Makalah Pembagian Hasil
Makalah Pembagian Hasil
Makalah Pembagian Hasil
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah MK ekonomi islam
DISUSUN OLEH
M. RIZKY ASSYAFI’I
LAMPUNG TIMUR
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Ruang
Lingkup Manajemen Sumber Dana Bank Syariah (Perhitungan Dana Bank)”. Penulisan makalah
ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah “Manajemen Bisnis Islam”.
Disamping itu makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana pembelajaran serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
Disamping itu penulis juga menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan,
baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu Tim penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikin makalah ini di masa yang akan datang.
Penyusun berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
para pembaca pada umumnya.
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
C. Tujuan Pembahasan........................................................................... 2
F. Deposito Mudharabah………………………………………………… 10
A. Kesimpulan ....................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Semua organisasi, baik yang berbentuk swasta, badan yang bersifat public ataupun
lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, tentu mempunyai tujuan sendiri-sendiri yang merupakan
motivasi dari para pendirinya. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industry,niaga dan
jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit).
Untuk mendapat keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien.
Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer dimanapun mereka berada, baik dalam
organisasi bisnis, pelayanan public, maupun organisasi kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah
pada falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah
dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktifitas funding untuk disalurkan
kepada aktifitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi
kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk
mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya
dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain terkait. Sebagaimana halnya dengan
bank konvensional,bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary)
antara satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana
(surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit).
Pokok –pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank syariah adalah
sebagai berikut :
1.Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relative murah
2.Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk memperoleh
pendapatan yang optimal.
3. Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapat memuaskan pemilik / pendiri dan laba
ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank syariah.
Ardrianto dan Firmansyah, Dr. M.Anang, Manajemen (implementasi teori dan praktek), ( Surabaya,2019).
Dari permasalahan yang ada diatas, maka manajemen dana mempunyai tujuan sebagai berikut :
3. Menyimpan cadangan
4. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas bagi seseorang
yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.
a. Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu pembiayaan untuk debitur serta
penempatan dana dibank atau investasi lain yang menghasilkan pendapatan.
b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan investasi (harta tetap).
a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah, infaq/shadaqah.
3. Pendapatan usaha keuangan bank syari’ah berupa bagi hasil atau mark updari pembiayaan yang
diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank syari’ah di bank.
4. Biaya yang harus dipikul oleh bank syari’ah yaitu biaya operasi, biaya gaji, manajemen, kantor
dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.
C. SUMBER DANA BANK SYARIAH
1. Dana sendiri
Dana sendiri disebut juga dengan dana pihak I yaitu merupakan dana yang dihimpun dari
pihak para pemegang saham bank atau pemilik bank. Dana Pihak I diantaranya modal
disetor, cadangan dan sisa laba.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga mempunyai peranan penting dalam tersedianya
dana bank. Keberhasilan bank dalam operasionalnya juga sangat ditentukan oleh keberadaan
DPK. Dana ini dihimpun dari masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro.
3. Dana pinjaman Dana pinjaman juga untuk bank yang sulit mencari sumber dana sendiri atau
dana pihak ketiga. Dalam memperoleh sumbersumber ini relatif membutuhkan waktu dan
bersifat sementara. Dana dari sumber ini akan digunakan untuk mendanai atau membayar
transaksi tertentu. Dana pinjaman ini bisa berasal dari pinjaman dari bank lain di dalam
negeri, pinjaman dari bank lain di luar negeri, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank
dan dari obligasi. Selain itu sumber dana pada bank syariah juga bisa diuraikan sebagai
berikut:
Modal inti ini merupakan representasi dari kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan.
Modal dapat diartikan sebagai kekayaan bersih (net worth) yaitu selisih antara nilai aset dikurangi
dengan nilai kewajiban (liabilities). Sedangkan modal inti adalah modal sendiri yang berasal dari
pemilik bank atau para pemegang saham bank. Modal inti (core capital) terdiri dari:
b) Agio/ tambahan saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham.
d) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba ditahan dengan persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham Tahunan.
e) Cadangan tujuan, yaitu bagian dari laba bersih yang digunakan untuk tujuan tertentu dengan
persetujuan RUPS.
f) Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang tidak dibagikan atas persetujuan oleh
Rapat Umum Pemegang Saham.
g) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan
penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Besarnya laba tahun lalu yang
diperhitungkan sebanyak 50% sebagai modal inti.
h) Laba tahun berjalan, yaitu laba kotor yang dipdapatkan selama tahun berjalan.
3) Titipan (wadiah) atau simpanan tanpa imbalan Wadi’ah berarti meninggalkan atau meletakkan
yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sementara itu secara istilah
wadiah adalah memberi kuasa kepada orang lain untuk menjaga hartanya ataupun barangnya yang
merupakan titipan murni dan barang atau harta yang dititipkan dapat diambil sewaktu-waktu
pemiliknya. Prinsip wadiah dibagi menjadi dua jenis wadiah .wadi’ah ah yad al-amanah dan
wadiah yad adh-dhamamah.
Wadi’ah ah yad al-Amanah adalah akad menitipkan barang/uang dimana pihak penerima
titipan tidak diperbolehkan memanfaatkan barang/uang yang dititipkan dan pihak penerima titipan
tidak bertanggungjawab barang titipan tersebut terjadi kerusakan selama tidak diakibatkan
perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Sedangkan Wadiah yad adh-dhamamah yaitu, akad
menitipkan barang/uang dimana pihak penerima titipan boleh memanfaatkan barang/uang yang
dititipkan. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan barang titipan menjadi hak penerima titipan.
