Tax Consulting

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

BAB 7

Pajak Penghasilan
Fanya Twinesta AB/19/234202101

Dosen Pengampu : Lely Kumalawati,S.E,.M.Sa


SUBJEK PAJAK

1. Pengertian Subjek Pajaksubjek pajak merupakan orang atau badan atau pihak yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenai pajakpengertian subjek pajak meliputi orang pribadi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan
dan bentuk usaha tetap

2. Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar NegeriA. Subjek Pajak Dalam Negeri

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:

1) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;


2) pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah;
3) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah; dan4) pembukuannya
diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
SUBJEK PAJAK
1. Pengertian Subjek Pajaksubjek pajak merupakan orang atau badan atau pihak yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenai pajakpengertian subjek pajak meliputi orang pribadi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan dan
bentuk usaha tetap

2. Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri


A. Subjek Pajak Dalam Negeri
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada
di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:
1) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
3) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah; dan
4) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
3. Tidak Termasuk Subjek Pajak
1. kantor perwakilan negara asing
2. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
3. organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha berasal
dari iuran anggota
4. pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga negara Indonesia
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
1. bagi orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia kewajiban pajak subjektifnya dimulai dari saat ia dilahirkan di
Indonesia atau orang pribadi dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia

2. bagi badan yang didirikan atau bertempat duduk di Indonesia dimulai pada saat badan tersebut didirikan
3. bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan
badan yang tidak didirikan di Indonesia yang menjalankan usaha melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia kewajibannya dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut menjalankan usaha
4. bagi orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan
yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia dimulai pada saat orang pribadi atau badan tersebut
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
5. bagi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, kewajiban subjektifnya dimulai pada
saat timbulnya warisan yang belum terbagi tersebut
6. Apabila kewajiban pajak subjektif orang pribadi yang bertempat tinggal atau yang berada di Indonesia hanya meliputi
sebagian dari tahun pajak, maka bagian tahun pajak tersebut menggantikan tahun pajak
CARA MENGHITUNG PAJAK
cara menghitung pajak penghasilan adalah mengalihkan tarif pajak dengan penghasilan kena pajak
1. Wajib Pajak BadanPenghasilan Kena Pajak dihitung dengan cara mengurangkan penghasilan yang merupakan objek pajak
dengan biaya-biaya yang diperkenankan menurut pajak. Penghasilan Kena Pajak Penghasilan sebagai Objek Pajak - BiayaContoh
penghitungan: Peredaran bruto tahun 2016 (objek pajak WP Badan) Rp 100.000.000.000,00 Biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan
Penghasilan Kena PajakRp 65.000.000.000,00 (-) Rp 35.000.000.000,00PPh Badan Terutang:25% x Rp35.000.000.000,00 =
Rp8.750.000.000,00
2. Wajib Pajak Orang PribadiUntuk menghitung Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, di samping biaya-biaya
yang diperkenankan menurut pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak dikurangi pula dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak.Penghasilan Kena Pajak Penghasilan sebagai objek pajak - Biaya – PTKP
Contoh Penghitungan:Peredaran bruto (objek pajak)Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
Penghasilan neto
Pengurangan PTKP (TK/0)Penghasilan Kena PajakPPh Terutang:5% x Rp50.000.000,00
15%xRp131.000.000,00
Rp300.000.000,00
Rp 65.000.000,00 (-)Rp235.000.000,00Rp
54.000.000,00 (-)
Rp181.000.000,00
Rp 2.500.000,00
Rp19.650.000,00
Total PPh TerutangRp22.150.000,00
SAAT PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN

1. melalui pihak lain


a. terhadap pemotongan pajak penghasilan oleh pihak-pihak yang melakukan pemotongan PPh pasal 21 dilakukan pada akhir bulan terjadinya
pembayaran
b. pemungutan pajak penghasilan oleh pihak-pihak yang melakukan pemungutan pada saat pembayaran, atau tertentu lainnya yang diatur oleh
menteri keuangan
c. pemotongan pajak penghasilan oleh pihak-pihak yang dimaksud dilakukan pada akhir bulan, dibayarkannya penghasilan disediakan untuk
dibayarkan penghasilan atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan
d. pemotongan pajak penghasilan oleh pihak atas penghasilan dilakukan pada akhir bulan dibayarkannya penghasilan, disediakan untuk
dibayarkannya penghasilan atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
disediakan untuk dibayarkannya penghasilan atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan
2. Langsung Oleh Wajib Pajak Sendiri
a.untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari badan-badan yang tidak wajib
melakukan pemotongan penyetoran dan pelaporan pajak, wajib memiliki NPWP dan melaksanakan sendiri perhitungan dan pembayaran pajak
penghasilan yang terutang dalam tahun berjalan
b. pelunasan pajak penghasilan melalui pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri yakni angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak
berjalan
c. pelunasan pajak penghasilan melalui pembayaran pajak oleh wajib pajak atau penghasilan tertentu yang diatur sendiri dengan peraturan
pemerintah
3. saat sesudah akhir tahun pajakdilakukan apabila jumlah pajak penghasilan yang terutang untuk satu tahun pajak lebih besar dari jumlah
kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan
SANKSI PIDANA
Pasal 39 Undang-Undang KUP menyatakan bahwa seseorang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam dengan pidana penjara paling
sedikit 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

OBJEK PAJAK
objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk
menghitungpajak terutang. Objek pajak untuk PPh adalah penghasilan. Pengertian
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yangberasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atauuntuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
OBJEK PAJAK

1. Penghasilan yang Termasuk sebagai Objek Pajak


a.penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
c. laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak
f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
h. royalti, atau imbalan atas penggunaan hak
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
OBJEK PAJAK

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala


k. keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan peraturan pemerintah
l. keuntungan selisih kurs mata uang asing
m. selisih lebih karena penilaian aktiva Kembali
n. premi asuransi
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak
yang menjalankan usaha atau pekerja bebas
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak
q. penghasilan dari usaha yang berbasis Syariah
r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan
s. surplus Bank Indonesia
OBJEK PAJAK

2. penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak


a.1. bantuan atau sumbangan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
badan keagamaan
b. Warisan
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan asuransi kecelakaan asuransi jiwa, asuransi dwiguna, asuransi beasiswa
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri koperasi badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah
g. iuran yang diterima atau diperoleh dari pension
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham persekutuan perkumpulan, firma dan kongsi
OBJEK PAJAK
j. Dihapus
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan atau bidang penelitian
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib
pajak tertentu
PENGURANGAN PENGHASILAN (BIAYA)
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan
bentuk usaha tetap dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang
bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan
sebagainya.

2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Pengeluaran yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan
atau melalui amortisasi.
PENGURANGAN PENGHASILAN (BIAYA)

Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak dapat pula dibedakan
menjadi:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible expenses). Pengeluaran yang
dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan
usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih. dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa
manfaat dari pengeluaran tersebut.

2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya (non-deductible expenses). Pengeluaran
yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya
adalah pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam batas batas yang wajar sesuai
dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Oleh karena itu, pengeluaran yang melampaui batas
kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran tersebut tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto
PENGURANGAN PENGHASILAN (BIAYA)
1. biaya yang diperkenankan bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
e. kerugian selisih kurs mata uang asing.
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih,
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah,
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERHITUNGAN KENA
PAJAK
Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tap termasuk
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak
2. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya
bersifat final.
3. Raya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan pajak
bendasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma Penghitungan Khusus perhatikan
Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang PPh
4. Pajak Penghasilan yang dinangpong oleh perberi penghasilan, kecuali pajak atas penghasilan
yang dimaksud dalam Pesal 26 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk
dividen sepaniang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk
pemotongan pajak dan
5. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
Kompensasi Kerugian
Contoh:PT A dalam tahun 2011 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5
(lima) tahun berikutnya, laba rugi fiskal PT A adalah sebagai berikut2012 laba fiskal
Rp200.000.000.00
2013: laba fiskal (Rp.300.000.000,00)
2014 laba liskal Rp NIHIL
2015: laba fiskal Rp300.000.000,00
2016 laba iskal Rp800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut: rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2012Sisa
rugi fiskal tahun 2011.Rugi fiskal tahun 2013Sisa rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2014Sisa
rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2015 Sisa rugi fiskal tahun 2011Laba fiskal tahun 2016Sisa
rugi fiskal tahun 2011(Rp1.200.000.000,001Rp 200.000.000,00 (+) (Rp1.000.000.000,00)(Rp
300.000.000,00)(Rp 1.000.000,000,00)NIHIL(Rp 1.000.000.000,00)Rp 100.000.000,00 (+)(Rp
900.000.000,00)Rp 800.000.000,00 (+)(Rp 100.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2011 sebesar Rp100.000.000.00 (seratus juta rupiah) yang masih tersisa pada
akhir tahun 2016, tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2015. sedangkan rugi
fiskal 2013 sebesar Rp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan dengan laba fiskal tahun
2017 dan tahun 2018, karena jangka waktu 5 tahun yang dimulai sejak tahun 2014 berakhir pada
akhir tahun 2018.Dalam menghitung Laba Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.
Wajih Pajak diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berdasarkan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan sebagai Biaya (Non-
deductible Expenses)
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk
usaha tetap tidak boleh dikurangkan dengan hal berikut ini.
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi
beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan sebagai
Biaya (Non-deductible Expenses)
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
dan akenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan, yang ditetapkan denganatau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j,
huruf k, huruf 1, dan huruf m Undang-Undang Pajak Penghasilan serta zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah,
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan sebagai
Biaya (Non-deductible Expenses)
h. Pajak Penghasilan; Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini yaitu Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib
Pajak yang bersangkutan.
i.Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Walib Pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya,
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komandi vang modainya tidak terbagi
atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan perundang undangan di bidang perpajakan.

