Aqidah Akhlak
Aqidah Akhlak
Aqidah Akhlak
Disusun Oleh:
Kelompok: 1
Dosen Pembimbing:
Afrizon, SHI
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
8. Apa Hubungan Akhlak dengan Aqidah?
9. Apa Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah
1
Muhammad Amri, La Ode Ismail Ahmad dan Muhammad Rusmin. Aqidah Akhlak. Makassar.
2016. Hlm 2
3
2. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran.
Indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang benar dan
mana yang tidak.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan keraguan.
4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa.
Artinya sesuatu keyakinan yang belum dapat menentramkan jiwa berarti
bukanlah aqidah.
5. Menolak segala sesuatu yang berlawanan dengan kebenaran itu.
Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang
bertentangan.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat
pemahamannya terhadap dalil.2
B. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari
khuluqun, yang artinya penciptaan yang esensinya adalah dorongan halus untuk
selalu mencintai kebajikan dan kebenaran atau kepribadian. Secara bahasa, terma
khuluqun bermakna budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkatan khalqun yang berarti
kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk
yang berarti diciptakan. Persesuaian kata di atas mengindikasikan bahwa dalam
akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq
[pencipta] dengan perilaku makhluq [manusia]. Perumusan pengertian akhlak
timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq
dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.3
2
Ibid,. hlm 3 dan 4
3
Ibid,. hlm 97
4
Secara terminologi, para pakar berbeda-beda mendefinisikannya, di antaranya
adalah;
1. Imam al-Ghazali menyebut akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
melakukan pertimbangan fikiran.
2. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai kehendak yang dibiasakan.
Maksudnya, sesuatu yang mencirikan akhlak itu ialah kehendak yang
dibiasakan, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. Ahmad Amin
menjelaskan arti kehendak itu ialah ketentuan daripada beberapa keinginan
manusia, sedangkan kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang
sehingga mudah melakukannya. Gabungan dari kehendak dan kebiasaan
inilah yang melahirkan kekuatan pada diri manusia untuk melakukan
perbuatan.
3. Ibnu Maskawayh mengatakan akhlak ialah suatu keadaan bagi diri atau
jiwa yang mendorong (diri atau jiwa itu) untuk melakukan perbuatan
dengan senang tanpa didahului oleh daya pemikiran karena sudah menjadi
kebiasaan.
4. Abdul Hamid Yusuf mengatakan akhlak adalah ilmu yang memberikan
keterangan tentang perbuatan yang mulia dan memberikan cara-cara untuk
melakukannya.
5. Ja‟ad Maulana menjelaskan akhlak adalah ilmu yang menyelidiki gerak
jiwa manusia, apa yang dibiasakan mereka dari perbuatan dan perkatan
dan menyingkap hakikat-hakikat baik dan buruk”.
5
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita
dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
Dari pengertian akidah dan akhlak di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran akidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan
merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan
pembiasaan.
6
C. Ruang Lingkup dari Aqidah
1. Ilahiyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah,
seperti wujud Allah, sifat Allah, nama dan perbuatan Allah dan
sebagainya.
2. Nubuwwat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para
Rasul, mu‟jizat, Rasul dan lain sebagainya.
3. Ruhaniyyat
Yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik
seperti jin, iblis,syaitan,roh, malaikat dan lain sebagainya.
4. Sam‟iyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam‟i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam
barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga Neraka dan
lainnya.
7
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah
perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk sebagai individu maupun
sosial.Tapi sebagian orang juga menyebutkan ilmu akhlak adalah tingkah laku
manusia, namun perlu ditegaskan bahwa yang dijadikan obyek kajian ilmu akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan kemauan, sebenarnya
mendarah daging dan telah dilakukan secara continue atau terus menerus sehingga
mentradisi dalam kehidupannya.
Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia (al-akhlaq
al-mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-madzmumah/ qabihah).
Akhlak mulia adalah yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan akhlak tercela adalah akhlak yang harus kita jauhi jangan sampai kita
praktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dilihat dari ruang lingkupnya akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu
akhlak terhadap Khaliq (Allah Swt.) dan akhlak terhadap makhluq (selain Allah).
Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi menjadi beberapa macam, seperti
akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia
(seperti tumbuhan dan binatang), serta akhlak terhadap benda mati.
