Untitled
Untitled
Untitled
1. Akuntansi Biaya : proses pencatatan untuk menentukan /menafsirkan berapa nilai harga produksi/jasa ,
dengan cara tertetu dengan cara yang ditentukan . ( mis : dlm industry manufacturing dan jasa pelayanan )
Biaya : adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur/dinilai karena telah terjadi maupun yang
akan terjadi dan merupakan bagian daripada harga pokok produk /jasa untuk memperoleh
pendapatan/penghasilan.
Tujuan Akuntansi Biaya : untuk penyajian informasi biaya bagi manajemen dalam pengelolaan
perusahaan ,organisasi tertentu.
a. Perpectual : ….
a.1 konsep : harga pokok persediaan secara langsung sesuai metode yg dipergunakan
b. Periodik
b.1 konsep : harga pokok persediaan yg hrs dihitung dgn melakukan perhitungan persediaan secara
periodik
a. Full Costing : metode harga pokok produksi yang memperhitungkan semua komponen produksi kedlm
harga pokok produksi baik variabel maupun tetap
a.1 konsep :
Penjualan 500.000,--
b. Variabel Costing : metode harga pokok produksi yang bersifat variabel untuk memperhitungkan kedlm
harga pokok produksi
b.1 konsep :
Penjualan 500.000
Dikurangi :
Biaya Variabel :
Biaya Tetap :
Catatan :
1. Bahan Penolong
2. Tenaga Kerja Tidak Langsung
3. Penyusutan Aktiva Tetap
4. Pemeliharaan
5. Listrik & Air
6. Umum
7. Asuransi
8. Biaya Departemen Pembantu
Biaya overhead pabrik ( BOP) dibebankan ke harga pokok produk berasarkan tarif dimuka
1. PerSatuan Produk ………> Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran Jumlah Produk Yang Dihasilkan
2. Biaya Bahan Baku ……….> Tarif BOP = Taksiran BOP/ Taksiran BBB Yang Diperunakan x 100 %
3. Biaya Tenaga Kerja ……..> Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran Biaya Tenaga Kerja Langsung x 100%
4. Jam Tenaga Kerja Langsung>Tarif BOP= Taksiran BOP/ Taksiran Jam Kerja Langsung x 100%
5. Jam Mesin ………………..> Tarif BOP = Taksiran BOP / Taksiran Jam Mesin x 100%
1. Perhitungan Selisih Biaya Overhead Pabrik ……biaya sesungguhnya > tarif bop, rugi …………> underapplied
Biaya sesungguhnya < tarif bop, laba ………..>overapplied
2. Selisih Anggaran
Mesin 500 jt
Angkut 5jt
Asuransi ijt
Angkut 2 jt
Total 508 jt
Perusahaan Industri.
Siklus HPP
Persediaan awal lampu sejumlah 200 unit dengan harga pokok 650.000,- 30 Nopember 2020
sisa ahkir periode Desember 2020 yang belum terjual 300 unit , bila jumlah produksi pada bln
desember 1.000 unit lampu , dan metode perhitungan persediaan dengan metode fifo maka
Barang belum terjual 300 unit = Rp. 210.000.000,-( 300 x 700.000 )metode fifo
Metode Fifo
Metode Lifo
Metode Average
PT ABC
Biaya Usaha :
Pemasaran 150.000,-
Berikut adalah 4 jenis perusahaan beserta persediaannya:
a. Bahan Baku
b. Bahan Pembantu
c. Barang Dalam Proses
d. Barang Jadi
“Oke. Dengan sistim perpetual setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau
penurunan volume persediaan selalu dicatat dengan memasukan jurnal begitu transaksi
terjadi. Apakah dengan sistim periodik transaksi-transaksi yang terjadi tidak dicatat
samasekali?” Mungkin ada yang berpikir seperti itu.
Tentu saja dicatat. Hanya saja, biasanya, menggunakan nama akun berbeda dibandingkan jika
menggunakan sistim perpetual. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat transaksi-per-transaksi.
Lanjut…
Jika JAK Mart menggunakan sistim perpetual, maka alur transaksi dan jurnalnya akan
nampak sbb:
(a) Saldo awal persediaan (di Neraca) = Rp 6,000,000
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
(c) Penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000 per unit dicatat dengan sepasang jurnal:
Dan;
(d) Kecuali ada perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan buku, maka tidak ada jurnal
penyesuaian yang perlu dimasukan. Saldo akhir persediaan otomatis menunjukan nilai Rp
24,000,000.
