Paper PEP 10
Paper PEP 10
Paper PEP 10
Dosen Pengampu:
Dr.Ir.Ni Wayan Putu Artini, MP
Ir.I Gusti Ayu Agung Lies Anggreni, M.Par
Oleh
1. Made Wulan Laksmi Dewi 2106511064
2. I Komang Wahyu Utama Tirta 2106511102
3. Evelyn Deborah Inly 2106511105
4. Ni Komang Melindayani 2106511108
Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha
Esa atas segala karunia dan hikmat-Nya yang melimpah sehingga paper yang
berjudul “Eksistensi Pertanian Indonesia Saat Ini” dapat tersusun dengan tepat
waktu. Paper ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi
Pertanian. Paper ini disusun mengacu pada beberapa sumber bacaan dan akses
internet. Tulisan ini sebagian besar hanyalah kutipan-kutipan dari beberapa
sumber sebagaimana yang tercantum dalam Daftar Pustaka. Tulisan yang amat
sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran dan bantuan serta
masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, sudah mestinya kami mengucapkan
terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Ibu dosen yang terhormat Dr.Ir.Ni Wayan Putu Artini, MP dan Ir.I Gusti
Ayu Agung Lies Anggreni, M.Par selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Ekonomi Pertanian
2. Teman-teman satu angkatan pada program studi S1 Agribisnis Universitas
Udayana 2021,yang selalu memberikan motivasi dan beberapa masukan-
masukan dalam penyusunan paper ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang
sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat
tempat yang strategis dalam pembangunan.Perjalanan pembangunan dalam
sektor pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan
hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan
kontribusinya pada pendapatan nasional. Hal itu dikarenakan sektor ini
merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari
pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga
kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini.
Program- program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya
bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran.Meski
demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung
luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum sektor pertanian?
2. Bagaimana peluang agribisnis dalam eksistensi pertanian Indonesia
saat ini?
3. Bagaimana konsep ketahanan pangan di Indonesia dan komponen
pendukungnya?
4. Apa saja kebijakan umum pembangunan pertanian?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui gambaran umum sektor pertanian.
2. Agar mengetahui peluang agribisnis dalam eksistensi pertanian di
Indonesia saat ini.
3. Untuk mengetahui konsep ketahanan pangan Indonesia terhadap
sektor perekonomian.
4. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan umum pembangunan
pertanian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu Negara.
4
2. Tekanan-tekanan demografis yang besar di negara-negara
berkembang yang disertai dengan meningkatnya pendapatan dari
sebagian penduduk menyebabkan kebutuhan tersebut terus
meningkat.
3. Sektor pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang
dibutuhkan untuk ekspansi sektor-sektor lain terutama sektor
industri. Faktor-faktor ini biasanya berwujud modal, tenaga kerja,
dan bahan mentah.
4. Sektor pertanian merupakan sektor basis dari hubungan-hubungan
pasar yang penting berdampak pada proses pembangunan. Sektor
ini dapat pula menciptakan keterkaitan kedepan dan keterkaitan
kebelakang yang bila disertai dengan kondisi-kondisi yang tepat
dapat memberi sumbangan yang besar untuk pembangunan.
5. Sektor ini merupakan sumber pemasukan yang diperlukan untuk
pembangunan dan sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian
besar penduduk negara-negara berkembang yang hidup di pedesaan
(Pratomo, 2010).
5
2.2 Peluang Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu pendekatan yang dapat digunakan
dalam kegiatan pembangunan pertanian. Agribisnis adalah suatu sistem
bisnis pertanian yang utuh mulai dari subsistem penyediaan faktor
produksi (tanah, tenaga kerja, modal (sarana produksi dan peralatan
pertanian), dan skill), subsistem budidaya tanaman dan atau ternak,
subsistem pengolahan (agroindustri), subsistem pemasaran, subsistem
prasarana, dan subsistem pembinaan. Jadi agribisnis dapat diartikan
sebagai kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan
usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
2.2.1 Faktor-Faktor Strategis yang Mendorong Tumbuhnya Agribisnis
Lingkungan yang kondusif dan strategis.Kondisi lingkungan
yang kondusif dan strategis sangat diperlukan untuk mendorong
perkembangan agribisnis. Kondisi lingkungan ditentukan oleh keadaan
pasar faktor produksi, pasar produk di dalam dan luar negeri, kelembagaan
pasar, kebijakan pemerintah, dan negara tujuan pemasaran baik dalam dan
luar negeri.