8
dirinya sendiri. Di antara bentuk akhlak kepada Rasulullah adalah cinta
kepada Rasul dan memuliakannya, taat kepadanya, serta mengucapkan
shalawat dan salam kepadanya.
Untuk berakhlak kepada dirinya sendiri, manusia yang telah
diciptakan dalam sibghah Allah swt. dan dalam potensi fitriahnya
berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara kesucian lahir dan
batin, memelihara kerapihan, tenang, menambah pengetahuan sebagai
modal amal, membina disiplin diri dan lain-lainnya.
Selanjutnya yang terpenting adalah akhlak dalam lingkungan
keluarga. Akhlak terhadap keluarga dapat dilakukan misalnya dengan
berbakti kepada kedua orang tua, bergaul dengan ma‟ruf, memberi nafkah
dengan sebaik mungkin, saling mendoakan, bertutur kata lemah lembut,
dan lain sebagainya.
Setelah pembinaan akhlak dalam lingkungan keluarga, yang juga
harus kita bina adalah akhlak terhadap tetangga. Membina hubungan baik
dengan tetangga sangat penting, sebab tetangga adalah sahabat yang paling
dekat.
Setelah selesai membina hubungan dengan tetangga, tentu saja kita
bisa memperluas pembinaan akhlak kita dengan orang-orang yang lebih
umum dalam kapasitas kita masing-masing. Dalam pergaulan kita di
masyarakat bisa saja kita menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
mereka, entah sebagai anggota biasa maupun sebagai pemimpin. Sebagai
pemimpin, kita perlu menghiasi dengan akhlak yang mulia. Karena itu,
pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti berikut:
a. Beriman dan bertakwa,
b. Berilmu pengetahuan agar urusan ditangani secara profesional
tidak salah urus,
c. Memiliki keberanian dan kejujuran,
d. Lapang dada,
e. Penyantun,
f. Tekun dan sabar.
9
Dari bekal sikap inilah pemimpin akan dapat melaksanakan tugas
dengan cara mahmudah, yakni memelihara amanah, adil, melayani dan
melindungi rakyat, Sedangkan kewajiban rakyat adalah patuh.
10
mengandung nilai-nilai kebaikan. Olehnya itu, penjelasan tentang
pembiasaan selalu sejalan dengan uraian tentang perlunya mengamalkan
kebaikan yang telah diketahui. maka dapat dipahami bahwa metode
pembiasaan adalah suatu metode atau cara yang dilakukan dengan
membina akhlak seseorang dengan melalui pengulangan-pengulangan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak, metode pembiasaan
merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan. Apalagi
mengingat bahwa manusia memiliki sifat pelupa sehingga harus
diingatkan dengan cara melalui pembiasaan.
Ketiga, metode pemberian nasehat, yang merupakan salah satu
metode yang diterapkan oleh Luqman al-Hakim dalam mendidik anaknya.
Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam QS. Luqman/31:13;
ٌٌلْشكَ ل َ ُظ ْ ٌْل َع ِظمي ِ ْ ُ َوإ ْذ قَا َل لُ ْق َم ُان ِِلبْنِ ِه َوه َُو ي َ ِع ُظ ُه ََي ب ُ َ ََّن َِل ت
ْ ّ ِ ْشكْ ِِب َّ َِّلل ۖ إ َّن إ
ِ ِ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar”
E. Sumber-Sumber Aqidah
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur‟an dan Sunnah artinya informasi apa
saja yang wajib diyakini hanya diperoleh melalui Al-Qur‟an dan Al-Sunnah. Al-
Qur‟an memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu. Firman
Allah SWT. (QS. Al- Nahl/16: 89):
11
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur‟an dan as-sunnah. Artinya apa saja
yang disampaikan oleh Allah dalam alQur‟an dan Rasulullah dalam sunnah-nya
wajib diimani, diyakini, dan diamalkan. Akal fikiran sama sekali bukan sumber
aqidah Islam, tetapi merupakan instrumen yang berfungsi untuk memahami nash-
nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba –kalau diperlukan–
membuktikan secara ilmiyah kebenaran yang disampaikan oleh al-Qur‟an dan
Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan
akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemapuan semua makhluk Allah.
