Tugas KLP Analisis Kebijakan Publik Kelompok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MATA KULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen Pengajar Dr. Enos Paselle, M.AP

ANALISA KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN


NOMOR 03 TAHUN 2019
TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

OLEH :

(13) INDRASTITI SISWANTORO


(15) MURNI
(17) NURSAENAB
(19) PRATIWI PUSPASARI
(21) RUDDY ISKANDAR
(23) THEODORUS DAYUTAMA

KELAS C - PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS MULAWARMAN

1
ANALISA KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN
NOMOR 03 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
kota. Ruang terbuka hijau berfungsi untuk menyeimbangkan keadaan ekologi
pada suatu kawasan agar terjadi keseimbangan antara ekosistem dan
perkembangan pembangunan di era modern. Kota mempunyai luas lahan
terbatas, sedangkan permintaan akan pemanfaatan lahan kota terus berkembang
untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan baik permukiman, industri dan
pertambahan jalur transportasi yang perlahan akan menyita lahan lahan atau
ruang terbuka lainnya di wilayah perkotaan. Masalah perkotaan pada saat ini telah
menjadi masalah yang cukup sulit untuk diatasi. Perkembangan pembangunan
perkotaan selain mempunyai dampak positif bagi kesejahteraan warga kota juga
menimbulkan dampak negatif pada beberapa aspek termasuk aspek lingkungan.
Pada mulanya, sebagian besar lahan kota merupakan ruang terbuka hijau. Namun
dengan adanya peningkatan kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan
aktivitasnya, ruang terbuka hijau tersebut cenderung mengalami alih fungsi lahan
menjadi ruang terbangun.

Pertumbuhan penduduk dengan aktivitas yang tinggi di kawasan perkotaan


berdampak pada perubahan ciri khas sebuah kota, baik berupa fisik, sosial, dan
budaya. Perubahan tersebut terlihat jelas dengan timbulnya permasalahan yang
sering terjadi dikawasan perkotaan, antara lain, kemacetan, banjir, kawasan
kumuh, dan polusi. Identifikasi kelestarian lingkungan dan daya dukung lingkungan
di daerah perkotaan dapat diestimasi dengan keberadaan ruang terbuka hijau.
Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau
privat. Penyediaan dan pemanfaatan ruang tebuka hijau dalam RTRW Kota/RDTR
Kota/RTR Kawasan Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan dimaksudkan untuk
menjamin tersedianya ruang yang cukup bagi kawasan konservasi untuk
kelestarian hidrologis, area pengembangan keanekaragaman hayati, area
penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan di kawasan perkotaan.

2
B. Gambaran Umum Kota Balikpapan

Kota Balikpapan memiliki luas wilayah 50.330 Ha dengan jumlah penduduk


berdasar sensus penduduk 2022 adalah 718.423 jiwa, Kota Balikpapan juga
menjadi kota yang berkembang pesat sebagai kota jasa di Kalimantan Timur.
Pertumbuhan penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian di Kota
Balikpapan pada kenyataannya menimbulkan dampak peningkatan kebutuhan
ruang untuk menampung berbagai jenis kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
alih fungsi lahan, kerusakan lingkungan dan menurunnya daya dukung lingkungan
hidup. Berkaitan dengan hal tersebut, maka harus dilakukan upaya untuk
menjaga, memelihara, mengelola dan meningkatkan kualitas lingkungan. Salah
satu upaya adalah melalui penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang memadai
di Kota Balikpapan dan dalam rangka mewujudkan Kota Balikpapan sebagai “Kota
Nyaman Dihuni”. Nyaman dihuni adalah kondisi lingkungan dan suasana kota
yang nyaman sebagai tempat tinggal dan sebagai tempat untuk beraktivitas yang
dilihat dari berbagai aspek baik aspek fisik (fasilitas perkotaan, prasarana, tata
ruang, dll.) maupun aspek non-fisik (hubungan sosial, aktivitas ekonomi, dll). Oleh
karena itu Pemerintah Kota Balikpapan telah membuat peraturan daerah Kota
Balikpapan tentang Ruang Terbuka Hijau di dalam Peraturan Daerah Kota
Balikpapan Nomor 03 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

Peta Wilayah Kota Balikpapan per Kecamatan dan Kelurahan


Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012-2032

3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan adalah bagaimana komitmen dan strategi Pemerintah
Kota Balikpapan sebagaimana kebijakan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor
03 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau memperhatikan
perubahan kebijakan Pemerintah Pusat dan rencana Ibu Kota Negara (IKN).

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah
Analisa Kebijakan Publik Magister Administrasi Publik untuk:
1) Memberikan pengetahuan kebijakan dan proses kebijakan bagi para penentu
kebijakan, para Analisa penerima kebijakan dan analis independent pada
kebijakan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) Kota Balikpapan;
2) Membantu memberikan rekomendasi perumusan pemecahan masalah
kabijakan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) Kota Balikpapan; dan
3) Meningkatkan kualitas kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Balikpapan pada
pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) Kota Balikpapan.

4
BAB II
TEORI DAN KONSEP

A. Kebijakan Publik
Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti
government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance
yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial
dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat
atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau
bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi dan kepentingan-
kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.
Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, 1973 dalam Leo Agustino (2006:6) dalam
perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan tetap yang
dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repetisi) tingkah laku dari mereka
yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan. Adapun dari Carl Friedrich,
1969 menyatakan bahwa kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencari tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Menurut Bridgman dan Davis, 2005 dalam Edi Suharto (2007:3)
menerangkan kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai
‘whatever government choose to do or not to do’. Artinya, kebijakan publik adalah
‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan’.
Sedangkan menurut Hogwood dan Gunn, 1990 Edi Suharto (2007:4) menyatakan
bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain
untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna ‘kebijakan’
hanyalah milik atau dominan pemerintah saja. Organisasi-organisasi non-
pemerintah, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Sosial
(Misalnya Karang Taruna, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga/PKK) dan lembaga-
lembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.
Menurut Bridgeman dan Davis, 2004 dalam Edi Suharto (2007:5)
menerangkan bahwa kebijakan publik setidaknya memiliki tiga dimensi yang saling
bertautan, yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan tindakan yang legal atau
sah secara hukum (authoritative choice), dan sebagai hipotesis (hypothesis).

5
1. Kebijakan publik sebagai tujuan
Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian publik. Artinya,
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan pemerintah yang di desain untuk
mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen
pemerintah.
2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal
Pilihan tindakan dalam kebijakan bersifat legal atau otoritatif karena dibuat oleh
lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem 19 Pemerintahan. Keputusan itu
mengikat para pegawai negeri untuk bertindak atau mengarahkan pilihan
tindakan atau kegiatan seperti menyiapkan rancangan undang-undang atau
peraturan pemerintah untuk dipertimbangkan oleh parlemen atau
mengalokasikan anggaran guna mengimplementasikan program tertentu.
3. Kebijakan publik sebagai hipotesis
Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan
akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi
mengenai perilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong
orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakn juga selalu memuat disensetif yang
mendorong orang tidak melakukan sesuatu. Kebijakan harus mampu
menyatukan perkiraan-perkiraan mengenai keberhasilan yang akan dicapai dan
mekanisme mengatasi kegagalan yang mungkin terjadi.

B. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berdasarkan teori Tata Kota Neddens (1986) dalam Frick and Mulyani
(2006) dengan Struktur Desentral-Integral, ruang kota dibentuk oleh berbagai
wadah fungsi kegiatan yang saling terkait satu dengan lainnya. Ruang kota yang
kerap dipisahkan hanyalah bagian industri, jalur kereta api, dan jalan tol, karena
kegiatan yang terjadi di dalamnya cenderung berpotensi polusi udara, suara, air,
dan terhadap sumber daya alam lainnya, yang tentunya akan berdampak negatif
terhadap fungsi utama kota sebagai permukiman. Setiap kota juga akan
mempunyai pusat kota yang biasanya terbatas atas fungsi pusat (pemerintah,
stasiun, kereta api, terminal bis, pusat kebudayaan, kantor pos pusat, universitas,
dsb.). Perkembangan kota terdiri dari kelurahankelurahan sebagai kota kecil di
dalam kota besar. Di sinilah terdapat wadah-wadah kegiatan pertukangan,
perdagangan, perusahaan kecil, pertokoan, jasa (warpostel, bank), permukiman,
pendidikan (taman kanak-kanak, sekolah), dan gedung agama (masjid, gereja,

6
dsb.). Adapun RTH berperan sebagai penghubung sekaligus pemisah
ekologis bagi berbagai fungsi dan kegiatan yang terjadi di dalam ruang kota
ini (Masterplan RTH Jakarta, 2019).

Gambar 2.1 Diagram tata kota Neddens

Sumber: Frick dan Mulyani (2006) dalam Masterplan RTH Jakarta (2019)

Gambar di atas menunjukkan bahwa berdasarkan teori Neddens, pusat


kota berada di tengah kota yang dikelilingi oleh tempat permukiman dan
kegiatan-kegiatan pendukungnya. Sementara area-area yang memerlukan
pengamanan khusus, seperti industri, kereta api, dan jalan tol berada terpisah dari
pusat kota. RTH dalam teori ini diletakkan dekat dengan area pusat kota dan
berfungsi ganda sebagai buffer terhadap zona lain untuk menjaga
keseimbangan ekologis dan rekreasi (Masterplan RTH Jakarta, 2019).
Fakta mengindikasikan bahwa keberadaan area hijau berkontribusi kepada
kualitas lingkungan dalam satu dan lain hal. Selain manfaat ekologis dan
lingkungan, keberadaan RTH di perkotaan memberikan keuntungan sosial dan
psikologis bagi penghuni kota. Penelitian yang sama menunjukkan pengalaman
berada di alam dalam konteks lingkungan kota memberikan dampak positif pada
perasaan dan dapat memenuhi kebutuhan non-materiil dan non-konsumtif
(Chiesura, 2004 dalam Masterplan RTH Jakarta, 2019).

7
C.1. RTH Sebagai Ruang Mitigasi Bencana
Pembagian zona model RTH evakuasi didasarkan pada keadaan sosial dan
geografis yang ada, serta beberapa pertimbangan seperti pembagian sesuai
kluster dalam prosedur mitigasi bencana alam. Model ini diterapkan dengan
fungsi dari RTH tersebut sebagai ruang evakuasi yang diidentifikasikan untuk
mempermudah proses evakuasi atau penyelamatan diri sendiri serta dapat
meminimalkan korban jiwa saat terjadi bencana gempa bumi.

C.2. RTH Sebagai Ruang Konservasi Biodiversitas Lanskap Kota


Berdasarkan dokumen Masterplan RTH Jakarta (2019) konservasi alam
menjadi sangat penting dikarenakan perkembangan urbanisasi dan
densifikasi saat ini. Taman kota merupakan titik penting bagi
keanekaragaman hayati di konteks perkotaan. Kondisi yang terpecah-pecah
memiliki dampak yang merusak bagi satwa burung di perkotaan. Ukuran
taman berpengaruh pada akumulasi spesies di taman kota. Taman kota
seluas 10-35 ha tercatat memiliki spesies terbanyak di perkotaan, meskipun
terdapat faktor lain terkait kemampuan bertahan suatu spesies. Jalur hijau
dapat meningkatkan konektivitas lansekap perkotaan bagi satwa untuk
berkembang biak dan bertahan hidup. Sangat penting untuk menambahkan
keragaman opsi habitat dan sumber makanan bagi burung di taman kota,
dikarenakan terdapat kesulitan untuk meningkatkan luas taman di perkotaan.
Faktor yang perlu dikontrol ialah gangguan (disturbance) dari pengguna
taman (Fernández-Juricic, E. et al., 2001). Perbaikan jalur hijau, yaitu dengan
penambahan jumlah dan jenis pohon, pengurangan gangguan dari kegiatan
manusia dapat memberikan dampak positif bagi habitat satwa. Spesies
tertentu akan tertarik pada habitat tertentu (Fernández-Juricic, E. et al., 2001).
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa keterkaitan ruang hijau yang
fungsional penting bagi kelangsungan ekologis lansekap perkotaan. Secara
umum, keanekaragaman spesies burung lebih tinggi di area sekitar perkotaan
dibandingkan di tengah perkotaan atau jalur/sabuk hijau. Penelitian ini
menekankan betapa pentingnya RTH dengan struktur natural untuk
mempertahankan keanekaragaman hayati. Solusi untuk menjaga hubungan
antara habitat alami dengan fungsi Ruang Hijau lainnya adalah dengan
memberlakukan zonasi (Sandström, U.G. et al., 2005, Masterplan RTH
Jakarta, 2019).

8
BAB III
ANALISA KEBIJAKAN

A. Analisa Kebijakan
Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi,
termasuk hasil-hasil penelitian, untuk menghasilkan rekomendasi opsi desain
kebijakan publik. Kebijakan publik ialah keputusan atau tindakan pemerintah yang
berpengaruh atau mengarah pada tindakan individu dalam kelompok masyarakat
(Simatupang, 2003).
Karakteristik dasar analisis kebijakan menurut Simatupang, 2003 adalah
Analisis kebijakan merupakan suatu proses atau kegiatan "sintesa" informasi yang
berarti pemaduan berbagai informasi, termasuk hasil penelitian, sehingga diperoleh
suatu kesimpulan yang selaras.Hal ini berarti obyek analisis kebijakan ialah proses
penyusunan dan paket kebijakan. Kegiatan utama analisis kebijakan ialah
pengumpulan informasisecara sistematis dan penarikan kesimpulan logis dari
informasi tersebut. Dengan demikian, analisis kebijakan berdasarkan pada kaidah
ilmiah.
1. Satu sumber utama informasi yang menjadi bahan analisis kebijakan ialah
hasil-hasil penelitian. Hal ini berarti bahwa analisis kebijakan
merupakan proses pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil penelitian sehingga
siap digunakan dalam pengambilan keputusan dan desain kebijakan publik.
Oleh karena itu, analisis kebijakan merupakan salah satu bentuk diseminasi
hasil-hasil penelitian.
2. output analisis kebijakan ialah rekomendasi opsi keputusan atau desain
kebijakan publik. Hal ini berarti bahwa output kebijakan adalah berupa nasehat
atau petunjuk operasional tentang bahan pengambilan keputusan publik bagi
spesifik klien. Oleh karena itu, analisis kebijakan haruslah disajikan secara
jelas, singkat, padat, lengkap dan seksama.
3. Klien analisis kebijakan ialah para pengambil keputusan kebijakan publik
(pemerintah dan DPR) dan kelompok yang berkepentingan (interest groups)
atas kebijakan pemerintah tersebut. Klien pengguna analisis kebijakan bersifat
spesifik. Hal ini berkaitan langsung dengan output analisis kebijakan yang
berupa nasehat tentang kebijakan publik.
4. Analisis kebijakan berorientasi klien (client oriented). Hal ini merupakan
implikasi dari sifat analisis kebijakan yang menghasilkan nasehat keputusan
siap-guna bagi klien spesifik. Tanpa berorientasi klien analisis kebijakan tak
akan mungkin siap guna. Hal ini berarti analisis kebijakan haruslah didasarkan
9
pada "dari, oleh dan untuk klien". Analisis kebijakan hanya dilakukan apabila
ada permintaan atau "patut diduga" benar-benar dibutuhkan kliennya. Analisis
kebijakan didorong oleh kebutuhan mendesak kliennya

1) Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau


Di Indonesia, pengadaan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
kawasan perkotaan diatur dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (dengan beberapa perubahan dalam Undang-undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja), yang kemudian diperinci dengan Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 14
Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan RTH. Dalam peraturan
tersebut RTH didefinisikan sebagai area memanjang/jalur dan atau mengelompok
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, dengan
mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan air, udaya, dan estetika.
Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi
bentuk RTH alami (habitat liar/ alami, kawasan lindung) dan bentuk RTH non alami
atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga,
pemakaman, berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi
bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan bentuk RTH jalur (koridor, linear),
berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi :
(a) RTH kawasan perdagangan,
(b) RTH kawasan perindustrian,
(c) RTH kawasan permukiman,
(d) RTH kawasan pertanian, dan
(e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga,
alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menj adi (a) RTH publik,
yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki
oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu
RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.
RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik)
yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural,
sosial, dan fungsi ekonomi. Dalam suatu wilayah perkotaan empat fungsi utama ini
dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan
kota RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanj utan suatu wilayah kota
secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan

10
berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan
sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring
habitat hidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural)
merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya
kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur
kota. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam
pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk
dij ual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan
manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti
perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

2) Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka


Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, bahwa 30% dari luasan wilayah kota/kawasan perkotaan harus berwujud
RTH, dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Hal tersebut juga
tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Balikpapan Tahun 2012- 2032 serta Peraturan Daerah
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Ruang
Terbuka Hijau Bab III Perencanaan Pasal 6 berbunyi bahwa
1) Perencanaan RTH merupakan bagian dari RTRW yang ditetapkan dan
dialkukan dengan mempertimbangkan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan fungsi lingkungan.
2) Perencanan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan ke
dalam rencana pemabngunan jangka Panjang daerah, rencana
pembangunan jangka menengah daerah dan rencana kerja Pemerintah
Daerah.
3) RTH diatur dalam RTRW dan rencana detail tata ruang dengan luasan
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas lahan kota dengan rincian :
1. RTH Publik paling sedikit 20% (dua puluh persen)
2. RTH Privat paling sedikit 10% (sepuluh persen)
4) RTH Publik yang dikelola oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan oleh Wali Kota dan penyelenggaraannya
dikoordinasikan oleh perangkat daerah yang mengelola RTH.

11
Pada Pasal 7 Bab III Perencanaan mengatur hal-hal sebagai berikut yaitu:
a. Setiap orang atau Badan dapat menyiapkan perencanaan dan perancangan
RTH publik yang akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah;
b. Perencanaan dan perancangan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
harus mendapat persetujuan/pengesahan rencana tapak dari Wali Kota atau
Kepala Perangkat Daerah yang menyelenggarakan pelayanan perizinan terpadu
satu pintu.

Bab IV Pelaksanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian pada Bagian Kesatu


Pelaksanaan Pasal 8 menyatakan bahwa:
a. Pengelolaan RTH dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Daerah,
masyarakat, swasta dan pelaku pembangunan lainnya sesuai dengan bidang
tugas dan tanggung jawab masing-masing dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Setiap penghuni atau pihak yang bertanggung jawab atas rumah/bangunan atau
persil yang terbangun diwajibkan untuk menghijaukan halaman/pekarangan atau
persil serta memelihara dengan baik dengan menanam:
i. Pohon pelindung;

ii. Tanaman hias; atau

iii. Penutup tanah/rumput.

c. Pengelolaan RTH dilaksanakan berdasarkan perencanaan tata ruang atau


ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan
keseimbangan lingkungan.
d. Pada kondisi luas lahan yang terbatas untuk RTH dapat memanfaatkan taman
atap (roof garden) dan taman dinding.
e. Orang atau badan yang tidak melaksanakan penghijauan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi berupa membangun RTH dengan
jumlah atau luas 2 (dua) kali kewajibannya pada lokasi yang ditentukan oleh
Pemerintah Daerah.

3) Kebijakan Pengelolaan RTH di Kota Balikpapan


Berdasarkan hasil Masterplan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Balikpapan Tahun
2022 bahwa RTH terbagi dua yaitu:
1) RTH Aktual

12
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang saat ini sudah ada (RTH Aktual)
diidentifikasi dengan melakukan pengamatan lapangan berdasarkan indikasi
lokasi yang diberikan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas
Pertanahan dan Penatan Ruang (DPPR).
Hasil identifikasi RTH Aktual di lapangan yang dikelola oleh DLH disajikan
dalam rangkaian table berikut ini yang dipisahkan berdasarkan jenis Ruang
Terbuka Hijau (RTH), yaitu hutan kota (Tabel 1), Tempat Pemakaman
Umum (Tabel 2) dan taman (Tabel 3).

Tabel 1. Luasan Hutan Kota Teridentifikasi


N Nama Hutan Kota Luasan (m2)
o
1 Hutan Kota DMPL Teritip 864.331
2 Hutan Kota Mangrove Margasari 94.178
3 Hutan Kota Rambai 31.599
4 Hutan Kota Somber 6.871
5 Hutan Kota Telaga Sari 93.042
6 Hutan Sepinggan Dalam 3.783
7 Hutan Kota Daksa 92.899
8 Hutan Kota RSKD 30.491
9 Hutan Kota Komendur 78.263
1 Hutan Kota Korpri 4.253
0
1 Hutan Kota Mangrove Margo Mulyo 247.705
1
1 Hutan Kota Kariangau 23.612
2
1 Hutan Kota Sepinggan 1.900
3
1 Hutan Kota Praja Bakti 37.961
4
1 Hutan Kota RSS Damai III 16.100
5
1 Hutan Kota Bukit Radar 356.626
6
Total Luas Hutan Kota (m2) 1.983.619
Total Luas Hutan Kota (Ha) 198,36

Sumber : Masterplan RTH Kota Balikpapan Tahun 2022

Tabel 2. Luasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Teridentifikasi


No Nama Hutan Kota Luasan (m2)
1 TPU KM 10 2.385
2 TPU Taman Merdeka 9.464
3 TPU Prona 20.403
4 TPU Patok Merah 3.280
13
5 TPU KM 4 2.651
6 TPU KM 8 1.877
7 TPU Kariangau 6.036
8 TPU Gn. Empat 8.564
9 TPU Asrama Bukit 11.306
10 TPU BDS 14.588
11 TPU KM 24 2.590
12 TPU KM 11 6.075
13 TPU Manggar 3.669
14 TPU Pantai Lemaru 709
15 TPU Manggar Baru 14.985
16 TPU Lemaru 6.137
17 TPU Gn. Guntur 7.673
18 TPU Pupuk 5.929
19 TPU Gn. Tembak 1 3.591
20 TPU Gn. Tembak 2 4.477
21 TPU Prapatan 5.090
22 TPU Teritip 14.244
23 TPU Batakan 6.061
24 TPU Pasir Putih Manggar 4.744
25 TPU KM. 5 3.402
26 TPU KM. 0,5 21.129
27 TPU KM. 2,5 16.539
28 TPU Gn. Sari 3.641
29 TPU Telindung 1 & 2 14.132
30 TPU Pasar Baru 4.461
31 TPU Gn. Malang 2.459
32 TPU KM 15 450.550
Total Luas Hutan Kota (m2) 682.841
Total Luas Hutan Kota (Ha) 68,28