Bagaimana jika JAK Mart menggunakan sistim periodik? Jurnalnya akan nampak sebagai
berikut:
(a) Saldo awal persediaan (di Neraca) = Rp 6,000,000
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
(c) Pada sistim periodik, penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000/unit dicatat hanya
dengan satu jurnal saja—untuk mengakui penjualan dan piutang dagang (Note: penurunan
persediaan dan pengakuan harga pokok penjualan dilakukan sekaligus di akhir periode):
(d) Di akhir periode, setalah dilakukan penghitungan fisik, JAK memasukan jurnal penyesuaian—
untuk mengakui persediaan, harga pokok penjualan, sekaligus ‘menghapus’ saldo akun
“Pembelian”—sebagai berikut:
Note: Dengan jurnal penyesuaian yang dimasukan di akhir periode ini, maka saldo akun
“Pembelian” menjadi nol, saldo akhir persediaan di Neraca menjadi Rp 24,000,000 (=saldo awal
6,000,000 + adjustment kenaikan 18,000,000), dan muncul Harga Pokok Penjualan di Laporan
Laba-Rugi sebesar Rp 54,000,000 (=6,000,000 + 54,000,000 – 24,000,000).
Jika JAK Mart menerapkan sistim perpetual, maka JAK akan mengakui penurunan nilai utang
sekaligus langsung mengakui penurunan nilai persediaan, dengan jurnal:
[Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000
[Kredit]. Persediaan = Rp 7,000,000
(Note: Pengembalian barang mengurangi nilai persediaan sebesar Rp 7,000,000)
Jika JAK Mart menerapkan sistim periodik, maka jurnalnya adalah sbb:
[Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000
[Kredit]. Retur Pembelian = Rp 7,000,000
(Note: pembelian megurangi nilai pembelian)
Jika menerapkan sistim perpetual, maka saat pembelian JAK Mart memasukan jurnal:
[Debit]. Persediaan = Rp 10,000,000
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
Saat pelunasan, diskon Rp 200,000 tersebut sekaligus diakui sebagai pengurang nilai
persediaan, dengan jurnal:
Jika menggunakan sistim periodik, maka saat pembelian jurnal yang dimasukan adalah:
[Debit]. Pembelian = Rp 10,000,000
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
Diskon yang diperoleh tidak diakui sebagai pengurang nilai persediaan (ingat: sistim periodik
tidak mencatat persediaan tetapi “pembelian”), melainkan dicatat sebagai “Diskon Pembelian.”
Sehingga jurnal yang dimasukan ketika melakukan pelunasan adalah sbb:
Jika menggunakan perpetual, maka JAK Mart akan mencatat retur tersebut dengan sepasang
jurnal:
[Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000 (kontra akun penjualan bersaldo debit)
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000
(Untuk mengakui retur penjualan)
Dan;
Sedangkan jika menggunakan sistim periodik, JAK Mart hanya akan memasukan satu jurnal
saja, yaitu:
[Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000
(Untuk mengakui retur penjualan)
Catatan: Sistim periodik baru akan menghitung saldo persediaan dan mengakui harga pokok
penjualan di akhir periode—setelah penghitungan fisik dilakukan.
Selanjutnya, diskon penjualan. Bagaimana pencatatanya?
Oke. Anggap JAK Mart memberikan diskon Rp 200,000 atas pelunasan
pembelian sebesar Rp 10,000,000 dari pelanggan (masih menggunakan metode
pengakuan penjualan bruto/gross method)
Sistim perpetual dan sistim periodik memasukan jurnal yang sama persisuntuk pelunasan
yang mengandung diskon penjualan. Dalam contoh ini:
[Debit]. Kas = Rp 9,800,000
[Debit]. Diskon Penjualan = Rp 200,000 (kontra akun penjualan bersaldo debit).
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 10,000,000
Secara keseluruhan, dari pebandingan jurnal—antara sistim periodik dan perpetual, jelas
terlihat bahwa:
Terhadap laporan keuangan yang disajikan di setiap akhir periode, menggunakan sistim
perpetual atau periodik tidak berpengaruh apa-apa, dalam pengertian: nilai saldo akhir
persediaan (yang disajikan di neraca) dan harga pokok penjualan (yang disajikan di laporan laba-
rugi), akan menunjukan hasil yang sama.
Bedanya, hanya terjadi pada teknis pengakuan dan nama akun yang digunakan pada setiap
pengakuan transaksi. Sistim perpetual selalu mendebit/mengkredit akun “Persediaan” untuk
setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan persediaan. Sedangkan sistim
periodik—untuk sementara—menggunakan akun “Pembelian” untuk setiap penambahan
persediaan dan baru memperhitungkan penurunan persediaan di akhir periode—sertelah
penghitungan fisik dilakukan.
a. Setiap pesanan produk harus dapat dipisahkan identitasnya dengan jelas dan harus
dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individu.
b. Biaya produksi dibagi menjadi dua golongan, yaitu biaya produksi langsung yang
terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja, serta biaya produksi tidak langsung yang
terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
c. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung pada pesanan,
sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar
tarif yang ditentukan di muka.
e. Harga pokok persatuan produk dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan terkait.
