Tax Consulting
Tax Consulting
Tax Consulting
Pajak Penghasilan
Fanya Twinesta AB/19/234202101
1. Pengertian Subjek Pajaksubjek pajak merupakan orang atau badan atau pihak yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenai pajakpengertian subjek pajak meliputi orang pribadi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan
dan bentuk usaha tetap
2. Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar NegeriA. Subjek Pajak Dalam Negeri
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
2. bagi badan yang didirikan atau bertempat duduk di Indonesia dimulai pada saat badan tersebut didirikan
3. bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan
badan yang tidak didirikan di Indonesia yang menjalankan usaha melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia kewajibannya dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha
4. bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
5. bagi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, kewajiban subjektifnya dimulai pada
saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut
6. Apabila kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal atau yang berada di Indonesia hanya meliputi
sebagian dari tahun pajak, maka bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak
CARA MENGHITUNG PAJAK
cara menghitung pajak penghasilan adalah mengalihkan tarif pajak dengan penghasilan kena pajak
1. Wajib Pajak BadanPenghasilan Kena Pajak dihitung dengan cara mengurangkan penghasilan yang merupakan objek pajak
dengan biaya-biaya yang diperkenankan menurut pajak. Penghasilan Kena Pajak Penghasilan sebagai Objek Pajak - BiayaContoh
penghitungan: Peredaran bruto tahun 2016 (objek pajak WP Badan) Rp 100.000.000.000,00 Biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan
Penghasilan Kena PajakRp 65.000.000.000,00 (-) Rp 35.000.000.000,00PPh Badan Terutang:25% x Rp35.000.000.000,00 =
Rp8.750.000.000,00
2. Wajib Pajak Orang PribadiUntuk menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, di samping biaya-biaya
yang diperkenankan menurut pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak dikurangi pula dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak.Penghasilan Kena Pajak Penghasilan sebagai objek pajak - Biaya – PTKP
Contoh Penghitungan:Peredaran bruto (objek pajak)Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Penghasilan neto
Pengurangan PTKP (TK/0)Penghasilan Kena PajakPPh Terutang:5% x Rp50.000.000,00
15%xRp131.000.000,00
Rp300.000.000,00
Rp 65.000.000,00 (-)Rp235.000.000,00Rp
54.000.000,00 (-)
Rp181.000.000,00
Rp 2.500.000,00
Rp19.650.000,00
Total PPh TerutangRp22.150.000,00
SAAT PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN
OBJEK PAJAK
objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk
menghitungpajak terutang. Objek pajak untuk PPh adalah penghasilan. Pengertian
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yangberasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atauuntuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
OBJEK PAJAK
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan
atau melalui amortisasi.
PENGURANGAN PENGHASILAN (BIAYA)
Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat pula dibedakan
menjadi:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses). Pengeluaran yang
dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih. dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa
manfaat dari pengeluaran tersebut.
2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya (non-deductible expenses). Pengeluaran
yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya
adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam batas batas yang wajar sesuai
dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Oleh karena itu, pengeluaran yang melampaui batas
kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto
PENGURANGAN PENGHASILAN (BIAYA)
1. biaya yang diperkenankan bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
e. kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih,
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah,
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERHITUNGAN KENA
PAJAK
Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tap termasuk
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak
2. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final.
3. Raya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan pajak
bendasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus perhatikan
Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang PPh
4. Pajak Penghasilan yang dinangpong oleh perberi penghasilan, kecuali pajak atas penghasilan
yang dimaksud dalam Pesal 26 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk
dividen sepaniang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk
pemotongan pajak dan
5. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
Kompensasi Kerugian
Contoh:PT A dalam tahun 2011 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5
(lima) tahun berikutnya, laba rugi fiskal PT A adalah sebagai berikut2012 laba fiskal
Rp200.000.000.00
2013: laba fiskal (Rp.300.000.000,00)
2014 laba liskal Rp NIHIL
2015: laba fiskal Rp300.000.000,00
2016 laba iskal Rp800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut: rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2012Sisa
rugi fiskal tahun 2011.Rugi fiskal tahun 2013Sisa rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2014Sisa
rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2015 Sisa rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2016Sisa
rugi fiskal tahun 2011(Rp1.200.000.000,001Rp 200.000.000,00 (+) (Rp1.000.000.000,00)(Rp
300.000.000,00)(Rp 1.000.000,000,00)NIHIL(Rp 1.000.000.000,00)Rp 100.000.000,00 (+)(Rp
900.000.000,00)Rp 800.000.000,00 (+)(Rp 100.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp100.000.000.00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa pada
akhir tahun 2016, tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015. sedangkan rugi
fiskal 2013 sebesar Rp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun
2017 dan tahun 2018, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2014 berakhir pada
akhir tahun 2018.Dalam menghitung Laba Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Wajih Pajak diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan sebagai Biaya (Non-
deductible Expenses)
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk
usaha tetap tidak boleh dikurangkan dengan hal berikut ini.
