Kti Putri Florentina Tamu Ina
Kti Putri Florentina Tamu Ina
Kti Putri Florentina Tamu Ina
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Keperawatan
OLEH:
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL
DISUSUN OLEH :
NIM : PO5303203200684
PEMBIMBING
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................. Latar
Belakang.................................................................................................. 1
1.2.................................................................................................................. Rumusan
Masalah................................................................................................... 2
1.3.................................................................................................................. Tujuan
Penelitian................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................. 4
1.4.1 Bagi Masyaraka.............................................................................. 4
1.4.2 Bagi Penelit.................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Puskesmas.............................................................................. 5
1.4.4 Bagi Institusi.................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori..........................................................................................
2.1.1 Pengertian Diare.............................................................................
2.1.2 Penyebab Diare..............................................................................
2.1.3 Patofisiologi................................................................................... 9
2.1.4 Tanda dan Gejala............................................................................ 10
2.1.5 Penanganan.................................................................................... 11
2.2. Konsep Balita......................................................................................... 13
2.2.1 Pengertian.......................................................................................
2.2.2 Karakteristik Balita........................................................................
2.2.3 Kebutuhan Gizi Balita....................................................................
2.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi status gizi balita.....................
2.3. Konsep Pengetahuan..............................................................................
2.3.1 Pengertian.......................................................................................
2.3.2 Cara memperoleh pengetahuan......................................................
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan...........................
2.3.4 Pengukuran tingkat pengetahuan...................................................
2.4. Konsep Tindakan...................................................................................
2.4.1 Pengertian Tindakan.......................................................................
2.4.2 Tingkat Tindakan...........................................................................
2.4.3 Tindakan Kesehatan.......................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep...................................................................................
3.2. Definisi Operasional...............................................................................
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan bimbingaNya Penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini sesuai
harapan dengan judul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan
Tindakan Ibu Balita Tentang Penanganan Diare di Kelurahan Kawangu Kabupaten Sumba
Timur”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ijinkan Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Martha Mety Kodi, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan serta memotivasi
Penulis dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Melkisedek Landi selaku penguji yang telah memberikan masukan
kepada penulis dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Irfan SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menempuh pendidikan
Diploma Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
2. Ibu Maria Kareri Hara, S.Kep, Ns., M.Kes sebagai Ketua Program Studi Keperawatan
Waingapu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
perkuliahan di Program Studi Keperawatan Waingapu.
3. Bapak/Ibu Dosen yang telah membekali Penulis dengan pengetahuan selama proses
perkuliahan.
6
4. Kedua orang tua tercinta, serta adik, dan kaka, maupun saudara tersayang yang selalu
mendoakan dan mendukung baik secara spiritual, materil dan moril pada penulis
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
5. Untuk teman-teman saya Jordy Cristanto , Jenlin Patang, Dian Haba, Selin Ina, Intan,
Yoan Kila yang selalu memberikan dukungan doa dan motivasi dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh kawan kelas III A dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan
namanya satu persatu yang selalu mendukung dan membantu serta memberi motivasi
kepada Penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini
Penyusun
7
BAB I
PENDAHULUAN
urutan ke tiga diantara penyakit malaria danISPA. (5) Berdasarkan profil kesehatan
kabupaten/kota, perkiraan kasus diare di provinsi NTT tahun 2011 berjumlah 200.721 kasus yang
di tangani sebanyak 111.046 kasus atau 55,3%(5) .Pada tahun 2012, kasus diare sebanyak 206.216
dan yang di tangani sebesar 106,193 kasus (51,5%), pada tahun 2013 di perkirakan kasus diare
sebesar 209,553 dan yang ditangani sebesar 102,217 (48,8%),pada tahun 2014 di temukan