Penjualan............................................................................. Rp.1.000,-
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal produk jadi ……………… Rp. 200,-
Penjualan Rp.1.000,-
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal produk jadi Rp. 200,-
Biaya Usaha
Biaya administrasi & Umum Rp. 100,-
Biaya Pemasaran Rp. 150,-
Rp. 250,-
Laba Bersih Usaha Rp. 25,-
AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN
METODE HARGA POKOK PESANAN
DAN METODE HARGA POKOK PROSES
Akuntansi Biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menentukan harga pokok
per satuan produk yang dihasilkan. Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur harus
mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari bahan baku dimasukkan dalam proses sampai
menjadi produk jadi, seperti dalam skema berikut ini:
Pembelian dan
Harga Pokok
Penyimpanan
Persediaan Bahan Baku
Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya
Overhea
d Pabrik
Pengolahan Bahan Harga Pokok
Baku Menjadi Bahan Baku yang
Produk Jadi Dipakai
Metode pengumpulan biaya produksi tergantung dari sifat pengolahan produk. Pengolahan
produk dibedakan menjadi 2 golongan,: pengolahan produk berdasarkan pesanan dan
pengolahan produk yang merupakan produksi massa.
Oleh karena itu metode pengumpulan biaya produksi dibedakan menjadi dua,
yi: (1). Metode Harga Pokok Pesanan (Job order cost method)
(2). Metode Harga Pokok Proses (Process cost method)
Harga pokok per satuan Pada akhir bulan/periode Apabila pesanan telah
produk dihitung penentuan harga pokok selesai diproduksi
produk
Rumus perhitungan harga Jumlah biaya produksi yang Jumlah biaya produksi yang
pokok per satuan telah dikeluarkan selama telah dikeluarkan untuk
bulan/periode tertentu dibagi pesanan tertentu dibagi
dengan jumlah satuan dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan produk yang diproduksi
selama bulan/periode ybs. dalam pesanan ybs.
AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan, memulai kegiatan produksinya setelah
menerima order dari pembeli, tetapi sering juga terjadi, perusahaan mengeluarkan order
produksi untuk mengisi persediaan di gudang.
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost
Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam
Proses.
7. BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
9. BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian
pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif
13. Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan
dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
Persediaan Produk Jadi xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
14. Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan
Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok
Pesanan yang telah selesai.
Contoh Kasus :
SOAL 1
PT. Aksa Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada bulan September 2012 perusahaan mendapat
pesanan untuk mencetak kartu undangan sebanyak 2200 lembar dari PT. Raka dengan harga
yang dibebankan adalah Rp.2000,- per lembar. Pada bulan yang sama perusahaan juga menerima
pesanan sebanyak 200 spandoek dari PT. Mahendri dengan harga Rp.200.000,- per buah.
Pesanan dari PT. Raka diberi nomor KU-01 dan pesanan dari PT. Mahendri diberi nomor SP-02.
Data Kegiatan dan Produksi
1. Pada tanggal 2 September 2012 dibeli bahan baku dan penolong dengan cara kredit
yakni sebagai berikut :
Bahan baku
Kertas untuk undangan Rp.2.400.000
Kain putih 600 meter Rp.4.125.000
Bahan penolong
Bahan penolong X1 Rp. 200.000
Bahan penolong X2 Rp. 160.000
2. Dalam pemakaian bahan baku dan penolong untuk mem proses pesanan KU-01 dan SP-
02 diperoleh informasi sebagai berikut :
Bahan baku kertas dan bahan penolong X2 digunakan untuk memproses pesanan no KU-
01, sedangkan bahan baku kain dan bahan penolong X1 dipakai untuk memproses pesanan
no SP-02
3. Untuk penentuan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi
menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dengan perhitungan sbb :
Upah langsung untuk pesanan KU-01 180 jam a. Rp.5000 dan upah langsung
untuk pesanan SP-02 menghabiskan sebanyak 1000 jam a. Rp.5000,-. Sedangkan untuk
upah tidak langsung adalah Rp. 2,9 juta.
Untuk gaji karyawan Bagian pemasaran dikeluarkan sebesar Rp. 7.500.000,- dan gaji
karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000,-
4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik. Perusahaan dalam hal ini menggunakan tarif BOP
sebesar 160 % dari biaya tenaga kerja langsung, baik pesanan KU-01 dan SP-02.
5. Pencatatan harga pokok produk jadi. Berdasarkan informasi untuk pesanan no KU-01
telah selesai dikerja kan
Diminta
Penyelesaian :
Selisih BOP :
Untuk menentukan selisih BOP dicari dengan cara memban- dingkan antara jumlah BOP yang
dibebankan dengan jml seluruh BOP yang sesungguhnya terjadi.