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi
beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan sebagai
Biaya (Non-deductible Expenses)
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan akenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan, yang ditetapkan denganatau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j,
huruf k, huruf 1, dan huruf m Undang-Undang Pajak Penghasilan serta zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah,
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan sebagai
Biaya (Non-deductible Expenses)
h. Pajak Penghasilan; Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini yaitu Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib
Pajak yang bersangkutan.
i.Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Walib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya,
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komandi vang modainya tidak terbagi
atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan perundang undangan di bidang perpajakan.
Pengertian pegawai dimaksudkan adalah seluruh pegawai termasuk dewan direksi dan
komisaris.
Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi pegawai yang menerimanya berupa
1. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang
kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah.
Bagi Wajib Patak yang istrinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan
penghasilannya, maka Wajib Pajak tersebut mendapat tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk
seorang istri sebesar Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah
TARIF PAJAK
Besarnya Tarif Pajak Penghasilan
Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak
Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan
Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui
suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut.
Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak terutang adalah Penghasilan Kena Pajak atau sering
disingkat PhKP. Tetap berlandaskan atau bersumber laporan keuangan perusahaan (daftar perhitungan laba
rugi/profit and loss statement) setelah dilakukan koreksi fiskal positif dan/atau negatif dapat diperoleh
penghasilan neto setelah koreksi. Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan
Kena Pajak harus terlebih dahulu Penghasilan Neto setelah Koreksi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTКР).
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa:Pajak Terutang x Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak
Tarif yang digunakan dapat mengikuti antara lain sebagai berikut.
1. Tarif umum
2. Tarif khusus
3. Tarif sesuai undang-undang
Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang
terutang. Dalam undang-undang dikenal dua golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib
Pajak Luar Negeri
PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK
Bagi Wajib PajakLuar Negeri penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak dibedakan antara: 1. Wajib Pajak
luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia2. Wajib Pajak luar negeri lainnya. Orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subjektifnya
sebagai subjek pajak Dalam Negeri adalah 3 (tiga) bulan, dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh
penghasilan sebesar 30.000.000
Oleh karena itu, mengacu pada Pasal 8 Undang-Undang Pajak Penghasilan, seluruh penghash karena
kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu
pula kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya sual bagian dikompensasikan, dianggap
sebagai penghasilan atau kerugian suaminya yang belum dikompensasikan sebagai satu kesatuan.
Pengecualiannya yaitu penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi
kerja yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya
dengan usahaatau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya. Penggabungan penghasilan istri
tersebut tidak dilakukan dalam hal penghasilan istri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah
dipotong pajak (PPh Pasal 21) oleh pemberi kerja, dengan ketentuan bahwa:
1. penghasilan istri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
2. penghasilan istri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Pemisahan Penghasilan
Pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan suami-istri dapat dilakukan secara terpisah apabila:1.
suami-istri telah hidup berpisah (HB). Apabila suami-istri telah hidup berpisah, penghitungan Penghasilan
Kena Pajak dan pengenaan Pajak Penghasilannya dilakukan sendiri-sendiri. 2. Dikehendaki secara tertulis
oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Apabila suami-istri mengadakan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis, maka penghitungan Pajak Penghasilannya
dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami-istri dan besarnya Pajak Penghasilan yang
harus dilunasi oleh masing-masing suami-istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto
mereka.
Penghasila Penghasilan Anak yang Belum Dewasa dan Usaha Jasa
Konstruksi
Penghasilan anak yang belum dewasa digabungkan dengan penghasilan orang tuanya, kecuali penghasilan dar
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha orang yang mempunyai hubungan keluarga baik sedarah
maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat. Dengan demikian, penghasila
anak yang belum dewasa yang tidak digabungkan dengan penghasilan orang tuanya hanya penghasilan yang
berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan dari orang yang mempunyai
hubungan istimewa dengan anak tersebut.
