Askep Post SC Yanto
Askep Post SC Yanto
Askep Post SC Yanto
T POST
PARTUM SECTIO CAESAREA DENGAN
NYERI AKUTDI RUANG GAYATRI
RUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO
DI SUSUN OLEH
MARYANTO
220104055
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah sectio caesarea (SC)berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan
pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). Menurut Amru sofian, (2011) SC adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata
SC sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit
pemerintah kira – kira 11 % sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% (Gibbson L. et
all, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh
Negara selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Kounteya,
S. 2010).
Angka persalinan melalui SC di Amerika Serikat telah meningkat empat kali
lipat, dari 5,5 per 100 kelahiran pada tahun 1970 menjadi 22,7 per 100 kelahiran pada
tahun 1985. Insidensi operasi SC dalam masingmasing unit obstetrik bergantung pada
populasi pasien dan sikap dokter. Sekarang ini angkanya berkisar antara 10 sampai 40
persen dari semua. kelahiran, karena SC telah ikut mengurangi angka kematian perinatal.
Angka persalinan SC yang ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya
untuk menguranginya karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu (Ensor et al.,
2010). Pada kasus SC angka mortalitas dua kali angka pada pelahiran pervaginam,
disamping itu angka morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah, dan
kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan SC (Kulas, 2008).
Tindakan SC dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin seperti proses persalinan normal lama atau kegagalan
proses persalinan normal, plasenta previa, panggul sempit, distosia serviks, pre eklamsi
berat, ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, janin letak lintang,
letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka persalinan dengan
SC di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga angka ini harus ditekan
dengan upaya tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan pengetahuan ibu hamil
mengenai indikasi SC yang tepat (Selawati L, 2013). Menurut Solehati & kosasih,
(2013), masalah yang biasanya muncul setelah dilakukannya operasi SC antara lain:
terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari, perdarahan, infeksi pada luka, infeksi
uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada kandung kemih, tromboflebitis dan
gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-masalah tersebut tidak segera diatasi,
maka masalahnya menjadi panjang dan dapat menimbulkan masalah baru seperti:
pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi usus, kesulitan penggunaan otot untuk
sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC masalah yang sering muncul setelah tindakan
operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri adalah pengalaman sensori tidak menyenangkan.
(Smeltzer, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Pratiwi (2010) pada pasien
post SC di RS Al-Islam Bandung, nyeri pasien post SC adalah 43,33% dengan nyeri
sedang dan 56,67% dengan nyeri hebat. Salah satu metode untuk mengatasi nyeri secara
nonfarmakologi adalah terapi relaksasi autogenik (Asmadi, 2008).
B. Tujuan Penulisan Makalah
1. Tujuan Umum
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah mengetahui konsep dasar penyakit dan
secara kasus tentang asuhan keperawatan dengan post partum sectio caesarea.
D. Manfaat
1. Mahasiswa :
2. Institusi :
3. Masyarakat :
A. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan
utuh serta berat badan di atas 500 gram. (Mitayani, 2009).Seksio sesarea adalah suatu
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding
depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim. (Amru sofian, 2011).
1. Post Partum
Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2011). Post Partum
merupakan masa
pemulihankembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara 6-8 minggu. (Solehati
& Kosasih, 2015 yang melaporkan penelitian tahun 2002 oleh Mochtar).
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuranukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan
tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
e) Tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritonium
f) Perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar di
kemudian hari
Kelemahan/kerugian adalah sebagai berikut:
Insisi dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah dilakukan,
hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea
transperitonialis profunda misalnya, melekat erat uterus pada dinding perut karena
sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan
yang banyak.
Kelebihan:
Kekurangan:
a) Infeksi mudah menyebar secara intra abdomial karena tidak ada reperitonealisasi
yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.
Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kroning.
b. Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.
Berdasarkan saat dilakukan sectio caesarea dapat dibagi atas:
a) Antonia uteria.
b) Plasenta accrete.
c) Myoma uteri.
d) Infeksi intra uteri bera.
D. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar
dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun
ibu anestesi janin sehingga kadangkadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak
dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi
bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.(Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002)
E. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea menurut (Mochtar R,
2002) adalah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal (nifas).
b) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut
sedikit kembung.
c) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intra partal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotika
yang adekuat dan
tepat.
2) Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap
berkontraksi dengan kuat.
3) Pemberian analgetik dan antibiotik.
5) Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam
pertama setalah pembedahan.
6) Ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari tempat
tidur dengan bantuan orang lain.
7) Perawatan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit (klip) diangkat pada hari
ke empat setelah pembedahan.
8) Pemeriksaan laboratorium: Hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan
untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyarakatkan hipovolemia.
1) Perawatan awal
3) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
sampai sadar.
4) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi.
6) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan
ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah.
G.Pathway
BAB III
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress
janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta
previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
a) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan
post sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter yang sebelumnya
telah terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena
adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
g) Pola penanggulangan stress
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa nifas
tidak diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
b) Tingkat Kesadaran
Apatis.
c) Tanda-tanda vital
kepala.
atau tidak.
frekuensi pernapasan
k) Payudara
: Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol
atau tidak, pengeluaran ASI.
(00132).
3. Intervensi Keperawatan
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan Selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat
mengontrol nyeri (Pain Control) (1605):
1. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri.
Intervensi:
1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi: Lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
2. Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi (misalnya: Nafas dalam, teknik
distraksi, atau massage).
3. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan dari nyeri yang telah digunakan.
4. Tingkatkan istirahat yang cukup. Pemberian analgetik
(Analgetic Administration):
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
2. Berikan obat dengan prinsip 6 benar.
Intervensi:
1. Pantau tanda/gejala infeksi (misalnya: suhu tubuh, keadaan luka post operasi,
kondisi vulva, kelelahan dan malaise).
2. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut, status
imun menurun, dan malnutrisi).
3. Pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap
infeksi.
Intervensi :
3. Jelaskan bahwa lochea dapat berlanjut selama 3-4 minggu, berubah dari
merah ke coklat sampai putih.
4. Jelaskan pentingnya latihan, tidak mulai latihan keras sampai diizinkan
oleh dokter.
5. Jelaskan tentang perawatan payudara dan ekspresi manual bila menyusui.
4. Implementasi
5. Evaluasi
I. Biodata :
A. Identitas pasien
Nama : Ny. E. W
Umur : 26 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Tenaga Sukarela RSWK
Alamat : Banteran rt 02 rw 04 Sumbang
4 2012 Sectio Dokter dan Laki-laki 2800 Baik Menangis Tidak Ada
caesarea Bidan
5 2019 Sectio Dokter dan Laki-laki 3000 Baik Menangis Tidak Ada
caesarea Bidan
Pengalaman Menyusui : Ya
2. Masalah Kehamilan : Pasien Mengatakan tidak Memiliki Masalah Atau Keluhan Yang Tidak
Normal
III. Riwayat Persalinan
Status Obstetrik : P5 A0 H2
Jika Tidak Alasan : Tidak Ada Gangguan Atau Masalah Pada Bayi
BB/TB : 3000Kg/49cm
Abdomen
Perkusi Thympani
Genetalia Terpasang kateter, bersih, lochea rubra.
Ekstremitas
Klien
Variabel
(Kanan/kiri)
Atas Bawah
VI. Eliminasi
BAK Saat Ini Pasien Terpasang Kateter dengan urine tertampung Kurang Lebih
2000cc,BAK Lancar Warnah jernih, Tidak Nyeri saat berkemih
b. Fakal : Kebiasaan BAB Sebelum Dirawat Pasien Mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi Lembek dan Berwarna kecoklatan
BAB saat ini pasien Belum BAB
Frekuensi 2x1/Hari
Pola Tidur Saat Ini : Pasien mengatakan hanya tidur 3-4 jam sehari karena belum
beradaptasi dengan lingkungannya
TD:110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
1 DS.
Ny.T.S mengatakan
nyeri pada luka bekas
post SC.
P : nyeri bertambah
ketika banyak
bergerak, Agen cidera fisik (post SC ) Nyeri akut
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
R :nyeri dibagian
perut,
S :skala nyeri 5,
T :nyeri hilang timbul.
DO.
Ekspresi wajah
nampak menahan
nyeri.
TD:110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
2
DS.
Ny.T.S
- Pasien Mengatakan
Tidak Dapat
Beraktifitas, Sakit Hambatan Intoleransi Aktifitas
saat Bergerak mobilitas fisik
- Pasien Mengatakan
Lemas
DO.
