T1 - 1500024217 - Naskah Publikasi
T1 - 1500024217 - Naskah Publikasi
T1 - 1500024217 - Naskah Publikasi
Oleh:
Yova Aprilya Devinta
1500024217
FAKULTAS HUKUM
2019
JOURNAL
Written by:
1500024217
FACULTY OF LAW
2019
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR
13/PUU-XVI/2018 TENTANG PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR
24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL
TERHADAP PASAL 11 UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA 1945
(3) Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu ciri negara hukum yang dalam
pembatasan kekuasaan, dalam hal ini menjadi ide dasar paham konstitusional
modern. Oleh sebab itu negara hukum juga termasuk dalam negara
konstitusi.
2012: 52)
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Pasal 24C ayat (2) UUD 1945,
Selain pada Pasal 24C UUD 1945 Ketentuan lebih lanjut mengenai
undanganan terhadap peraturan, terdapat setidaknya ada tiga cara yang dapat
dilakukan oleh pihak itu sendiri terhadap produk hukum yang dikeluarkan
sinkron atau searah, dan juga konsisten serta adanya kepastian hukum untuk
dengan konstitusi dianggap tidak sah atau batal. Oleh karena itu, tidak dapat
untuk dijalankan.
UUD 1945, yang dapat dikatakan bahwa sistem konstitusi Indonesia telah
lembaga (tinggi) negara itu bersifat saling mengendalikan satu sama lain
sesuai dengan prinsip check and balances. (Jimly Ashiddiqie, 2013: 291-292)
lembaga dan agar dapat membangun sistem politik dan ketatanegaraan yang
demokratis. (Moh. Mahfud MD, 2011: 67) Sistem check and balances
(2), Pasal 10, Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
pengikatan diri terhadap perjanjian itu dilakukan oleh Pemerintah RI. Dalam
oleh Presiden dengan negara yang juga dikepalai oleh Presiden (Kepala
inisiatif untuk meneliti lebih dalam tentang permasalahan ini yang kemudian
Internasional ?
Nomor 13/PUU-XVI/2018 ?
C. PEMBAHASAN
Internasional
dan PPAT H. 236 Abu Jusuf, S.H., bertanggal 22 April 2002 juncto Akta
yang dalam hal ini diwakili oleh Rachmi Hertanti selaku Direktur Eksekutif
a quo adalah sejalan dengan tujuan angka (2) di atas guna memastikan
luas terhadap kehidupan rakyat sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) UUD 1945.
aktivitas Perkumpulan dan diwakili oleh pihak yang berhak bertindak untuk
Justice (IHCS), mendalilkan dirinya sebagai Organisasi, yang dalam hal ini
diwakili oleh Henry David Oliver selaku Ketua Eksekutif berdasarkan Pasal
Februari 2008. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan dalam Penjelasan
antara lain, bahwa fungsi Organisasi (Pemohon II) adalah membela korban
a quo relevan dengan tujuan dan aktivitas Perkumpulan dan diwakili oleh
(PemohonII).
sebagai organisasi massa petani yang didirikan dengan Akta Notaris Nomor
3 Notaris Reno Yanti bertanggal 6 Juli 2000 dan Akta Notaris Nomor 18
bertanggal 14 April 2008 Notaris Ny Soetati Mochtar, S.H., yang dalam hal
ini diwakili oleh Henry Saragih selaku Ketua Umum Badan Pelaksana
Pusat.
pada intinya, menciptakan tatanan agraria yang adil dan beradab. Guna
hukum maka, dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 51 ayat (1) huruf a
dengan tujuan didirikannya Organisasi SPI (Pemohon III) dan aktivitas yang
dan atas nama Pemohon III. Oleh karena itu, Mahkamah tidak memperoleh
Pelaksana Pusat berhak bertindak untuk dan atas nama Pemohon III dalam
Joyce Karnadi, S.H. dalam hal ini diwakili oleh Dwi Astuti selaku Ketua
Notaris Agus Madjid, S.H., menetapkan Dwi Astuti sebagai Ketua Pengurus
telah ternyata bahwa maksud dan tujuan Yayasan Bina Desa Sadajiwa
berdasarkan Akta Notaris Nomor 10 Notaris Agus Madjid, S.H., oleh karena
itu, dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 51 ayat (1) huruf a UU MK,
tidak menjelaskan siapa yang berhak bertindak untuk dan atas nama
(KIARA), yang dalam hal ini diwakili oleh Susan Herawati Romica selaku
kepentingan sama.