1. Aspek permintaan.
Permintaan barang dari dalam dan luar negeri akan menentukan
tingkat produksi. Semakin tinggi permintaan akan barang maka
semakin besar peluang produsen untuk melakukan ekspansi usaha
di bidang agribisnis. Tinggi rendahnya permintaan akan barang
ditentukan oleh harga pasar, jumlah konsumen, tingkat pendapatan,
selera, harga barang lain.
2. Sumberdaya alam dan manusia.
Agribisnis dapat tumbuh di suatu daerah jika tersedia sumberdaya
alam yang dibutuhkan untuk kelangsungan proses produksi.
Ketersediaan curah hujan dan sinar matahari relatif stabil sepanjang
tahun di Indonesia memungkinkan untuk melaksanakan usahatani
sepanjang tahun. Sumberdaya manusia memiliki peran sebagai
pengerak kegiatan agribisnis. Kualitas dan kuantitas sumberdaya
6
alam dan manusia akan turut mempengaruhi kualitas dan kuantitas
hasil produksi.
3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mendorong
pertumbuhan agribisnis. Semakin pesat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka semakin banyak peluang usaha
yang terbentuk.
2.2.2 Peluang Agribisnis dalam Eksistensi Pertanian
Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam
keberadaan pertanian itu sendiri. Dimana agribisnis kontribusi dalam
pembangunan ekonomi pertanian antara lain meningkatkan produksi
pangan untuk konsumsi, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar
pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan
meningkatkan devisa. Selain itu pembangunan sektor agribisnis yang
berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting
di masa depan karena secara empirik keunggulan dari agribisnis dapat
dilihat dari besarnya sumbangan atau pangsa realtif terhadap nilai tambah
industri non-migas yang relatif tinggi. Sektor ini diharapkan mampu
menjadi sumber pertumbuhan perekonomian pertanian terutama negara-
negara berkembang yang perekonomiannya masih 60 % bertumpu pada
sektor pertanian. Dilihat dari sisi produksi, pembangunan agribisnis
mampu menunjukkan peningkatan produktivitas, perbaikan kualitas,
perbaikan teknologi dan peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian. Sehingga eksistensi pertanian saat ini masih berjalan dengan
sangat baik.
2.3 Konsep Ketahanan Pangan di Indonesia dan Komponen
Pendukungnya
2.3.1 Konsep Ketahanan Pangan
Pangan di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat
penting, terutama makanan pokok, karena menyangkut permasalahan
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sebagian besar makanan pokok
penduduk berasal dari serealia yang terdiri dari beras, jagung dan terigu
dan terbesar sebagai makanan pokok penduduk adalah beras. Oleh
karena itu masalah
7
ketahanan pangan di Indonesia menjadi penting untuk kesetabilan politik,
ekonomi, sosial dan budaya.
Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dari food
security mencakup banyak aspek dan luas sehingga setiap orang mencoba
menterjemahkan sesuai dengan tujuan dan ketersediaan data. Konsep
ketahanan pangan di Indonesia telah memasukkan aspek keamanan, mutu
dan keragaman sebagai kondisi yang harus dipenuhi dalam pemenuhan
kebutuhan pangan penduduk secara cukup, merata serta terjangkau.
Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1996
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata, dan terjangkau. Berdasarkan konsep tersebut, maka terdapat
beberapa prinsip yang terkait terhadap ketahanan pangan (food security),
yang harus diperhatikan (Sumardjo, 2006), yaitu:
1. Rumah tangga sebagai unit perhatian terpenting pemenuhan
kebutuhan pangan nasional maupun komunitas dan individu.
2. Kewajiban negara untuk menjamin hak atas pangan setiap
warganya yang terhimpun dalam satuan masyarakat terkecil untuk
mendapatkan pangan bagi keberlangsungan hidup.
3. Ketersediaan pangan mencakup aspek ketercukupan jumlah pangan
(food sufficiency) dan terjamin mutunya (food quality).
