Bacaan Statistik I

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Data Berperingkat.

Secara sederhana data berperingkat dapat diartikan sebagai data yang bertingkat. Uji
hipotesis dengan data berperingkat tidak menggunakan data rill akan tetapi menggunakan
data peringkatnya.

Uji data berperingkat tidak menggunakan persyaratan yang ketat sebagaimana dalam
statistik parametrik. Dalam kehidupan nyata, tidak semua data bisa dinominalkan. Untuk
mengukurnya kita harus melakukan pemeringkatan. Contohnya dalam mengukur tingkat
kepandaian, kecantikan, kemakmuran dan sebagainya.

Pengertian Uji Tanda (Sign Test).

Uji tanda (sign test) merupakan uji statistik non-parametrik yang sederhana dan
merupakan uji non-parametrik yang paling awal digunakan. Dinamakan “Uji Tanda”
karena hasil pengamatan didasarkan atas tanda (positif atau negatif) dan bukan pada
besarnya nilai numerik. Uji tanda dimaksudkan untuk melihat adanya perbedaan dan
bukan besarnya perbedaanserta didasarkan pada prosedur pada tanda positif dan negatif
dari perbedaan antara pasangan data ordinal.

Uji tanda berfungsi pada penelitian dimana :

a) Pengukuran kuantitatif tidak mungkin atau tidak dapat dilakukan.


b) Unit observasi adalah data pasangan yang masih mungkin ditentukan tingkatannya
berdasarkan hubungan antara kedua pasangan.
c) Dapat diterapkan pada kasus dua sampel berhubungan dengan asumsi bahwa
terjadinya perbedaan karena adanya dua kondisi yang berbeda.

Prinsip dan Syarat Penggunaan Uji Tanda.

a) Prinsip-Prinsip Uji Tanda adalah sebagai berikut :

1) Variabel yang diamati memiliki selisih distribusi observasi.


2) Unit observasi tidak selalu ditarik dari satu populasi yang sama, tetapi (pasangan
observasi bisa berasal dari populasi yang berbeda).
3) Tiap subyek dipasangkan sedemikian rupa sehingga memberi kesamaan (ciri
tertentu sama) dan berlaku sebagai pengontrol terhadap dirinya sendiri.

b) Syarat-Syarat Uji Tanda adalah sebagai berikut :

1) Pasangan hasil pengamatan yang sedang dibandingkan bersifat independen.


2) Masing-masing pengamatan dalam tiap pasang terjadi karena pengaruh kondisi
yang serupa.
3) Pasangan yang berlainan terjadi karena kondisi yangg berbeda.

1
Langkah-Langkah Pelaksanaan Uji Tanda.

1. Menentukan Hipotesis.

Hipotesis merupakan langkah pertama yang harus ditentukan. Hipotesis dapat


disusun satu arah atau dua arah, apabila hipotesis nol mengandung tanda sama dengan
(=), berarti uji dua arah, sedangkan apabila hipootesis mengandung tanda
ketidaksamaan (≤, ≥) menunjukkan uji satu arah. Hipotesis Nol ¿ ¿) untuk uji tanda
biasanya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan, sedangkan Hipotesis Alternatif ¿ ¿)
menyatakan adanya perbedaan.

2. Memilih Taraf Nyata.

Taraf nyata ini merupakan tingkat toleransi terhadap kesalahan kita terhadap
sampel. Pada umumnya anda dapat gunakan taraf nyata 1%, 5% atau 10%.

3. Menghitung Frekuensi Tanda.

Pada langkah ini dilakukan perhitungan untuk jumlah observasi yang relevan
(n) yaitu observasi yang mempunyai tanda (+) dan (-), sedangkan tanda (0) tidak
dipergunakan. Setelah menetukan nilai observvasi (n), maka perlu mengetahui nilai
“r” yaitu jumlah objek yang digunakan pada saat bersamaan, dimana jumlah “r” bisa
sama dengan “n” atau lebih kecil dari “n”.

4. Menentukan Probabilitas Hasil Sampel yang Diobservasi


Pada langkah ini kita ingin mengetahui berapa probabilitas suatu kejadian dari
“n” sampel observasi yang relevan dengan “r” kejadian secara bersamaan. Nilai “r”
biasanya dipilih berdasarkan tanda (+) atau (-) yang paling kecil dari “n” observasi
yang relevan. Untuk keperluan ini, kita dapat menggunakan tabel probabilitas
binominal atau menghitung manual dengan rumus : P(r )=(nCr) p2 qn−r

5. Menentukan Kesimpulan.
Kesimpulan yang diperoleh adalah menerima H 0 atau menolak H 0. Menerima
H 0menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan, sedangkan menolak H 0menunjukkan
adanya perbedaan antara subjek yang dicocokkan. Aturan umum dalam menentukan
diterima atau ditolaknya H 0adalah : menerima H 0apabila α ≤ probabilitas hasil
sampel, dan menolak H 0atau menerima H 1apabila α ≥ probabilitas hasil sampel.

Pengertian Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon.

Uji ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan
atau dapat juga untuk penelitian sebelum dan sesudah. Dalam uji ini ingin diketahui
manakah yang lebih besar dari antara pasangan. Cara ini sekarang dinamakan uji
Wilcoxon atau Uji Ranking Bertanda Wilcoxon.

2
Uji Wilcoxon ini hampir sama dengan Uji Tanda tetapi besarnya selisih nilai angka
antara positif dan negatif diperhitungkan, dan digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif 2 sampel berpasangan. Uji wilcoxon lebih peka daripada uji tanda dalam
menentukan perbedaan antara rataan. Jika sampel berpasangan lebih besar dari 25, maka
distribusinya dianggap akan mendekati distribusi normal.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon.