Tabel 3. Luasan Taman Teridentifikasi


N Nama Hutan Kota Luasan (m2)
o
1 Taman Kota RSS 6.770
2 Taman Balikpapan Baru 50.172
3 Taman Depan Makam Pahlawan 1.918
4 Taman Depan Pertokoan BP 1.201
5 Taman Jembatan Zurich 159
6 Taman Pembibitan Km 12 32.098
7 Taman Manuntung 868
8 Taman Telaga Sari 499
9 Taman Polda 561
1 Taman Tugu KB 326
0
1 Taman Parengan Total 419
1
1 Taman Tugu DKK 87
14
2
1 Taman Paguyuban 1.216
3
1 Taman Pesut 837
4
1 Taman Wiluyo Puspoyudo 2 1.072
5
1 Taman Puskib 584
6

15
N Nama Hutan Kota Luasan (m2)
o
1 Taman Bekapai 4.568
7
1 Taman Monpera 10.997
8
1 Taman Wiluyo Puspoyudo 1 474
9
2 Taman Adipura 2.133
0
2 Taman Beruang Madu 77
1
2 Taman Pertigaan Pupuk 46
2
2 Taman Tugu Selamat Datang 311
3
2 Taman SPN 240
4
2 Taman Lapas 568
5
2 Taman Madinatul Iman 1.849
6
2 TamanPramuka Samping Pagar Dome 2.570
7
2 Taman Depan Perumahan Pajak 226
8
2 Taman Depan PLN 380
9
3 Taman Dispenda 1.260
0
3 Taman Melawai 2 424
1
3 Taman Pondok Karya Agung 62
2
3 Taman Lalu Lintas Sepinggan 3.810
3
3 Taman Kota Kilo 6 175
4
3 Taman Depan Perkotoan Cemara 378
5
3 Taman Pembibitan Tanaman Hias Kota Hijau 17.850
6 Batakan
3 Taman Polri – BLK Sepinggan 107
7
3 Taman Tugu Pemuda Gn. Pasir 331
8

16
3 Taman Auri Sepinggan 467
9
4 Taman Depan Pengujian Dishub Batakan 669
0
4 Taman Kota Kilo 24 308
1
4 Taman Kilo 8 2133
2
4 Taman Kelurahan Graha Indah 652
3
4 Taman Kota Kilo 13 3967
4
4 Taman Depan Pasr Klandasan 127
5
4 Taman Tiga Generasi 15.317
6
4 Taman Pelajar 270
7
4 Taman Depan Zipur 1.084
8
4 Taman Batu Ampar 2.098
9
5 Taman Depan TK Manuntung 35
0
5 Taman Jalan Studio Batakan 10.824
1
5 Taman Manggar Baru 3.148
2
5 Taman BJ BJ 1.202
3
5 Taman Samping SMP 14 237
4
Total Luas Hutan Kota (m2) 190.171
Total Luas Hutan Kota (Ha) 19,02

Dari Tabel 5.4 di atas terdapat RTH Publik yang saat ini di Kelola oleh pemerintah
kota teridentifikasi sebesar 0,57% dari luas kota Balikpapan sebesar 50.330 ha.
Dari data tersebut capaian untuk target 20% RTH Publik sebesar 10.066 ha
masih jauh dari persyaratan, sehingga diperlukan upaya lain yang lebih tepat
untuk mencapai target tersebut.
Selain RTH Publik, berikut ini disajikan data hasil identifikasi dari RTH Privat
Aktual dari kawasan perumahan (Tabel 5), perusahaan (Tabel 6), dan rumah
sakit (Tabel 7) yang berada di Kota Balikpapan.

17
Tabel 5. Luas RTH Perumahan Teridentifikasi
N Nama Hutan Kota Luasan (m2)
o
1 Balikpapan Regency 182.649
2 Pesona Bukut Batuah 1 72.911
3 Pesona Bukit Batuah 2 13.540
4 Borneo Paradiso 138.586
5 Green Valley Kariangau 24.525
6 Griya Karang Joang Asri 2 11.933
7 Green Valley 3.164
8 Pesona Azarya 3.357
9 Wika 29.299
1 Mentari Village 9.695
0
1 Griya Wiyata Asri 2 8.308
1
1 Graha Wiyata Asri 3 1.404
2
1 Atlantic Village 2.554
3
1 Grand City 104.050
4
Total Luas Hutan Kota (m2) 605.979
Total Luas Hutan Kota (Ha) 61,79

Tabel 6 Luas RTH Perusahaan Teriidentifikasi


Lokasi
No. Nama Perusahaan Luas (m2)
(Kecamatan)
1 PT. Liebherr Indonesia Perkasa 5.178 Balikpapan Timur
2 PT. Surya Biru Murni 41.621 Balikpapan Timur
3 PT. Intraco Penta Prima Servis 3.720 Balikpapan Timur
4 PT. Slumberger 9.198 Balikpapan Timur
5 PT. Suryagita Sarana Utama 10.442 Balikpapan Timur
6 PT. Bukaka 13.612 Balikpapan Timur
7 PT. Borneo Intiland Persada 3.855 Balikpapan Timur
8 PT. Pandega Citraniaga 5.443 Balikpapan Kota
9 Kawasan Industri Tahu Dan Tempe Soember 20.905 Balikpapan Utara
10 PT. Davidi 6.092 Balikpapan Barat
11 PT. Sanggar Sarana Baja 8.855 Balikpapan Utara
12 PT. Mandau Berlian Sejati 1.003 Balikpapan Selatan
13 PT. Buma 4.773 Balikpapan Barat
14 PT. Petrolog Indah 2.229 Balikpapan Barat

18
15 PT. Indotruck Utama Balikpapan 3.542 Balikpapan Utara
16 PT. Petrosea 6.680 Balikpapan Utara
17 PT. Pama 6.161 Balikpapan Barat
18 PT. Lestari Samudra Balikpapan 4.171 Balikpapan Utara
19 PT. Mil Tehnik Bersaudara 18.299 Balikpapan Barat
20 PT. Bintang Jasa Abadi 80 Balikpapan Utara
21 PT. Multindo Technology Utama 1.690 Balikpapan Timur
22 PT. Halmahera Indoserv 2.467 Balikpapan Timur
23 PT. Komatsu Remanufacturing Asia 71.583 Balikpapan Utara
24 PT. Kutai Refinery Nusantara 176.969 Balikpapan Barat
25 Politeknik Balikpapan 6.610 Balikpapan Utara
26 PT. Karunia Wahana Nusa 854 Balikpapan Timur
27 Global Sport 785 Balikpapan Utara
28 PT. Pertamina 352.938 Balikpapan Tengah
Total Luas Rumah Sakit (m2) 789.759
Total Luas Rumah Sakit (ha) 78,97

Tabel 7 Luas RTH Rumah Sakit Teridentifikasi

No. Nama Rumah Sakit Luas (m2) Lokasi (Kecamatan)


