Makalah Sewa Menyewa Sebagai Bentuk Perikatan Dalam Hukum Perjanjian
Makalah Sewa Menyewa Sebagai Bentuk Perikatan Dalam Hukum Perjanjian
Makalah Sewa Menyewa Sebagai Bentuk Perikatan Dalam Hukum Perjanjian
Oleh :
KELAS D
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayangnya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sewa Menyewa sebagai
Bentuk Perikatan dalam Hukum Perjanjian” ini dengan baik. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya
uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Dhaniar Eka Budiastanti,S.H.,M.Kn.
pada mata kuliah Hukum Perjanjian. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang kajian Sewa Menyewa sebagai Bentuk Perikatan dalam
Hukum Perjanjian bagi para pembaca dan juga penulis. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dhaniar Eka Budiastanti,S.H.,M.Kn. selaku dosen mata kuliah
Hukum Perjanjian yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan, baik mengenai materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya selaku penulis. Semoga
dalam makalah ini para pembaca dapat menambah lingkup wawasan ilmu
pengetahuan dan diharap untuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
guna memperbaiki kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................. i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pandangan atau arti luas dari sewa
menyewa
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pengaturan sewa menyewa dalam
bentuk perikatan hukum perjanjian
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
perjanjian sewa menyewa
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sewa-menyewa adalah :
c. Adanya objek sewa-menyewa, yaitu barang, baik barang bergerak maupun tidak
bergerak.
3
e. Adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang pembayaran kepada
pihak yang menyewakan.
4
a) kesepakatan para pihak,
b) kecakapan untuk membuat suatu Perjanjian,
c) suatu hal tertentu,
d) suatu sebab yang halal
Jangka Waktu
Berdasarkan rumusan dari Pasal 1548 KUHPerdata dikatakan bahwa sewa
menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti bahwa dalam perjanjian
sewa-menyewa harus selalu ditentukan jangka waktu tertentu, tetapi dalam perjanjian
sewa-menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu jangka waktu tertentu asalkan
sudah disetujui harga sewa satu bulan dan lain-lain. Penentuanjangka waktu ini
dimaksudkan untuk membatasi pemberian kenikmatan kepada Penyewa.
Menurut C.S.T Kansil, yang dimaksud dengan subjek hukum ialah siapa yang
dapat mempunyai hak dan cakap untuk bertindak di dalam hukum, atau dengan kata
lain siapa yang cakap menurut hukum untuk mempunyai hak. Pada definisi yang
diberi oleh Kansil, terdapat kata cakap, dimana menurut beliau subjek hukum adalah
mereka yang cakap menurut hukum untuk mempunyai hak.
Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dilahirkan namun tidak semua
manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.
Badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak seperti manusia. Badan hukum
merupakan kumpulan manusia pribadi dan juga merupakan kumpulan bagian dari
hukum yang mengaturnya sesuai dengan hukum yang berlaku; umpamanya, badan
hukum Perseroan Terbatas menurut Bab III KUHD dan koperasi menurut Undang-
Undang No.17 Tahun 2012.
5
Menurut Soemitro, rechtpersoon adalah suatu badan yang dapat mempunyai
harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi.Sementara Sri
Soedewi berpandangan bahwa badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang
bersama-sama bertujuan untuk mendirikan suatu badan, yaitu berwujud himpunan dan
harta kekayaan yang disendirikan untuk tujuan tertentu dan ini dikenal dengan
yayasan.
Dalam perjanjian sewa-menyewa ada subjek dan objek, adapun subjek dari
perjanjian sewa-menyewa yaitu adanya pihak penyewa dan adanya pihak yang
menyewakan. Sedangkan yang menjadi objek dari perjanjian sewa-menyewa adalah
barang dan harga, yang mana barang yang menjadi objek tersebut tidak bertentangan
dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
6
Pasal 1552 KUHPerdata mengatur tentang cacat dari barang yang disewakan.
Pihak yang menyewakan diwajibkan untuk menanggung semua cacat dari barang
yang dapat merugikan pemakaian barang yang disewakan walaupun sewaktu
perjanjian dibuat pihak-pihak tidak mengetahui cacat tersebut. Jika cacat tersebut
mengakibatkan kerugian bagi pihak penyewa maka pihak yang menyewakan
diwajibkan untuk menganti kerugian.
- Menerima uang sewa sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam
perjanjian
- Menegur penyewa apabila penyewa tidak menjalankan kewajiabannya dengan
baik.
b. Pihak Penyewa
Pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa barang atau
benda dari pihak yang menyewakan. Objek barang yang dapat disewakan menurut
Hofmann dan De Burger, yang dapat di sewa adalah barang bertubuh saja, namun ada
pendapat lain yaitu dari Asser dan Van Brekel serta Vollmar berpendapat bahwa tidak
hanya barang-barang yang bertubuh saja yang dapat menjadi objek sewa melainkan
hak-hak juga dapat disewa, pendapat ini diperkuat dengan adanya putusan Hoge Raad
tanggal 8 Desember 1922 yang menganggap kemungkinan ada persewaan suatu hak
untuk memburu hewan (jachtrecht).
Pasal 1560, 1564, dan 1583 KUHPerdata menentukan bahwa pihak penyewa
memiliki kewajiban-kewajiban, yaitu :
- Memakai barang yang disewa sebagai bapak rumah yang baik, sesuai dengan
tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika
tidak ada perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan
berhubungan dengan keadaan
- Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan
7
- Menanggung segala kerusakan yang terjadi selama sewa-menyewa, kecuali jika
penyewa dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut terjadi bukan karena
kesalahan si penyewa
- Mengadakan perbaikan-perbaikan kecil dan sehari-hari sesuai dengan isi
perjanjian sewa- menyewa dan adat kebiasaan setempat.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Seharusnya perjanjian sewa menyewa yang kenyataannya banyak terjadi
dalam masyarakat dibuat dalam bentuk tertulis. Karena perjanjian sewa menyewa
yang dibuat secara tertulis dapat menjadi alat bukti surat apabila terjadi perselisihan
antara penyewa dengan pihak yang menyewakan.
9
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T. Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata, Op.cit, PT. Pradnya
Paramita, hal 89.
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Op.cit, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hal
25.
www.npslawoffice.com/pengertian-perjanjian-sewa-menyewa-secara-umum-dan-
pengaturannya-dalam- kuhperdata/Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2018.
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, 2002, hlm.23.
C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata,Op.cit, PT. Pradnya Paramita,
hlm 84
https://rendratopan.com/2019/02/20/sewa-menyewa-sebagai-bentuk-perikatan/
10