4. Biaya Bahan
Pencatatan pemakaian Bahan Baku di Departemen A:
a. BOP pada Metode Harga Pokok Proses adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja, baik langsung maupun tak
langsung yang terjadi di departemen produksi.
b. BOP dapat dibebankan kepada produk atas dasar tarif dan dapat juga dibebankan
atas dasar BOP yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode.
c. Pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk dapat dilakukan jika:
i. Produksi relatif stabil dari periode ke periode
ii. BOP, terutama yang tetap, bukan merupakan bagian yang berarti
dibandingkan dengan jumlah seluruh biaya produksi
iii. Hanya diproduksi satu macam produk.
d. Pencatatan berbagai jenis BOP di Departemen Produksi
Terlepas dari biaya produksi, biaya ini sangat penting untuk dihitung dan merupakan overhead cost, yang artinya
biaya yang menjamin lancarnya sebuah operasional bisnis secara keseluruhan.
Pada intinya, pengertian dari biaya overhead pabrik ini adalah biaya pengeluaran lain-lain diluar dari biaya produksi
dan upah. Terkadang, biaya diluar produksi ini masuk ke dalam laporan laba-rugi perusahaan diluar dari aktivitas
produksi perusahaan.
Biaya asuransi
Asuransi pegawai seperti BPJS atau bahkan aset perusahaan termasuk ke dalam biaya overhead tetap. Hal ini karena
biaya asuransi jumlahnya tidak berubah-ubah,
Perlengkapan kantor
Perlengkapan kantor seperti ATK, kertas dan mesin fotokopi serta kursi, meja dan perlengkapan lainnya termasuk ke
dalam biaya overhead pabrik karena tidak berhubungan langsung dengan aktivitas produksi.
Biaya Pemasaran
Suatu perusahaan pasti memerlukan biaya pemasaran yang tujuannya untuk memasarkan produk atau jasanya.
Memasang banner, ikut pameran, iklan berbayar termasuk kedalam biaya overhead karena tidak berkaitan langsung
dengan produksi
Hal yang perlu Anda lakukan adalah menjumlahkan biaya overhead yang terbagi berdasarkan bulan, lalu membagi
semua biaya dengan total semua penjualan bulanan.
Contohnya, perusahaan Anda memiliki Rp 120.000.000,- biaya overhead bulanan dengan penghasilan penjualan
bulanan sebesar Rp 800.000.000,-. Dalam hal ini persentasenya sebesar Rp 120.000.000,- dibagi dengan penghasilan
penjualan sebesar Rp 800.000.000,- yang memberi Anda 0,15 lalu kalikan dengan 100, total persentase overhead
Anda adalah sebesar 15% dari penjualan bisnis Anda.
Perusahaan Adit menafsirkan anggaran BOP sebesar Rp 1.000.000 dengan taksiran jumlah produk sebanyak 20.000
unit. Maka biaya satuan unit sebesar:
Bila kedepannya terjadi pesanan sebanyak 300 unit maka BOP yang terbebani sebesar:
= Rp 50 x 300 = Rp 15.000
Perusahaan Adit menaksirkan anggaran BOP sebesar Rp 1.000.000 dengan besaran biaya bahan pokok selama satu
tahun sebesar Rp 5.000.000. Maka cara hitungnya adalah (Rp 1.000.000 : Rp.5.000.000) x 100% = 20%.
Bila terjadi pesanan dengan menggunakan bahan baku sebesar Rp. 100.000. BOPnya adalah 20% x Rp 100.000 = Rp
20.000
maka apabila terdapat pesanan yang memerlukan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 100,000, BOP setara
dengan Rp 100.000 x 60% = Rp 60.000
Jam mesin
Perhitungan yang terakhir adalah metode perhitungan berdasarkan waktu penggunaan mesin. Tarif BOP dengan
metode ini terhitung dengan rumus:
Dalam satu tahun taksiran overheadnya sebesar Rp 2.000.000 dengan waktu penggunaan mesin selama 5000
jam/tahun, maka Rp 2.000.000 : 5000 = Rp 400 per jam
Kemudian apabila terdapat pesanan yang memerlukan mesin untuk bekerja selama 400 jam, perhitungannya
sebesar:
Baca juga : Piutang adalah: Ciri-Ciri dan Jenis yang Perlu Anda Ketahui!
Kesimpulan
Sangat penting bagi Anda untuk menghitung biaya overhead pabrik bagi perusahaan bisnis Anda karena biaya ini
sangat penting untuk dihitung dan merupakan overhead cost, yang artinya biaya yang menjamin lancarnya sebuah
operasional bisnis secara keseluruhan.
