Yoshita E.P (Perilaku Kekerasan)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI

Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku

kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diiarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang

berlangsung kekerasaan atau riwayat perilaku kekerasan (Siti Mumini, 2019)

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri

sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku

kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan

khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang

biasanya disebut dengan perasaan marah (Depkes RI, 2006, Berkowitz, 1993 dalam

Dermawan dan Rusdi, 2017)

2. ETIOLOGI

Faktor terjadinya perilaku kekerasan itu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

predisposisi dan faktor presipitasi.

a. Faktor Predisposisi Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan

faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku

kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu adalah:

1.) Faktor Biologis Dalam otak sistem limbik berfungsi sebagai regulator atau

pengatur perilaku. Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat

mengurangi dan meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada sistem


neurofisiologis dapat menimbulkan respon-respon emosional dan ledakan

agresif. Penurunan norepinefrin dapat menstimulasi perilaku agresif misalnya

pada peningkatan kadar hormon testosteron atau progesteron. Pengaturan

perilaku agresif adalah dengan mengatur jumlah metabolisme biogenik amino-

norepinefrin (Dalami, dkk, 2014). Berdasarkan faktor biologis, ada beberapa

hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu

sebagai berikut (Direja, 2011) :

a.) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis

mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls

agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya

perilaku bermusuhan dan respon agresif.

b.) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam townsend (1996)

menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epineprin, norepineprin,

dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi

dan menghambat impuls agresif.

Peningkatan hormone androgen dan norepineprin serta penurunan

serotonin dan GABA (6 dan 7) pada ciran serebrospinal merupakan

penyebab timbulnya perilaku agresif pada seseorang.

c.) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitanya

dengan penghuni penjara tindak criminal(narapidana).

d.) Gangguan otak, sindrom otak organic berhubungan dengan gangguan

serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus temporal), trauma

otak, penyakit ensefalitis, epilepsy (lobus temporal) terbukti berpengaruh

terhadap perilaku agresif atau kekerasan.


2.) Faktor Psikologis Psychoanalitytical Theory; Teori ini mendukung bahwa

perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat

bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting. Pertama, insting hidup

yang diekspresikan dengan seksualitas dan kedua, insting kematian yang

diekspresikan dengan agresivitas. Frustation-agression theory; teori yang

dikembangkan oleh pengikut freud ini berawal dari asumsi bahwa bila usaha

seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, maka akan

timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang

dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi

hampir semua orang yang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat

perilaku agresif. Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,

mendukung pentingnya peran dari perkembangan predisposisi atau

pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu

memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak.

Beberapa contoh pengalaman tersebut :

a.)Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu untuk

menyelesaikan secara efektif.

b,)Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa

kanak-kanak.

c.)Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse

atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga. Kemudian perilaku juga

termasuk dalam faktor psikologi Perilaku Reinforcment yang diterima

pada saat melakukan kekerasan dan sering mengobservasi kekerasan di

rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu

mengadopsi perilaku kekerasan (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015).


3.) Faktor Sosial Budaya Seseorang akan berespon terhadap peningkatan

emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai

dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respons-

respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi dan semakin

sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi.

Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat

membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak

dapat diterima. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecendrungan menerima

perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat.

b. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan akan mengeluarkan respon marah apabila dirinya

merasa terancam. Ancaman tersebut dapat berupa luka secara psikis. Ancaman

dapat berupa internal dan eksternal. Contoh stressor eksternal yaitu serangan

secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna, dan adanya kritikan

dari orang lain. Sedangkan contoh dari stressor internal yaitu merasa gagal dalam

bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit

yang diderita (Muhith, 2017). Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien,

lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan

fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang

dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi

lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,

kehilangan orang yang dicintainya atau pekerjaan dan kekerasan merupakan

faktor penyebab yang lain. Interaksi yang proaktif dan konflik dapat pula memicu

perilaku kekerasan (Prabowo, 2017).


Menurut Dalami,dkk tahun 2017 stressor presipitasi yang muncul pada pasien

perilaku kekerasan yaitu :

a.Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik

b.Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah

c.Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang atau benda berarti

d. Ancaman internal : Kegagalan,kehilangan perhatian

3. Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang

dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk

komunikasi dan proses penyampaian pesan dari indivuidu. Rentang respons

kemarahan individu dimulai dari respons normal (asertif) sampai pada respons sangat

tidak normal (maladaptif) . Berikut rentang respon marah menurut (Direja, Ade

Herman Surya, 2011).

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Keterangan :

a. Asertif Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang

lain dan memberi ketenangan.

b. Frustasi Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak

dapat menemukan alternatif.

c. Pasif Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.


d. Agresif Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut

tetapi masih terkonrol.

e. Kekerasan Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya

kontrol.

4. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan steress,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang

digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas

yang timbul karena adanya ancaman.Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada

klien marah untuk melindungi diri antara lain (Afnuhazi, 2015):

a. SublimasiMenerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran

secara normal.

b. ProyeksiMenyalahkan orang lain mengenai kesukaran atau keinginan yang

tidak baik.

c. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke

alam sadar.

d. Reaksi Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan

melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya

sebagai rintangan.

e. DisplacementMelepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada

obyek yang tidak begitu berbahaya.


5. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan Data perilaku kekerasan dapat diperoleh

melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut (Dermawan & Rusdi,

2016) :

a. Muka merah dan tegang

b. Pandangan tajam

c. Mengatupkan rahang dengan kuat

d. Menggepalkan tangan

e. Bicara kasar

f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

g. Mengancam secara verbal dan fisik

h. Melempar atau memukul benda atau orang lain

i. Merusak barang atau benda

j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan.

Menurut Direja, 2013 tanda gejala pada perilaku kekerasan yaitu :

a. Fisik

Mata melotot, pandangan tajam,tangan menggepal, rahang mengatup, wajah

memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

b. Verbal Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan

nada keras, kasar dan ketus.

c. Perilaku Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak

lingkungan, amuk atau agresif.

d. Emosi Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, menyalahkan dan menuntut.

e. Intelektual Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, dan meremehkan.


f. Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak

bermoral dan kreativitas terhambat.

g. Sosial Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.

h. Perhatian Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual

6. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
Effect

Perilaku Kekerasan
Core

Harga Diri Rendah Kronis


Causa

(Sumber : Damaiyanti 2014)


7. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Menurut (Damaiyanti 2014) tanda dan gejala yang ditemui pada klien melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8) Mengancam secara verbal atau fisik
9) Melempar atau memukul benda/orang lain
10) Merusak benda atau barang
11) Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan.
8. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan
Penatalaksanaan pada pasien perilaku kekerasan bukan hanya meliputi pengobatan
dengan farmakoterapi, tetapi juga pemberian psikoterapi, sertaterapi modalitas yang
sesuai dengan gejala pada perilaku kekerasan. Padaterapi ini juga perlu dukungan
keluarga dan sosial akan memberikanpeningkatan kesembuhan klien. Penatalaksanaan
pada pasien perilakukekerasan terbagi dua yaitu :
a. Penatalaksanaan medik
1) Farmakoterapi
Salah satu farmakoterapi yang digunakan pada klien denganperilaku kekerasan
biasanya diberikan antipsikotik. Obatantipsikotik pertama yaitu klorpromazin,
diperkenalkan tahun 1951sebagai pramedikasi anestesi. Kemudian setelah itu, obat itu
diujicoba sebagai obat skizofrenia dan terbukti dapat mengurangiskizofrenia.
Antipsikotik terbagi atas dua yaitu antipsikotik tipikaldan antipsikotik atipikal dengan
perbedaan pada efek sampingnya.
Antipsikotik tipikal terdiri dari (butirofenon,
Haloperidol/haldol,Fenotiazine,Chlorpromazine, perphenazine (Trilafon),
trifluoperazin(stelazine), sedangkan untuk antipsikotik atipikal terdiri dari(clozapine
(clozaril), risperidone (Risperidal).
Efek samping yangditimbulkan berupa rigiditas otot kaku, lidah kaku atau tebal
disertaikesulitan menelan. Biasanya sering digunakan klien untukmengatasi gejala-
gejala psikotik (Perilaku kekersan, Halusinasi,Waham), Skizofrenia, psikosis organik,
psikotik akut danmemblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak (Katona,
dkk, 2012).
2) Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengangangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptifmenjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan yangditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberi
perlakuanadalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien. Jenisterapi
somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi danfototerapi (Kusumawati & Yudi,
2010).
a) Pengikatan
Merupakan terapi menggunakan alat mekanik atau manualuntuk membatasi
mobilitas fisik klien yang bertujuan untukmelindungi cedera fisik pada klien
sendiri dan orang lain.
b) Terapi Kejang listrik
Terapi kejang listrik atau Electro Convulsif Therapi (ECT)adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejanggrand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektrodayang ditempatkan dipelipis pasien.
Terapi ini ada awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali
terapi biasanyadilaksanakan setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali)
dengankekuatan arus listrik (2-3 joule).
c) Isolasi
Merupakan bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiridiruang tersendiri
untuk mengendalikan perilakunya danmelindungi klien, orang lain dan
lingkungan. Akan tetapi tidakdianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Strategi pelaksanaan pasien perilaku kekerasanStartegi pelaksanaan dapat
dilakukan berupa komunikasi terapeutikkepada pasien perilaku kekerasan maupun
pada keluarga. Tindakankeperawatan terhadap pasien dapat dilakukan minimal empat
kalipertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan keluarga dapat mengontrol dan
mengendalikan perilaku kekerasan. Pada masingmasingpertemuan dilakukan tindakan
keperawatan berdasarkanstrategi pelaksanaan (SP) sebagai berikut (Pusdiklatnakes,
2012) :
a) Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk pasien : latihan nafasdalam dan
memukul kasur atau bantal.
b) Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk pasien : latihan minumobat
c) Latihan strategi pelaksanaam 3 untuk pasien : Latihan carasosial atau verbal
d) Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk pasien : Latihan caraspiritual
Tindakan keperawatan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP)
sebagai berikut :
a) Latihan strategi pelaksanaan 1 untuk keluarga : Cara merawatpasien dan melatih
latihan fisik
b) Latihan strategi pelaksanaan 2 untuk keluarga : Cara memberiminum obat
c) Latihan strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga : Melatihkeluarga cara mengontrol
marah dengan cara sosial atau verbal.
d) Latihan strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga : cara mengontrolrasa marah dengan
cara spiritual, latih cara spiritual, jelaskanfollow up ke puskesmas, tanda kambuh.
2) Terapi modalitas
Terapi modalitas keperawatan jiwa dilakukan untuk memperbaikidan
mempertahankan sikap klien agar mampu bertahan danbersosialisasi dengan
lingkungan masyarakat sekitar denganharapan klien dapat terus bekerja dan tetap
berhubungan dengankeluarga, teman, dan sistem pendukung yang ada ketika
menjalaniterapi (Nasir & Muhits dalam Direja, 2011). Jenis-jenis terapimodalitas
adalah :
a) Psikoterapi
Merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional terhadap
pasien yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dansukarela. Psikoterapi
dilakukan agar klien mengalami tingkahlakunya dan mengganti tingkah laku
yang lebih konstruktifmelalui pamhaman- pemahaman selama ini kurang baik
dancenderung merugikan baik diri sendiri , orang lain maupunlingkungan
sekitar.
b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi Aktivitas Kelompok sering digunakan dalam praktikkesehatan jiwa,
bahkan merupakan hal yang terpenting dariketerampilan terapeutik dalam ilmu
keperawatan. Pemimpinatau leader kelompok dapat menggunakan keunikan
individuuntuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkanmasalah
dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnyadari kelompok, perawat
juga adapatif menilai respon klienselamaberada dalam kelompok. Jenis Terapi
AktivitasKelompok yang digunakan pada klien dengan perilakukekerasan
adalah Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsiatau Kognitif. Terapi
yang bertujuan untuk membantu klienyang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsidalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
sertamengurangi perilaku maladaptif. Karakteristiknya yaitu padapenderita
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilainilai,menarik diri dari
realitas dan inisiasi atau ide-ide negatif.
3) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasim masalah klien
dengan memberikan perhatian :
a) Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengankeluarga
d) Memberikan kesempatanpada klien dalam mengemukakanpendapat
e) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan maslah yangdialami
f) Mendengarkan keluhan klien
g) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
h) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaanklien
i) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
j) Jika terjadi perilaku kekerasan yang dilakukan adalah : bawa
klien ketempat yang tenang dan aman, hindari benda tajam,lakukan fiksasi sementara,
rujuk ke pelayanan kesehatan
(Afnuhazi, 2015).

9. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Perilaku Kekerasan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupsksn proses yang sistematis dala pengumpulanatau dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasistatus kesehatan pasien (Iyer et.al dalam Muhith
2015).
Tahap pengkajianterdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalahpasien.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaanstatus mental,
suku bangsa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangrawat dan alamat.
b. Alasan Masuk
Alasan yang menyebabkan pasien atau keluarga datang atau dirawat dirumah
sakit. Faktor pencetus perilaku kekerasan meliputi ancamanterhadap fisik,
ancaman internal dan ancaman eksternal.
c. Riwayat Penyakit sekarang
Keluhan saat ini pada pasien perilaku kekerasan, faktor yang memperberat
kejadian seperti putus pengobatan, melukai orang lain,diri sendiri maupun
lingkungan.
d. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah
faktor biologi (biasanya klien mempunyai keluarga yangmempunyai riwayat
perilaku kekerasan, klien pernah mengalamigangguan jiwa) , psikologis ( harapan
yang tidak sesuai, seringmelihat perilaku kekerasan atau mengalami perilaku
kekerasan dansosiokultural (Dermawan, 2013).
Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individuyang bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar(serangan fisik, kehilangan,
kematian dan lain-lain) maupun dalam(putus hubungan dengan orang berarti,
kehilangan rasa cinta, takutterhadap penyakit fisik dan lain-lain). Selain itu
lingkungan yangterlalu ribut, padat, kritikan yang mencegah pada
penghinaan,tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.
e. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan pasien.
f. Pengkajian Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan pasien dengan tiga generasi keluargadilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan dan polaasuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Menggambarkan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagiantubuh yang tidak
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuhyang tidak disukai dan bagian
yang disukai.
b) Identitas diri
Status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat, kepuasanpasien terhadap
status dan posisinya, kepuasan pasien sebagailaki-laki atau perempuan,
keunikan yang dimiliki sesuaidengan jenis kelaminnya dan posisinya.
c) Fungsi peran
Tugas atau peran pasien dalam keluarga atau kelompokmasyarakat,
kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsiatau perannya, perubahan
yang terjadi saat pasien sakit dandirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
d) Ideal diri
Harapan pasien terhadap keadaan tubuh ideal, posisi, tugas,peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasienterhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuaidengan harapannya.
e) Harga diri
Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,dampak pada
pasien dalam berhubungan dengan orang lain,harapan, identitas diri tidak
sesuai harapan, fungsi peran tidaksesuai harapan, ideal diri tidak sesuai
harapan, penilaian pasienterhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
3) Hubungan Sosial
Menggambarkan orang yang paling berarti dalam hidup pasien,dan upaya
yang biasa dilakukan bila ada masalah, kelompok apasaja yang diikuti dalam
masyarakat, peran dalam kelompok,hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain.
4) Spiritual
Nilai keyakinan, kegiatan ibadah atau menjalankan keyakinan,kepuasan
dalam menjalankan keyakinan.
g. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kakiapakah ada yang
tidak rapi, penggunaan pakaian sesuai, caraberpakaian.
2) Pembicaraan
Biasanya pada klien perilaku kekerasan ketika bicara nada suarakeras, tinggi,
menjerit atau berteriak.
3) Aktivitas motorik
Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan),kompulsif (kegiatan
berulang-ulang), grimasem (otot-otot wajahyang berubah-ubah dan tidak
terkontrol). Seperti menggepalkantangan, merusak barang atau benda, rahang
mengatup.
4) Afek dan Emosi
a) Afek
Biasanya klien labil, emosi cepat berubah-rubah dan tidaksesuai, emosi
bertentangan dan berlawanan dengan stimulus
b) Emosi
Biasanya klien memiliki emosi yang tidak adekuat, tidak amandan nyaman,
merasa terganggu, dendam, jengkel, bermusuhan,mengamuk serta menuntut.
5) Interaksi selama wawancara
a) Kooperatif, berespon dengan baik terhadap pewawancara
b) Tidak kooperatif, tidak dapat menjawab pertanyaan denganspontan
c) Mudah tersinggung
d) Bermusuhan
e) Kontak kurang, tidak menantap lawan bicara
f) Curiga
6) Persepsi sensori
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran,
penglihatan,pengecapan, penghidu.
7) Proses pikir
a) Sirkumtansial, pembicaraan yang berbelit tapi sampai padatujuan.
b) Tangensial, pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampaipada tujuan.
c) Kehilangan asosiasi, pembicaraan tidak ada hubungan antarasatu kalimat
dengan kalimat yang lain.
8) Isi pikir
Biasanya klien memiliki ambang isi fikir yang wajar, dimana iaselalu
menanyakan kapan ia akan pulang dan mengharapkanpertemuan dengan
keluarga dekatnya.
9) Tingkat kesadaran
Biasanya klien tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidakmengarah pada
tujuan).
10) Memori
a) Gangguan mengingat jangka panjang, tidak dapat mengingat
kejadian.
b) Gangguan mengingat jangka pendek, tidak dapat mengingat
dalam minggu terakhir.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Menilai tingkat konsentrasi klien apakah mudah beralih atau tidakmampu
berkonsentrasi.
12) Kemampuan penilaian
Menggambarkan kemampuan pasien dalam melakukan penilaianterhadap
situasi, kemudian dibandingkan dengan yang seharusnya.
13) Daya litik diri
a) Mengingkari penyakit yang diderita : pasien tidakmenyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) padadirinya dan pasien menyangkal keadaan
penyakitnya.
b) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lainatau
lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit ataumasalah sekarang.
14) Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya frekuensi makan, jumlah, variasi, macam dan caramakan, observasi
kemampuan pasien menyiapkan danmembersihkan alat makan.
b) Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan pasien untuk Buang Air Besar(BAB) dan BAK, pergi
menggunakan WC.
c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, observasikebersihan tubuh.
d) Berpakaian
Observasi kemampuan pasien dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian, observasi penampilan dadanan pasien.
e) Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang,malam,persiapan sebelum
tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f) Penggunaan obat
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dancara pemberian.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya tentang perawatan lanjut yang dilakukan klien.
h) Aktivitas di dalam rumah
Observasi kemampuan pasien dalam mengolah danmenyajikan makanan,
merapikan rumah, mengatur kebutuhanbiaya sehari-hari.
i) Aktivitas di luar rumah
Biasanya menggambarkan kemampuan pasien dalam belanjauntuk keperluan
sehari-hari.
h. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehinggadapat membantu
klien untuk mengembangkan mekanisme kopingyang konstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Mekanismekoping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan egoseperti displacement, sublimasi, proyeksi, represi, dan
resaksi formasi.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Perlu dikaji tentang masalah dengan dukungan kelompok, maslahberhubungan
dengan lingkungan dan masalah pendidikan, pekerjaan,perumahan ekonomi,
pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Biasanya pasien mempunyai masalah yang berkaitan denganpengetahuan yang
kurang tentang penyakit atau gangguan jiwa.
k. Aspek medis
Pada klien perilaku kekerasan biasanya mendapatkan obat untuk klienskizofrenia
seperti haloperidol, clorpromazinedan anti kolinergik.

2. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan terhadap diri


sendiri dan orang lain

PERILAKU KEKERASAN

Harga diri rendah


3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ialah identifikasi atau penilaian terhadap pola responsklien
baik actual maupun potensial dan merupakan dasar pemilihan intervensi
dalammencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
(Muhith, 2015., Stuart 2016. )
Data-data yang mendukung analisa data menurut (Keliat, 2010) :
1) Data subjektif : klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengupkankanrasa
permusuhan yang mengancam, klien meras tidak nyaman, klien merasatidak berdaya,
ingin berkelahi, dendam.
2) Data objektif : tangan dikepal, tubuh kaku, ketegangan otot seperti rahangterkatup,
nada suara tinggi, waspada, pandangan tajam, reflek cepat, aktivitasmotor meningkat,
mondar-mandir, merusak secara langsung benda-benda yangberada dalam
lingkungan, menolak, muka merah, nafas pendek.
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Manajemen pencegahan kekerasan ( I. 14544 )
Obsevasi :
1. Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
Terapeutik :
2. Pertahankan lingkungan bebas dan bahaya secara rutin
3. Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi :
4. Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan pasien
5. Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
Kasus semu :
Klien adalah Tn. B berusia 35 tahun yang beralamat Kedungwaru, Tulungagung, beragama
islam , pendidikan terakhir SMP,penampilan klien cukup rapi dan bersih, kontak mata klien
kurang, nadabicara klien jelas. Klien mengalami masalah kesehatan jiwa ± 5 tahun yanglalu.
Klien merupakan anak kedua dari enam bersaudara yang tinggal bersama ayahnya.Awalnya
klien mengalami perceraian setelah perceraian ± sebulan, klienmenjadi murung, pendiam dan
suka tersinggung. Awal mula klien mengamuk 5 tahun yang lalu disebabkan karena klien
tidak diberikan uang untukmembeli rokok oleh Ayahnya, klien sempat memukul Ayahnya.
Sejak saat itukeluarga memutuskan untuk membawa dan memeriksakan klien ke
RumahSakit. Setelah satu bulan klien kembali dirawat di RSJ Radjiman Widiodingrat karena
memukul ayahnya dengan kayu dan membanting alatt2 rumah tangga karena meminta uang
tidak dikasih, keluarga klien sempat menolak klien untuk pulang kerumah karena takut akan
dipukul lagi.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
“ PADA Tn. B”, DENGAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN”

PROGRAM PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
19 s/d 24APRIL 2021

NAMA MAHASISWA :
IENAS TSUROIYA ULFA

NAMA PEMBIMBING :

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA


TULUNGAGUNG
LEMBAR PENGESAHAN

..............................................................................................................................................

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA INI TELAH DISETUJUI

Lawang,..............
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik
Ruang

(...................................) (......................................)
NIP NIP

Mengetahui
Koordinator Praktek Sarjana Keperawatan/Profesi

(..........................................................................)
NIP
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. B Tanggal Dirawat : 30-03-2020
Umur : 35 tahun Tanggal pengkajian : 20-04-2021
Pendidikan : Tidak Tamat SD Ruang Rawat : Garuda
Agama : Islam Sumber Informasi : perawat, pasien
Status : Belum Kawin
Alamat : Tulungagung
Pekerjaan : tidak bekerja
Jenis Kelamin : laki - laki
No RM : 15061802

II. ALASAN MASUK


Data primer :
Alasan klien masuk RSJ adalah karena klien memukul ayahnya dengan kayu dan
membanting alat alat rumah tangga karena meminta uang tidak dikasih. Sambil
melotot dan wajahnya memerah

Data sekunder :
Perawat mengatakan kontak mata pasien kurang, bicara jelas,dan nada bicara jelas

III. FAKTOR PRESIPITASI


Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa 5 Tahun yang lalu. Klien dibawa
oleh keluarga nya ke RSJ tahun 2016. Klien tidak pernah mengalami penganiayaan
maupun kekerasan. Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.
Klien mengatakan 5 tahun yang lalu bercerai dan ditinggalkan istri dan anaknya
karena memikirkan kelakuannya yang tidak benar. Klien juga mengatakan bahwa
dirinya menyesal kehilangan anak dan istrinya.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
 RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Iya, 5 tahun yang lalu
2. Pengobatan sebelumnya
Di RSJ radjiman widiodiningrat
3. Pernah mengalami Penyakit Fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Tidak ada
Masalah keperawatan :

 RIWAYAT TRAUMA

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


1.Aniaya Fisik
2. Aniaya Seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga 30 Tn.B Ayah Ibu
tahun (klien) klien klien
5. Tindakan kriminal

Jelaskan : pasien pernah mengamuk membanting alat rumah tangga dan memukul
ayah pasien karena ditinggal oleh istri dan anaknya
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan (Bio,Psiko,Sosio,Kultural
dan Spiritual)
Klien juga mengatakan menyesal bahwa dirinya ditinggal oleh istri dan
anaknya karena sifatnya yang keras
Masalah Keperawatan : perilaku kekerasan dan HDR

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang ganguan jiwa ?
Tidak ada
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :
Masalah Keperawatan : -

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : klien sehat dan bersih
2. Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/80 mm/Hg
Nadi : 85 x/mnt
Suhu : 36.5 C
Pernafasasn : 22 x/mnt
3. Ukur :
Berat Badan 75.kg
Tinggi Badan 175 cm
4. Keluhan Fisik
Tidak ada
5. Pemeriksaan Fisik : (head to toe)
Kepala: tidak ada kelainan
Dada: tidak ada kelainan
Perut : tidak ada kelainan
Ektremitas atas bawah: tidak ada kelainan

VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :

Jelaskan : klien merupakan anak terakhir dari 6 bersaudara dan tinggal bersama kedua
orang tuanya
Keterangan :
C = klien -------- = tinggal dalam satu rumah

C = perempuan = meninggal

= laki-laki

2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh :klien menyukai bentuk tubuhnya
b. Identitas :klien anak terakhir dari 6 bersaudara
c. Peran : klien berperan sebagai anak
d. Ideal Diri : klien merasa malu karena klien dirawat di RSJ Radjiman
widiodiningrta dan ingin cepat pulang ke rumah. Dia sangat merasa tidak berguna
karena ditinggal istri dan anaknya.
e. Harga Diri : klien mengatakan merasa malu berada di RSJ Radjiman
widiodiningrta dan merasa bosan
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti/terdekat : orang tua klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : pasien ketika dirumah hanya
diam didalam rumah
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :pasien ketika marah selalu
memukul orang disekitarnya dan membanting alat-alat rumah tangga
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan klien yakin dengan
agamanya
b. Kegiatan Ibadah : klien ikut beribadah selama dirawat di RSJ
Masalah Keperawatan : tidak ada

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
2. Kontak mata kurang
3. Kontak mata kurang
1. Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak seperti biasanya
2. Lainnya.................................................
Jelaskan : klien rapi dan bersih, mandi sekali 2x sehari menggunakan sabun dan
shampo, dan menggosok giginya. Kontak mata kurang saat klien diajak berbicara
Masalah Keperawatan : tidak ada

2. Interaksi Selama Wawancara


Bermusuhan Curiga
Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Lainnya

 Kontak mata kurang

Jelaskan : interaksi klien selama wawancara kontak matanya kurang

3. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Tidak mampu memulai pembicaraan Lainnya.............................
Jelaskan :klien saat berbicara cukup jelas dan suaranya keras

4. Aktivitas Motorik
Lesu Fleksibilitas seres
Tegang Katatonik
Gelisah
Agitasi
Kompulsif Lainnya

Jelaskan : .........................................................................................................................
Masalah keperawatan: Tidak ada

5. Kesadaran
a. Kuantitatif
 Composmentis

Apatis
Somnolensia
Sopor
Koma

Jelaskan : kesadaran klien sadar sepenuhnya

b. Kualititatif
1. Relasi : A. Diri sendiri
2. Limitasi (Pembatasan) B. Lingkungan

6. Orientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan : klien mampu menyebutkan Waktu pada siang hari
Tempat di Ruang Garuda RSJ lawang dan pasien dapat menyebutkan nama teman
disekitarnya

7. Perasaan
a. Emosi
Sedih
Gembira
Takut
Cemas Lainnya........................

b. Afek
Adequat
Tumpul

 Datar
Inadequat
Labil Lainnya........................

Jelaskan : perasaan klien sedih karena klien berada di RSJ Radjiman widiodiningrta,
afek klien datar
Masalah Keperawatan : tidak ada

8. Persepsi – Sensorik
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman Lainnya............

Jelaskan : ........................................................................................................................
Masalah Keperawatan : tidak ada

9. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Flight of idea
Blocking Lainnya ...................
Masalah Keperawatan :tidak ada

b. Isi Pikir
Obsesif Fobia
Ekstasi Fantasi
Pikiran Bunuh Diri Pikiran curiga
Pikiran Isolasi Sosial Pikiran magis
Pikiran Rendah Diri Lainnya
Waham
Agama Sisip pikir
Somatik Siar pikir
Kebesaran Kontrol pikir

Kejar atau curiga Dosa


Nihilistik Lainnya

Masalah Keperawatan : tidak ada

c. Bentuk Pikir
Relaistik Non Realistik
Releven Irrelevan
Logik Non Logik
Rasioanal Irrasional
Dereistik Lainnya ..............
Otistik

Masalah Keperawatan :Tdak ada

10. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari - 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( <24 jam )
Amnesia Lainnya ..............

Jelaskan : .......................................................................................................................
Masalah Keperawatan : tidak ada

11. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Mudah beralih

mampu berkonsentrasi
mampu berhitung sederhana
Jelaskan : klien mampu berkonsentrasi dengan baik, dan mampu berhitung
sederhana tanpa bantuan orang lain

12. Kemampuan Penilaian


Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan : ......................................................................................................................
Masalah Keperawatan : tidak ada

13. Daya Tilik Diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : tidak ada

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan Minimal
Bantuan Total
Jelaskan : klien bisa makan sendiri tanpa bantuan

2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan : klien bisa BAB/BAK sendiri tanpa bantuan orang lain

3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan : klien bisa mandi sendiri tanpa bantuan orang lain

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan : klien bisa berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain

5. Istirahat dan Tidur


Tidur Siang, Lama :13.00 s/d15.00
Tidur Malam, Lama :22.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : membereskan tempat tidur

6. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal
Bantuan Total
Jelaskan : klien dalam penggunaan obat masih butuh bantuan minimal dengan
diingatkan untuk minum obat dan disiapkan oleh perawat

7. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan 
Sistem Pendukung 

8. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan 
Menjaga kerapihan rumah 
Mencuci pakaian 
Pengaturan keuangan 

9. Aktifitas diluar rumah


Ya Tidak
Belanja 
Transportasi 
Lain-lain
Jelaskan : klien mengatakan hnya membantu kebutuhan yang ringan

IX. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan


Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar

Olah raga Menciderai diri


Lain-lain ........ Lain-lain.........

Masalah Keperawatan :Perilaku kekerasan

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya klien ditakuti oleh lingkungan
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya klien takut keluar rumah karena
sering marah dan membanting peralatan rumah tangga
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya klien pernah gagal dalam pekerjaannya
Masalah dengan perumahan, spesifiknya 5 tahun yang lalu pasien cerai dan ditinggal oleh
istri dan anaaknya
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya...............................................................................
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya............................................................
Masalah lainnya,spesifiknya..........................................................................................
Masalah Keperawatan : koping tidak efektif dan Perilaku kekerasan

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal ?
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Mekanisme koping
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan :klien tidak mengetahui tentang arti gangguan jiwa yang dialaminya dan tidak tau
obat apa yang dikonsumsinya
Masalah Keperawatan : tidak

XII. ASPEK MEDIS


Diagnosis medik:
Terapi medik :
1) Chlorpromazine 3x 1
2) Haloperidol 3x1
XIII. ANALISA DATA

NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Subjektif: Perilaku Kekerasan
Klien mengatakan bahwa ketika marah
ingin memukul orang disekitarnya dan
membanting alat-alat rumah tangga

Objektif:
- Pandangan mata tajam namun
jarang kontank mata
- Volume suara ketika berbicara
keras
- Riwayat menyerang orang lain
2. Subjektif: Harga diri Rendah
Klien merasa tidak berguna karena
ditinggal oleh istri dan anaknya ketika
sudah bercerai

Objektif:
Klien tampak sedih ketika berbicara
tentan mantan istri dan anaknya, pasien
suka menyendiri

3. Subjektif: Koping tidak efektif


Klien merasa menyesal telah memukul
orang tuanya ketika marah

Objektif:
Klien tampak sedih

XIV. POHON MASALAH

Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal) = effect

= core problem
PERILAKU KEKERASAN

Harga Diri Rendah = causa

Koping tidak efektif

XV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Perilaku Kekerasan
2. Harga diri rendah situasional
3. Koping tidak efektif
XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekeraasan
2.
XVII. INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA : TN. B RUANG : Garuda RM NO. :15061802


NO DX RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
LUARAN INTERVENSI KEP.
1. Setelah dilakukan tindakan selama Manajemen pencegahan kekerasan ( I.
2x24 jam diharapkan perilaku 14544 )
kekerasan klien menurun: Obsevasi :
- Verbalisasi ancaman kepada 1. Monitor adanya benda
orang lain menurun yang berpotensi
- Suara keras menurun membahayakan
- Bicara ketus menurun Terapeutik :
6. Pertahankan lingkungan
bebas dan bahaya secara
rutin
7. Libatkan keluarga dalam
perawatan
Edukasi :
8. Anjurkan pengunjung dan
keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
9. Latih cara mengungkapkan
perasaan secara asertif
XVIII. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARI : RABU , 21-04-2021

STRATEGI PELAKSANAAN I

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif:

 Keluarga klien mengatakan klien suka marah – marah tanpa sebab

 Keluarga klien mengatakan klien suka memukul pengendara motor yg lewat

 Klien pernah menjadi korban penipuan

Data Objektif:

 Klien menjawab pertanyaan dengan nada bicara keras dan cepat.

 Klien nampak tegang saat berinteraksi.

 Mata klien tampak melotot dan kesal.

 Klien menjawab pertanyaan dengan singkat.

 Klien tampak bermusuhan.

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus

Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik

pertama.

4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang

dilakukan, akibat perilaku kekerasan.

b. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik, obat, verbal, spritual.

c. Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas dalam

dan pukul kasur dan bantal

B. Strategi komunikasi

1. Orientasi:

“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya AA, panggil saya A, hari ini saya akan

berbincang-bincang dengan bapak.”

“Nama bapak siapa? Senangnya di panggil apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”

“Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak.”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 10 menit?”

“Di mana enaknya kita duduk-duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana

jika di ruang tamu?”

2. Kerja:

“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah

marah? Apa penyebabnya? Samakah dengan sekarang? Ooo.. jadi ada dua

penyebab marah bapak ya”

“Pada saat bapak sedang marah apayang bapak rasakan? Misalnya saat bapak

pulan ke rumah dan istri bapak belum menyiapkan makanan (misalnya ini yang

jadi penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?”

“Apakah bapak merasa kesal, terus dada bapak berdebar – debar, mata melotot,

rahang terkatup rapat dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? Ooo.. iya.. jadi bapak memukul istri bapak
dan memecahkan piring. Apakah dengan cara ini makan terhidang? Iya.. tentu

saja tidak.”

“Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan, betul.. istri jadi sakit dan ketakutan.

Piring – piring pecah. Menurut bapak, adakah cara yang lebih baik? Maukah

bapak belajar cara mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan

kerugian?”

“Ada beberapa cara mengatasi marah, pak. Salah satunya dengan cara fisik. Jadi

menyalurkan marah lewat kegiatan fisik. Dari beberapa cara tadi bagaimana jika

kita belajar satu cara dulu?”

“Begini pak, jika tanda – tanda marah tadi sudah bapak rasakan, maka bapak

berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan napas perlahan

– lahan melalui mulut sambil membayangkan bahwa bapak sedang mengeluarkan

kemarahan. Silahkan bapak mencoba melakukannya. Bagus...coba lakukan

sampai lima kali.bagus sekali bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana

perasaanya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga jika sewaktu-

waktu rasa marahnya muncul, bapak sudah terbiasa melakukannya.”

3. Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan

bapak?”

“Ya jadi ada dua penyebab marahnya bapak (sebutkan), dan yang bapak rasakan

(sebutkan), yang bapak lakukan (sebutkan) serta akibatnya (sebutkan).”

“Coba selama saya tidak ada bapak mencoba mengingat lagi penyebab marah

bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan bila marah, yang belum kita bahas dan

jangan lupa latihan nafas dalamnya ya pak.”


“baik, bagaimana jika dua jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain

untuk mencegah atau mengontrol marah. Tempatnya disini saja pak. Selamat

pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN II

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif:

 Klien mengatakan senang dan sedikit tenang setelah ber- kenalan.

 Klien mengatakan rasa kesal sedikit menghilang setelah tarik napas dalam.

Data Objektif:

 Klien menjawab pertanyaan dengan nada bicara keras dan cepat.

 Klien nampak tegang saat berinteraksi.

 Mata klien tampak melotot dan kesal.

 Klien menjawab pertanyaan dengan singkat.