1. Pasien
Tampak Di
Bantu
Keluarga
Dalam
Beraktifitas
2. Pasien
Tampak
Terpasang
Cateter
3
DS.
1. Pasien
Mengatakan
ASI Kurang
Atau Tidak
Lancar
Suplai ASI tidak Cukup Ketidakefektifan Pemberian
DO ASI
1. Tampak
Ketidak
adekuat
asupan Susu
2. Bayi Tampak
Menangis
Pada Payudara
3. Pasien Dapat
Berjalan Dari
Tempat Tidur
Ke kamar
Mandi
3
Ketidakefektif Setelah Dilakukan 1. Kaji adanya Faktor
an Pemberian Tindakan penyebab kesulitan
ASI Keperawatan Menyusui 1. Mengetahui Penyebab
Berhubungan Selama 3x24 Jam Kesulitan Menyusi
Dengan Suplai di harapkan 2. Ajarkan Bayi
ASI tidak menyusui efektif Menghisap Putting 2. Merangsang Pengeluaran
Cukup dengan kriteria susu ibu ASI
hasil :
3. Berikan Kompres 3. Menghangatkan
1. Menunjukan Hangat Pada Payudara
Aktifitas Areola
menyusui 4. Melancarkan aliran ASI
yang 4. Ajarkan Perawatan
memuaskan Payudara 5. Memperlancar dan
dan efektif Memperbanyak Produksi
5. Kalaborasi dengan ASI
2. Memperlihatk dokter Pemberian
an aktifitas Obat Laktafit
menyusui
setiap 2 jam
3. Pengakuan
Percaya Diri
Klien dalam
Pemberian
ASI
TD :110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
15:00 Faisal
2. Hambatan 2.Mengkaji Kemampuan Mobilitas Pasien
mobilitas fisik
Berhubungan Hasil : Pasien Lemas Tidak dapat Miring Kiri dan
Dengan kanan dan Tidak dapat Beraktivitas Hanya
Intoleran Terbaring di tempat Tidur dengan Posisi
Aktivitas Terlentang
Zulaiha
3.Ketidakefektifa 3.Mengkaji adanya Faktor penyebab kesulitan
15 : 25 n Pemberian ASI Menyusui.
Berhubungan
Dengan Suplai Hasil : pasien mengatakan masih merasa cemas
dengan kondisi yang di alaminya.
ASI tidak Cukup penyebab kesulitan menyusui pasien adalah
kecemasan atau stress.
Hasil :
Hasil :
Pasien mengerti dan memahami dengan baik. Pasien
mencoba dan berhasil, bayi Ny.T memiliki reflex
hisap yang baik
hasil :
Hasil :
14:30 Irda
Memberikan obat analgetik sesuai instruksi dari
dokter dengan indikasi nyeri
Hasil :
2. Hambatan
15:15
mobilitas fisik 2. memberi pemahaman kepada keluarga pentingnya Reinhard
Berhubungan melakukan aktivitas rutin sehari-hari
Dengan Intoleran
Aktivitas Hasil :
Keluarga pasien memahami dengan baik apa yang
disampaikan
3.Ketidakefektifa Gideon
n Pemberian ASI 3. mengajarkan Perawatan Payudara
Berhubungan
Dengan Suplai Hasil :
16:02
ASI tidak Cukup
Pasien mengerti dan memahami dengan baik.
A. Evaluasi
TD :110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
P : Intervensi dilanjutkan
Gideon
S : Pasien mengeluh nyeri luka
10/05/19 operasi, intensitas nyeri 5 dengan
skala 0-10
10:00
TD :100/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
P : Intervensi dilanjutkan
11/05/19 Faisal
TD :120/80 mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,2 OC
RR : 20 kali/menit
P : intervensi dilanjutkan
TD :100/70 mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,1OC
RR : 18 kali/menit
P : Intervensi dilanjutkan
TD :110/80mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,1OC
RR : 18 kali/menit
P : intervensi dilanjutkan
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
TD :100/70 mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,2OC
RR : 18 kali/menit
P : intervensi dilanjutkan
TD :110/80mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,5OC
RR : 18 kali/menit
P : intervensi di hentikan
TD :120/80mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,2OC
RR : 20 kali/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan