03a. Juklak 2023
03a. Juklak 2023
03a. Juklak 2023
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan syukur kepada Tuhan YME atas rahmad dan petunjuk-Nya, Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang Tahun Anggaran 2023
dapat diselesaikan. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) ini merupakan penjelasan secara khusus
terutama dalam Pelaksanaan, Mekanisme penerimaan dana, Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi
serta Pelaporan dalam Rangka Pelaksanaan P3-TGAI.
Kegiatan P3-TGAI merupakan tanggung jawab pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat dalam pembinaan terhadap P3A agar kemandiriannya terarah dan
terintegrasi dalam rangka meningkatkan produksi dan produktivitas serta mutu hasil pertanian
secara optimal guna mendukung kedaulatan pangan Nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sebagai acuan bagi
pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan P3-TGAI dengan sumber dana APBN pada BWS
Sumatera V Padang Tahun Anggaran 2023 agar dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan P3-TGAI di lingkup BWS Sumatera V Padang Tahun Anggaran
2023 maka disusunlah Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan P3-TGAI. Maksud dari Petunjuk Pelaksanaan
yaitu sebagai acuan bagi Tim Pelaksana Balai, Pejabat Pembuat Komitmen, Konsultan Individual,
Tenaga Pendamping Masyarakat dan P3A penerima P3-TGAI dalam pelaksanaan kegiatan P3-TGAI
di lingkup Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Sumatera V Padang Balai
Wilayah Sungai Sumatera V Padang.
Sedangkan tujuan dari Petunjuk Pelaksanaan adalah :
a. terarahnya pelaksanaan kegiatan P3-TGAI di lingkup Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan
Sumber Daya Air Sumatera V Padang Balai Wilayah Sungai Sumatera V Padang.
b. terarahnya pelaksanaan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat petani pemakai air (P3A)
dalam kegiatan teknis perbaikan jaringan irigasi/rehabilitasi jaringan irigasi/ peningkatan
jaringan irigasi dalam pelaksanaan P3-TGAI;
c. terarahnya pelaksanaan perbaikan jaringan irigasi / rehabilitasi jaringan irigasi/ peningkatan
jaringan irigasi dalam pelaksanaan kegiatan P3-TGAI.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR SINGKATAN iii
DAFTAR FORMAT iv
DAFTAR ISTILAH vi
BAB I PENDAHULUAN 1
I. Latar Belakang 1
II. Maksud, Tujuan dan Sasaran 2
III. Dasar Pembentukan 3
IV. Prinsip dan Pendekatan 5
V. Indikator Kinerja 6
BAB II JENIS KEGIATAN P3-TGAI 7
I. Jenis Kegiatan P3-TGAI 7
II. Pelaksanaan rehabilitasi Jaringan Irigasi, Peningkatan Jaringan Irigasi, dan / atau
Pembangunan Jaringan Irigasi 6
III. Objek P3-TGAI 7
IV. Komoditas Lahan Kegiatan P3-TGAI 7
V. Kegiatan Yang Dikecualikan Dalam Kegiatan P3-TGAI 8
BAB III PENERIMA P3-TGAI 7
I. Penerima P3-TGAI 7
II. Syarat dan Urutan Prioritas Peneroima P3-TGAI 7
BAB IV PELAKSANA P3-TGAI 9
I. Struktur Organisasi 9
II. Pelaksana P3-TGAI di Tingkat Pusat 9
III. Pelaksana P3-TGAI di Tingkat BBWS/BWS 10
IV. Pelaksana P3-TGAI di Tingkat Penerima P3-TGAI 18
BAB V TAHAPAN PENYELENGARAAN P3-TGAI 23
BAB VI PENDANAAN 43
I. Sumber Dana 44
II. Alokasi Anggaran 44
III. Proses Penyaluran atau Pencairan Dana 50
BAB VII PEMANTAUAN DAN PELAPORAN 48
I. Pemantauan 48
II. Pelaporan 48
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR FORMAT
DAFTAR ISTILAH
1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
3. Daerah irigasi desa adalah suatu daerah irigasi, yang jaringan irigasinya dibangun dan
dikelola oleh masyarakat desa atau pemerintah desa.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi.
5. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan
utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
6. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran
sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap,
dan bangunan pelengkapnya.
7. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan
air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran
pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
8. Perbaikan jaringan irigasi adalah usaha untuk mengembalikan kondisi dan fungsi saluran
dan/atau bangunan irigasi seperti semula secara parsial.
9. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula.
10. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan
irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan pada jaringan irigasi
yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
11. P3-TGAI adalah Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi untuk perbaikan
atau rehabilitasi atau peningkatan jaringan irigasi
12. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga
yang bertanggungjawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
bersangkutan.
13. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut Kuasa PA adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung
jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
14. Satuan kerja yang selanjutnya disebut Satker adalah organisasi atau lembaga pada
Pemerintah yang bertanggungjawab kepada Menteri yang menyelenggarakan kegiatan dari
dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum.
2
15. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
16. Tim Teknis Pusat yang selanjutnya disingkat TTP adalah tim yang bertugas membantu Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air dalam penyusunan pedoman umum; pembinaan teknis; dan monitoring
dan evaluasi di tingkat Nasional.
17. Tim Pelaksana Balai yang selanjutnya disingkat TPB adalah tim yang bertugas membantu Balai
Besar Wilayah Sungai / Balai Wilayah Sungai dalam penyusunan petunjuk teknis; pembinaan
teknis; dan monitoring dan evaluasi ditingkat Balai.
18. Konsultan Manajemen Pusat yang selanjutnya disingkat KMP adalah konsultan yang bertugas
dalam membantu tim teknis pusat dalam pelaksanaan P3-TGAI, pelaksanaan ToT dan monitoring
dan evaluasi di tingkat Nasional.
19. Konsultan Manajemen Balai/Konsultan Individual yang selanjutnya disingkat KMB/KI adalah
konsultan yang bertugas dalam membantu TPB dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan P3-TGAI,
membantu ToT dan monitoring dan evaluasi di tingkat Balai.
20. Tenaga Pendamping Masyarakat yang selanjutnya disingkat TPM adalah yang bertugas dalam
melakukan sosialisasi tingkat masyarakat dan pendampingan administrasi dan teknis
P3A/GP3A/IP3A dalam pelaksanaan P3-TGAI.
21. Rencana Kerja P3A yang selanjutnya disingkat RKP3A adalah rencana kerja yang disusun oleh P3A,
disetujui oleh kepala desa dan disetujui oleh PPK.
22. Surat Perjanjian Kerja Sama yang selanjutnya disingkat SPKS adalah surat perjanjian Kerja Sama
antara PPK dengan P3A pada pelaksanaan P3-TGAI.
23. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan,
dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah
lain dan/atau kelompok masyarakat
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
P3-TGAI dilaksanakan untuk mendukung salah satu agenda prioritas
pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2025, yaitu memperkuat
infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan
dasar. Perkuatan infrastruktur ditujukan untuk mendukung aktivitas
perekonomian dan mendorong pemerataan pembangunan nasional.
Kegiatan P3-TGAI dilaksanakan secara padat karya melalui pemberdayaan
masyarakat petani dalam rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan jaringan
irigasi, dan/atau pembangunan jaringan irigasi secara partisipatif, terencana
dan sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan jaringan irigasi.
Proses pemberdayaan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengawasan, dan pengelolaan jaringan irigasi dengan melibatkan peran serta
masyarakat sebagai pelaksana kegiatan.
Sehubungan dengan perkembangan pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19), meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda,
meluasnya cakupan wilayah yang terkena bencana, serta menimbulkan
implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, diterbitkan
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai
Bencana Nasional.
Untuk menjaga daya beli masyarakat, Pemerintah melakukan dua cara yang
bergerak simultan yakni penyaluran program perlindungan sosial dan
mempercepat pelaksanaan Program Padat Karya Tunai. Selain untuk
memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat,
Padat Karya Tunai juga bertujuan mendistribusikan dana hingga ke
desa/pelosok.
4
II. Sasaran
Sasaran dari P3-TGAI yaitu:
1. Pemberdayaan P3A, GP3A, dan/atau IP3A dalam kegiatan teknis
rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan jaringan irigasi, dan/atau
pembangunan jaringan irigasi;
2. Rehabilitasi jaringan irigasi untuk perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula;
3. Peningkatan jaringan irigasi untuk meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan
mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi;
dan
4. Pembangunan jaringan irigasi untuk penyediaan jaringan irigasi di
wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya.
V. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam pelaksanaan P3-TGAI adalah terlaksananya
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat petani dalam kegiatan teknis
rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan jaringan irigasi, dan/atau
pembangunan jaringan irigasi.
7
BAB II
JENIS KEGIATAN P3-TGAI
BAB III
PENERIMA P3-TGAI
I. Penerima P3-TGAI
P3-TGAI diberikan kepada:
1. P3A yang merupakan kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi
wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan/petak tersier
atau desa yang dibentuk secara demokratis oleh petani pemakai air
termasuk lembaga lokal pengelola irigasi;
2. GP3A yang merupakan kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat
bekerja sama memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi pada
daerah layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder,
atau satu daerah irigasi;
3. IP3A yang merupakan kelembagaan sejumlah GP3A yang bersepakat
bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi dan jaringan irigasi
pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok primer,
atau satu daerah irigasi;
4. P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain sebagai lembaga
pengelola irigasi sesuai penyebutan nama daerah setempat;
yang memenuhi syarat sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan P3-TGAI,
yang ditetapkan oleh PPK serta disahkan oleh Kasatker.
II. Syarat dan Urutan Prioritas Penerima P3-TGAI
P3-TGAI diberikan kepada P3A,GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain
yang sudah terbentuk dengan syarat dan urutan prioritas:
1. P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain yang telah berbadan
hukum;
2. P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain yang telah disahkan
dengan Keputusan Kepala Daerah;
3. P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain yang telah disahkan
dengan Akta Notaris.
Dalam hal P3A atau dengan nama lain belum terbentuk di desa tersebut,
penetapan penerima P3-TGAI dilakukan melalui pembentukan P3A dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Kepala Desa/Lurah harus membuat surat pernyataan bahwa di desa
tersebut belum terbentuk P3A atau dengan nama lain, dengan
ketentuan:
10
BAB IV
PENYELENGARAAN P3-TGAI
I. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam pelaksanaan kegiatan P3-TGAI sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
MENTERI PUPR
DIREKTUR JENDERAL
SUMBER DAYA AIR
KONSULTAN
PEJABAT PEMBUAT MANAJEMEN BALAI
PEMERINTAH DESA
KOMITMEN
TENAGA PENDAMPING
Masyarakat Petani P3A, GP3A, dan/atau
MASYARAKAT
IP3A
Keterangan:
Tugas/Perintah
-------- Koordinasi
1. TTP
TTP bertugas:
a. menyusun kebijakan penyelenggaraan P3-TGAI;
b. menyusun Petunjuk Teknis Penyelenggaraan P3-TGAI;
c. menyusun program dan anggaran P3-TGAI secara keseluruhan;
d. melakukan sosialisasi P3-TGAI di tingkat BBWS/BWS;
e. melakukan pelatihan kepada TPB dan/atau KMB untuk menjadi
pelatih (Training of Trainer) dengan dibantu oleh KMP;
f. melaksanakan pembinaan teknis terhadap TPB;
g. melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan KMP;
h. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan P3-
TGAI; dan
i. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan P3-TGAI di
tingkat pusat kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air paling
sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.
2. KMP
KMP bertugas:
a. membantu TTP dalam setiap tahapan pelaksanaan P3-TGAI;
b. membantu TTP dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan P3-
TGAI di tingkat BBWS/BWS; dan
c. membantu TTP dalam penyusunan pelaporan pelaksanaan P3-
TGAI di tingkat pusat.