penderita diare yang ditangani 86,429 kasus (80,2%),pada tahun 2015 penderita diare yang di
temukan dan ditangani sebesar 98,918 (90%). (6) Berdasarkan dataprevalensi kasus diare pada
balita berdasarkan diagnosis berjumlah 11,0%, prevalensi kasus diare pada balita berdasarkan
diagnosis gejala berjumlah 18,5%. Proporsi penggunaan oralit untuk penanganan diare berjumlah
34,8%. Kasus diare di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 2.544.084. Di indonesia diare
merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita. dan nomor lima bagi seluruh
umur. Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang selalu ada 2012-2013 dari 8.236
menjadi 16.033balita (Destri et al, 2010). Untuk penyakit diare, Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota tahun 2014-2017, menunjukan bahwa penanganan kasus diare 4 (empat)
tahun terakhir mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2014 jumlah penderita diare yang
ditemukan sebesar 107.790 kasus dan yang ditangani sebesar 86.429 kasus (80,2%),
selanjutnya pada tahun 2015 penderita diare yang ditemukan 109.569 kasus dan ditangani
sebesar 88.974 (81,2%), pada tahun 2016 penderita diare yang ditemukan sebesar 111.355
kasus, yang ditangani sebanyak 91.938 kasus (82,6%) dan tahun 2017 penderita diare
yang ditemukan berjumlah 113.148 kasus, yang ditangani 80.209 kasus (70,9%). Angka
kesakitan diare NTT tahun 2017 sebesar 214 kasus per 1.000 penduduk.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas kesehatan kabupaten sumba timur terdapat
5,390 kasus diare pada balita tahun 2022, terdapat 1,086 kasus, pada tahun 2020 terdapat
4,633 kasus. Berdasarkan data yang di peroleh dari p puskesmas Kawangu menunjukan
jumlah kasus diare pada balita yaitu 290 kasus pada tahun 2022, pada tahun 2021
terdapat 72 kasus, pada tahun 2020 terdapat 533 kasus.
Diare disebabkan beberapa faktor, antara lain Karena kesehatan lingkungan yang
belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, keadaan sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi terjadinya
diare. Selain itu, diare juga bisa disebabkan karena makanan yang tidak sehat atau
makanan yang diproses dengan cara yang tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri
penyebab diare seperti Salmonella, Shigella dan Campylobacter jejuni (Purwaningdyah,
2015).
9
Penanganan dan pengobatan diare yang tidak tepat dapat menjadi masalah dehidrasi
yang serius. Tingkat pengetahuan dari pendidikan yang dimiliki ibu juga berpengaruh
terhadap pemilihan obat-obatan dalam 3 penanganan pertama diare pada anak. Penyakit
diare sering menyerang pada anak balita dari pada dewasa dikarenakan daya tahan
tubuhnya yang masih lemah, namun masih banyak ibu balita yang belum cukup mampu
memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan tingkat pengetahuan tentang
penanganan diare pada balita masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap ibu dalam
penanganan diare pada anaknya. Penyakit diare sering menyerang pada anak-anak dari
pada dewasa dikarenakan daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Namun masih banyak
ibu yang belum cukup mampu memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan
pengetahuan tentang penanganan diare pada anak masih rendah sehingga akan
mempengaruhi sikap ibu dalam penanganan diare pada anaknya. Oleh karena itu, Peran
ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan
karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting.
Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap, tetapi
mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan maka dapat
terjadi perubahan sikap (Farida, 2016). upaya penanggulangan diare yang dapat dilakukan
meliputi penggunaan air bersih, lingkungan tempat yang tidak tercemar dan pengetahuan
ibu dalam mengambil tindakan untuk mencegah atau mengobati terjadinya diare pada
balita.
Berdasarkan fenomena masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBI BALITA TENTANG PENANGANAN
DIARE.
a. Tujuan umum
Tujuan umum yang dilakukan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan dan Tindakan ibu balita tentang
penanganan diare.
b. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap pengetahuan ibu
balita tentang penanganan diare.
Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan ibu balita
tentang penanganan diare.
Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
tindakan ibu balita tentang penanganan diare.
1.4 Manfaat
2 Bagi masyarakat
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang
pentingnya pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penanganan diare
3 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan sebagai proses belajar dalam menampilkan ilmu dan
metode penelitian ilmiah dan mempersiapkan peneliti sebagai calon tenaga
kesehatan dalam mengebankan ilmu keperawatan serta menjalankan tugas sebagai
perawat peneliti.
4 Bagi Puskesmas
Penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai bahan referensi dalam
membuat program selanjutnya.
5 Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan atau referensi bagi peneliti
selanjutnya dalam mengembankan penelitian yang lebih baik.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat dikatakan diare bila BAB
sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan sedangkan neonatus dikatakan
diare jika sudah buang air besar sebanyak lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia
dewi, 2014). Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana
buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair
dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat
dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2013).
a. Faktor infeksi
b. Faktor malabsorbsi
Lemak.
Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, serta alergi.
Faktor psikologis
2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan terjadinya diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadinya
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misal toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan mortalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat timbul, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati asam lambung, mikroorganisme tersebut 11 berkembang
biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat dari toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal menurut Wijayaningsih (2013)
sebagi berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih
banyak dari pemasukan (output), merupakan penyebab terjadi kematian pada
diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis) Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja/feses. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun didalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metoabolisme yang bersifat
asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau
anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
14
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi dalam 2 sampai 3% anak yang menderita diare, lebih
sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa
darah menurun hingga 40mg% pada bayi dan 50 persen pada anak-anak.
Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala anak yang
mengalami diare:
a) Cengeng, rewel.
b) Suhu meningkat.
c) Gelisah.
d) Nafsu makan menurun.
e) Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan,
feses ini akan berwarna hijau dan asam.
f) Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
g) Anus lecet.
h) Berat badan menurun.
i) Turgon kulit menurun.
j) Mata dan ubun-ubun cekung.
k) Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering.
2.2.5 Penanganan
penyebab diare perlu difokuskan pada acara penyebaran ini. Upaya pencegahan diare
yang terbukti efektif meliputi :
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host) Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat mengurangi resiko diare antara lain :
Penanganan utama pada anak diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan anak
untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan gangguan elektrolit. Cairan yang paling ideal adalah
cairan rehidrasi oral (CRO) atau oralit yang mengandung air, gula dan
elektrolit. Berikan cairan tersebut sebanyak 10 ml/kg BB setiap kali diare. Pemberian
dilakukan secara perlahan selama 30-60 menit. Jika bayi masih mendapatkan ASI, ASI
diteruskan dengan frekuensi yang lebih sering. Anak yang sudah makan, diberikan makanan
seperti biasa dengan tetap memperhatikan sanitasi dan kebersihan penyajian makanan.
Orangtua perlu mengetahui tanda bahaya diare pada anak, yaitu dehidrasi. Anak dikatakan
dehidrasi ringan-sedang jika anak tampak lebih lemas daripada biasanya, mata kelihatan
lebih cowong, kulit terlihat kering dan frekuensi buang air kecil (BAK) lebih jarang dan air
seni tampak lebih kuning pekat. Pada dehidrasi ringan-sedang anak masih mau diberikan
minum dan tampak kehausan.
Apabila anak sudah tidak mau minum sama sekali, maka harus curiga bahwa anak sudah
jatuh ke dehidrasi berat. Tanda lain dehidrasi berat adalah sangat lemas hingga penurunan
kesadaran, kejang, sesak napas, mata sangat cowong, bibir dan lidah sangat kering, elastisitas
16
kulit sudah sangat berkurang dan tidak buang air kecil sama sekali. Segera bawa anak ke
dokter jika didapatkan tanda bahaya tersebut. Antibiotik tidak rutin diberikan pada anak
diare karena penyebab tersering adalah infeksi virus yang sifatnya akan sembuh sendiri.
Pemberian antibiotik harus berdasarkan pertimbangan dokter dari pemeriksaan yang
dilakukan pada anak. Obat stop diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang mengalami
diare. Tablet zinc perlu diberikan pada anak diare karena akan menurunkan tingkat keparahan
diare, mempercepat penyembuhan dan mengurangi risiko berulangnya diare pada masa yang
akan datang. Pada anak berusia kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg, dan jika anak lebih dari
6 bulan 20 mg selama 10 hari.
Oleh karena penyebab tersering diare adalah infeksi, maka kondisi yang dapat memicu
terjadinya diare adalah higienitas dan sanitasi yang buruk. Menjaga kebersihan lingkungan,
kebersihan diri, sanitasi makanan dan penyediaan air bersih merupakan cara untuk mencegah
terjadinya diare. Pastikan anak memakan makanan yang dibersihkan dengan air bersih,
dimasak dengan benar-benar matang dan disajikan dengan alat makan yang bersih. Selain itu,
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga 2 tahun bersama MPASI dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Memberikan vaksin rotavirus juga dapat mengurangi
risiko terjadinya diare berat pada bayi dan anak.