Penyediaan Makanan dan Minuman, Imbalan Bentuk Natura serta


Kenikmatan di Daerah Tertentu
Sebagaimana diamanatkan Pasal 9 ayat (1) huruf e, perlu memberikan batasan yang jelas mengenai
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam
bentuk natura maupun kenikmatan di daerah tertentu dan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang dapat dikurangkan dari penghasilan yang pemberlakuannya sejak 1 Januari 2009.
Pengertian Pegawai, Pemberian Natura dan Kenikmatan

Pengertian pegawai dimaksudkan adalah seluruh pegawai termasuk dewan direksi dan
komisaris.

Pemberian natura dan kenikmatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja dan bukan merupakan penghasilan bagi pegawai yang menerimanya berupa

1. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang
kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah.

3. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan


pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut.
mengharuskannya.
BANTUAN ATAU SUMBANGAN TERMASUK ZAKAT ATAU
SUMBANGAN KEAGAMAAN DIKECUALIKAN DARI OBJEK PPH
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf "g", bahwa bantuan atau sumbangan termasuk
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah 18 Tahun 2009 yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009.

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK SESUAI UNDANG- UNDANG


PAJAK PENGHASILAN 2008 TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN
MENTERI KEUANGAN
Menteri Keuangan diberikan wewenang untuk mengubah besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan mempertimbangkan
perkembangan ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok setiap tahunnya.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 yang berlaku untuk Tahun Pajak 2016
tentang penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Bagi Wajib Patak yang istrinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan
penghasilannya, maka Wajib Pajak tersebut mendapat tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk
seorang istri sebesar Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah
TARIF PAJAK
Besarnya Tarif Pajak Penghasilan
Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya tarif Pajak
Penghasilan yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan
Wajib Pajak Luar Negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui
suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut.

1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri:


Besarnya Tarif Pajak Penghasilan
2. Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap ditetapkan dengan tarif 28% (dua puluh
delapan persen). Tarif tersebut menjadi 25% (dua puluh lima persen) mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
3. Khusus bagi Wajib Pajak orang pribadi atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final
4. Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang dalam bagian
Tahun Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian
Tahun Pajak dibagi 360 dikalikan dengan pajak terutang untuk satu Tahun Pajak.