Untuk menghitung perkiraan overhead cost yang ingin Anda keluarkan untuk memperlancar operasional bisnis
perusahaan, pastinya Anda memerlukan sebuah sistem software sistematis untuk mengelola keuangan bisnis Anda
secara efektif terutama bagi perusahaan yang sudah berskala besar.
Metode Harga Pokok Proses
Proces Cost Method
SOAL 1
A. Produk diolah melalui satu departemen. Dalam ketentuan ini anggapan yang digunakan ;
CV Aksa dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu departemen
produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan September 2012, yakni
sbb ;
Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit
Produk jadi 3.800 unit
Produk dlm proses dengan
tkt penyelesaian Bhn baku dan
penolong 100 %; biaya
konversi 40 %. 1.200 unit
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan produk dlm proses Rp. 309.600
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp. 108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
Metode Variable Costing & Full Costing
Costing
Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan
Absortion atau Conventional Costing.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai
akibat pada :
(3). Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
(4). Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi
atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses
maupun produk jadi)
Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual.
Variable Costing :
Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing
Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga
pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut
diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Laporan Laba-Rugi
( Metode Full Costing )
Ket :
Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok
dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi
dan umum.
Laporan Laba-Rugi
( Metode Variable Costing )
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan
(2) operating laverage.
Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga
manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan
manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.
I. Pengertian
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat di kategorikan kedalam biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan
biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri yang
disebut biaya overhead pabrik.
Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi maka proses penentuan
tarip BOP adalah sebagai berikut :
1. Ditentukan anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut.
2. Ditentukan dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen produksi
yang bersangkutan.
3. Ditetapkan tarip BOP berdasarkan anggaran BOP dibagi dengan dasar pembebanan.
SA = BOPsesg - FKSB
atau
SA = BOP sesg - [ Btb + (KS X TV) ]
= bop SESG - [ (KN x TT) + (KS x TV) ]
atau
SA = BOP sesg - (KN x TT) - (KS x TV)
SA = Selisih anggaran
FKBS = Fleksibel budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
BTb = BOP tetap dibudgetkan
TV = Tarip BOP variabel
KN = Kapasitas nornal
KS = Kapasitas sesungguhnya
TT = Tarip BOP tetap
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan fleksibel budget pada
kapasitas sesungguhnya, maka selisih anggaran bersifat tidak menguntungkan.
Sebaliknya apabila biaya overhead paabrik sesungguhnya lebih kecil maka selisih
anggaran bersifat menguntungkan.
b) Selisih Kapasitas
Selisih kapasitas berhubungan dengan BOP tetap yang disebabkan kapasitas
sesungguhnya yang dicapai lebih kecil dibandingkan kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip.
SK = FBKS - BOPsesg
atau
Rugi-laba xxx
Selisih BOP Laba yg xxx
ditahan xxx
Rugi-laba xxx
CONTOH SOAL
PT “AKSA SEJAHTERA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 2011,
perusahaan membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan data
produksi sebagai berikut :
Diminta :
PENYELESAIAN :
2. Rp 4.600.000
Tarif BOP tetap = = Rp 153,3 jam mesin.
30.000
Rp 6.775.000
Tarif BOP variabel = = Rp 225,8 jam mesin.
30.000
e. Unit produksi :
Tarif BOP = Rp 11.375.000 = Rp 189,6
60.000
c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya Rp 10.600.000.
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel (27.500 x Rp 218,2) = Rp 6.000.500
BOP tetap Rp 4.600.000
Rp 10.600.500.
Laba (Rp 500).
Selisih kapasitas :
(metode 1)
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) Rp 4.215.750.
Rugi Rp 384.250.
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai 27.500
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap : Rp 153,3
Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250
4. Mencatat pembebanan BOP :
BDP – BOP Rp 10.425.250 -
BOP yang dibebankan - Rp 11.425.250
Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp 10.600.500 -
Berbagai rekening di kredit - Rp 10.600.500
3). Penentuan Tarif BOP Departemen & Metode Alokasi Biaya Departemen Jasa Karakteristik
departemen menyebabkan pemicu biaya yang berbeda, yang digunakan sebagai dasar
pembebanan biaya, sehingga berpengaruh pada perhitungan tarif setiap departemen.
Contoh departemen produksi yang banyak menggunakan mesin, maka tarif BOP lebih
tepat menggunakan jam mesin. BOP departemen produksi terdiri atas BOP departemen
produksi dan alokasi biaya dari departemen jasa yang digunakan. Oleh karena itu, perlu
mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi terlebih dahulu
sebelum menghitung tarif BOP departemen.
Langkah-langkah penentuan tarif BOP departemen:
1). Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran biaya
departemen jasa.
Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen jasa terdiri atas anggaran biaya
langsung dan biaya tidak langsung, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Contoh biaya
langsung adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan bakar dan telepon, karena
pemakaiannya dapat ditelusuri langsung melalui alat pengukur. Contoh biaya tidak langsung
adalah depresiasi gedung yang dipakai bersama-sama oleh beberapa departemen. Depresiasi
gedung tersebut dialokasikan pada setiap departemen berdasarkan luas lantai.
Contoh: biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing departemen
sebagai berikut:
Departemen Luas Lantai (m2)
Departemen A 150
Departemen B 100
Departemen 1 63
Departemen 2 40
Jumlah 353
Contoh:
Keterangan
Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Rp72.600 Rp40.000
Jasa
Dasar alokasi:
Departemen 1 40 40 20
(jumlah karyawan) 200 500 300
Departemen 2 (jumlah kwh)
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
Departemen 2 11.429 28.571 **(Rp40.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0
*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B
**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.00 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen 0 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp112.60
0
Rp392.60
0
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp29.040 Rp29.040 *(Rp72.600) Rp14.520
Departemen 2 15.577 38.943 **(Rp54.520)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp164.617 Rp227.983 0 0
*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2
**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B
Y = 72.600 + 0,30Z
Z = 40.000 + 0,20Y
Z = 40.000 + (0,20x90.000)
Z = 58.000
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1/Y 2/Z
BOP sebelum alokasi Rp280.00 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen 0 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp112.60
0
Rp392.60
0
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.000 Rp36.000 *(Rp90.000) Rp18.000
Departemen 2 11.600 29.000 Rp17.400 **(Rp58.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.600 Rp225.000 0 0
*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2
**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept
B, (300/1000)xRp58.000 ke Dept 1
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.00 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen 0 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp112.60
0
Rp392.60
0
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
Departemen 2 11.429 28.571 **(Rp40.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0
Dasar pembebanan
1000 JM 1500 JKL
Tarif
Rp167,73 Rp224,88
JM (jam mesin), JKL (jam kerja langsung)
Soal-soal:
1. PT Sukses terdiri atas dua departemen produksi, pemotongan dan perakitan, dan dua
departemen jasa, pemeliharaan dan administrasi. Biaya departemen pemeliharaan
didistribusikan berdasarkan kaki persegi, dan biaya departemen administrasi didistribusikan
berdasarkan jumlah karyawan. Biaya departemen jasa hanya didistribusikan ke departemen
produksi. Tarif BOP departemen produksi dihitung berdasarkan jam mesin. Buat distribusi BOP
dan hitung tarif BOP berdasarkan data tahunan yang diestimasikan sebagai berikut:
2. PT Ikhtiar memiliki dua departemen produksi, pencampuran dan penyelesaian, serta dua
departemen jasa, kafetaria dan desain produk. Perusahaan membebankan biaya departemen
jasa ke departemen jasa lain, tetapi setelah biaya suatu departemen telah didistribusikan, tidak
ada biaya yang dibebankan kembali ke departemen tersebut. Kafetaria didistribusikan pertama
kali, berdasarkan jumlah karyawan, dan desain produk didistribusikan berdasarkan jumlah
pesanan produk. Dalam menghitung tarif BOP yang telah ditentukan sebelumnya, jam mesin
digunakan sebagai dasar di kedua departemen produksi. Hitung tarif BOP yang ditentukan
sebelumnya untuk departemen pencampuran dan departemen penyelesaian berdasarkan data
yang diestimasi sebagai berikut:
Kafetaria Desain Produk Pencampuran Penyelesaian
Anggaran BOP Rp10.000 Rp50.000 Rp104.000 Rp200.000
Jumlah karyawan 10 5 65 130
Jumlah pesanan produk 100 200
Jam mesin 40.000 60.000
3. BOP departemen yang diestimasikan untuk departemen produksi S dan T, serta biaya yang
diestimasikan untuk departemen jasa E, F dan G (sebelum distribusi dari departemen jasa
manapun) adalah:
1. Pengertian
Bahan baku (raw material) adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana
bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar
dari bentuk barang ).
Biaya bahan baku (raw material cost) adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai dengan
bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga bahan, ongklos angkut, penyimpanan dan lain-
lain.
Unsur harga pokok bahan yang dibeli adalah semua biaya untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap pakai. Harga beli dan biaya angkut
merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku sedangkan biaya
pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya
akuntansi biaya merupakan unsur yang sulit diperhitungkan sehingga pada prakteknya harga
pokok bahan baku yang dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok sebagai
akibatnya biaya penyiapan bahan baku diperhitungkan dalam biaya overhead pabrik.
Selisih Bahan Baku = Biaya Bahan Baku Sesungguhnya - Biaya Bahan Baku Standar
Selisih Harga = - Harga Bahan Standar -Harga bahan- x Jumlah sesungguhnya per
satuan sesungguhny dibeli/
- a per satuan - digunakan
B) Selisih Pemakaian Bahan
Perbedaan yang disebabkan oleh karena pemakaian bahan menurut standar tidak sama
dengan sesungguhnya.
