Uts - Hukum Pajak - 04 - 185010101111199
Uts - Hukum Pajak - 04 - 185010101111199
Uts - Hukum Pajak - 04 - 185010101111199
DISUSUN OLEH :
DINDA AJENG MAYANGSRI
NIM.185010101111199
NO PRESENSI 04
A.PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
B.RINGKASAN JURNAL……………………………………………………………………….
1.IDENTITAS JURNAL…………………………………………………………………………
2.RINGKASAN ISI JURNAL……………………………………………………………………
3.PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..
C.PENUTUP……………………………………………………………………………………….
D.KESIMPULAN………………………………………………………………………………….
E.SARAN………………………………………………………………………..............................
G.DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Tax reform pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah terhadap ketentuan-ketentuan perpajakan yang
ersifat mendasar,ada beberapa faktor pemerintahan dalam melakukan reformasi perpajakan salah satunya karena
banyaknya peraturan perundang-undangan pajak yang cukup merugikan rakyat sebagai wajib pajak.
Pemungutan pajak harus memberikan jaminan dan keadilan secara baik untu negara selaku peungut pajak dan
rakyat sebagai wajib pajak.Dasar hukum pajak diatur sesuai dengan pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,yang menyatakan:
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang” dimana
dalam pasal ini memiliki arti bahwa pemungutan pajak/merupakan pengalihan kekayaan dari rakyat kepada negara
yang hasilnya juga akan dikembalikan pada masyarakat,oleh sebab itu harus ada persetujuan dari rakyat mengenai
jenis pajak apa saja dan besarnya pemungutan pajak tersebut.
Di Negara Indonesia pajak merupakan sumber pendapatan utama yang paling dominan untuk membiayai
pembangunan nasional. Penerimaan pajak kian meningkat seiring dengan jumlah penduduk Indonesia yang
semakin bertambah setiap tahunnya,oleh karena itu, semakin besar biaya yang dibutuhkan pemerintah dalam
mewujudkan pembangunan negara menuntut peningkatan pendapatan nasional yang salah satunya berasal dari
penerimaan sektor pajak.Rendahnya tingkat kemauan membayar pajak maka mengakibatkan tidak seimbangnya
jumlah Wajib Pajak dan jumlah pajak yang diterima oleh Negara. Tetapi hal ini bukan salah satu problematika yang
ada, namun ada beberapa hal lain yang muncul yaitu banyaknya Wajib Pajak yang menyimpan kekayaan mereka
namun harta kekayaan mereka tidak tersimpan di Indonesia, para Wajib Pajak lebih banyak menyimpan harta
mereka di bank-bank luar negeri seperti Bank Singapura, Bank Swedia, dan bank-bank luar negeri lainnya. Wajib
pajak cenderung meminimalkan pembayaran pajak dan berusaha untuk melakukan penyelundupan pajak.
Melihat persoalan tersebut, tentu saja pemerintah tidak bisa hanya diam dan membiarkan masalah pajak
tersebut terabaikan, pemerintah bekerja sama dengan Menteri Keuangan serta Direktorat Jenderal Pajak membuat
regulasi baru terkait pelaporan jumlah kekayaan Wajib Pajak yang lebih banyak menyimpan harta kekayaannya di
luar negeri. Salah satu kebijakan yang dibuat agar para Wajib Pajak mau melaporkan jumlah hartanya di dalam
negeri adalah dengan membuat kebijakan Amnesti Pajak (Pengampunan Pajak). Kebijakan Amnesti Pajak
merupakan program pengampunan yang diberikan Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak
yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan serta penghapusan sanksi pidana di bidang
perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan
cara membayar uang tebusan.
Pada tanggal 1 Juli 2016 telah disahkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak. Undang-undang tersebut menegaskan, bahwa pengampunan pajak adalah penghapusan pajak yang
seharusnya terutang, tidak dikenakan sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan,
dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Berdasarkan UU tersebut, setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak, yang diberikan melalui
pengungkapan harta yang dimiliki dalam surat pernyataan
Amnesti pajak merupakan kebijakan baru pemerintah di bidang perpajakan yang diharapkan akan
meningkatkan kemauan membayar pajak pada semua wajib pajak di masa yang akan datang. Setelah kebijakan
pengampunan berakhir akan diterapkan penegakan hukum bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan kewajiban
perpajakannya, maka Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk lebih terbuka atas kewajiban perpajakannya melalui
kebijakan Amnesti Pajak. Upaya penegakan hukum diterapkan berdasarkan informasi yang telah dimiliki selama
pelaksanaan kebijakan pengampunan. Tujuan yang diharapkan jika tax amnesty diimplementasikan yaitu akan
dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai
pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk mendorong perekonomian nasional.