Apabila diare berlanjut dan tidak mengalami perbaikan atau terdapat tanda bahaya pada
anak, segera bawa anak ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanju
2.2.1 Pengertian
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta
mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.
Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi
anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sediaotomo
17
(2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra
sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain
masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita merupakan
usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Proses
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-beda, bisa cepat maupun
lambat tergantung dari beberapa faktor, yaitu nutrisi, lingkungan dan sosial ekonomi
keluarga.
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah satu
tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal dengan
batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia
pra sekolah (Proverawati & Wati, 2010).
Menurut karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1- 3 tahun
(batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif,
artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya (Sodiaotomo,
2010).
Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil sehingga
tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan (Proverawati & Wati,
2010).
Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes
18
sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang mulai
banyak maupun penolakan terhadap makanan.
Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya adalah energi
dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun pertama kurang lebih 100-200
kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat,
lemak dan protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang
diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan pembentukan
protein dalam serum serta mengganti sel-sel yang telah rusak dan memelihara
keseimbangan cairan tubuh.
Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang mempunyai tiga
fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut vitamin A, D, E dan K serta
memberikan rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan
adalah sebanyak 60-70% dari total energi yang diperoleh dari beras, jagung, singkong
dan serat makanan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan untuk
mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan (Dewi, 2013).
Faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi status gizi adalah
asupan makanan dan penyakit infeksi. Beberapa faktor yang melatarbelakangi kedua
faktor tersebut, misalnya faktor ekonomi dan keluarga (Soekirman, 2012).
1. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan
cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk
menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan
lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat
keadaan gizi. Penyebab masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua
pertiga dunia adalah kurang cukupnya pangan untuk pertumbuhan normal,
kesehatan dan kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan
ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga
19
yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.
Gizi kurang merupakan keadaan yang tidak sehat karena tidak cukup makan
dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik
secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi. Apabila status gizi
tidak cukup maka daya tahan tubuh seseorang akan melemah dan mudah terserang
infeksi.
2. Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke
dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan
kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak dapat
mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Terkadang orang tua
juga melakukan pembatasan makan akibat infeksi yang diderita sehingga
menyebabkan asupan zat gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama
dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang
merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.
Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu
menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting
dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat
mencapai keadaan gizi yang seimbang.
4. Higiene Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah
terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi. Sanitasi
lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Semakin
tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, maka semakin kecil risiko anak
terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2012).
20
3.3.1 Pengertian
Pengetahuan menurut Notoatmodjo adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan merupakan hal yang sangat utuh terbentuknya
tindakan seeorang (over behavior). Karena dalam penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
9. Induksi
Sebagaimana telah disebut sebelumnya, bahwa induksi adalah proses penarikan
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum.
10. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum
kekhususan.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan
pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut
menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang.
Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam
kehidupannya.
f. Kebudayaan Lingkungan Sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mepunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat
mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan
lingkungan.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh sesuatu informasi dapat membantun
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
24
3. Adaptasi (adoption), yaitu sesuatu tindakan yang sudah berkembang. Artinya apa
yang dlakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan
modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Untuk mengukur perilaku dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan melihat tindakan atau kegiatan
responden, secara tidak langsung yaitu dengan melakukan wawancara terhadap kegiatan-
kegiatan yang telah dilkukan responden dimasa lampau.
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan Ibu
Baik
Pendidikan Cukup
Kesehatan
Kurang
Tindakan Ibu
Keterangan :
: Diteliti
27
: Tidak diteliti
3. Kurang jika
responden
mampu
menjawab
<5
pertanyaan
dengan benar
(<50%)
(Arikunto, 2006)
2. Variabel Segala upaya Tindakan ibu balita kuesioner Ordinal
Independen atau tindakan
tentang penanganan 1. Baik jika
tentang yang dilakukan
penangana ibu ibu balita diare. responden
balita terhadap terhadap menjawab 8-
1. Pemberian 10
penanganan penanganan
diare . diare. asi pertanyaan
dengan benar
2. Pemberian (80-100%)
pendampin
2. Cukup jika
g asi responden
3. Mengguna mampu
menjawab 5-
kan air 7 pertanyaan
bersih yang dengan benar
(50-70%)
cukup
3. Kurang jika
4. Mencuci
29
Tangan responden
mampu
Sebelum
menjawab
Makan <5
pertanyaan
5. Mengguna
dengan benar
kan Jamban (<50%)
6. Membuang (Arikunto, 2006)
tinja yang
benar.