Akal tidak akan mampu menjangkau masa‟il ghaibiyah (masalah-masalah ghaib),
bahkan akal tidak akan sanggup menjangkau sesuatu yang tidak terikat oleh ruang
dan waktu. Misalnya, akal tidak mampu menunjukan jawaban atas pertanyaan
kekekalan itu sampai kapan? Atau akal tidak sanggup menunjukan tempat yang
tidak ada di darat atau di laut, di udara dan tidak dimana-mana. Karena kedua hal
tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu. Oleh sebab itu akal tidak boleh
dipaksa memahami hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala
sesuatu tentang hal-hal ghaib itu. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau
bisakah kejujuran si pembawa risalah tentang hal-hal ghaib itu bisa dibuktikan
secara ilmiyah oleh akal fikiran.
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak bagi
seorang muslim adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah. Sehingga ukuran baik atau
buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak bertentangan dengan
apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menjadikan al-Qur‟an dan
as-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu kewajaran bahkan keharusan.
Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya manusia diciptakan. Pasti ada
kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan sistem norma yang datang
dari Allah swt.
12
G. Kedudukan Akhlak dalam Islam
Akhlak atau karakter sangat penting dimiliki oleh setiap manusia, sehingga
ajaran Islam menempatkan akhlak dalam posisi yang sangat urgennya dengan
akidah. Oleh karena itu, akhlak perlu mendapatkan perhatian dan pembinaan yang
serius sebagai pondasi bangunan sebuah masyarakat. Apabila akhlaknya baik,
maka sejahterlah hidupnya lahir dan batin, namun jika akhlaknya rusak maka
rusaklah hidupnya lahir dan batin.
13
Akhlak yang baik dapat menghapuskan dosa manakala akhlak yang buruk
boleh merosakkan pahala. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: “Akhlak yang
baik mencairkan dosa seperti air mencairkan ais (salji) dan akhlak merosakkan
amalan seperti cuka merosakkan madu.”
Akhlak merupakan sifat Rasulullah saw di mana Allah swt telah memuji
Rasulullah kerana akhlaknya yang baik seperti yang terdapat dalam al-Quran,
firman Allah swt yang bermaksud: “Sesungguhnya engkau seorang yang memiliki
peribadi yang agung mulia).” Pujian allah swt terhadap Rasul-Nya dengan akhlak
yang mulia menunjukkan betapa besar dan pentingnya kedudukan akhlak dalam
Islam. Banak lagi ayat-ayat dan hadith-hadith Rasulullah saw yang menunjukkan
ketinggian kedudukan akhlak dan menggalakkan kita supaya berusaha menghiasi
jiwa kita dengan akhlak yang mulia.
Akhlak tidak dapat dipisahkan dari Islam, sebagaimana dalam sebuah hadis
diterangkan bahawa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw: “Wahai
Rasulullah, apakah itu agama?” Rasulullah menjawab: “Akhlak yang baik.”
14
Bahkan agama menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya karena
agama tersusun dari keyakinan (aqidah) dan perilaku.
Oleh karena itu akhlak dalam pandangan Islam harus berpijak pada keimanan.
Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. Dengan kata lain bahwa
untuk mempergunakan dan menjalankan bagian aqidah dan ibadah, perlu pula
berpegang kuat dan teguh dalam mewujudkan bagian lain yang disebut dengan
bagian akhlak. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah
membuktikan bahwa kebahagiaan di segenap lapangan kehidupan hanya diperoleh
dengan menempuh budi pekerti (berakhlak mulia).
Aqidah tanpa akhlak adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat
dijadikan tempat berlindung di saat kepanasan dan tidak pula ada buahnya yang
dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa aqidah hanya merupakan layang-layang
bagi benda yang tidak tetap, yang selalu bergerak. Oleh karena itu Islam
memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak. Rasulullah SAW
menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan
dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling sempurna
imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim).
4
R.A Rohman. Akidah dan Akhlak. Bengkulu. Tiga Serangkai. 2007
15
I. Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat
16
Nabi (dari Allah berarti memberi rakhmat, dan dari malaikat berarti
memohonkan ampunan).