1 RS. Restu Ibu 998 Balikpapan Tengah
2 RS. Tk Ii Dr. R. Hardjanto 3.150 Balikpapan Kota
3 RS. Pertamina Balikpapan 8.800 Balikpapan Tengah
4 RS. Hermina 357 Balikpapan Selatan
Total Luas Rumah Sakit (m2) 13.306
Total Luas Rumah Sakit (ha) 1,33

Tabel 8 Rekapitulasi Luas RTH Privat yang Teridentifikasi

Nama RTH Jumlah Lokasi Total Luas (m2) Total Luas (ha) %
Perumahan 15 617.912 61,79 0,12
Perusahaan 28 7.897.598 789,76 1,57
Rumah sakit 4 13.306 1,33 0,003
Total Luas RTH Privat 8.528.816 852,88 1,69

Dari Tabel 8 di atas terdapat RTH Privat yang saat ini dikelola oleh
perusahaan swasta dan masyarakat teridentifikasi sebesar 1,69% dari luas Kota
Balikpapan sebesar 50.330 ha. Dari data tersebut capaian untuk target 10% RTH
Privat sebesar 5.033 ha masih jauh dari persyaratan yang ada, sehingga
dibutuhkan strategi penyediaan yang tepat untuk konteks Kota Balikpapan.

Penyediaan RTH baik publik maupun privat untuk konteks Kota Balikpapan

19
perlu memperhatikan secara detil kondisi keruangan (spasial) aktual yang dapat
memberikan gambaran real dari kondisi ruang hijau baik yang terbuka sebagai RTH
maupun ruang hijau lain yang dapat berfungsi sebagai RTH.
Gambaran umum kondisi RTH Aktual di Kota Balikpapan.
Berikut adalah kondisi RTH Aktual berdasarkan peta pola ruang RDTR Kota
Balikpapan dibeberapa Kecamatan di Kota Balikpapan sebagai contoh di tiga Kecamatan di
Kota Balikpapan.
Gambar 1. Peta RTH Aktual di Wilayah Kecamatan Balikpapan Barat

20
Gambar 2. peta pola Ruang di Kecamatan Balikpapan Utara Aktual
Sumber Peta Pola Rang RDTR Kota Balikpapan

Gambar 3 peta RTH Aktual di Kecamatan Balikpapan Tengah


Sumber Peta Pola Ruang RDTR Kota Balikpapan

Berdasarkan peta kondisi RTH Aktual di setiap wilayah administrasi kecamatan di


Kota Balikpapan, terlihat distribusi RTH yang belum merata, mengingat konsentrasi
pembangunan yang masih terpusat di beberapa kecematan tertentu saja seperti di
Kecamatan Balikpapan Tengah (Gambar 3).

B. Monitoring Kebijakan

Prinsip penyediaan dan pemanfaatan dari RTH adalah untuk memenuhi fungsi
ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya, estetika, dan penanggulangan
bencana. Perlunya mempertimbangkan optimalisasi dari pemenuhan fungsi-fungsi
tersebut yang selanjutnya direaliasikan dalam program-program yang lebih konkret,
selain itu penyusunan program/kegiatan perlu disesuaikan dengan konteks
isu/permasalahan strategis serta kebutuhan dari pemerintah maupun masyarakat Kota
Balikpapan, sehingga penyelenggaraan RTH dapat dimanfaatkan dengan optimal.
Dengan mempertimbangkan keterbatasan lahan untuk fungsi RTH Publik sebagai
tantangan utama yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kota Balikpapan dalam

21
upaya penyediaan dan pemanfaatan RTH secara optimal, maka perlunya kebijakan
strategis pendukung pelaksanaan kebijakan Peraturan Daerah Kota Balikpapan
Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
1) Strategi Penguatan Basis Data dan Sistem Informasi RTH Kota Balikpapan

Penguatan basis data dan sistem informasi RTH dicapai dengan terwujudnya
basis data dan sistem informasi Ruang Terbuka Hijau yang terpadu, aksesibel,
dan berkelanjutan. Basis data RTH perlu dilengkapi dan dimutakhirkan setiap
tahun agar Pemerintah Kota Balikpapan bisa mendapatkan gambaran yang
semakin utuh mengenai RTH di Balikpapan. Sistem informasi RTH ini dikelola oleh
dinas yang membidangi urusan RTH (dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Kota
Balikpapan) bekerja sama dengan dinas yang membidangi terkait komunikasi dan
informatika. Namun demikian, data dan informasi di dalamnya dapat ditambahkan
dan diakses oleh OPD lainnya terutama OPD yang menangani urusan Perizinan
Satu Pintu, Penataan Ruang, Pertanahan, Perumahan dan Permukiman, serta
Perindustrian.

2) Strategi Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan RTH Kota Balikpapan

Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan RTH dicapai dengan terwujudnya


UPTD Pengelola RTH serta adanya program/kegiatan Pengelolaan RTH yang
berkelanjutan. UPTD Pengelola RTH ditujukan untuk memudahkan pelaksanaan
pengelolaan RTH mencakup pemeliharaan, perawatan, kerjasama, pemantauan,
dsb.

3) Strategi Inventarisasi Kawasan dan Legalisasi Aset RTH Pemerintah Kota


Balikpapan
Inventarisasi Kawasan dan Legalisasi Aset RTH Pemerintah Kota Balikpapan
dicapai dengan terwujudnya daftar Kawasan RTH dan Kawasan Lainnya yang
berfungsi RTH dengan disahkan oleh Peraturan Kepala Daerah serta terwujudnya
daftar aset RTH Pemerintah Kota Balikpapan. Misi ini menindaklanjuti hasil dari
misi pertama dengan melakukan inventarisasi secara formal serta legalisasi untuk
memberikan status hukum yang jelas atas kawasan RTH serta kawasan lainnya
dan objek ruang berfungsi RTH yang ada di Kota Balikpapan, termasuk dengan
kawasan RTH yang merupakan aset/barang miliki Pemerintah Daerah Kota
Balikpapan.

22
4) Strategi Pemenuhan Standar Luas minimal RTH Kota Balikpapan

Pemenuhan Standar Luas minimal RTH Kota Balikpapan dicapai dengan


terwujudnya luas RTH Kota Balikpapan sebesar 30% dari total luas wilayah yang
terdiri atas 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat sebagaimana ketentuan dalam
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang nomor 14 tahun 2022. Pemenuhan luas
RTH Publik dilakukan utamanya dengan kerjasama pengelolaan RTH Hutan
Lindung Sungai Wain dan Sungai Manggar dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur, dan Pertamina. Pemenuhan luas RTH Privat dilakukan
dengan menindaklanjuti hasil dari misi 1 dan misi 3 melalui penetapan kawasan
RTH Privat dalam Peraturan Walikota.

5) Penyelenggaran RTH Baru Kota Balikpapan


Penyelenggaran RTH baru dicapai dengan diselenggarakannya sejumlah RTH
baru untuk mendukung fungsi ekologis, resapan air, ekonomi, sosial budaya,
estetika, dan penanggulangan bencana. Lokasi RTH baru diprioritaskan berada
pada kawasan yang ditetapkan sebagai RTH oleh Rencana Tata Ruang Wilayah
maupun Rencana Detail Tata Ruang Kota Balikpapan. Terdapat dua cara
penyelenggaraan RTH baru yaitu melalui pengadaan tanah untuk RTH serta
kerjasama dengan masyarakat (menggunakan tanah milik masyarakat untuk
kawasan berfungsi RTH).