\
30
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.3 Populasi
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan suatu variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti. Populasi menurut Notoatmodjo (2012) adalah keseluruhan objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa kilimbatu, kelurahan
kawangu. ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di kelurahan
kawangu desa kilimbatu.
2. Sampel
N
n¿ 2
N + N (d )
31
500
= 2
1+ 500(0,05)
500
=
1+ 500(0,0025)
500
=
1+ 0,625
= 396
1. Inklusi
- Seluruh masyarakat yang berdomisili di Desa Kilimbatu
- Bersedia menjadi responden dalam penelitian
- Bersedia mengisi kuisioner
2. Eklusi
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar
kuisioner yang di buat peneliti untuk ibu balita di kelurahan kawangu dengan 20 butir
pertanyaan, yang masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan untuk pengetahuan dan 10
pertanyaan untuk tindakan.
a. Data primer
Data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama peneliti yang
dilakukan dengan wawancara.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber kedua yaitu data awal dari Dinas
Kesehatan Waingapu, Puskesmas Waingapu, Wikipedia, Scribd, referensi dari
buku ataupun jurnal yang berkaitan dengan Diare
1. Reduksi Data
33
a. Editing
Editing digunakan untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah
terisi lengkap atau belum.
b. Coding
Coding digunakan untuk mengklasifikasikan jawaban dari
responden dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban
menurut item dalam beberapa tema yang ditemukan sesuai dengan
hasil wawancara.
3. Analisis data
Setelah mendapat persetujuan atau izin dari ketua program studi keperawatan waingapu
peneliti melakukan penelitian dengan menekankan pada masalah etika penelitian meliputi:
Lembar persetujuan diberikan kepda subjek yang akan diteliti, peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian yang dilaksanakan serta dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data keluarga pasien yang bersedia diteliti harus
menandatangani lembar persetujuan yang disediakan. Jika keluarga pasien menolak atau
tidak bersedia maka peneliti tidak memaksanya dan tetap menghormati hak-hak mereka.
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada format pengumpulan data (kuisoner), cukup dengan memberi nomor kode
pada masing-masing lembar tersebut.
3. Konfidentiality (kerahasiaan)
JADWAL PENELITIAN
LEMBAR KUESIONER
STUDI DESKRIPTIF PENGETAHUANI IBU BALITA TENTANG PENCEGAHAN
PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KAMBANIRU KECAMATAN KAMBERA KABUPATEN SUMBA TIMUR
TAHUN 2023
I. DATA UMUM
IDESNTITAS RESPONDEN
1. Responden..................................................................(Diisi peneliti)
2. Umur : ...................................................................
3. Jenis Kelamin : ...................................................................
4. Pendidikan : ...................................................................
5. Pekerjaan : ...................................................................
II. DATA KHUSUS
a. Pernah
b. Tidak Pernah
2. Jika pernah apakah anda tahu apa yang dimaksud dengan penyakit diare ?
a. Muntah
b. Mencret
d. Tidak Tahu
37
a. Dehidrasi
b. Lemas
c. Kematian
a. Kuman Penyakit
a. Air
c. udara
6. Mneurut anda berapa kali buang air besar dalam sehari hingga disebut sebagai
pebderita diare ?
a. 1-3
c. Tidak tahu
c. Mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil
a. Mencuci tangan setelah buang air besar dan buang air kecil
a. Penapasan
b. Pencernaan
39
No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya dan anak saya selalu mencuci tangan di air yang mengalir
dengan sabun sebelum dan sesudah makan .
2. Apakah air minum yang di minum selalu dimasak sampai
mendidih
3. saya selalu menggunakan air bersih untuk memasak .
4. Saya dan anak saya selalu menggunakan jamban jika BAK
(buang air kecil ) dan BAB (buang air besar ).
5. Setelah anak buang air besar dan membuang tinja bayi saya
segera mencuci tangan .
6. Saya selalu menganjurkan anak saya untuk selalu mencuci
tangan yang benar dengan 6 langkah .