Pembelian
Tanggal Jumlah Harga /
(Kg) Kg
2 Sep 2012 400 Rp 250
20 Sep 2012 600 Rp 300
30 Sep 2012 200 Rp 400
Pemakaian
Tanggal Jumlah
10 Sep 2012 400
25 Sep 2012 200
Catatan:
28 Sep 2012 Dikembalikan ke suplier sebanyak 100 Kg berasal dari pembelian tanggal 25
Sep 2012
29 Sep 2012 Diterima oleh gudang bahan sebanyak 50 Kg dari bahan yang diminta tanggal 28
September dan berasal dari persediaan awal
Perhitungan fisik 30 Sep 2012 sebanyak 750 Kg
Dari data diatas saudara diminta menghitung bahan baku yang dipakai (raw material used) bulan
Sep 2012 dengan metode pencatatan fisik maupun Perpetual serta metode penilaian persediaan :
a. Metode FIFO
b.Metode LIFO
c.Metode Average
JAWABAN : *** CONTOH SOAL BIAYA BAHAN BAKU ***
Harga perolehan Bahan siap pakai (raw material available to use)1.300 Kg Rp 370.000
Persediaan Bahan per 30 Sep 2012
200 x Rp 400 = Rp 80.000
550 x Rp 300 = Rp 165.000
Rp 245.000
Harga perolehan bahan baku yang dipakai 350 Kg Rp 125.000
B. 2. Perpetual LIFO
vPenjualan...........................................................................Rp.1.000,-
PT. ABC
LAPORAN LABA-
RUGI
Per 31 Desember 2017
Penjualan Rp.1.000,-
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan awal produk jadi Rp. 200,-
Biaya Usaha
Biaya administrasi & Umum Rp. 100,-
Biaya Pemasaran Rp. 150,-
Rp. 250,-
Laba Bersih Usaha Rp. 25,-
AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN
METODE HARGA POKOK PESANAN
DAN METODE HARGA POKOK PROSES
Akuntansi Biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan untuk menentukan harga pokok
per satuan produk yang dihasilkan. Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur harus
mengikuti proses pengolahan produk, sejak dari bahan baku dimasukkan dalam proses sampai
menjadi produk jadi, seperti dalam skema berikut ini:
Pembelian dan
Harga Pokok
Penyimpanan
Persediaan Bahan Baku
Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya
Overhea
d Pabrik
Pengolahan Bahan Harga Pokok
Baku Menjadi Bahan Baku yang
Produk Jadi Dipakai
Metode pengumpulan biaya produksi tergantung dari sifat pengolahan produk. Pengolahan
produk dibedakan menjadi 2 golongan,: pengolahan produk berdasarkan pesanan dan
pengolahan produk yang merupakan produksi massa.
Oleh karena itu metode pengumpulan biaya produksi dibedakan menjadi dua,
yi: (1). Metode Harga Pokok Pesanan (Job order cost method)
(2). Metode Harga Pokok Proses (Process cost method)
Harga pokok per satuan Pada akhir bulan/periode Apabila pesanan telah
produk dihitung penentuan harga pokok selesai diproduksi
produk
Rumus perhitungan harga Jumlah biaya produksi yang Jumlah biaya produksi yang
pokok per satuan telah dikeluarkan selama telah dikeluarkan untuk
bulan/periode tertentu dibagi pesanan tertentu dibagi
dengan jumlah satuan dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan produk yang diproduksi
selama bulan/periode ybs. dalam pesanan ybs.
AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan, memulai kegiatan produksinya setelah
menerima order dari pembeli, tetapi sering juga terjadi, perusahaan mengeluarkan order
produksi untuk mengisi persediaan di gudang.
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost
Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam
Proses.
16. Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku, menggunakan metode mutasi persediaan
(perpetual). Dalam setiap pemakaian bahan baku harus diketahui pesanan mana yang
memerlukannya. Jurnalnya:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Persediaan Bahan Baku xxx
21. BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
23. BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian
pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif
27. Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan
dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
Persediaan Produk Jadi xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
28. Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan
Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok
Pesanan yang telah selesai.
Contoh Kasus :
SOAL 1
PT. Aksa Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada bulan September 2012 perusahaan mendapat
pesanan untuk mencetak kartu undangan sebanyak 2200 lembar dari PT. Raka dengan harga
yang dibebankan adalah Rp.2000,- per lembar. Pada bulan yang sama perusahaan juga menerima
pesanan sebanyak 200 spandoek dari PT. Mahendri dengan harga Rp.200.000,- per buah.
Pesanan dari PT. Raka diberi nomor KU-01 dan pesanan dari PT. Mahendri diberi nomor SP-02.