6) Penyelenggaran Fasilitas RTH dan Taman Bermain Ramah Anak

Penyelenggaran Fasilitas RTH dan Taman Bermain Ramah Anak dicapai dengan
tersedianya fasilitas pendukung aktivitas penduduk di RTH serta taman bermain
dengan kualifikasi Ramah Anak di Kota Balikpapan. Penyelenggaraan fasilitas
tersebut dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi urusan RTH bekerja sama
dengan dinas terkait lainnya terutama dinas yang mengurusi perlindungan anak.

C. Evaluasi Kebijakan
Perkembangan Kota Balikpapan yang terletak di sekitar rencana kawasan Ibu
Kota Negara (IKN) perlu mewujudkan lingkungan kota yang ideal. Sebagai bagian
dari tiga kota pendukung utama perkembangan IKN, Kota Balikpapan bersama Kota
Samarinda berperan penting dalam membentuk ekosistem penggerak ekonomi masa

23
depan yang saling melengkapi. Balikpapan akan menjadi ‘otot’ pembangunan
ekonomi dengan memanfaatkan pusat logistik dan layanan pengirimannya yang telah
mapan untuk sektor-sektor berorientasi impor dan ekspor serta memperkuat peran
superhub ekonomi dalam arus perdagangan antar dan intra-regional. Berbagai upaya
pembangunan dan pengembangan kota, tidak terlepas dari potensi permasalahan
lingkungan kota yang secara langsung atau pun tidak mempengaruhi kualitas dari
kehidupan masyarakat kota. Berkembangnya Kota Balikpapan hingga memiliki
jumlah penduduk mencapai 700.000 ribu jiwa di tahun 2022, menunjukkan potensi
terdampak bencana dengan tingkat kerugian yang tinggi ditambah laju pertumbuhan
penduduk Kota Balikpapan sangat pesat seiring Kabupaten Penajam Paser Utara
(PPU) dijadikan lokasi IKN yang baru. Hingga saat ini, Kota Balikpapan masih terus
berjuang dalam mewujudkan lingkungan kota yang layak, sehat, dan berketahanan
untuk menuju kota yang berkelanjutan bagi penduduknya. Salah satu upaya untuk
menjamin keberlangsungan kota adalah dengan penyediaan dan pemanfaatan RTH
yang berkualitas.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Penataan
Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Balikpapan berpedoman pada teori implementasi
dari Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975) (dalam Riant Nugroho 2009:503).
Dalam faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Penataan RTH Publik di Kota
Balikpapan beberapa kriteria yang digunakan adalah Ukuran dan Tujuan Kebijakan,
Sumber daya, Karakteristik Agen Pelaksana, Sikap/Kecenderungan (Disposition)
para Pelaksana, Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana, dan
Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.
1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan tujuan kebijakan di dalam implementasi menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu kebijakan. Karena setiap
kebijakan mempunyai target waktu yang harus diselesaikan, serta punya tujuan
yang akan dicapai untuk kepentingan publik. Dalam pelaksanaan penataan di
Kota Balikpapan Ukuran dan Tujuan Kebijakan mengacu pada Peraturan Daerah
Nomor 14 Tahun 2014 Tentang RTRW Kota Balikpapan dan juga Peraturan
Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota
Balikpapan serta dalam penyelenggaraannya berpedoman pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Berdasarkan
peraturan tersebut Implementasi Kebijakan Penataan RTH publik di Kota
Balikpapan para implementor sudah dapat mengetahui dan memahami apa isi

24
kebijakan dan tujuan kebijakan tersebut. Pemahaman terhadap tujuan dan isi
kebijakan ini memang harus dipahami oleh para implementor yaitu Dinas
Lingkungan Hidup Kota Balikpapan. Mereka berpedoman pada peraturan daerah
dalam menentukan arah kegiatan penataat RTH publik di Kota Balikpapan dan
juga berpedoman pada Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dalam
pelaksanaan teknisnya. Setiap rencana kegiatan yang dilakukan oleh
implementor mengarah pada proporsi yang sudah di tetapkan oleh Peraturan
Daerah Nomor 14 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Balikpapan dan juga
Peraturan Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di
Kota Balikpapan. Target dari Pemerintah Kota Balikpapan juga sudah di
rencanakan di dalam RTRW dan direncanakan melalui RPJMD dan RKPD Kota
Balikpapan. RTRW Kota Balikpapan memuat target dari tahun 2012-2032 Kota
Balikpapan dapat mempunyai RTH sebesar 30% dari luas wilayah kota yang
terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat.

2) Sumber Daya
Sumber daya finansial merupakan hal utama yang diperlukan pada proses
pelaksanaan kebijakan karena tanpa ada ketercukupan dana maka segala
program dan kegiatan yang sudah disusun tidak dapat dilaksanakan. Besaran
jumlah anggaran dan bagaimana menggunakan serta mempertanggung
jawabkan anggaran tersebut merupakan suatu hal penting. Sumber Dana dalam
pelaksanaan penataan RTH publik di Kota Balikpapan di peroleh dari APBD Kota,
APBD Provinsi dan juga APBN. Dana yang dibutuhkan untuk penataan RTH
publik ini tidak dapat ditargetkan, karena proses pelaksanaan penataan RTH
publik di Kota Balikpapan masih terus berjalan. Dana yang tersedia bisa dibilang
sudah mencukupi, tinggal bagaimana pelaksana bijak dalam mengelola dan
menggunakan anggaran tersebut untuk penataan RTH publik di Kota Balikpapan.
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam
menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap
implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai
dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara
apolitik. Sumber daya manusia yang ada di Dinas Pertanahan dan Penataan
Ruang selaku salah satu pelaksana kebijakan penataan ini sudah memenuhi
kompetensi yang dibutuhkan. Para pegawai dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan bidangya masing-masing sesuai dengan peraturan yang berlaku,
sehingga arahan yang diberikan untuk kegiatan perencanaan penataan RTH

25
publik bisa dilaksanakan dengan baik. Sedangkan sumber daya manusia yang
ada di Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan masih belum memenuhi
kompetensi yang dibutuhkan. Kendala tersebut di minimalisir dengan pemberian
pemahaman scara terus menerus tentang bagaimana penataan RTH publik
tersebut dilakukan.

3) Karakteristik Agen Pelaksana

Dari hasil penelitian di dapat bahwa agen pelaksana terdiri dari Dinas Pertanahan
dan Penataan Ruang yang bertugas dalam perencanaan tata Kota Balikpapan, di
dalam perencanaan tata kota terdapat penataan RTH publik di dalamnya. Proses
pelaksanaan RTH publik harus sesuai dengan perencanaan kota yang dibuat
yang sudah disesuaikan dberdasarkan peraturan daerah RTRW Kota Balikpapan.
Selain itu proses pengendalian juga dilakukan Dinas Pertanahan dan Penataan
Ruang Kota Balikpapan dalam pengendalian izin pembangunan yang ada di Kota
Balikpapan. Peran Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan dalam penataan
RTH publik adalah dalam kegiatan pemanfaatan RTH publik di Kota Balikpapan.
Kegiatan pembangunan fisik RTH publik seperti taman kota, hutan kota, jalur
hijau, lapangan terbuka dan juga daerah sepadan sungai dilakukan oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kota Balikpapan. Proses pemeliharaan RTH publik dalam
upaya penataan RTH publik juga terus dilakukan oleh Dinas Dinas Lingkungan
Hidup Kota Balikpapan, tugas pemeliharaan tersebut juga dibantu oleh UPTD
yaitu unit pelaksana teknis dinas yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota
Balikpapan. Peran Kecamatan/Kelurahan juga diperlukan agar proses penataan
RTH publik ini dapat terlaksana di setiap Kecamatan yang ada, dukungan dari
pihak Kecamatan juga menjadi faktor pendukung penataan RTH publik yang ada
di setiap Kecamatan tersebut. Peran swasta disini dengan cara membantu
pembuatan RTH melalui program CSR dan juga deangan mematuhi peraturan
daerah RTRW Kota Balikpapan dalam setiap pembangunan yang dilakukan oleh
pihak swasta. Peran masyarakat menjadi sangat krusial karena setiap RTH publik
yang ada masyarakatlah yang paling merasakan manfaat keberadaan RTH publik
tersebut, Sehingga masyarakat juga harus memelihara, merawat dan menjaga
serta melesatarikan setiap RTH publik yang ada di Kota Balikpapan.