Notaris Haji Dana Sasmita, S.H. yang menaruh perhatian terhadap dinamika
menerangkan siapa yang berhak bertindak untuk dan atas nama Pemohon
VI, apakah hak demikian dimiliki oleh Susan Herawati Romica selaku
1994, yang dalam hal ini diwakili oleh Puspa Dewy selaku Ketua Badan
kepentingan sama.
Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hak Asasi Perempuan (HAP) yang utuh
laki dan perempuan yang setara, dimana keduanya dapat berbagi akses dan
kontrol atas sumber daya alam, sosial, budaya, ekonomi, dan politik secara
penjelasan dalam uraian Pemohon VII perihal siapa yang berhak bertindak
untuk dan atas nama Pemohon VII sehingga Mahkamah tidak memperoleh
berhak bertindak untuk dan atas nama Pemohon VII dalam pengajuan
Permohonan a quo;
and Democracy (FIELD), yang dalam hal ini diwakili oleh Widyastama
Akta Nomor 1 Notaris DRS. Zarkasyi Nurdin, S.H., bertanggal 1 Juni 2001.
bertindak untuk dan atas nama Pemohon VIII, termasuk untuk mengajukan
dalam hal ini diwakili oleh Mansuetus Alsy Hanu selaku Ketua Badan
tidak bisa mandiri di bidang ekonomi dan pangan. Dengan uraian demikian,
menurut AD/ART-nya, siapa yang berhak bertindak untuk dan atas nama
Pemohon IX, apakah Saudara Mansuetus Alsy Hanu selaku Ketua Badan
bagian dari) hukum nasional maka warga negara pun terikat oleh isi
impor garam meningkat dan hal itu dinilai menghambat hak mereka untuk
Permohonan a quo.
Indonesia sebagai titik tolak namun pada saat yang sama juga
presiden (saat ini dengan Peraturan Presiden). Adapun perihal pada tahapan
khususnya Konvensi Wina 1969 dan Konvensi Wina 1986. UUD 1945
berikut:
bertentangan dengan Pasal 11 ayat (2) UUD 1945 karena telah mengganti
hukum.
diatur dalam Pasal a quo adalah berkait langsung dengan kategori suatu
dari hukum nasional. Sementara itu, oleh karena menurut UUD 1945
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) UUD 1945 dan karena
hal yang di masa lalu tidak terlalu berdampak terhadap kepentingan dan
4) Terhadap dalil para Pemohon yang menyatakan Pasal 11 ayat (1) beserta
ayat (2) dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945, Mahkamah berpendapat oleh
karena dalil para Pemohon a quo berkorelasi dengan dalil para Pemohon
dengan Pasal 11 ayat (1) dan Penjelasan Pasal 11 ayat (1) UU 24/2000
Nomor 13/PUU-XVI/2018
Indonesia;
(LSM) dan 5 orang petani petambak garam yang tergabung dalam Tim
pasal itu dinilai bertentangan dengan UUD Tahun 1945 karena selama ini
perjanjian internasional.
dengan Pasal 11 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (1) UUD Tahun 1945.
28D ayat (1) UUD Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai “menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat terkait beban
frasa “menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
perjanjian internasional.
menurut hukum.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian analisa terhadap judul dan topik pembahas pada bab
kepentingan nasional Indonesia sebagai titik tolak namun pada saat yang
E. SARAN
undang/peraturan presiden.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Titik, Triwulan Tutik. (2011). Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945, Ed.1, Cet.2. Jakarta: Prenada Media.
Titik, Triwulan Tutik. (2006). Pokok-Pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Zainal, Arifin Hoesein. (2009). Judicial Review di Mahkamah Agung RI, Tiga
Dekade Pengujian Peraturan Perundangundangan. Jakarta: Raja
Grafindo.
Jurnal :
Efi, Yulistyowati, Endah Pujiatuti, & Tri Mulyani. (2016). Penerapan Konsep
Trias Politica dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia: Studi
Komparatif Atas Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Sebelum dan
Sesudah Amandemen. Jurnal Dinamika Sosial Budaya.
https://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb/article/download/580/390
Nanang, Sri Darmadi, (2015). Kedudukan Dan Wewenang Mahkamah Konstitusi
Dalam Sistem Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Hukum
Peraturan Perundang-Undangan
Konvensi Wina Tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional yang Dibuat Antar
Negara.
Konvensi Wina Tahun 1986 tentang Perjanjian Internasional antara Negara dan
Organisasi Internasional atau antar Organisasi Internasional.
Internet