4. Produksi pangan yang sangat menentukan jumlah pangan sebagai
kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,
membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau
mengubah bentuk pangan.
5. Mutu pangan yang nilainya ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan
makanan dan minuman.
6. Keamanan pangan (food safety) adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat menganggu, merugikan
dan membahayakan keadaan manusia.
8
7. Kemerataan pangan merupakan dimensi penting keadilan pangan
bagi masyarakat yang ukurannya sangat ditentukan oleh derajat
kemampuan negara dalam menja-min hak pangan warga negara
melalui sistem distribusi produksi pangan yang dikembangkannya.
Prinsip kemerataan pangan mengamanatkan sistem pangan
nasional harus mampu menjamin hak pangan bagi setiap rumah
tangga tanpa terkecuali.
8. Keterjangkauan pangan mempresentasi-kan kesamaan derajat
keleluasaan akses dan kontrol yang dimiliki oleh setiap rumah
tangga dalam memenuhi hak pangan mereka. Prinsip ini
merupakan salah satu dimensi keadilan pangan yang penting untuk
diperhatikan.
Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan
situasi pangan pada beberapa tingkatan yaitu tingkat global, nasional,
regional (daerah), dan tingkat rumah tangga serta individu (Soehardjo,
1996). Sementara itu Simatupang (1999) menyatakan bahwa ketahanan
pangan tingkat global, nasional, regional, komunitas lokal, rumah tangga
dan individu merupakan suatu rangkaian sistem hierarkis. Dalam hal ini
ketahanan pangan rumah tangga tidak cukup menjamin ketahanan pangan
individu. Kaitan antara ketahanan pangan individu dan rumah tangga
ditentukan oleh alokasi dan pengolahan pangan dalam rumah tangga,
status kesehatan anggota rumah tangga, kondisi kesehatan dan kebersihan
lingkungan setempat. Selain itu faktor tingkat pendidikan suami-istri,
budaya dan infrastruktur setempat juga sangat menentukan ketahanan
pangan individu/rumah tangga.
Konsep dan pengertian atau definisi ketahanan pangan sangat
luas dan beragam. Namun demikian dari luas dan beragamnya konsep
ketahanan pangan tersebut intinya adalah terjaminnya ketersediaan pangan
bagi umat manusia secara cukup serta terjaminnya pula setiap individu
untuk memperoleh pangan dari waktu kewaktu sesuai kebutuhan untuk
dapat hidup sehat dan beraktivitas. Terkait dengan konsep terjamin dan
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi setiap individu tersebut perlu pula
diperhatikan aspek jumlah, mutu, keamanan pangan, budaya lokal serta
9
kelestarian lingkungan dalam proses memproduksi dan mengakses pangan.
Dalam perumusan kebijakan maupun kajian empiris ketahanan pangan,
penerapan konsep ketahanan pangan tersebut perlu dikaitkan dengan
rangkaian sistem hirarki sesuai dimensi sasaran mulai dari tingkat
individu, rumah tangga, masyarakat/ komunitas, regional, nasional maupun
global. Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam
pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi
manusia sehingga pangan sangat berperan dalam pertumbuhan ekonomi
nasional.
2.3.2 Komponen Pendukung Ketahanan Pangan
Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan
UU RI No. 7 tahun 1996, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk
mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu: Kecukupan ketersediaan
pangan; Akses pangan; Aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap pangan;
Kualitas keamanan pangan (Stabilitas). Empat komponen tersebut akan
dijelaskan seperti dibawah ini, yaitu:
1. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan mengadakan komunikasi dengan suplai
pangan menempuh produksi, distribusi, dan pertukaran. Produksi
pangan ditentukan oleh beragam macam faktor, termasuk
kepemilikan lahan dan penggunaannya; macam dan manajemen
tanah; pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian;
pemuliaan dan manajemen hewan ternak; dan pemanenan.
Ketersediaan dapat dipengaruhi oleh:
Produksi: berapa banyak dan jenis makanan apa yang
tersedia melalui makanan yang diproduksi dan disimpan
secara lokal.
Distribusi: bagaimana makanan tersedia (dipindahkan
secara fisik), dalam bentuk apa, kapan, dan kepada siapa.