PENGURANGAN TARIF PAJAK SESUAI PASAL 31 E


Khusus Wajib Pajak Badan diberikan fasilitas pajak berupa pengurangan tarif pajak sebagaimana
diamanatkan pada Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengaturan dimaksud ditujukan
kepada Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat
(2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
PENGURANGAN TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK BADAN SESUAI
PASAL 17
Bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dibanding tarif yang
ditetapkan Pasal 17 Undang- Undang PPh yaitu 25% (dua puluh lima persen). Pengaturan hal tersebut diatur
dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.Peraturan pemerintah dimaksud yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 77 Tahun 2013 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang
Berbentuk Perseroan Terbuka. Pokok pengaturan yang diundangkan tanggal 21 November 2013.
1. Perseroan Terbuka adalah perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaranumum saham.
2. Pihak yaitu orang pribadi atau badan
3. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dapat memperoleh penurunan tarif pajak
penghasilan sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam
negeri.
4. Penurunan tarif Pajak Penghasilan diberikan kepada Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk
Perseroan Terbuka
5. Bila butir angka 4 ternyata tidak dipenuhi maka Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif Pajak
Penghasilan Pasal 17 ayat (2a) Undang-Undang Pajak Penghasilan
.6. Semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif
Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk Perseroan Terbuka dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK

Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak terutang adalah Penghasilan Kena Pajak atau sering
disingkat PhKP. Tetap berlandaskan atau bersumber laporan keuangan perusahaan (daftar perhitungan laba
rugi/profit and loss statement) setelah dilakukan koreksi fiskal positif dan/atau negatif dapat diperoleh
penghasilan neto setelah koreksi. Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan
Kena Pajak harus terlebih dahulu Penghasilan Neto setelah Koreksi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTКР).
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa:Pajak Terutang x Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak
Tarif yang digunakan dapat mengikuti antara lain sebagai berikut.
1. Tarif umum
2. Tarif khusus
3. Tarif sesuai undang-undang
Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang
terutang. Dalam undang-undang dikenal dua golongan Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak Dalam Negeri dan Wajib
Pajak Luar Negeri
PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK
Bagi Wajib PajakLuar Negeri penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak dibedakan antara: 1. Wajib Pajak
luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia2. Wajib Pajak luar negeri lainnya. Orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subjektifnya
sebagai subjek pajak Dalam Negeri adalah 3 (tiga) bulan, dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh
penghasilan sebesar 30.000.000

Penghasilan Berupa Dividen


Dalam menghitung penghasilan berupa dividen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-
Undang Pajak Penghasilan (dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi). Dividen
merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis asuransi atau pembagian
sisa hasil usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
Dalam praktik sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen secara terselubung sebagai contoh dalam
hal pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya dan memberikan pinjaman kepada perseroan
dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran. Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih antara
bunga yang dibayarkan dan tingkat bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga
yang diperlakukan sebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan
Penghasilan Berupa Dividen
Tidak termasuk pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran yang berasal dari:
1. kapitalisasi agio saham kepada pemegang saham yang telah menyetor modal/membeli saham di atas
harga nominal, sepanjang jumlah nilai nominal saham yang dimilikinya setelah pembagian saham bonus
tidak melebihi jumlah setoran modal; dan
2. kapitalisasi setelah lebih revaluasi aktiva tetap (perhatikan Pasal 19 ayat (1) Undang- Undang Pajak
Penghasilan).
Penghasilan Usaha Jasa Konstruksi
Atas dasar ketentuan umum Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan bahwa penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dalam suatu tahun pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap
dilakukan sesuai prinsip matching cost against revenue. Khusus usaha jasa konstruksi yang mengerjakan
proyek-proyek konstruksi berjangka lebih dari satu tahun, penghitungan Penghasilan Kena Pajak dapat
menggunakan metode lain yang lazim dalam praktik akuntansi sebagai contoh metode persentase penyelesaian
(percentage of completion method)
engakuan penghasilannya didasarkan pada penghitungan secara proporsional sesuai
tahapan penyelesaian pekerjaan. Sedangkan biaya-biaya yang dapat diperhitungkan
yaitu biaya-biaya yang langsung dan semata-mata berhubungan dengan pelaksanaan
proyek sebagai contoh: biaya pemakaian material, upah buruh langsung, dan biaya-
biaya lain dengan sifat yang sama.
PENGGABUNGAN/PEMISAHAN PENGHASILAN
Penggabungan Penghasilan
Sistem pengenaan Pajak Penghasilan di Indonesia menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis,
artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang
dikenakan pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga.