c. PPK, bertugas:
1) menetapkan P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama
lain penerima P3-TGAI;
2) melakukan pengadaan KMB dan TPM yang diproses melalui
pengadaan barang dan jasa;
3) menandatangani Perjanjian Kerja Sama bersama dengan
P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain;
4) melaksanakan pencairan dana P3-TGAI yang diajukan oleh
Ketua P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain
setelah dinyatakan memenuhi syarat;
5) melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan P3-TGAI sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
6) memberikan arahan kepada KMB dan TPM dalam
pelaksanaan P3-TGAI;
7) memantau pelaksanaan kegiatan KMB;
8) menyetujui rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau
dengan nama lain;
9) menyusun laporan tengah bulanan dan akhir bulanan
untuk disampaikan kepada Kasatker mengenai progres fisik
dan keuangan, dilengkapi dengan foto dokumentasi
penyelenggaraan kegiatan P3-TGAI serta laporan yang
bersifat khusus;
10) melakukan verifikasi persyaratan dalam pencairan dana
Tahap I dan Tahap II;
11) memeriksa laporan pelaksanaan kegiatan yang dibuat oleh
P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain;
12) membuat surat teguran tertulis kepada P3A, GP3A,
dan/atau IP3A atau dengan nama lain penerima P3-TGAI
dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar Wilayah
Sungai/Balai Wilayah Sungai dan Kepala Desa selaku
Pembina P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain,
apabila terjadi ketidaksesuaian antara penyelenggaraan
kegiatan P3-TGAI dengan Rencana Kerja P3A, GP3A,
dan/atau IP3A atau dengan nama lain yang telah disetujui;
17
BAB V
TAHAPAN PENYELENGARAAN P3-TGAI
Gambar 2 :
Mulai
Pembentukan TTP
TTP
Penyusunan Petunjuk Teknis P3-TGAI
Menyampaikan Usulan
Lokasi Pembentukan TPB
Penyesuaian
Validasi Calon Lokasi
Dinas PUPR Provinsi/ Alokasi pagu Tidak Valid
D.I. Oleh TPB
Kab./Kota anggaran
TAHAP PERSIAPAN
Valid
A
27
TAHAP PERSIAPAN
Musyawarah Desa I
Verifikasi
Calon P3A, GP3A,
Tidak
dan/atau IP3A atau dengan
nama lain Penerima
P3-TGAI oleh
KMB
Ya
Musyawarah Desa II
TAHAP PERENCANAAN
B
28
TAHAP PELAKSANAAN
Pelaksanaan, Pemantauan, Pengawasan
(Sebesar 70 %)
SELESAI
29
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan P3-TGAI terdiri atas:
a. pembentukan TTP
TTP ditetapkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
b. penyusunan petunjuk teknis penyelenggaraan P3-TGAI
TTP menyusun petunjuk teknis penyelenggaraan P3-TGAI sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam pedoman penyelenggaraan
P3-TGAI yang ditetapkan oleh Menteri.
Petunjuk teknis penyelenggaraan P3-TGAI tersebut ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Sumber Daya Air.
c. pembentukan TPB
TPB dibentuk oleh Kepala BBWS/BWS yang terdiri atas unsur
BBWS/BWS, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi atau dengan nama lain
dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten/Kota atau dengan nama lain.
Dalam hal di daerah irigasi lokasi P3-TGAI terdapat Pengamat
dan/atau Juru Pengairan, maka keanggotaan TPB dibantu oleh
Pengamat dan/atau Juru Pengairan.
d. penjaringan usulan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI
Penjaringan usulan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI
dilaksanakan pada tahun sebelumnya (n-1).
Lokasi daerah irigasi pelaksanaan P3-TGAI ditentukan berdasarkan:
1) Usulan BBWS/BWS
2) Usulan instansi pemerintah daerah; dan/atau
3) Usulan aspirasi masyarakat.
Usulan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI dari BBWS/BWS
berasal dari usulan P3A/GP3A/IP3A atau dengan nama lain pada
daerah irigasi kewenangan pusat.
Usulan lokasi daerah irigasi dari instansi pemerintah daerah meliputi
usulan dari:
1) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi atau dengan nama lain pada
daerah irigasi kewenangan provinsi; atau
2) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten/Kota atau dengan nama lain
pada daerah irigasi kewenangan kabupaten/kota.
Usulan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI dari aspirasi
masyarakat ditentukan sebagai berikut:
30
3. sudah terbentuk P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain
sesuai syarat dan urutan prioritas penerima P3-TGAI; dan
4. tidak tumpang tindih dengan pekerjaan P3-TGAI tahun-tahun
sebelumnya.
Contoh Format Validasi Calon Lokasi Daerah Irigasi Penerima P3-TGAI
sebagaimana tercantum dalam Format 5 Lampiran II.
f. Usulan BBWS/BWS
Hasil validasi calon lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI
dituangkan dalam berita acara hasil validasi yang disampaikan
kepada kepala BBWS/BWS sebagai usulan calon lokasi penerima P3-
TGAI kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air dengan tembusan ke
Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan.
Contoh format lampiran berita acara validasi calon lokasi daerah
irigasi penerima P3-TGAI sebagaimana tercantum dalam Format 6
Lampiran II.
g. penetapan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI
Berdasarkan usulan lokasi P3-TGAI oleh Direktur Jenderal Sumber
Daya Air, Menteri menetapkan lokasi daerah irigasi penerima P3-
TGAI. Perubahan penetapan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI,
dapat dilaksanakan dalam hal:
1) terdapat kesalahan pengetikan nama daerah irigasi, nama
kabupaten/kota, dan/atau nama kecamatan;
2) terdapat perubahan data administrasi;
3) terjadi perubahan jumlah lokasi daerah irigasi;
4) terjadi perubahan urutan prioritas pelaksanaan P3-TGAI;
dan/atau
5) terjadi permasalahan sosial dan/atau permasalahan teknis
sehingga kegiatan P3-TGAI tidak dapat dilaksanakan.
Perubahan penetapan lokasi daerah irigasi penerima P3-TGAI
sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Sumber Daya Air atas nama Menteri.
h. pengadaan KMP, KMB, dan TPM
Pengadaan KMP, KMB, dan TPM dilakukan melalui mekanisme
pengadaan barang dan jasa berdasarkan peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan barang/ jasa pemerintah.
Untuk pengadaan KMP diproses melalui Satuan Kerja Direktorat Bina
Operasi dan Pemeliharaan.
32
Verifikasi rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama
lain dilaksanakan oleh KMB. Hasil verifikasi rencana kerja P3A, GP3A,
dan/atau IP3A atau dengan nama lain disampaikan kepada PPK.
Pelaksanaan verifikasi rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau
dengan nama lain, meliputi:
1) kelengkapan dan kesesuaian rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau
IP3A atau dengan nama lain dengan kriteria usulan rehabilitasi
jaringan irigasi, peningkatan jaringan irigasi, dan/atau
pembangunan jaringan irigasi; dan
2) jenis pekerjaan yang diusulkan dalam rencana kerja harus sesuai
dengan kemampuan teknis P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau
dengan nama lain;
Hasil verifikasi rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan
nama lain dilaporkan kepada PPK.
f. persetujuan rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan
nama lain
Berdasarkan hasil verifikasi rencana kerja dari KMB, PPK memeriksa
dan menyetujui rencana kerja P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan
nama lain.
3. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan P3-TGAI terdiri atas:
a. penandatanganan pakta integritas dan perjanjian kerja sama.
Penandatanganan pakta integritas dilakukan oleh ketua P3A, GP3A,
dan/atau IP3A atau dengan nama lain dengan diketahui oleh kepala
desa dan PPK.
Pakta integritas dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan:
1) rangkap pertama disimpan oleh ketua P3A, GP3A, dan/atau IP3A
atau dengan nama lain;
2) rangkap kedua disimpan oleh kepala desa; dan
3). rangkap ketiga disimpan oleh PPK.
Penandatanganan perjanjian kerja sama dilaksanakan oleh PPK
dengan ketua P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain.
Contoh format perjanjian kerja sama sebagaimana tercantum dalam
Format 20 Lampiran II.
b. penyaluran atau pencairan dana P3-TGAI
Penyaluran atau pencairan dana P3-TGAI dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam BAB VI.
38
BAB VI
PENDANAAN
I. Sumber Dana
Pendanaan P3-TGAI bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara tahun anggaran berjalan dalam:
a. DIPA Satuan Kerja Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan; dan
b. DIPA Satuan Kerja yang diberi penugasan untuk melaksanakan P3-
TGAI di tingkat BBWS/BWS.
II. Alokasi Anggaran
1. Alokasi Dana P3-TGAI pada P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan
nama lain
Dana P3-TGAI dialokasikan paling banyak sebesar Rp195.000.000,00
(seratus sembilan puluh lima juta rupiah) per P3A, GP3A, dan/atau
IP3A atau dengan nama lain.