1. Menentukan Hipotesis.
Hipotesis kerja biasanya menunjukkan tidak ada perbedaan, sedangkan
hipotesis alternatif menunjukkan adanya perbedaan.
2. Menentukan Nilai Kritis Nilai kritis diperoleh dengan mempergunakan tabel uji
peringkat bertanda Wilcoxon.
Untuk menentukan nilai kritis diperlukan pengetahuan nilai observasi yang
relevan (n) dan taraf nyata.
3. Menentukan Nilai Statistik Wilcoxon.
Untuk menentukan nilai statistik Wilcoxon, ada beberapa langkah yaitu :
a) Membuat perbedaan data berpasangan;
b) Memberikan rangking untuk urutan beda data berpasangan tanpa memperhatikan
tanda, untuk nilai beda yang sama digunakan rata-rata rangking;
c) Memisahkan nilai rangking yang positif dan negatif;
d) Menjumlahkan nilai rangking positif dan negatif, nilai yang terkecil merupakan
nilai statistik Wilcoxon.
4. Menentukan Keputusan.
Apabila nilai statistik Wilcoxon < nilai kritis maka H 0ditolak dan H 1 diterima.
Sedangkan apabila nilai statistik Wilcoxon > Nilai kritis maka H 0diterima dan H 1
ditolak.

Pengertian Uji Kruskal – Wallis.

Uji Kruskal-Wallis atau biasa disebut kruskal wallis satu arah anova merupakan
gagasan dari dua orang yaitu William Kruskal dan Wallen Wallis. Perhitungan dari
Uji Kruskal-Wallis dilakukan dengan menggabungkan semua subjek dan diurutkan
dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Analisis varians satu-arah
berdasarkan peringkat Kruskal-Wallis yaitu teknik non-parametrik yang digunakan
untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa beberapa sampel telah ditarik
dari populasi-populasi yang sama atau identik. Dan apabila kasus yang diselidiki
hanya dua sampel, maka uji Kruskal-Wallis setara dengan uji Mann-Whitney. Uji
Kruskal-Wallis memanfaatkan informasi yang lebih banyak ketimbang yang
3
digunakan pada uji median.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Uji Kruskal-Wallis.

1. Masukan skor penelitian kedalam tabel dengan kolom k (kelompok sampel)


2. Menentukkan rangking untuk seluruh sampel dari 1 sampai n (untuk skor terbesar).
Jika ada angka yang kembar, buatlah rangking rata-ratanya. Statistik uji perlu dikoreksi
∑T
dengan factor : 1= 3 dimana T =t 3−t dengan
N −N
t = banyaknya angka kembar.
3. Jumlahkan rangking untuk masing-masing kolom ( Ri ).
4. Menentukkan hipotesis.
5. Menentukkan tingkat signifikasi (α).
6. Menghitung statistik uji dengan rumus sebagai berikut :

dimana :
Ri = Jumlah peringkat untuk contoh ke-i
ni = Jumlah pengamatan pada contoh ke-i
N = Total pengamatam

Untuk Statistik Uji terkoreksi menjadi :


H
H c=
1− 3
∑T
N −N

7. Daerah Kritis dan Kesimpulan


Jika k = 3 dan ni ≤ 5, gunakan tabel Krruskal-Wallis
Tolak H 0jika H c > H a
Jika ni > 5, gunakan tabel Chi-Kuadrat dengan df = k - 1
Tolak H 0jika H c > X 2a: k−1

Pengertian Koefisien Korelasi Spearman.

Korelasi Spearman merupakan suatu ukuran asosiasi/hubungan yang


digunakan pada kondisi satu atau kedua variabel yang diukur dalam skala ordinal
(berbentuk peringkat).

Nilai Koefisien Korelasi.

4
1) Nilai koefisien korelasi antara -1 ≤ rs ≤ 1.
2) Semakin mendekati + 1 artinya korelasi positif.
3) Semakin mendekati - 1 artinya korelasi negatif.
4) Semakin mendekati + 1 artinya korelasi positif.
5) Semakin mendekati 0 artinya tidak ada korelasi.

Langkah Pengujian.
1. Memberikan peringkat (rank) dari 1 sampai n pada tiap variabel. Jika data yang
memiliki nilai yang sama maka diberikan peringkat yang sama yaitu rata-rata
peringkat.

2. Menghitung selisih rangking dari kedua variabel (di) dan kemudian selisih
tersebut dikuadratkan.
3. Menghitung nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman dengan rumus berikut :

Dimana :
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman.
d = beda ranking antara variabel bebas (x) dan variabel terikat (y).
n = banyaknya data amatan.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas mengenai Statistik Non-Parametrik (Data


Berperingkat) maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Uji tanda (sign test) merupakan uji statistik non-parametrik yang hasil pengamatannya
didasarkan atas tanda ( positif atau negatif ) dan bukan pada besarnya nilai numerik.
2) Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon digunakan untuk menguji kondisi (variabel)
pada sampel yang berpasangan atau dapat juga untuk penelitian sebelum dan
sesudah. Dalam uji ini ingin diketahui manakah yang lebih besar dari antara
pasangan.
3) Uji Kruskal-Wallis adalah salah satu pengujian dari statistik non-parametrik yang
perhitungannya dilakukan dengan menggabungkan semua subjek dan diurutkan dari
5
yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
4) Korelasi Spearman merupakan suatu ukuran asosiasi/hubungan yang digunakan pada
kondisi satu atau kedua variabel yang diukur dalam skala ordinal (berbentuk
peringkat)

Anda mungkin juga menyukai