Oleh karena itu, mengacu pada Pasal 8 Undang-Undang Pajak Penghasilan, seluruh penghash karena
kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu
pula kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya sual bagian dikompensasikan, dianggap
sebagai penghasilan atau kerugian suaminya yang belum dikompensasikan sebagai satu kesatuan.
Pengecualiannya yaitu penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi
kerja yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya
dengan usahaatau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya. Penggabungan penghasilan istri
tersebut tidak dilakukan dalam hal penghasilan istri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah
dipotong pajak (PPh Pasal 21) oleh pemberi kerja, dengan ketentuan bahwa:
1. penghasilan istri tersebut semata-mata diperoleh dari satu pemberi kerja, dan
2. penghasilan istri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.
Pemisahan Penghasilan
Pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan suami-istri dapat dilakukan secara terpisah apabila:1.
suami-istri telah hidup berpisah (HB). Apabila suami-istri telah hidup berpisah, penghitungan Penghasilan
Kena Pajak dan pengenaan Pajak Penghasilannya dilakukan sendiri-sendiri. 2. Dikehendaki secara tertulis
oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Apabila suami-istri mengadakan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis, maka penghitungan Pajak Penghasilannya
dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami-istri dan besarnya Pajak Penghasilan yang
harus dilunasi oleh masing-masing suami-istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto
mereka.
Penghasila Penghasilan Anak yang Belum Dewasa dan Usaha Jasa
Konstruksi
Penghasilan anak yang belum dewasa digabungkan dengan penghasilan orang tuanya, kecuali penghasilan dar
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha orang yang mempunyai hubungan keluarga baik sedarah
maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat. Dengan demikian, penghasila
anak yang belum dewasa yang tidak digabungkan dengan penghasilan orang tuanya hanya penghasilan yang
berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan dari orang yang mempunyai
hubungan istimewa dengan anak tersebut.
FASILITAS PERPAJAKAN ATAS PENANAMAN MODAL DI BIDANG
USAHA/DAERAH TERTENTU
Sesuai dengan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan jo. Peraturan Pemerintah Nomor
148 Tahun 2000, kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal baru atau perluasan penanaman
modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu, diatur sebagai berikut.
1. Pengertian
a. Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang-bidang usaha di sektor-sektor kegiatan ekonomi yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional khususnya dalam rangka peningkatan ekspor;
b. Daerah-daerah tertentu adalah terpencil yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak
dikembangkan tetapi prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh
transportasi umum, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima
puluh) meter, yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral termasuk gas bumi.
2. Fasilitas Perpajakan Wajib Pajak Dalam Negeri berbentuk Perseroan Terbatas yang melakukan
penanaman modal baru atau perluasan di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah
tertentu diberikan fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan Keputusan Presiden berbentuk berikut.
a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penananam modal
dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing tahunnya sebesar 5% (lima persen) per tahun.
b. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat.
FASILITAS PERPAJAKAN ATAS PENANAMAN MODAL DI BIDANG
USAHA/DAERAH TERTENTU
c. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5(lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Tambahan 1 tahun apabila penanaman modal dilakukan di bidang-bidang usaha yang tergolong
berisiko tinggi; apabila penanaman modal memerlukan investasi
2) Tambahan 1 tahunpengeluaran yang besar untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha;
3) Tambahan 1 tahun apabila mempekerjakan tenaga kerja Indonesia baik pemimpin, staf maupun
tenaga buruh yang melebihi jumlah tertentu;
4) Tambahan 1 tahun apabila penanaman modal dilakukan di bidang usaha yang seluruhnya atau
sebagian besar berorientasi ekspor;
5) Tambahan 1 tahun apabila penanaman modal dilakukan di daerah terpencil.

d. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak Luar Negeri
sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda yang berlaku.
PENGATURAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG USAHA
TERTENTU SESUAI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN
Sebagai salah satu prinsip yang perlu kiranya dipegang teguh di dalam undang-undang perpajakan adalah
diberlakukan dan diterapkannya perlakuan yang sama terhadap semua Wajib Pajak atau terhadap kasus-kasus
dalam bidang perpajakan yang hakikatnya sama. dengan berpegang pada ketentuan peraturan perundang-
undangan. Setiap adanya kemudahan dalam bidang perpajakan dan memang benar diperlukan harus mengacu
pada kaidah di atas dan perlu dijaga agar di dalam penerapannya tidak menyimpang dari maksud dan tujuan
diberikannya kemudahan tersebut.Ketentuan ini dapat digunakan untuk mencakup kemungkinan perjanjian
dengannegara-negara lain dalam bidang perdagangan, investasi, dan bidang lainnya. KepadaWajib Pajak yang
melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/ataudi daerah-daerah tertentu yang
mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, dapat diberikan
fasilitas perpajakan dalam bentuk:
1. pengurangan penghasilan neto paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari jumlah
penanaman yang dilakukan;
2. penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
3. kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun; dan
4. pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
sebesar 10% (sepuluh persen). kecuali apabila tarif menurut perjanjian perpajakan
yang berlaku menetapkan lebih rendah.
FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KAPET
Untuk Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas perpajakan atas kegiatan usaha di Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 tentang
Perlakuan Perpajakan di KAPET yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 147 Tahun 2000,
atas kegiatan usaha tersebut tidak lagi diberikan fasilitas perpajakan seperti pada Peraturan Pemerintah Nomor
148 Tahun 2000.

PEMBERIAN FASILITAS PAJAK


Pemberian fasilitas pajak penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 148 Tahun 2000
ini tidaklah terbatas pada penanaman modal baru pada bidang dan/atau daerah tertentu, tetapi juga
diberikan untuk perluasan modal yang telah ditanamkan pada bidang dan/atau daerah tertentu namun
tidak termasuk penyetoran modal dalam bentuk aset yang sebelumnya telah ada dan dipergunakan untuk
usaha di Indonesia maupun di luar negeri dan/atau pembelian aktiva tetap dimaksud. Wajib Pajak yang
dapat memperoleh fasilitas Pajak Penghasilan ini hanyalah Wajib Pajak Badan hukum Perseroan
Terbatas yang didirikan di Indonesia berdasarkan undang-undang Perseroan Terbatas yang berlaku.
Pemberian fasilitas Pajak Penghasilan kepada Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan berdasarkan
Keputusan Presiden.
Fasilitas Perpajakan bagi Penanaman Modal di Bidang
Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1994 Tanggal 16 November 1994, kepada
Esso Exploration and Production Natuna Inc. yang melakukan pengeboran dan pengolahan gas bumi dalam
rangka kontrak bagi hasil di Kepulauan Natuna dan lautsekitarnya diberikan fasilitas Pajak Penghasilan
sebagai berikut.
1. Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari Penghasilan
Kena Pajak.
2. Atas sisa laba setelah dikurangi Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada butir 1 dikenakan pajak
yang ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari Penghasilan Kena Pajak.
3. Besarnya Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huagi hasa y b dihitung dan diberlakukan
sesuai dengan dan selama jangka waktu kontrak bagi hasil yang diubah dengan Basic Agreement antara
Pertamina dengan Esso Exploration and Production Natuna Inc., yang ditandatangani setelah tanggal 1 Januari
1995 dan disahkan oleh pemerintah

FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN


Menteri keuangan telah melakukan pembaruan pengaturan pemberian fasilitas pengurangan pajak penghasilan
badan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No.159/ PMK.010/2015 tentang Pemberian
Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan yang berlaku sejak 16 Agustus 2015. Dengan berlakunya
ketentuan baru ini maka Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan PPh yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
No.192/PMK.011/2014 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
PIHAK YANG MELAKUKAN PENANAMAN MODAL
Batasan Industri Pionir tersebut mencakup:
1. industri logam hulu;
2. industri pengolahan minyak bumi;
3. industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam;
4. industri permesinan yang menghasilkan mesin industri;
5. industri pengolahan berbasis hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan;
6. industri telekomunikasi, informasi, dan komunikasi;
7. industri transportasi kelautan;
8. industri pengolahan yang merupakan industri utama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK): dan/atau
9. infrastruktur ekonomi selain yang menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Bentuk Fasilitas