Ketentuan perpajakan dan pelaporan realisasi pajak pada kegiatan
P3-TGAI dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Dana P3-TGAI digunakan oleh P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan
nama lain untuk rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan jaringan
irigasi, dan/atau pembangunan jaringan irigasi yang dikerjakan atau
dihasilkan sendiri oleh P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama
lain secara swakelola atau tidak dipihakketigakan.
Jumlah dana tersebut sudah termasuk biaya yang dikeluarkan oleh
P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain untuk persiapan,
koordinasi, perencanaan, rapat pelaksanaan, penyediaan fasilitas
kesehatan, penyediaan vitamin dan nutrisi tambahan, pelaporan dan
dokumentasi paling banyak sebesar 5 % (lima per seratus).
2. Alokasi Dana Belanja Barang pada KMB dan TPM
Selain untuk gaji atau upah, PPK mengalokasikan biaya operasional
dan kegiatan bagi KMB maupun untuk TPM sesuai dengan
ketersediaan dana.
Biaya operasional untuk KMB tersebut terdiri atas:
a. KMB berupa Badan Usaha sudah termasuk didalam kontrak.
b. KMB berupa Konsultan Perorangan terdiri atas:
a) biaya mobilisasi dan demobilisasi;
b) biaya komunikasi;
45
BAB VII
I. Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari P3A, GP3A,
dan/atau IP3A atau dengan nama lain sampai dengan TTP.
Pemantauan pelaksanaan P3-TGAI dilaksanakan bersama oleh seluruh
anggota P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain dan kepala desa
yang bersangkutan.
PPK/Satuan Kerja yang diberi penugasan untuk melaksanakan P3-TGAI
melakukan pemantauan pelaksanaan P3-TGAI di wilayah kerjanya
bersama dengan TPB dan KMB.
TTP bersama KMP melakukan pemantauan P3-TGAI dalam lingkup
nasional.
II. Pelaporan
Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari P3A, GP3A, dan/atau
IP3A atau dengan nama lain, PPK, Kasatker, Kepala BBWS/BWS, Direktur
Bina Operasi dan Pemeliharaan, sampai Direktur Jenderal Sumber Daya
Air. Selain itu TPM, KMB, dan KMP juga melaksanakan pelaporan secara
berjenjang sesuai tugas masing-masing. Ketentuan pelaporan P3-TGAI
sebagai berikut:
1. Pelaporan oleh P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan nama lain
Seluruh laporan disusun oleh P3A, GP3A, dan/atau IP3A atau dengan
nama lain, terdiri atas:
a. catatan harian, meliputi catatan harian penggunaan bahan dan
catatan harian kondisi cuaca;
b. absensi harian tenaga kerja;
c. laporan mingguan dan laporan bulanan, berupa laporan
kemajuan penyelesaian pekerjaan;
d. laporan keuangan/buku kas, dengan dilampirkan salinan bukti
pembelian (nota)/kuitansi; dan
e. dokumentasi pelaksanaan P3-TGAI, berupa foto dokumentasi
pelaksanaan pekerjaan fisik P3-TGAI di lapangan, sekurang-
kurangnya pada saat pekerjaan fisik lapangan mencapai 0%,
50% dan 100%.
50
BAB VIII
PENGADUAN MASYARAKAT
3. Proposional
Penanganan pengaduan harus sesuai dengan cakupan kasus atau
masalah yang terjadi. Jika kasusnya berkaitan dengan
penyimpangan prinsip dan prosedur, maka fokus
penanganannya harus mengenai prinsip dan prosedur tersebut.
Jika permasalahannya berkaitan dengan penyimpangan dana,
maka masalah atau kasus yang ditangani harus mengenai
penyimpangan prinsip dan prosedur maupun penyimpangan
dana.
4. Akuntabilitas
Proses kegiatan pengelolaan pengadaan dan masalah serta tindak
lanjutnya harus dipertanggung}awabkan kepada masyarakat sesuai
dengan ketentuan dan pzosedur yang berlaku.
5. Obyektif
Penanganan pengaduan ditangani secara objektif, yang artinya
pengadaan- pengadaan yang muncul harus selalu diuji kebenarannya
melalui mekanisme uji silang, sehingga tindakan yang dilakukan
sesuai dengan data yang sebenarnya. Tindakan yang dilakukan bukan
berdasarkan pemihakan kepada salah satu pihak, melainkan
pemihakan pada prosedur yang semestinya.