Bacaan Statistik I
Bacaan Statistik I
Bacaan Statistik I
Secara sederhana data berperingkat dapat diartikan sebagai data yang bertingkat. Uji
hipotesis dengan data berperingkat tidak menggunakan data rill akan tetapi menggunakan
data peringkatnya.
Uji data berperingkat tidak menggunakan persyaratan yang ketat sebagaimana dalam
statistik parametrik. Dalam kehidupan nyata, tidak semua data bisa dinominalkan. Untuk
mengukurnya kita harus melakukan pemeringkatan. Contohnya dalam mengukur tingkat
kepandaian, kecantikan, kemakmuran dan sebagainya.
Uji tanda (sign test) merupakan uji statistik non-parametrik yang sederhana dan
merupakan uji non-parametrik yang paling awal digunakan. Dinamakan “Uji Tanda”
karena hasil pengamatan didasarkan atas tanda (positif atau negatif) dan bukan pada
besarnya nilai numerik. Uji tanda dimaksudkan untuk melihat adanya perbedaan dan
bukan besarnya perbedaanserta didasarkan pada prosedur pada tanda positif dan negatif
dari perbedaan antara pasangan data ordinal.
1
Langkah-Langkah Pelaksanaan Uji Tanda.
1. Menentukan Hipotesis.
Taraf nyata ini merupakan tingkat toleransi terhadap kesalahan kita terhadap
sampel. Pada umumnya anda dapat gunakan taraf nyata 1%, 5% atau 10%.
Pada langkah ini dilakukan perhitungan untuk jumlah observasi yang relevan
(n) yaitu observasi yang mempunyai tanda (+) dan (-), sedangkan tanda (0) tidak
dipergunakan. Setelah menetukan nilai observvasi (n), maka perlu mengetahui nilai
“r” yaitu jumlah objek yang digunakan pada saat bersamaan, dimana jumlah “r” bisa
sama dengan “n” atau lebih kecil dari “n”.
5. Menentukan Kesimpulan.
Kesimpulan yang diperoleh adalah menerima H 0 atau menolak H 0. Menerima
H 0menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan, sedangkan menolak H 0menunjukkan
adanya perbedaan antara subjek yang dicocokkan. Aturan umum dalam menentukan
diterima atau ditolaknya H 0adalah : menerima H 0apabila α ≤ probabilitas hasil
sampel, dan menolak H 0atau menerima H 1apabila α ≥ probabilitas hasil sampel.
Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan
atau dapat juga untuk penelitian sebelum dan sesudah. Dalam uji ini ingin diketahui
manakah yang lebih besar dari antara pasangan. Cara ini sekarang dinamakan uji
Wilcoxon atau Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.
2
Uji Wilcoxon ini hampir sama dengan Uji Tanda tetapi besarnya selisih nilai angka
antara positif dan negatif diperhitungkan, dan digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif 2 sampel berpasangan. Uji wilcoxon lebih peka daripada uji tanda dalam
menentukan perbedaan antara rataan. Jika sampel berpasangan lebih besar dari 25, maka
distribusinya dianggap akan mendekati distribusi normal.
1. Menentukan Hipotesis.
Hipotesis kerja biasanya menunjukkan tidak ada perbedaan, sedangkan
hipotesis alternatif menunjukkan adanya perbedaan.
2. Menentukan Nilai Kritis Nilai kritis diperoleh dengan mempergunakan tabel uji
peringkat bertanda Wilcoxon.
Untuk menentukan nilai kritis diperlukan pengetahuan nilai observasi yang
relevan (n) dan taraf nyata.
3. Menentukan Nilai Statistik Wilcoxon.
Untuk menentukan nilai statistik Wilcoxon, ada beberapa langkah yaitu :
a) Membuat perbedaan data berpasangan;
b) Memberikan rangking untuk urutan beda data berpasangan tanpa memperhatikan
tanda, untuk nilai beda yang sama digunakan rata-rata rangking;
c) Memisahkan nilai rangking yang positif dan negatif;
d) Menjumlahkan nilai rangking positif dan negatif, nilai yang terkecil merupakan
nilai statistik Wilcoxon.
4. Menentukan Keputusan.
Apabila nilai statistik Wilcoxon < nilai kritis maka H 0ditolak dan H 1 diterima.
Sedangkan apabila nilai statistik Wilcoxon > Nilai kritis maka H 0diterima dan H 1
ditolak.
Uji Kruskal-Wallis atau biasa disebut kruskal wallis satu arah anova merupakan
gagasan dari dua orang yaitu William Kruskal dan Wallen Wallis. Perhitungan dari
Uji Kruskal-Wallis dilakukan dengan menggabungkan semua subjek dan diurutkan
dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Analisis varians satu-arah
berdasarkan peringkat Kruskal-Wallis yaitu teknik non-parametrik yang digunakan
untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa beberapa sampel telah ditarik
dari populasi-populasi yang sama atau identik. Dan apabila kasus yang diselidiki
hanya dua sampel, maka uji Kruskal-Wallis setara dengan uji Mann-Whitney. Uji
Kruskal-Wallis memanfaatkan informasi yang lebih banyak ketimbang yang
3
digunakan pada uji median.
dimana :
Ri = Jumlah peringkat untuk contoh ke-i
ni = Jumlah pengamatan pada contoh ke-i
N = Total pengamatam
4
1) Nilai koefisien korelasi antara -1 ≤ rs ≤ 1.
2) Semakin mendekati + 1 artinya korelasi positif.
3) Semakin mendekati - 1 artinya korelasi negatif.
4) Semakin mendekati + 1 artinya korelasi positif.
5) Semakin mendekati 0 artinya tidak ada korelasi.
Langkah Pengujian.
1. Memberikan peringkat (rank) dari 1 sampai n pada tiap variabel. Jika data yang
memiliki nilai yang sama maka diberikan peringkat yang sama yaitu rata-rata
peringkat.
2. Menghitung selisih rangking dari kedua variabel (di) dan kemudian selisih
tersebut dikuadratkan.
3. Menghitung nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman dengan rumus berikut :
Dimana :
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman.
d = beda ranking antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y).
n = banyaknya data amatan.
Kesimpulan