Fasilitas yang diberikan kepada wajib pajak badan adalah pengurangan pajak penghasilan badan yang
diberikan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan utama usaha yang merupakan industri
pionir. Bentuk fasilitasnya berupa pengurangan pajak penghasilan badan diberikan paling banyak 100% dan
paling sedikit 10% dari jumlah pajak penghasilan badan yang terutang. Wajib pajak badan yang diberikan
fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan yaitu yang memenuhi kriteria;
1. Merupakan wajib pajak baru
2. Merupakan industri pionir
3. Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang
berwenang paling sedikit sebesar Rp 1.000.000.000.000
4. Memenuhi ketentuan besaran perbandingan antara utang dan modal yang diatur dalam PMK.
5. Menyampaikan surat pernyataan kesanggupan untuk menempatkan dana di perbankan di Indonesia, paling
sedikit 10% dari total rencana penanaman modal dan dana tersebut tidak ditarik sebelum saat dimulainya
pelaksanakan realisasi penanaman modal.
6. Berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengasahannya ditetapkan sejak atau setelah tanggal 15
Agustus 2011.
Perlakuan PPH atas Stock Option
1. Stock option. Penawaran yang diberikan oleh suatu perusahaan di luar negeri yang telah menjual
sahamnya di Bursa efek di luar negeri.
2. Penawaran tersebut akan dicabut kembali setelah melewati jangka waktu yang ditentukan.
3. Apabila karyawan menggunakan haknya atas penawaran dan kemudian terjadi kenaikan harga pasar
maka karyawan yang bersangkutan dapat memilih menjual kembali saham pada saat itu atau menyimpan
saham sebagai investasi untuk dijual kembali di masa mendatang.
4. Selisih harga pasar dengan harga tertentu yang lebih rendah dari harga pasar
5. Harga tertentu adalah harga jual saham yang ditawarkan oleh suatu perusahaan di luar negeri kepada
karyawan atau orang pribadi kalangan terbatas
6. Penghasilan pemegang saham berupa deviden atau capital gain
7. Apabila saham dijual maka selisih harga jual dengan harga perolehan merupakan penghasilan yang
terutang pajak penghasilan.
Perlakuan PPH atas Penjualan Barang atau Pemberian Kredit
dengan Fasilitas Khusus yang Diberikan kepada Karyawan

Atas penjualan barang dengan harga khusus atau harga yang lebih murah dibanding harga pasar dan
pemberian kredit dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga pasar oleh perusahaan
kepada karyawan diberlakukan aturan perpajakan sebagai berikut;
1. Pemberian fasilitas berupa harga jual barang yang lebih murah atau tingkat suku bunga pinjaman lebih
rendah oleh perusahaan kepada karyawan adalah penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah.
2. Pada penjualan barang yang dilakukan perusahaan pada karyawan dengan harga yang telah
disebutkan maka selisih harga pokok barang dengan harga jual khusus adalah koreksi fiskal terhadap
harga pokok penjualannya.
3. Pemberian pinjaman yang dilakukan perusahaan kepada karyawan diberlakukan perpajakan yaitu
selisih tingkat suku bunga yang dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain dengan bunga yang
dibebankan kepada karyawan merupakan koreksi fiskal bagi perusahaan yang memberikan pinjaman.
Perlakuan PPH atas biaya bunga dan biaya overhead dalam masa
konstruksi

Mengacu pada Pasal 6 ayat 1 huruf a undang-undang PPH bunga pinjaman dan biaya overhead
termasuk dalam pengertian biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. berdasarkan pada
acuan di atas maka;
1. Apabila suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai pembangunan pabrik atau bangunan lainnya
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun biaya bunga yang timbul selama masa konstruksi
harus dikapitalisasi dan pembebanannya melalui penyusutan.
2. Pinjaman yang dipergunakan untuk membiayai pembelian tanah biaya bunganya harus dikapitalisasi
ke dalam harga perolehan tanah tetapi tidak dapat dibebankan ke penyusutan.
3. Pinjaman yang dipergunakan untuk membiayai pembangunan pabrik dan pembelian tanah serta aset
lainnya yang tidak dapat dipisah-pisahkan perhitungan kapitalisasinya ke dalam masing-masing aset
dapat dilakukan secara rata.
4. Biaya overhead seperti biaya gaji atau tunjangan biaya perjalanan yang berkaitan dengan
pembangunan pabrik atau bangunan lain yang timbul selama masa konstruksi harus dikapitalisasi yang
pembebanannya melalui penyusutan.
Perlakuan PPh atas selisih kurs
Keuntungan pajak penghasilan karena selisih kurs mata uang asing merupakan objek PPh. Keuntungan
tersebut dapat disebabkan adanya fluktuasi kurs mata uang asing atau kebijaksanaan di bidang moneter.
Sedangkan, kerugian yang diakibatkan oleh selisih kurs mata uang asing merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Pembebanan kerugian didasarkan pada kurs yang digunakan pada
saat pembukuan.