Sri Mulyani dan Siti Jamilah “Implementasi Manajemen Dana pada Bank Syariah” Volume 3, Nomor 1 / Januari 2022,44-47
D. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil
Ada tiga mekanisme yang dikenal dalam perhitungan bagi hasil pada bank syariah, yakni:
a. Profit Sharing mechanism, yaitu perhitungan bagi hasil dengan menggunakan metode bagi
untung (profit).
Contoh perhitungan : Profit = Revenue-(tax + fix cost + variable cost).Jadi yang dibagi adalah
keuntungan bersih (net profit).
=10,923
Menghitung Bagi hasil nasabah;Jika nasabah A memiliki tabungan ceria dengan nisbah bagi hasil
0,3 : 0,7 (yang lebih di sebutkan adalah porsi nasabah) dan saldo rata-rata selama bulan maret
sebesar 10 juta, maka bagi hasil nasabah A adalah:Bagi hasil nasabah A = Saldo Rata-rata x
nisbah x HI 1000 / 1000 = 10.000.000 X 0,3 X 10,923 / 1000= Rp.32.769
b. loss sharing mechanism, yaitu perhitungan bagi hasil dimana keuntungan bersih (net profit)
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal, sedangkan dalam ha kerugian (loss) kedua
pihak ikut menanggung kerugian secara finansial sesuai dengan penyertaan modalnya masing-
masing. Metode ini dipakai, khususnya dalam produk pembiayaan berdasarkan akad
musyarokah.Ada beberapa alasan kenapa tidak memakai perhitungan secara profit sharing oleh
Bank Syariah.
a. Bila dihitung berdasarkan pendapatan bersih maka kemungkinan bagi hasil yang diterima
pemilik dana (shahibul maal) akan semakin kecil dan ini akan berdampak, apabila suku bunga
pasar lebih tinggi, pada turunnya minat masyarakat untuk menyimpan uang di Bank Syariah.
b. Bila Bank Syariah memakai mekanisme profit sharing, maka bank harus menyisihkan sebagian
keuntungannya untuk mensubsidi pendapatan bagi hasi yang akan diperoleh nasabah. Ini berarti
bank akan memperoleh keuntungan yang lebih kecil.
c. Kondisi para pelaku usaha Indonesia yang sampai saat ini, belum sepenuhnya berlaku jujur dan
masih banyak praktek “moral hazard”, sehingga tidak memungkinkan bank menggunakan
mekanisme perhitungan bagi hasi secara profit sharing.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang berasal dari masyarakat berupa tabungan, giro
dan deposito. Dalam produk penghimpunan dana (funding), bank syariah umumnya menggunakan
produk giro wadiah, tabungan dan deposito mudharabah.
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam menghitung bagi hasil penghimpunan dana di bank
syariah antara lain:
1. Menggunakan metode revenue sharing, yaitu dengan menghitung total pendapatan tanpa ada
pengurangan biaya-biaya.
2. Memisahkan dana yang bersumber investasi mudharabah dengan dana selain investasi
mudharabah.
3. Menghitung seluruh total dana yang bersumber dari investasi mudharabah mutlaqoh.
Asy Syar’iyyah” Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam “Vol. 4, No. 1, Juni 2019,13-15.
4. Menghitung rata-rata pembiayaan dari total keseluruhan akad pembiayaan, baik akad jual beli,
kerjasama usaha dan sewa pada bulan laporan.
5. Menjumlahkan total pendapatan yang didapatkan dari margin keuntungan, pendapatan bagi
hasil dan pendapatan sewa.
6. Mengurangkan persentase investasi dari total investasi mudharabah yang dijadikan sebagai
cadangan giro wajib minimum sesuai ketentuan Bank Indonesia
7. Menetapkan besarnya pendapatan yang diperoleh untuk dibagi hasil antara pemilik dana
(nasabah) dengan pengelola (bank syariah).
F. Deposito Mudharabah
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktuwaktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan yang bersangkutan.Terkait dengan hal tersebut maka Dewan Syariah Nasional
MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Menurut Fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000,
ketentuan umum deposito mudharabah adalah.
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya.
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan.
Suci Hayati,” Perilaku Nasabah Deposito Mudharabah Terhadap BI Rate dan Bagi Hasil di Bank Muamalat di
Indonesia Kantor Cabang Pembantu Metro” , FINANSIA : Jurnal Akutansi dan Perbankan Syariah, Vol. 01, No. 02,
Juli - Desember 2018.Hlmn 186-187
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Prinsip bagi hasil pada Bank Syariah terdiri dari prinsip mudharabah dan prinsip
musyarakah Bank Syariah yang didasarkan pada kepercayaanterhadap nasabah dan apabila terjadi
kerugian maupun mendapat keuntungan dalam pembiayaan terhadap nasabah, maka resiko akan
ditanggung bersama antara pihak Bank Syariah dengan nasabah. Konsep Bank Syariah berpegang
pada prinsip-prinsip ekonomi Islam, sehingga investor maupun peminjam berperan serta atas
dasar mitra usaha. Bukan sebagai hubungan debitur dan kreditur, sehingga bank dari mitra
usahanya sama-sama memperoleh pembagian hasil atau keuntungan dan bersama-sama pula
memikul resiko kerugian.
B. SARAN
Demikian makalah ini kami buat, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai penulis memohon maaf jika
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan meaupun percetakan, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi untuk menyempurnakan
makalah ini berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaaat dan kita bisa mengambil hikmah yang
terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Sri dan Jamilah, Siti “Implementasi Manajemen Dana pada Bank
Syar’iyyah, Asy” Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam “Vol. 4, No. 1, Juni
2019.