3. Akhlak Terhadap diri sendiri,
a. Sikap sabar
Sabar adalah menahan amarah dan nafsu yang pada dasarnya bersifat
negatif. Kemudian manusia harus sabar dalam menghadapi segala
cobaan.
b. Sikap Syukur
Dalam keseharian, kadang atau bahkan sering kali kita lupa untuk ber-
Syukur, atau men-Syukuri segala nikmat Allah yang telah diberikan
kepada kita. Ada 3 (tiga) cara yang mudah untuk men-Syukuri nikmat
Allah yaitu bersyukur dengan hati yang tulus, mensyukuri dengan lisan
yang dilakukan dengan memuji Allah melalui ucapan Alhamdulillah,
dan bersyukur dengan perbuatan yang dilakukan dengan menggunakan
nikmat dan rahmat Allah pada jalan dan perbuatan yang diridhoi-Nya.
c. Sikap Tawadlhu‟
Tawadlhu‟ atau Rendah hati merupakan salah satu bagian dari akhlak
mulia jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap
tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang
wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Orang yang tawadhu‟ adalah
orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah swt.
d. Bertaubat
Apabila melakukan kesalahan, maka segera bertaubat dan tidak
mengulanginya lagi. Apabila ada dari kita yang merasa telah terlalu
banyak berbuat dosa dan maksiat sebaiknya kita jangan berputus asa
dari rahmat ampunan Allah, karena Allah swt. selalu memberikan
kesempatan pada kita untuk bertobat.
4. Akhlak Terhadap Sesama Manusia,
a. Merajut Ukhuwah atau Persaudaraan
Membina persaudaraan adalah perintah Allah yang diajarkan oleh
semua agama, termasuk agama islam. Oleh sebab itu, sudah
17
sewajarnya kalau semua elemen membangun ukhuwah dalam
komunitasnya. Apabila ada kelompok tertentu dengan mengatas-
namakan agama tetapi enggan memperjuangkan perdamaian dan
persaudaraan maka perlu dipertanyakan kembali komitmen
keagamaannya.
b. Ta‟awun atau saling tolong menolong
Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim.
Sudah semestinya konsep tolong menolong tidak hanya dilakukan
dalam lingkup yang sempit. Tolong-menolong menjadi sebuah
keharusan karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan
pertolongan dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka
bumi ini yang tidak membutuhkan pertolongan dari yang lain.
c. Suka memaafkan kesalahan orang lain
Islam mengajar umatnya untuk bersikap pemaaf dan suka memaafkan
kesalahan orang lain tanpa menunggu permohonan maaf daripada
orang yang berbuat salah kepadanya.Pemaaf adalah sikap suka
memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikit pun rasa
benci dan dendam di hati. Sifat pemaaf adalah salah satu perwujudan
daripada ketakwaan kepada Allah
d. Menepati Janji
Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan.
Menepati janji adalah bagian dari iman. Maka seperti itu pula ingkar
janji, termasuk tanda kemunafikan.
5. Akhlak Terhadap sesama Makhluk,
a. Tafakur (Berfikir)
Salah satu ciri khas manusia yang membedakanya dari makhluk yang
lain, bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan
kemampuan itulah manusia bisa meraih berbagai kemajuan,
kemanfaatan, dan kebaikan.
b. Memanfaatkan Alam
Kedudukan manusia di bumi ini bukanlah sebagai penguasa yang
sewenang-wenang, tetapi sebagai khalifah yang mengemban amanat
18
Allah. Karena itu, segala pemanfaatan manusia atas bumi ini harus
dengan penuh tanggung jawab dan tidak menimbulkan kerusakan.
Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.5
5
Muhammad Amri, La Ode Ismail Ahmad dan Muhammad Rusmin. Op.cit. hlm 104-108
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aqidah Islam adalah sesuatu yang bersifat tauqifi, artinya suatu ajaran yang
hanya dapat ditetapkan dengan adanya dalil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka,
sumber ajaran aqidah Islam adalah terbatas pada Al-Quran dan Sunnah saja.
Karena, tidak ada yang lebih tahu tentang Allah kecuali Allah itu sendiri, dan
tidak ada yang lebih tahu tentang Allah, setelah Allah sendiri, kecuali Rasulullah
SAW. Namun, sebagian ulama menambahkan ijma‟ sebagai sumber ajaran Islam
ketiga setelah Al-Quran dan Sunnah.
20
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak terdapat
kekurangan, baik dalam penulisan maupun keefektifan kalimat. Oleh karena itu,
bagi pembaca harap memberi saran ataupun komentar yang membangun untuk
dapat memperbaiki kekurangan pada makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
22