Pengakuan penghasilan atas penghasilan bank berupa bunga kredit


non Performing
Penghasilan yang diperoleh bank berupa bunga kredit non performing diakui pada
saat penghasilan bunga tersebut diterima oleh bank atau atas dasar cash basis.
Apabila ternyata bank membukukan penerimaan bunga kredit non performing
tersebut sebagai pengurang pokok kreditnya, maka pengakuan penghasilan menjadi
ditunda sampai dengan saat diterimanya penghasilan bunga setelah pelunasan
pokok kredit.
Perlakuan pajak penghasilan atas biaya pemakaian telepon seluler
dan kendaraan perusahaan
Pokok peraturan meliputi;
1. Biaya perolehan telepon seluler yang dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan
atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya
perolehan atau pembelian melalui penyusutan aktiva tetap kelompok 1.
2. Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa atau
perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3. Biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan sedan atau yang sejenis yang
dimiliki dan dipergunakan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan
besar melalui penyusutan aktiva tetap kelompok 2.
Perpajakan atas kegiatan usaha jasa maklon (contract
manufacturing) internasional di bidang produksi mainan anak-anak
1. Wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa Magelang internasional adalah wajib pajak badan
dalam negeri yang melakukan jasa pembuatan atau perakitan barang berupa produk mainan anak-anak
dengan bahan-bahan spesifikasi petunjuk teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak pemesan yang
berkedudukan di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak
2. Besar norma perhitungan khusus untuk menghitung penghasilan neto berupa imbalan jasa maka
internasional yang diterima wajib pajak ditetapkan sebesar 7% dari jumlah seluruh biaya pembuatan atau
perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku
3. Jika terdapat penghasilan lain selain imbalan jasa Makkah International yang diterima oleh wajib pajak
maka akan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan ketentuan umum yang berlaku

Perlakuan pajak penghasilan atas pengeluaran untuk Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah
1. Memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang perubahan
undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
2. Perkalian langsung dengan kegiatan untuk mendapatkan menaiki dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak yang dikenakan pajak penghasilan tidak bersifat final atau tidak berdasarkan norma
penghitungan penghasilan neto atau norma penghitungan khusus
3. Tidak termasuk pengeluaran untuk sanksi berupa bunga atau kenaikan
Perlakuan pajak penghasilan atas penghasilan penyalur atau
distributor rokok
1. Penghasilan yang diterima penyalur atau distributor rokok dikenai pajak penghasilan sesuai dengan
ketentuan umum tarif pasal 17 undang-undang nomor 36 tahun 2008
2. Distributor rokok wajib melakukan pembayaran angsuran pajak penghasilan Sebagaimana telah diatur
dalam pasal 25 undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan
3. Besarnya angsuran pajak penghasilan pasal 25 untuk tahun pajak 2009 yaitu sebesar pajak
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang
disetahunkan dibagi 12
4. Ketentuan peraturan direktur jenderal pajak tersebut sejak tanggal 1 Januari 2009
Pengenaan pajak penghasilan atas kegiatan usaha berbasis Syariah
1. Usaha berbasis syariah adalah setiap jenis usaha yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang meliputi perbankan syariah, asuransi syariah Pegadaian Syariah jasa keuangan syariah dan
kegiatan usaha berbasis Syariah lainnya.
2. Perlakuan pajak penghasilan dari kegiatan usaha berbasis Syariah meliputi penghasilan, biaya, dan
pemotongan pajak atau pemungutan pajakPerlakuan pajak penghasilan dari kegiatan usaha berbasis syariah
yang berkaitan dengan kegiatan pemotongan pajak atau pemungutan pajak penghasilan dalam usaha berbasis
Syariah ini berlaku juga bagi hak pihak ketiga atas bagi hasil bonus margin dan hasil berbasis Syariah lainnya
beberapa contoh dapat disampaikan yaitu sebagai berikut1. Deposito mudharabah menggunakan akad
mudharabah2. Giro pada bank syariah menggunakan akad wadiah
3. Pembiayaan murabahah menggunakan prinsip jual beli sehingga menimbulkan margin
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai