Materi Debat Sastra Inggris2
Materi Debat Sastra Inggris2
Materi Debat Sastra Inggris2
The aim of sexual education is to equip and make children aware of the importance of
maintaining their health, welfare and dignity by instilling self-protection in developing
good social and sexual relations (Tujuan pendidikan seksual adalah membekali dan
menyadarkan anak akan pentingnya menjaga kesehatan, kesejahteraan dan
martabatnya dengan menanamkan perlindungan diri dalam mengembangkan
hubungan sosial dan seksual yang baik.)
Many people think that sexual education is taboo to talk about with children before they
are adults. In fact, this can actually provide understanding to children and equip children
to be more aware and concerned about their sexual health in the future.( Banyak orang
beranggapan bahwa pendidikan seksual merupakan hal yang tabu untuk
dibicarakan dengan anak sebelum mereka dewasa. Padahal, hal ini justru dapat
memberikan pemahaman kepada anak dan membekali anak agar lebih sadar dan
peduli dengan kesehatan seksual mereka nantinya. )
Sexual education is important information that children need to know. Through
discussions about matters of a sexual nature, children can also understand more about the
importance of sexuality as part of bodily health, not just the relationship between a man
and a woman.( Pendidikan seksual merupakan informasi penting yang perlu
diketahui oleh anak. Melalui diskusi seputar hal-hal yang bersifat seksual, anak pun
bisa lebih memahami pentingnya seksualitas sebagai bagian dari kesehatan tubuh,
bukan sekadar hubungan antara pria dan wanita.)
Sex education can also answer questions that come to mind about their bodies and
hormonal changes. Sex education can help children understand the impact of sex on their
lives. Their horizons will open up and the misleading myths surrounding sex can be
erased in their minds.(Pendidikan seks juga dapat menjawab pertanyaan yang
terbersit dalam benak mereka mengenai tubuh mereka dan perubahan hormon.
Pendidikan seks dapat membantu anak memahami dampak seks di kehidupan
mereka. Cakrawala mereka akan terbuka dan mitos-mitos menyesatkan seputar
seks dapat dihapuskan dalam pikiran mereka.)
fact :
1. Child 12 Years Pregnant 8 Months Due to Sexual Harassment
Recently, a 12-year-old child was said to be pregnant because she was raped. Now, the
womb is eight months old. The story of a teenager who went viral under the pseudonym
Bunga suddenly became a topic of discussion for netizens because he received many
emotional responses. (fakta: Anak 12 Tahun Hamil 8 Bulan Akibat Pelecehan
Seksual Baru-baru ini, seorang anak berusia 12 tahun dikatakan hamil karena
diperkosa. Sekarang, rahimnya berusia delapan bulan. Kisah seorang remaja yang
viral dengan nama samaran Bunga tiba-tiba menjadi perbincangan netizen karena
mendapat banyak respon emosional. )
Pembahasan seputar seks dapat melindungi anak dari dampak negatif berbagai
konten tertentu di tayangan televisi atau internet.
Selain itu, pemahaman tentang dunia pergaulan juga harus Anda berikan agar
anak tidak terjerumus dalam hubungan seks bebas atau tindakan kriminal, seperti
melakukan pemerkosaan atau kekerasan seksual.
Membahas seks secara terbuka dengan anak justru memberi Anda kesempatan
untuk memberikan informasi yang sesuai dan akurat seputar seks. Dengan
demikian, anak tidak akan mencari sumber sendiri yang belum tentu tepat atau
justru tidak layak, misalnya video porno.
fact data :
One of the European Regional World Health Organization reports even states that sex
education can start from the age of four. It certainly starts with the simple basics first. In
Chicago, United States of America, for example, kindergarten teachers began to
introduce concepts such as "My Body", "Good Touch vs. Bad Touch” and “Living
Creatures Breed” in children (Salah satu laporan Organisasi Kesehatan Dunia
Regional Eropa bahkan menyebutkan bahwa edukasi seks bisa dimulai sejak usia
empat tahun. Hal itu tentu dimulai dengan hal-hal mendasar yang sederhana
terlebih dahulu. Di Chicago, Amerika Serikat misalnya, para guru taman kanak-
kanak mulai mengenalkan beberapa konsep seperti “Tubuhku”, “Sentuhan yang
Baik vs. Sentuhan yang Buruk” dan “Makhluk Hidup yang Berkembang Biak”
pada anak-anak.)
•Said by dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, sex education is very important at
an early age because it can help children avoid the dangers of abuse or deviant behavior.
Knowledge of sex is very important to tell a child early on There are several reasons why
sex education is important for a child, namely to satisfy the child's curiosity, prevent the
child from engaging in improper sexual activity, so that the child is not surprised when he
enters puberty and make the child aware of maintaining his reproductive organs.
(Dikatakan oleh dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, pendidikan seks sangat
penting di usia dini karena dapat membantu anak-anak agar terhindar dari bahaya
pelecehan atau perilaku penyimpangan seks. Pengetahuan seks sangat penting
untuk diberitahukan kepada anak sejak dini. Ada beberapa alasan mengapa
pendidikan seks penting untuk anak anak, yaitu untuk memenuhi rasa ingin tahu
anak, mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang tidak benar, agar anak
tidak terkejut saat memasuki usia pubertas dan menyadarkan anak tentang
menjaga organ reproduksinya. )
sex education from an early age. This is important to prevent the development of
negative thoughts in children, especially when the child has begun to recognize
information from media such as television, the Internet, books and so on.(pendidikan
seks sejak usia dini. Hal ini penting untuk mencegah berkembangnya pikiran-
pikiran negatif pada anak, terutama bila anak sudah mulai mengenal informasi
dari media seperti Televisi , Internet, buku dan sebagainya.)