 Klien tampak bermusuhan.

2. Diagnosa Keperawatan

 Resiko Perilaku Kekerasan

B. Strategi Komunikasi

1. Orientasi:
“Selamat pagi pak, sesuai janji saya dua jam yang lalu, sekarang saya datang lagi

untuk berdiskusi dengan bapak tentang mengontrol marah dengan cara fisik,

untuk cara yang kedua.”

“Bagaimana pak? Berapa lama? Disini saja ya?”

2. Kerja:

“Jika ada sesuatu yang membuat bapak merasa jengkel, selain dengan napas

dalam, bapak juga bisa mengontrolnya dengan memukul kasur atau bantal.”

“Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Nah, mana kamar bapak?

Jadi, jika nanti bapak merasa kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan

lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul bantal atau kasur. Nah, coba

bapak lakukan. Bagus... bapak dapat melakukannya.”

“Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.”

“Cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada rasa marah. Dan jangan lupa

rapikan kembali tempat tidurnya.”

3. Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan menyalurkan amarah?”

Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus!”

“Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan memukul kasur dalam aktivitas

bapak. Lalu bila ada keinginan marah sewaktu-waktu segera gunakan kedua

caratadi ya pak.”

“Besok pagi kita berjumpa lagiuntuk belajar cara mengontrol amarah dengan

belajar bicara yang baik.”

“Sampai jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN III

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi kilen
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada bicara agak tinggi
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak secara baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal
4. Tindakan keperawatan
SP 3 :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial / verbal
(evaluasi jadwal harian tentang 2 cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan, melatih
mengungkapkan rasa marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik, meminta dengan baik) susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase orientasi
“ assalamualaikum bapak B masih ingat nama saya “ bagus bapak B saya A, sesuai
dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi “
“ Bagaiman pak, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal ? apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ? “ coba saya lihat jadwal kegiatan
hariannya. Bagus.
“ Bagaimana kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?
“ Dimana enaknya kita berbincang – bincang ? “ Bagaimana kalau ditempat yang sama “
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang – bincang ? Bagaimana kalau 10 menit ?
2. Fase kerja
“ Sekarang kita latihan cara bicara bapak baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam / pikul kasur dan bantal, dan sudah lega,
maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada 3 caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata – kata kasar. Kemarin bapak mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan. Coba bapak minta sediakan makan
dengan baik : “ bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” nanti biasakan
dicoba disini untuk meminta baju, minum obat dan lain – lain. Coba bapak praktekan.
Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan : maaf saya tidak bisa melakukan karena sedang ada kerjaa’. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan: saya jadi ingin marah karena perkataan mu itu”. Coba
praktekkan. Bagus.”

3. Fase terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap – cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
“ Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari. Berapa kali
sehari bapak mau latihan bicara yang baik? Bisa kita buat jadwalnya?”
“ Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari – hari, misalnya meminta obat, makan
dll. Bagus nanti kita coba ya pak!”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ Besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara beribadah, bapak setuju? Mau dimana pak? Disin lagi? Baik sampai
nanti yaa pak .....
“ Assalammualaikum “

STRATEGI PELAKSANAAN IV

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas
2. Diagnosa keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan Pknya secara spiritual
4. Tindakan keperawatan
SP 4 :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual ( diskusikan
hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial / verbal, latihan
beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah / berdoa )

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase orientasi
“ Assalammualaikum pak B, masih ingat nama saya” Betul bapak
“ Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya?
“ Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan beribadah?”
“ Dimana enaknya kita berbincang – bincang? Bagaimana kalau ditempat biasa?”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang – bincang? Bagaimana kalau 10 menit.
2. Fase kerja
“ Coba ceritakan kegiatan yang bisa bapak lakukan! Bagus, yang manayang mau
dicoba?”
“Nah, kalau bapak sedang marah coba langsung duduk dan langsung tarik nafas
dalam. Jika tidak reda marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholad”.
“ Bapak bisa melakukan sholad secara terarur untuk meredakan kemarahan.”
“ Coba bapak sebutka sholad 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?”
3. Fase terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap tentang cara yang ketiga
ini?”
“ Jadi sudah beberapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“ Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholad. Baik kita masukkan sholad subuh dan magrib”
“ Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak sedang
marah”
“ Setelah ini coba bapak lakukanm sholad sesuai dengan jadwal yang telah kita buat
tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah yaitu, dengan patuh minum obat!”
“ Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”
“ Assalammualaikum “

STRATEGI PELAKSANAAN V

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan Pknya dengan terapi psikofarmaka
4. Tindakan keperawatan
SP 5 :
Membatu klien latihan mengendalikan PK denganobat ( bantu pasien minum obat
secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat, benar cara
minum obat, benar waktu dan benar dosis obat ) disertai penjelasan guna minum
obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara teratur )

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase orientasi
“ Assalammualaikum bapak B, masih ingat nama saya” Bagus bapak saya A,
“sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita bertemu lagi”
“ Bagaimana pak, sudah dilakukan latihantarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholad? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.
“ Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang
benar untuk megontrol rasa marah?”
“ Dimana enaknya kita berbincang – bincang? Bagaimana kalau ditempat tadi?”
“ Berapa lama bapak mau kita berbincang – bincang?
“Bagaimana kalau 15 menit?“

2. Fase kerja ( perawat membawaobat pasien )


“ Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
“ Berapa macam obat yang bapak minum?”
“ Obatnya ada 3 macam ya pak, warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang
warna merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
bapak minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”
“ Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap – isap es batu “
“ Bila terasa berkunang – kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu “.
“ Nanti dirumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa
saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta
obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”
“ Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter
ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan,”
“ Sekarang kita masukkan waktu minum obat kedalam jadwal ya pak”.

3. Fase terminasi
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap tentang cara minum
obat yang benar?
“ Coba bapak sebutkan lagi jenis – jenis obat yang bapak minum! Bagaimana cara
minum obat yang benar?
“ Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang
kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya”.
“ Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana dapat mencegah rasa
marah. Selamat siang bapak, sampai jumpa.”
“ Assalammualaikum “

STRATEGI PELAKSANAAN VI

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien telah mendapat aspek positif yang dimiliki
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Klien dapat merencanakan kegiatan yang dimiliki
- Rencana bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian
- Kegiatan yang dibutuhkan bantuan total
b. Berikan pelaksanaan kegiatan yang mau dilakukan
c. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah sakit
d. Beri pujian kegiatan dan keberhasilan klien
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
“ Assalammualaikum pak, masih ingatnama saya? Yaaa benar sekali pak.
“ Bagaimana perasaan bapak, apakah bapak masih ingat dengan kemampuan
yang bapak miliki?”
“ Masih ingatkah, apa yang akan kita bicarakan sekarang? Kita akan membahas
mengenai cara bapak menilai kemampuan yang digunakan dirumah maupun di
RS. Serta dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang bapak miliki.
“ Sekarang kita akan membuat jadwal kegiatannya ya pak.”
“ Kita hari ini akan berbincang – bincang mengenai cara bapak menilai
kemampuan yang digunakan dirumah maupun di RS”
“ Bapak kira – kira mau berapa lama kita berbicara? Bagaimana kalau 15 menit
saja?
“ Tempatnya disini saja ya pak sama seperti kemarin kita melakukan kegiatan
yang sebelumnya”
“ Nanti saya akan kembali lagi 2 jam lagi ya pak, samapi jumpa.
“ Assalammualaikum “

b. Fase kerja
“ Mengingat kemampuan klien yang masih bisa dilakukan di RS sesuai
kemampuannya.
“ Menanyakan kegiatan yang mungkin sudah dilakukan oleh klien.
“ Menyusun jadwal kegiatan dengan klien.
“ Memberikan pujian kepada klien dalam menyusun jadwal kegiatan.

c. Fase terminasi
“ Baiklah, bagaimana kalau bapak melakukan yang sudah dibuat dijadwal tadi?
Jika ada hambatan bapak bisa meminta bantuan saya.
“ Saya kira hari ini sudah cukup, besok kita lanjutkan lagi membahas mengenai
kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh bapak hari ini.
“ Bagaimana kalu besok kita berbincang lagi kira – kira jam berapadan berapa
lama yang bapakinginkan? Bagaimana kalau 15 menit?
“ Tempatnya di sini lagi ya pak.

XIX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn.B Ruang :GARUDA RM No : 15061802


No Tanggal & Implementasi Keperawatan Evaluasi
Dx Jam
1. 19-04-2021 Obsevasi : S : Senang
1. Menonitor adanya O : - kontank mata ada
07.30 benda yang berpotensi - Volume suara
membahayakan ketika berbicara
Terapeutik : sudah sedang
2. mempertahankan - Klien mampu melakukan
07.31 lingkungan bebas dan latihan mengontrol emosi
bahaya secara rutin dan menyalurkan
3. Meliibatkan keluarga amarahnya
07.32 dalam perawatan -Klien mampu mimum
Edukasi : obat secara teratur dan
4. Menganjurkan mampu menyebutkan
07.33 pengunjung dan manfaat dari obat yang di
keluarga untuk minum dan waktu minum
mendukung obat dengan bantuan
07.34 keselamatan pasien A : Perilaku kekerasan (+)
5. Melatih cara P : Latihan : - Jelaskan
mengungkapkan
cara mengontrol perilaku
perasaan secara asertif
kekerasan: fisik, obat,
Kolaborasi :
07.35 Kolaborasi pemberian obat : verbal, spritual.

1. Chlorpromazine 3x 1 -Latihan cara mengontrol

2. Haloperidol 3x1 perilaku kekerasan secara

fisik: tarik nafas dalam

dan pukul kasur dan

bantal

Obat : 1. Chlorpromazine
3x 1

Haloperidol
3x1

S : Senang
2. 20-04-21 O : - kontank mata ada
Obsevasi :
14.15 - Volume suara
1. Menonitor adanya
benda yang berpotensi ketika berbicara
membahayakan sudah sedang
15.30 Terapeutik : - Klien mampu melakukan
2. mempertahankan latihan mengontrol emosi
lingkungan bebas dan dan menyalurkan
16.45 bahaya secara rutin amarahnya
3. Meliibatkan keluarga -Klien mampu mimum
dalam perawatan obat secara teratur dan
17.00 Edukasi : mampu menyebutkan
4. Menganjurkan manfaat dari obat yang di
pengunjung dan minum dan waktu minum
keluarga untuk obat dengan bantuan
mendukung A : Perilaku kekerasan (+)
17.15 keselamatan pasien P : Latihan : - Jelaskan
5. Melatih cara
cara mengontrol perilaku
mengungkapkan
kekerasan: fisik, obat,
17.30 perasaan secara asertif
Kolaborasi : verbal, spritual.
Kolaborasi pemberian obat :
-Latihan cara mengontrol
1. Chlorpromazine 3x 1
perilaku kekerasan secara
2. Haloperidol 3x1
fisik: tarik nafas dalam

dan pukul kasur dan

bantal

Obat : 1. Chlorpromazine
3x 1

Haloperidol
3x1

3. 21-04-21 S : Senang
07.30 O : - kontank mata ada
Obsevasi :
1. Menonitor adanya - Volume suara
benda yang berpotensi ketika berbicara
07.45 membahayakan sudah sedang
Terapeutik : - Klien mampu melakukan
2. mempertahankan latihan mengontrol emosi
08.00 lingkungan bebas dan dan menyalurkan
bahaya secara rutin amarahnya
3. Meliibatkan keluarga -Klien mampu mimum
08.15 dalam perawatan obat secara teratur dan
Edukasi : mampu menyebutkan
4. Menganjurkan manfaat dari obat yang di
pengunjung dan minum dan waktu minum
keluarga untuk obat dengan bantuan
08.30 mendukung A : Perilaku kekerasan (+)
keselamatan pasien P : Latihan : - Jelaskan
5. Melatih cara
cara mengontrol perilaku
mengungkapkan
kekerasan: fisik, obat,
08.45 perasaan secara asertif
Kolaborasi : verbal, spritual.
Kolaborasi pemberian obat :
-Latihan cara mengontrol
1. Chlorpromazine 3x 1
perilaku kekerasan secara
2. Haloperidol 3x1
fisik: tarik nafas dalam

dan pukul kasur dan

bantal

Obat : 1. Chlorpromazine
3x 1

Haloperidol
3x1

Anda mungkin juga menyukai