Madya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

PERPAJAKAN

OLEH:

NAMA : MADYA HITA PRAYASSHATI

NIM : 201571034

PRODI : EKONOMI HINDU

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI
GDE PUDJA MATARAM
1. Jelaskan yang dimaksud dengan :
a. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan merupakan suatu badan atau perorangan yang
wajib membayar pajak karena sudah di kenakan pajak dari negara.
Subjek pajak badan merupakan semua badan yang telah berkembang dan
berdiri di Indonesia, akan tetapi badan non komersial dan badan yang
biayanya berasal dari APBN/APBD tidak termasuk dalam subjek pajak
badan. Sedangkan subjek pajak orang pribadi adalah semua warganegara
asing yang bertempat tinggal di Indonesia ataupun bertempat tinggal di
luar negeri, namun mempunyai penghasilan di Indonesia.
b. Subjek pajak Dalam Negeri
Subjek pajak dalam negeri ditentukan oleh domisili pendiriannya atau
lamanya suatu aktivitas bisnis dilakukan di Indonesia. Subjek pajak dalam
negeri bisa berupa orang perorangan, badan atau warisan yang belum
dibagi. Jika orang perorangan lahir di Indonesia atau telah lama tinggal
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan tau berniat untuk tinggal
lama di Indonesia, dia dapat disebut sebagai subjek pajak pribadi dalam
negeri. Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam
negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di
Indonesia. Termasuk dalam pengertian orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia adalah mereka yang mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia. Apakah seseorang mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia ditimbang menurut keadaan. Keberadaan orang
pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari tidaklah harus berturut turut, tetapi
ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia dalam
jangka waktu 12 bulan sejak kedatangannya di Indonesia. Begitu juga
dengan badan. Suatu badan dapat disebut sebagai subjek dalam negeri
ketika didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia selama lebih dari
183 hari. Namun unit tertentu dari badan pemerintah yang dibentuk
berdasarkan peraturan perundang undangan atau pembiayaannya
bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) / APBD
(Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) dikecualikan dari ketentuan ini.
c. Subjek pajak luar negeri
Subjek pajak luar negeri mencakup orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tapi tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan usaha tetap
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia namun
menjalankan usaha atau bisnis di Indonesia.
Bentuk usaha tetap (dalam pembahasan badan usaha) adalah bentuk usaha
yang dipergunakan oleh badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia,.
d. Yang tidak termasuk subjek pajak
 Kantor perwakilan negara asing
 Pejabat pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat
pejabat lain dari negara asing dan orang orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersama sama
mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
 Organisasi Internasional dengan syarat:
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
- Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman
kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para
anggota.
 Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana
dimaksud pada angka 3 dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan
lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2. Jjk
3. Jelaskan yang dimaksud dengan:
a. Deductible Expenses
Deductible expense merupakan biaya yang dapat digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan guna untuk dapat
dikurangkan atas penghasilan kena pajak atau penghasilan brutonya.
Deductible expense ini yang menjadi pengurangan wajib pajak untuk
mengetahui jumlah dari penghasilan neto yang akan digunakan sebagai
dasar perhitungan pajak penghasilan.
b. Non Deductible Expenses
Non-Deductible Expense adalah biaya yang tidak diperbolehkan untuk
mengurangi penghasilan bruto karena pengeluaran yang dikeluarkan untuk
memperoleh penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, seperti
pembayaran imbalan dalam bentuk natura, sumbangan, pengeluaran untuk
kepentingan pribadi pemilik, cadangan atau pemupukan dana cadangan,
pajak penghasilan, dan biaya lainnya yang tidak diperbolehkan (Resmi,
2017).
c. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai non deductible
expenses
Sesuai dengan pasal 9 UU Pph berikut adalah yang termasuk non
deductible expense :
 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen.
 Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
 Pembentukan dana cadangan, kecuali pembentukan dana cadangan
yang dapat dikurangkan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Kementerian Keuangan (PMK No.81/PMK.03/2009 dan PMK
No.219/PMK.011/2012)
 Premi asuransi yang berkaitan dengan kesehatan, kecelakaan, jiwa,
dwiguna, dan beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan. Kecuali yang
diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
 Aset yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf
b, kecuali sumbangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf i sampai dengan huruf m UU PPh serta zakat yang
diterima oleh lembaga amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui
di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
 Pajak Penghasilan.
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

4. Penghasilan tidak kena pajak merupakan PTKP merupakan pengurangan


penghasilan bruto yang diberikan kepada Orang Pribadi Wajib Pajak Dalam
Negeri sebelum menghitung PPh terutang yang tidak bersifat final.
5. Perkembangan penyesuaian besarnya penghasilan PTKP
Pemerintah telah mengubah besaran PTKP sebanyak 9 kali.
UU No.7 Tahun 1983 (berlaku mulai 1 Januari 1984 sampai dengan 31
Desember 1994)
 Untuk diri wajib pajak : Rp960.000
 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp480.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp960.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp480.000
UU No.10 Tahun 1994 (berlaku mulai 1 Januari 1995 sampai dengan 31
Desember 2000)
 Untuk diri wajib pajak : Rp1.728.000
 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp864.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp1.728.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp864.000

UU No. 17 Tahun 2000 (berlaku mulai 1 Januari 2001 sampai dengan 31


Desember 2004)
 Untuk diri wajib pajak : Rp2.880.000
 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp1.440.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp2.880.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp1.440.000

PMK No.564/KMK03/2004 (berlaku mulai 1 Januari 2005 sampai dengan 31


Desember 2005)

 Untuk diri wajib pajak : Rp12.000.000


 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp1.200.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp12.000.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp1.200.000

PMK No.137/PMK.03/2005 (berlaku mulai 1 Januari 2006)

 Untuk diri wajib pajak : Rp13.200.000


 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp1.200.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp13.200.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp1.200.000

UU No.36 Tahun 2008 (berlaku mulai 1 Januari 2009)

 Untuk diri wajib pajak : Rp15.840.000


 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp1.320.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp15.840.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp1.320.000

PMK No.162/PMK.011/2012 (berlaku mulai 1 Januari 2013)

 Untuk diri wajib pajak : Rp24.300.000


 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp2.025.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp24.300.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp2.025.000

PMK No.122/PMK.010/2015 (berlaku mulai tahun pajak 2015 )

 Untuk diri wajib pajak : Rp36.000.000


 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp3.000.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp36.000.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp3.000.000

PMK No.101/PMK 010/2016 (berlaku mulai tahun pajak 2016 sampai


sekarang)

 Untuk diri wajib pajak : Rp54.000.000


 Tambahan untuk wajib pajak kawin : Rp4.500.000
 Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung : Rp54.000.000
 Tambahan untuk setiap tanggungan : Rp4.500.000
Besaran tersebut merupakan PTKP yang diberikan per tahun. Adapun
besarnya PTKP ditentukan berdasarkan pada keadaan wajib pajak pada awal
tahun (1 Januari). Namun, bagi pegawai baru yang datang dan menetap di
Indonesia dalam bagian tahun kalender (tidak 1 Januari), PTKP ditentukan
berdasarkan pada keadaan awal bulan dari bagian tahun tersebut (Pasal 11
PER-16/PJ/2016).

Anda mungkin juga menyukai