Parents are the main actors in terms of early childhood education. "Parents are the main
learning vehicle for children, because parents are the most appropriate to provide sex
education at an early age" (orang tua merupakan aktor utama dalam hal pendidikan
anak usia dini. “Orang tua sebagai wahana belajar utama bagi anak, karena orang
tua lah yang paling tepat untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini”)
(dr. Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. who is also one of the lecturers of FK UMY
explained that early sex education does not mean teaching how to have sex. " But sex
education at an early age explains about the organs that humans have and what their
functions are," ) (dr. Warih A Puspitosari, M.Sc, Sp.K.J. yang juga merupakan salah
satu dosen FK UMY menjelaskan bahwa pendidikan seks usia dini bukan berarti
mengajarkan bagaimana cara melakukan seks. ” Namun pendidikan seks pada
usia dini menjelaskan tentang organ-organ yang dimiliki manusia dan apa
fungsinya,” )
Sex education is the knowledge that contains about everything related to:
pendidikan seks adalah pengetahuan yang berisi tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan:
Sex education also teaches about genital development and physical changes in women
and men such as menstrual processes and wet dreams in men who sometimes teenagers
are too embarrassed to ask their parents until they finally find out for themselves through
search engines on their respective gadgets or ask their friends who are not infrequently
they get wrong and incorrect information. (Pendidikan seks juga mengajarkan soal
perkembangan alat kelamin dan perubahan fisik pada wanita dan laki-laki seperti
proses menstruasi dan mimpi basah pada laki-laki yang terkadang para remaja
terlalu malu untuk bertanya pada orangtua mereka hingga akhirnya mereka pun
mencari tahu sendiri melalui mesin pencari di gadget mereka masing-masing atau
bertanya ke teman-teman mereka yang tidak jarang mereka mendapatkan
informasi yang salah dan tidak tepat.)
There are several solutions that we can provide, namely:
From IDNTimes, there are 6 ways to introduce sex education to children and adolescents,
namely:
1. Introduce limbs that are forbidden to be touched and seen by people other than himself
2. Teaches the differences in limbs and vital tools between women and men
3. Instill shame in the child since childhood
4. Limiting viewing activities and gadget use in children and adolescents
5. Get closer to the child so that the child feels trust in the parents
6. Talk about sex casually to the child
Sex education can be done by parents by inviting children to discuss easily and fun. The
parents explained the whole child's questions meekly. Explain all the facts in non-vulgar
language and do not seem to scare the child. Enter the religious values and norms that
exist in society and explain to the child how the child should value his body by taking
care of it.(Pendidikan seks dapat dilakukan orang tua dengan mengajak anak
berdiskusi dengan mudah dan menyenangkan. Orang tua menjelaskan seluruh
pertanyaan anak dengan lemah lembut. Menjelaskan semua fakta-fakta dengan
bahasa yang tidak vulgar dan tidak terkesan menakut-nakuti anak. Masukkan
nilai-nilai agama dan norma-norma yang ada di masyarakat dan jelaskan ke anak
bagaimana seharusnya anak menghargai tubuhnya dengan menjaganya.)
According to Dianawati (2003) Sex education is guiding and explaining about changes
in the function of sexual organs as stages that must be passed in human life. (Menurut
Dianawati (2003) Pendidikan seks merupakan membimbing dan menjelaskan
tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam
kehidupan manusia.)
The state already has a foundation to protect children from all threats of sexual violence.
Law Number 35/2014 concerning Child Protection emphasizes that the state guarantees
and protects children and their rights to be able to live, grow, develop and participate
optimally in accordance with human dignity and status and to receive protection from
violence and discrimination. (Negara telah memiliki landasan untuk melindungi anak
dari segala ancaman kekerasan seksual. UU Nomor 35/2014 tentang Perlindungan
Anak menegaskan negara menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya untuk
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.)
The government also feels the need to add provisions for child protection in Presidential
Decree No. 5/2014 concerning the National Movement Against Child Sexual Violence
(GN AKSA). The aim is to mainstream the protection of children from sexual violence.
(Pemerintah pun merasa perlu menambahkan ketentuan perlindungan anak dalam
Inpres Nomor 5/2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kekerasan Seksual Anak (GN
AKSA). Tujuannya adalah agar terjadi pengarusutamaan (mainstreaming)
perlindungan anak dari kekerasan seksual.)
This was later strengthened when President Jokowi issued Laws and Regulations in Lieu
of Law (Perppu) Number 1/2016 concerning the Second Amendment to Law Number
23/2002 concerning Child Protection). (Hal ini kemudian juga diperkuat ketika
Presiden Jokowi kemudian melahirkan Peraturan Perundang-undangan Pengganti
Undang-undang (Perppu) Nomor 1/2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor
23/2002 tentang Perlindungan Anak.)