FASILITAS PERPAJAKAN ATAS PENANAMAN MODAL DI BIDANG
USAHA/DAERAH TERTENTU
Sesuai dengan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan jo. Peraturan Pemerintah Nomor
148 Tahun 2000, kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal baru atau perluasan penanaman
modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu, diatur sebagai berikut.
1. Pengertian
a. Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang-bidang usaha di sektor-sektor kegiatan ekonomi yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional khususnya dalam rangka peningkatan ekspor;
b. Daerah-daerah tertentu adalah terpencil yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak
dikembangkan tetapi prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh
transportasi umum, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima
puluh) meter, yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral termasuk gas bumi.
2. Fasilitas Perpajakan Wajib Pajak Dalam Negeri berbentuk Perseroan Terbatas yang melakukan
penanaman modal baru atau perluasan di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah
tertentu diberikan fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Keputusan Presiden berbentuk berikut.
a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penananam modal
dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing tahunnya sebesar 5% (lima persen) per tahun.
b. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
FASILITAS PERPAJAKAN ATAS PENANAMAN MODAL DI BIDANG
USAHA/DAERAH TERTENTU
c. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5(lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Tambahan 1 tahun apabila penanaman modal dilakukan di bidang-bidang usaha yang tergolong
berisiko tinggi; apabila penanaman modal memerlukan investasi
2) Tambahan 1 tahunpengeluaran yang besar untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha;
3) Tambahan 1 tahun apabila mempekerjakan tenaga kerja Indonesia baik pemimpin, staf maupun
tenaga buruh yang melebihi jumlah tertentu;
4) Tambahan 1 tahun apabila penanaman modal dilakukan di bidang usaha yang seluruhnya atau
sebagian besar berorientasi ekspor;
5) Tambahan 1 tahun apabila penanaman modal dilakukan di daerah terpencil.
d. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak Luar Negeri
sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda yang berlaku.
PENGATURAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA
TERTENTU SESUAI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN
Sebagai salah satu prinsip yang perlu kiranya dipegang teguh di dalam undang-undang perpajakan adalah
diberlakukan dan diterapkannya perlakuan yang sama terhadap semua Wajib Pajak atau terhadap kasus-kasus
dalam bidang perpajakan yang hakikatnya sama. dengan berpegang pada ketentuan peraturan perundang-
undangan. Setiap adanya kemudahan dalam bidang perpajakan dan memang benar diperlukan harus mengacu
pada kaidah di atas dan perlu dijaga agar di dalam penerapannya tidak menyimpang dari maksud dan tujuan
diberikannya kemudahan tersebut.Ketentuan ini dapat digunakan untuk mencakup kemungkinan perjanjian
dengannegara-negara lain dalam bidang perdagangan, investasi, dan bidang lainnya. KepadaWajib Pajak yang
melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/ataudi daerah-daerah tertentu yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, dapat diberikan
fasilitas perpajakan dalam bentuk:
1. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman yang dilakukan;
2. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
3. kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan
4. pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
sebesar 10% (sepuluh persen). kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan
yang berlaku menetapkan lebih rendah.
FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KAPET
Untuk Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas perpajakan atas kegiatan usaha di Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Perlakuan Perpajakan di KAPET yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000,
atas kegiatan usaha tersebut tidak lagi diberikan fasilitas perpajakan seperti pada Peraturan Pemerintah Nomor
148 Tahun 2000.
Fasilitas yang diberikan kepada wajib pajak badan adalah pengurangan pajak penghasilan badan yang
diberikan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan utama usaha yang merupakan industri
pionir. Bentuk fasilitasnya berupa pengurangan pajak penghasilan badan diberikan paling banyak 100% dan
paling sedikit 10% dari jumlah pajak penghasilan badan yang terutang. Wajib pajak badan yang diberikan
fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan yaitu yang memenuhi kriteria;
1. Merupakan wajib pajak baru
2. Merupakan industri pionir
3. Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang
berwenang paling sedikit sebesar Rp 1.000.000.000.000
4. Memenuhi ketentuan besaran perbandingan antara utang dan modal yang diatur dalam PMK.
5. Menyampaikan surat pernyataan kesanggupan untuk menempatkan dana di perbankan di Indonesia, paling
sedikit 10% dari total rencana penanaman modal dan dana tersebut tidak ditarik sebelum saat dimulainya
pelaksanakan realisasi penanaman modal.
6. Berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengasahannya ditetapkan sejak atau setelah tanggal 15
Agustus 2011.
Perlakuan PPH atas Stock Option
1. Stock option. Penawaran yang diberikan oleh suatu perusahaan di luar negeri yang telah menjual
sahamnya di Bursa efek di luar negeri.
2. Penawaran tersebut akan dicabut kembali setelah melewati jangka waktu yang ditentukan.
3. Apabila karyawan menggunakan haknya atas penawaran dan kemudian terjadi kenaikan harga pasar
maka karyawan yang bersangkutan dapat memilih menjual kembali saham pada saat itu atau menyimpan
saham sebagai investasi untuk dijual kembali di masa mendatang.
4. Selisih harga pasar dengan harga tertentu yang lebih rendah dari harga pasar
5. Harga tertentu adalah harga jual saham yang ditawarkan oleh suatu perusahaan di luar negeri kepada
karyawan atau orang pribadi kalangan terbatas
6. Penghasilan pemegang saham berupa deviden atau capital gain
7. Apabila saham dijual maka selisih harga jual dengan harga perolehan merupakan penghasilan yang
terutang pajak penghasilan.
Perlakuan PPH atas Penjualan Barang atau Pemberian Kredit
dengan Fasilitas Khusus yang Diberikan kepada Karyawan
Atas penjualan barang dengan harga khusus atau harga yang lebih murah dibanding harga pasar dan
pemberian kredit dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga pasar oleh perusahaan
kepada karyawan diberlakukan aturan perpajakan sebagai berikut;
1. Pemberian fasilitas berupa harga jual barang yang lebih murah atau tingkat suku bunga pinjaman lebih
rendah oleh perusahaan kepada karyawan adalah penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah.
2. Pada penjualan barang yang dilakukan perusahaan pada karyawan dengan harga yang telah
disebutkan maka selisih harga pokok barang dengan harga jual khusus adalah koreksi fiskal terhadap
harga pokok penjualannya.
3. Pemberian pinjaman yang dilakukan perusahaan kepada karyawan diberlakukan perpajakan yaitu
selisih tingkat suku bunga yang dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain dengan bunga yang
dibebankan kepada karyawan merupakan koreksi fiskal bagi perusahaan yang memberikan pinjaman.
Perlakuan PPH atas biaya bunga dan biaya overhead dalam masa
konstruksi
Mengacu pada Pasal 6 ayat 1 huruf a undang-undang PPH bunga pinjaman dan biaya overhead
termasuk dalam pengertian biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. berdasarkan pada
acuan di atas maka;
1. Apabila suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai pembangunan pabrik atau bangunan lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun biaya bunga yang timbul selama masa konstruksi
harus dikapitalisasi dan pembebanannya melalui penyusutan.
2. Pinjaman yang dipergunakan untuk membiayai pembelian tanah biaya bunganya harus dikapitalisasi
ke dalam harga perolehan tanah tetapi tidak dapat dibebankan ke penyusutan.
3. Pinjaman yang dipergunakan untuk membiayai pembangunan pabrik dan pembelian tanah serta aset
lainnya yang tidak dapat dipisah-pisahkan perhitungan kapitalisasinya ke dalam masing-masing aset
dapat dilakukan secara rata.
4. Biaya overhead seperti biaya gaji atau tunjangan biaya perjalanan yang berkaitan dengan
pembangunan pabrik atau bangunan lain yang timbul selama masa konstruksi harus dikapitalisasi yang
pembebanannya melalui penyusutan.
Perlakuan PPh atas selisih kurs
Keuntungan pajak penghasilan karena selisih kurs mata uang asing merupakan objek PPh. Keuntungan
tersebut dapat disebabkan adanya fluktuasi kurs mata uang asing atau kebijaksanaan di bidang moneter.
Sedangkan, kerugian yang diakibatkan oleh selisih kurs mata uang asing merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Pembebanan kerugian didasarkan pada kurs yang digunakan pada
saat pembukuan.