4) Disposisi/Kecenderungan (Disposisi) Para Pelaksana


Disposisi implementor mencakup tiga hal penting yaitu respon implementor

26
terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan
kebijakan, kognisi yaitu pemahaman implementor terhadap kebijakan, dan
intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh
implementor. Di dalam penelitian ini SKPD pelaksana yaitu Dinas Lingkungan
Hidup Kota Balikpapan dan juga Dinas Pertanahan dan Penataan Ruang Kota
Balikpapan sudah memahami isi dan tujan kebijakan penataan RTH publik di
Kota Balikpapan. Kebijakan memang dibuat agar berpedoman kepada apa yang
sudah ditetapkan agar tidak melenceng dari isi kebijakan itu sendiri, jika tidak
berpedoman pada kebijakan tersebut pastinya nanti akan ada sanksi dari
Pemerintah karena keluar dari koridor yang sudah ditetapkan. Setiap arahan yang
diberikan oleh pelaksana yaitu setiap Kepala Dinas harus berpedoman pada
RTRW dan juga berpedoman pada pedoman penyediaan dan pemanfaatan RTH
di kawasan perkotaan di dalam melakukan kegiatan penataan RTH publik di Kota
Balikpapan. Arahan yang diberikan juga di evaluasi apakah arahan tersebut
dilakukan dengan baik, dan berjalan sesuai target yang ditentukan serta
melakukan evaluasi setiap bulannya untuk melihat sejauh mana progres arahan
yang diberikan terkait pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD
terkait.

5) Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana


Dalam suatu program implementasi kebijakan perlu adanya dukungan dan
koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama
antar instansi bagi keberhasilan suatu program. Komunikasi dan koordinasi
merupakan salah satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-program
tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya. Bentuk koordinasi
yang kita lakukan kepada SKPD lain terkait kebijakan penataan RTH publik di
Kota Balikpapan adalah melalui Kelompok Kerja terkait penataan RTH publik ini.
Kelompok kerja tersebut terdiri dari banyak SKPD termasuk Dinas Lingkungan
Hidup dan juga Dinas Pertanahan dan Penataan Ruang Kota Balikpapan, bentuk
koordinasi tersebut dilakukan setiap seminggu sekali. Koordinasi ini dilakukan
untuk membahas permasalahan penataan ruang khususnya RTH publik yang ada
di lapangan. Komunikasi secara personal berguna untuk mempercepat peroses
pengambilan keputusan terkait permasalahan yang harus cepat diselesaikan, hal
ini membuat koordinasi menjadi lebih cepat dan efisien. Koordinasi antar SKPD
juga untuk mengurangi tumpang tindih wewenang, sejauh ini tidak ada tumpang
tindih wewenang dalam pelaksanaan penataan RTH publik di Kota Balikpapan.

27
Penataan RTH publik dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi dari SKPD yang
melaksanakan penataan RTH tersebut.

6) Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik


Para pemangku kepentingan politik di Kota Balikpapan juga mendukung adanya
penataan RTH publik di Kota Balikpapan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
dukungan politik di dalam proses penyusunan anggran di parlemen sehingga
anggaran tentang penataan RTH publik menjadi agenda prioritas yang harus
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Iklim investasi ekonomi di Kota
Balikpapan juga menjadi faktor pendukung dari sektor swasta hal ini ditunjukkan
dengan pihak swasta yang ikut mendukung adanya penataan RTH yang ada di
Kota Balikpapan. Setiap ada pihak swasta yang ingin mendirikan bangunan akan
mengikuti prosedur yang berlaku yaitu menrencanakan RTH pada setiap
bangunan yang akan di bangun. Pihak pengembang perumahan mendirikan
kawasan pemukiman dengan merencanakan adanya taman lingkungan di setiap
cluster yang dibangun di kawasan perumahan dan juga menetapkan pekarangan
rumah dijadikan taman yang harus dimilik setiap rumah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pihak swasta juga mendukung dengan kebijakan penataan RTH publik
yang ada di Kota Balikpapan. Walaupun pembangunan di perumahan belum
sepenuhnya terbangun tetapi mereka menjelaskan bahwa konsep RTH yang
diajukan di dalam KRK sudah disetujui dan akan dibangun secara bertahap. Dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 menjelaskan bahwa
Peran Masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat sesuai dengan hak dan
kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sondang P. Siagian dalam
Khairuddin (2000:125) menjelaskan bahwa partisipasi dari masyarakat luas mutlak
diperlukan, oleh karena mereka itulah yang pada akhirnya melaksanakan berbagai
kegiatan pembangunan, rakyat banyak memegang peranan sekaligus sebagai
objek dan subjek.

7) Solusi
Bahwa dalam rangka meningkatkan fungsi ruang terbuka hijau sebagai
paru-paru kota, penyangga resapan air, menciptakan keseimbangan lingkungan
sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, bahwa seiring
dengan laju pembangunan Kota Balikpapan terdapat adanya kecenderungan

28
masyarakat untuk memanfaatkan ruang terbuka hijau untuk berbagai
kepentingan dengan fungsi lain. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang
berwawasan lingkungan guna meningkatkan mutu kehidupan bagi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang diperlukan adanya kebijakan
Pemerintah Kota Balikpapan menyangkut perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap ruang terbuka hijau dalam bentuk
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau yang
diselaraskan dengan situasi dan kondisi perkembangan Kota Balikpapan
serta dalam rangka menyongsong Kota Balikpapan sebagai daerah
penyangga sekaligus otot Ibu Kota Negara (IKN).

• Dalam peraturan ini diatur tentang pengelolaan ruang terbuka hijau termasuk
didalamnya mengatur tentang ketentuan umum, fungsi dan jenis RTH,
perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan dan pengendalian, peran serta
masyarakat, pembinaan, larangan, pembiayaan, ketentuan penyidik, ketentuan
pidana, serta ketentuan penutup

• Kesadaran pemerintah akan perlunya pengelolaan lingkungan di perkotaan


sudah berlangsung cukup lama. Apalagi semenjak dilombakannya gelar
Adipura bagi kota yang bersih, maka gerakan kebersihan dan penataan kota
mulai memasyarakat.
• Karena hal tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan bertekad memperbaiki dan
mempertahankan Kota Balikpapan sebagai kota yang bersih, indah, dan
nyaman melalui berbagai program, antara lain K3 (ketertiban, kebersihan, dan
keindahan) sehingga mencapai kota yang Clean, Green, dan healthy menuju
livable city. Sejauh ini Kota Balikpapan sudah meraih Adipura Kencana selama
5 kali, bahkan pada tahun 2014 ini juga Pemerintah Kota Balikpapan sebagai
kota besar telah menerima penghargaan sebagai kota bersih di level Asean.
• Pembangunan Hutan Kota dan jalur hijau merupakan upaya terobosan untuk
menurunkan panas dan meningkatkan kenyamanan, keserasian, dan
keindahan. Jenis- jenis pohon penghasil buah komersial yang ditanam juga
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
• Hal terpenting adalah implementasi peraturan oleh seluruh elemen masyarakat
sehingga kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Balikpapan dapat disediakan
oleh pemerintah.

29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota
/perkotaan, ruang terbuka hijau berfungsi untuk menjaga ketersediaan lahan
sebagai kawasan resapan air; menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan yang berguna untuk
kepentingan masyarakat; dan meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan
sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar,
indah, dan bersih;
2. Kota mempunyai luas lahan terbatas, permintaan akan pemanfaatan lahan kota
yang terus berkembang untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan baik
industri, perumahan dan fasilitas kota lainnya, sehingga perlu dilakukan
pengamanan terhadap RTH yang sudah ditetapkan agar tidak alihfungsikan;
3. RTH Kota Balikpapan belum memenuhi persyaratan sesuai dengan yang
tercantum dalam yang wajib dialokasikan pada suatu kota adalah 30 %, 20 %
Publik dan 10 % Privat sesuai yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota
Balikpapan Tentang RTRW Kota Balikpapan Tahun 2012-2023 dan Peraturan
Daerah Kota Balikpapan Nomor 3 Tentang Pengelolaan RTH di Kota Balikpapan;
4. Sebagai daerah penyangga Ibu Kota Negara (IKN) maka untuk mempertahankan
komitmen Pemerintah Kota Balikpapan terhadap pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) perlu mengkaji kembali pengaturan dalam kebijakan tersebutyang
dinilai kurang relevan menghadapi perkembangan wilayah dan rencana
perubahan kebijakan Pemerintah Pusat terhadap pembangunan Ibu kota Negara
(IKN) di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

B. SARAN

1. Dalam Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 3 Tahun 2019 ini diatur tentang
pengelolaan ruang terbuka hijau termasuk didalamnya mengatur tentang
ketentuan umum, fungsi dan jenis RTH, perencanaan, pelaksanaan pemanfaatan
dan pengendalian, peran serta masyarakat, pembinaan, larangan, pembiayaan,
ketentuan penyidik, ketentuan pidana, serta ketentuan penutup

2. Kesadaran Pemerintah akan perlunya pengelolaan lingkungan di perkotaan


sudah berlangsung cukup lama. Apalagi semenjak dilombakannya gelar Adipura

30
bagi kota yang bersih, maka gerakan kebersihan dan penataan kota mulai
memasyarakat. Karena hal tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan bertekad
memperbaiki dan mempertahankan Kota Balikpapan sebagai kota yang bersih,
indah, dan nyaman melalui berbagai program, antara lain K3 (ketertiban,
kebersihan, dan keindahan) sehingga mencapai kota yang Clean, Green, dan
healthy menuju livable city. Sejauh ini Kota Balikpapan sudah meraih Adipura
Kencana selama 5 kali, bahkan pada tahun 2014 ini juga Pemerintah Kota
Balikpapan sebagai kota besar telah menerima penghargaan sebagai kota bersih
di level Asean.
3. Pembangunan Hutan Kota dan jalur hijau merupakan upaya terobosan untuk
menurunkan panas dan meningkatkan kenyamanan, keserasian, dan keindahan.
Jenis- jenis pohon penghasil buah komersial yang ditanam juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Hal terpenting adalah implementasi peraturan oleh seluruh elemen masyarakat
sehingga kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Balikpapan dapat disediakan
oleh Pemerintah Kota Balikpapan dengan pertimbangan rekomendasi bahwa:
a. Pentingnya basis data (database) sebagai acuan data empiris penyediaan
dan pemanfaatan RTH perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan dan
pemutakhiran database RTH secara berkala (1-2 tahun) yang harus
terintegrasi dengan sistem infromasi perkotaan lain yang dikelola oleh
Pemerintah Kota Balikpapan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan lain dalam penyelenggaraan Kota Balikpapan yang layak huni,
modern, dan sejahtera dalam bingkai Madinatul Iman;
b. Pentingnya kelembagaan pengelolaan RTH perlu diwujudkan dengan
pembentukan UPTD RTH yang secara khusus mengelola dalam
penyediaan dan pemanfaatan RTH. Penentuan desain kelembagaan,
kewenangan, hak dan kewajiban, struktur organisasi, serta pengelolaan
keuangan perlu dikaji lebih lanjut untuk pelaksanaan UPTD RTH yang
efisien dan optimal.
c. Pentingnya inventarisasi dan legalisasi RTH perlu diwujudkan dengan
identifikasi kondisi aktual maupun potensial dari ketersediaan RTH di
wilayah administrasi Kota Balikpapan. Inventarisasi dilakukan tidak hanya
pada aset milik Pemerintah Daerah Kota Balikpapan saja, namun perlu
dilengkapi dengan data aset milik Pemerintah Pusat, Provinsi, termasuk
yang dimiliki/dikelola swasta. Berdasarkan data inventarisasi, perlu
dilakukan legalisasi terhadap aset RTH milik Pemerintah Daerah melalui

31
penetapan Walikota dan dapat dikembangkan lebih lanjut melalui konsep
“RTH Abadi”.
d. Pentingnya pemenuhan luas minimal RTH untuk mewujudkan RTH
berkualitas, perlu ditindaklanjuti dengan skema kerja sama yang potensial
dilakukan oleh Pemerintah Kota Balikpapan dengan berbagai pihak baik
dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi melalui skema pengajuan bersama
(Jointly Claimed) atau dengan swasta melalui skema Privately Owned
Public Spaces (POPS). Setiap kawasan/zona yang akan dikerjasamakan
perlu dipastikan status kepemilikan lahannya. Status kepemilikan yang
jelas dapat langsung ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama dengan
ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh kedua belah pihak.
e. Pentingnya penyediaan RTH baru dalam berbagai tipologi dan skala
pelayanan RTH perlu diwujudkan dengan pengadaan tanah untuk
meningkatkan jumah serta peningkatan kualitas dengan menghitung RTH
berdasarkan Indeks Hijau-Biru Indonesian (IHBI) dan memanfaatkan
berbagai fungsi ruang hijau di bangunan. Penerapan perhitungan IHBI
dalam penyediaan RTH di Kota Balikpapan, terutama dalam penerapan
faktor hijau, dapat disesuaikan dengan konteks ekologi maupun budaya
masyarakat Kota Balikpapan, sehingga akan hadir program/kegiatan
penyediaan RTH baru yangkhas. Selain itu, penyediaan multiskala perlu
dilakukan untuk mewujudkan keterjangkauan, ketersebaran, dan
keterlayanan dari fungsi RTH terutama untuk tipologi taman mulai dari
taman skala lingkungan hingga taman kota.
f. Pentingnya penyediaan RTH dengan fasilitas yang tepat sesuai kebutuhan
pengguna, perlu diwujudkan dengan proses perencanaan, perancangan,
dan pengelolaan RTH yang baik. Proses pembangunan RTH perlu didasari
atas kebutuhan dari pengguna, dalam hal ini adalah warga Kota
Balikpapan. Persepsi dan preferensi masyarakat menjadi dasar
pertimbangan utama dalam perencanaan (landscape planning), seperti
penyediaan RTH yang tersebar merata meski dalam skala ruang yang
kecil.

32

Anda mungkin juga menyukai