B.RINGKASAN JURNAL
1.IDENTITAS JURNAL
Target penerimaan pajak perlu didukung situasi sosial ekonomi politik yang stabil.Sehingga masyarakat
juga bisa dengan sukarela membayar pajaknya. Pemerintah tentu diharapkan dapat mempertimbangkan kembali
kebijakan perpajakan yang bisa menarik minat masyarakat Wajib Pajak seperti sunset policy.Pelaksanaan anesti
pajak di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 1984 tidak efektif karena Wajib Pajak kurang merespons dan
tidak dikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh.
Bentuk reformasi perpajakan dengan salah satu agendanya adalah menerapkan pengamunan pajak (tax
amnesty).Saat diterapkannya Undang-Undang No 28 Tahun 2007 sebagai perubahan Undang-Undang No 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UP KUP) diundangkan, banyak yang memperhatikan
ketentuan-ketentuan tersebut terutama pasal 37A dimana kebijkan ini merupakan versi mini dari program
pengampunan pajak yang banyak diminta dalam kalangan usaha.Meskipun belum memuaskan semua pihak tetapi
kebijakan yang lebih dikenal dengan nama Sunset Policy ini telah menibulkan respon positif bagi banyak pihak.
RUMUSAN MASALAH :
Bagaimana konseptualisasi pengampunan pajak dalam konteks reformasi jukum pajak di Indonesia?
METODE PENELITIAN:
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif,yaitu
dengan mengkaji dan menganalisis peraturan-peraturan mengenai pengampunan pajak dalam konteks reformasi
hukum pajak di Indonesia,dan penulis melakuan pendekatan Statute Approach dan Case Approach dimana penulis
akan mengupas tentang legal formal.
Sumber hukum:
1.Primer
Yaitu melakukan peninjauan secara langsung pada masalah yang diteliti agar mendapatkan data secara akurat.
2.Sekunder
yaitu penelitian sebagai usaha untuk memperoleh keterangan dan data dengan membaca dan mempelajari bahan-
bahan teoritis dari buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, agar diperoleh suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses
pembahasan mengenai masalah masalah yang diidentifikasi
3.PEMBAHASAN
Pengampunan pajak (tax amnesty) adalah kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang memberikan
penghapusan pajak yang seharusnya terutang dengan membayar tebusan dalam jumlah tertentu yang bertujuan
untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan kesempatan bagi Wajb Pajak yang tidak patuh menjadi Wajib
Pajak patuh.Salah satunya urgensi diberlakukannya pengampunan pajak(tax amnesty) adalah untuk meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional untuk melaksankan sistem
perpajakan dengan baik yang bersih atas dasar kejujuran dan keterbukaan dari masyarakat.
Menerapkan pengampunan pajak (tax amnesty) pemerintah mempertimbangkan beberapa hal diantarnya;
Underground Economy,Pelarian modal ke luar negeri secara ilegal,Rekayasa transaksi keuangan yang
mengakibatkan kehilangan potensi penerimaan pajak.
Dalam penerapan pengampunann pajak berlangsung ada beberapa syarat yang harus dipenuhi;melakukan
sosialisasi rencana pengampunan pajak yang dilakukan atau didukung oleh perangkat administrasi perpajakan
modern menggunakan computer,Tunggakan pajak negara yaitu utang pada pajak yang telah dipastikan dan
ditetapkan dengan surat ketetapan pajakdan penagihan pajaknya dengan ndang-undang dengan surat
paksa,Perlunya program penegak hukum secara tegas dan konsisten.
Subjek tax amnesty adalah warga negara Indonesia baik yang ber NPWP maupun tidak yang memiliki
harta lain selain yang telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak (warga negara yang pembayaran pajaknya selama
ini masih belum sesuai dengan kondisi nyata) Menurut "UU No 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak" yang
dapat memanfaatkan kebijakan amnesti pajak adalah:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Wajib Pajak Badan
3. Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM)
4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak
C.PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pebahasan diatas,dapat disimpulkan bahwa perlakuan pengampunan pajak yang diberikan kepada
Wajib Pajak di Indonesia adalah amnesti yang tetap mewajibkan pembayaran pokok di Indonesia termasuk bunga
dan dendanya.