
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman “ sesungguhnya aku mengetahui apa yang kau
tidak ketahui “
3) Manusia Adalah Hewan Yang Berpikir
Dari pengerian tentang prinsip ini maka dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang
berkata-kata, perumpamaan itu oleh Al-Syaibany (1979:104) didefinisikan sebagai ciri
manusia yang yang asasi berdasarkan tanggapan Islam, maka kita akan dapati manusia
yang mempunyai ciri-ciri berikut:
Pertama, daya untuk bertutur. Daya ini menyatakan kemampuan insan untuk
berinteraksi dengan simbol, kata-kata atau bahasa yang punya arti. Ia menunjukan
kemampuan manusia untuk berfikir sendiri secara sadar, kemampuan mempersoalkan
status dan nasib diri sendiri. Kemampuan belajar terus menerus. Manusia juga
menunjukkan ciri-ciri akliah lainnya yang merupakan ciri kelainan insan dari binatang.
Suatu ciri yang berkaitan paling erat dengan kemampuan berbahasa ialah kemampuan
menjelaskan atau menerangkan akan maksud yang tersemat dalam hati atau fikiran.
Kedua, kecendrungan insan beragama, sebagaimana yang lumrah diketahui bahwa di
samping manusia mempunyai kemampuan bertutur dengan lambang lafal dan berfikir,
maka insan juga mempunyai kecendrungan beragama. Di sini jelas kalau diperhatikan
perasaan keagamaannya yang tertanam dalam lubuk hatinya. Kelihatan dengan
kecendrungannya beriman kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai
alam jagat. Perasaan keagamaan ini adalah naluri yang dibawa bersama ketika manusia
lahir. Dalam waktu yang sama hal ini juga membayangkan kebutuhan insan yang pokok
untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan.
Islam menekankan soal penghambaan manusia kepada Allah. Dalam waktu yang sama
Islam membebaskan manusia dari segala jenis penghambaan kepada mahluk yang lain.
Baik manusia memperhamba atau rela menjadi hamba sesama manusia atau manusia
menjadi hamba nafsu kelezatan atau benda semuanya sangat tercela menurut Islam. Islam
bertujuan merealisasikan penghambaan sang hamba kepada Tuhannya saja. Memberantas
penghambaan sesama hamba Tuhan.
Ketiga, kecendrungan moral. Kecendrungan ini mempunyai kaitan dengan ciri tentang
beragama. Pada hakikatnya manusia disamping mempunyai kecendrungan beragama, juga
mempunyai kecendrungan berakhlak. Ia mampu untuk membedakanyang baik dan yang
buruk. Fikirannya dapat menjangkau cara dan jalan mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Fikiran dapat menjangkau cara dan jalan mencapai tujuan-tujuan tersebut. Ia boleh
menguasai dorongan dalam dirinya, baik dengan meningkatkan karakternya atau
mengarahkan dorongan tersebut kebidang- bidang lain.
Keempat, kecendrungan bermasyarakat. Dalam kecendrungan ini yang mendorong
para ahli sosiologi menyifatkan manusia sebagai mahluk sosial yang berperadaban. Sebab
itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu menerjunkan dirinya dalam kehidupan
bermasyarakat. Manusia selalu menjalin hubungan baru dengan setiap pribadi kelompok.
Kekayaan sebenarnya ialah hasil suatu interaksi yang rasional antara insan dan alam
sekitar. Produksi pertanian adalah hasil interaksi antara insan dengan mesin pembajak,
melalui pembajakan tanah.
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat diketahui tentang hakikat manusia itu sebenarnya. Dengan
pengaruh dari lingkungan harus diselaraskan dengan perkembangan manusia agar
menjadi manusia seutuhnya. Dalam penjelasan Al-Qur’an sangat mengangkat derajat
manusia karena dengan beberapa potensi dan kelebihan yang dimilikinya. Sehingga harus
dibidik potensi tersebut agar dapat bermanfaat secara penuh. Dengan akal yang dimiliki
manusia maka harus mempergunakan dengan sebaik-baiknya. Sebab jika tidak
dipergunakan maka manusia akan sama seperti hewan seperi yang diutarakan oleh para
filsuf. Karena itu dapat disimpulkan bahwa Manusia dalam Pandangan Islam adalah
makhluk yang diberikan amanah oleh Allah swt dan wajib ditunaikan.
Manusia memiliki berbagai macam karakter, yang dengan karakter tersebut, antara
yang satu dengan yang lainnya menjadi kelebihan sekaligus kekurangannya. Potensi yang
dimiliki oleh manusia telah ada sejak ia lahir, sehingga potensi yang baik harus
ditumbuhkan dan dipelihara.