Pertukaran: berapa banyak makanan yang tersedia dapat
diperoleh melalui mekanisme pertukaran seperti barter,
perdagangan, pembelian, atau pinjaman.
1
2. Akses Pangan
Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan
membeli dan akbarnya alokasi bahan pangan, juga faktor selera
pada suatu individu dan rumah tangga. Individu dan rumah tangga
harus dapat memperoleh makanan yang cukup untuk dapat makan
makanan yang sehat dan bergizi, atau memiliki akses ke sumber
daya yang cukup yang dibutuhkan untuk menanam makanan
mereka sendiri (misalnya tanah). Terdapat dua perbedaan mengenai
akses kepada bahan pangan. Akses langsung, yaitu rumah tangga
memproduksi bahan pangan sendiri. USDA menambahkan bahwa
akses kepada bahan pangan harus tersedia dengan cara yang
dibenarkan oleh penduduk sehingga makanan tidak didapatkan
dengan cara memungut, mencuri, atau bahkan mengambil dari
cadangan makanan darurat ketika tidak sedang dalam kondisi
darurat. Akses dapat dipengaruhi oleh:
Keterjangkauan: kemampuan individu, rumah tangga atau
masyarakat untuk membayar harga makanan atau tanah
untuk memproduksi makanan, relatif terhadap pendapatan
mereka.
Alokasi: mekanisme ekonomi, sosial dan politik yang
mengatur kapan, di mana, dan bagaimana makanan dapat
diakses oleh konsumen dan dengan syarat apa. Misalnya,
makanan mungkin tidak dialokasikan secara merata
menurut usia dan jenis kelamin dalam rumah tangga.
Preferensi: norma dan nilai sosial, agama, dan budaya yang
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap jenis
makanan tertentu (misalnya larangan agama atau keinginan
untuk mengikuti pola diet tertentu seperti vegetarianisme)
3. Aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap pangan
Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka beragam faktor
mempengaruhi banyak dan kualitas pangan yang dijangkau oleh
anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus lepas sama
1
sekali dari bahaya dan memenuhi kebutuhan fisiologis suatu
individu. Pemanfaatan pangan dapat dipengaruhi oleh:
Nilai gizi: nilai gizi yang diberikan oleh makanan yang
dikonsumsi, yang diukur dalam kalori, vitamin, protein, dan
berbagai zat gizi mikro (misalnya zat besi, yodium, vitamin
A).
Status kesehatan: pengaruh penyakit (misalnya HIV/AIDS
atau diare) pada kemampuan untuk mengonsumsi makanan
dan menyerap serta memetabolisme nutrisinya.
Keamanan pangan: akses ke pangan yang bebas dari
pembusukan makanan atau dari masuknya kontaminasi
toksik selama produksi, pemrosesan, pengemasan, distribusi
atau pemasaran makanan; dan dari penyakit bawaan
makanan seperti salmonella.
Persiapan dan konsumsi: sumber daya (misalnya alat masak
dan bahan bakar), pengetahuan dan kemampuan untuk
menyiapkan dan mengonsumsi makanan dengan cara yang
sehat dan higienis.
4. Kualitas Keamanan Pangan (Stabilitas Pangan)
Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam
mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan
pangan dapat berlanjut secara transisi, musiman, ataupun kronis
(permanen). Pada ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan
tidak tersedia pada suatu periode waktu tertentu. Bencana dunia
dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen dan
mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi. Konflik
sipil juga dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan.
Ketidakstabilan di pasar menyebabkan peningkatan harga pangan
sehingga juga menyebabkan kerawanan pangan. Faktor lain
misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang
disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi
stabilitas secara musiman karena bahan pangan hanya tidak
kekurangan pada musim
1
tertentu saja. Kerawanan pangan permanen atau kronis bersifat
jangka panjang dan persisten.
2.4 Kebijakan Umum Pembangunan Pertanian
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah,
sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan
tertentu. Adapun tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan
pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi
dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan
kesejahteraan petani meningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,
pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-
peraruran tertentu; ada yang berbentuk Undang-undang, Peraturan-
peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lainlain.
Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang b-ersifat
pengatur (regulating policies) dan pembagian pendapatan yang lebih adil
merata (distributive policies).
Beberapa kebijakan yang langsung terkait dengan sektor
pertanian dan dalam kewenangan atau memerlukan masukan dari
Departemen Pertanian adalah:
1. Kebijakan dalam pelaksanaan manajemen pembangunan yang
bersih, transparan, dan bebas KKN, diarahkan untuk menyusun
kebijakan peningkatan kesejahteraan pegawai disertai penerapan
reward and punishment secara konsisten.
2. Kebijakan dalam peningkatan koordinasi dalam penyusunan
kebijakan dan manajemen pembangunan pertanian, diarahkan
untuk:
peningkatan keterbukaan dalam perumusan kebijakan dan
manajemen pembangunan pertanian,
peningkatan evaluasi, pengawasan, dan pengendalian
manajemen pembangunan pertanian,
penyelarasan pembangunan pertanian antar sektor dan
wilayah.
1
3. Kebijakan dalam memperluas dan meningkatkan basis produksi
secara berkelanjutan diarahkan untuk:
peningkatan investasi swasta,
penataan hak, kepemilikan dan penggunaan lahan,
kebijakan pewilayahan komoditas, dan
penataan sistem pewarisan lahan pertanian.
4. Kebijakan dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM
pertanian diarahkan untuk:
menyusun kebijakan revitalisasi penyuluhan,
pendampingan, pendidikan dan pelatihan pertanian,
peningkatan peran serta masyarakat,
peningkatan kompetensi dan moral aparatur pertanian,
penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi petani, dan
pengembangan kelembagaan petani.
5. Kebijakan dalam meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana
pertanian diarahkan untuk:
pengembangan sarana dan prasarana usaha pertanian,
pengembangan lembaga keuangan perdesaan,
pengembangan sarana pengolahan dan pemasaran.
6. Kebijakan dalam meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi
tepat guna diarahkan untuk:
merespon permasalahan dan kebutuhan pengguna,
mendukung optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
pertanian spesifik lokasi,
pengembangan produk berdayasaing,
penyelarasan dan integrasi dengan penguasaan IPTEK
pertanian, dan
percepatan proses dan perluasan jaringan diseminasi dan
penjaringan umpan balik inovasi pertanian.
7. Kebijakan dalam meningkatkan promosi dan proteksi komoditas
pertanian, diarahkan untuk:
1
menyusun kebijakan subsidi tepat sasaran dalam sarana
produksi, harga output, dan bunga kredit untuk modal
usahatani
peningkatan ekspor dan pengendalian impor,
kebijakan penetapan tarif impor dan pengaturan impor,
peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha,
perbaikan kualitas dan standardisasi produk melalui
penerapan teknologi produksi, pengelolaan pascapanen dan
pengolahan hasil, dan
penguatan sistem pemasaran dan perlindungan usaha.
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk
didalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga
kehutanan. Sebagian besar kurang lebih dari 50 persen mata pencaharian
masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian
sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.Adapun kegiatan usaha
yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang
oleh kegiatan pertanian yang disebut dengan agribsinis.Sektor pertanian ini
sangat erat hubungannya dengan ketahanan pangan, oleh karena itu pangan
di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, terutama
makanan pokok, karena menyangkut permasalahan politik, ekonomi, sosial
dan budaya.Ketahanan pangan ini juga memiliki komponen pendukung
yaitu ketersediaan pangan,akses pangan,aksesibilitas dan keterjangkauan
terhadap pangan,dan kualitas keamanan pangan.Dalam sektor pertanian
juga ada beberapa kebijakan yang dalam kewenangannya memerlukan
masukan dari Departemen Pertanian yaitu kebijakan dalam pelaksanaan
manajemen pembangunan, kebijakan dalam peningkatan koordinasi,
kebijakan dalam memperluas dan meningkatkan basis produksi,kebijakan
dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM,kebijakan dalam
meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana,kebijakan dalam
meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi,dan kebijakan dalam
meningkatkan promosi dan proteksi komoditas pertanian.
1
DAFTAR PUSTAKA
Saliem, H. P., & Ariani, M. (2002). Ketahanan pangan, konsep, pengukuran dan
strategi.