Data Kegiatan dan Produksi
6. Pada tanggal 2 September 2012 dibeli bahan baku dan penolong dengan cara kredit
yakni sebagai berikut :
Bahan baku
Kertas untuk undangan Rp.2.400.000
Kain putih 600 meter Rp.4.125.000
Bahan penolong
Bahan penolong X1 Rp. 200.000
Bahan penolong X2 Rp. 160.000
7. Dalam pemakaian bahan baku dan penolong untuk mem proses pesanan KU-01 dan SP-
02 diperoleh informasi sebagai berikut :
Bahan baku kertas dan bahan penolong X2 digunakan untuk memproses pesanan no KU-
01, sedangkan bahan baku kain dan bahan penolong X1 dipakai untuk memproses pesanan
no SP-02
8. Untuk penentuan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi
menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dengan perhitungan sbb :
Upah langsung untuk pesanan KU-01 180 jam a. Rp.5000 dan upah langsung
untuk pesanan SP-02 menghabiskan sebanyak 1000 jam a. Rp.5000,-. Sedangkan untuk
upah tidak langsung adalah Rp. 2,9 juta.
Untuk gaji karyawan Bagian pemasaran dikeluarkan sebesar Rp. 7.500.000,- dan gaji
karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000,-
9. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik. Perusahaan dalam hal ini menggunakan tarif BOP
sebesar 160 % dari biaya tenaga kerja langsung, baik pesanan KU-01 dan SP-02.
10. Pencatatan harga pokok produk jadi. Berdasarkan informasi untuk pesanan no
KU-01 telah selesai dikerja kan
Diminta
Penyelesaian :
Selisih BOP :
Untuk menentukan selisih BOP dicari dengan cara memban- dingkan antara jumlah BOP yang
dibebankan dengan jml seluruh BOP yang sesungguhnya terjadi.
7. Biaya Bahan
Pencatatan pemakaian Bahan Baku di Departemen A:
a. BOP pada Metode Harga Pokok Proses adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja, baik langsung maupun tak
langsung yang terjadi di departemen produksi.
b. BOP dapat dibebankan kepada produk atas dasar tarif dan dapat juga dibebankan
atas dasar BOP yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode.
c. Pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk dapat dilakukan jika:
i. Produksi relatif stabil dari periode ke periode
ii. BOP, terutama yang tetap, bukan merupakan bagian yang berarti
dibandingkan dengan jumlah seluruh biaya produksi
iii. Hanya diproduksi satu macam produk.
d. Pencatatan berbagai jenis BOP di Departemen Produksi:
Metode Harga Pokok Proses
Proces Cost Method
SOAL 1
C. Produk diolah melalui satu departemen. Dalam ketentuan ini anggapan yang digunakan ;
CV Aksa dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu departemen
produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan September 2012, yakni
sbb ;
Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit
Produk jadi 3.800 unit
Produk dlm proses dengan
tkt penyelesaian Bhn baku dan
penolong 100 %; biaya
konversi 40 %. 1.200 unit
13. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
14. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan produk dlm proses Rp. 309.600
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp. 108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
Metode Variable Costing & Full Costing
Costing
Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan
Absortion atau Conventional Costing.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai
akibat pada :
(5). Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
(6). Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi
atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses
maupun produk jadi)
Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual.
Variable Costing :
Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing
Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga
pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut
diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Laporan Laba-Rugi
( Metode Full Costing )
Ket :
Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok
dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi
dan umum.
Laporan Laba-Rugi
( Metode Variable Costing )
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan
(4) operating laverage.
Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga
manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan
manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.
III. Pengertian
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat di kategorikan kedalam biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan
biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri yang
disebut biaya overhead pabrik.
SA = BOPsesg - FKSB
atau
SA = BOP sesg - [ Btb + (KS X TV) ]
= bop SESG - [ (KN x TT) + (KS x TV) ]
atau
SA = BOP sesg - (KN x TT) - (KS x TV)
SA = Selisih anggaran
FKBS = Fleksibel budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
BTb = BOP tetap dibudgetkan
TV = Tarip BOP variabel
KN = Kapasitas nornal
KS = Kapasitas sesungguhnya
TT = Tarip BOP tetap
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan fleksibel budget pada
kapasitas sesungguhnya, maka selisih anggaran bersifat tidak menguntungkan.
Sebaliknya apabila biaya overhead paabrik sesungguhnya lebih kecil maka selisih
anggaran bersifat menguntungkan.
b) Selisih Kapasitas
Selisih kapasitas berhubungan dengan BOP tetap yang disebabkan kapasitas
sesungguhnya yang dicapai lebih kecil dibandingkan kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip.
SK = FBKS - BOPsesg
atau
Rugi-laba xxx
Selisih BOP Laba yg xxx
ditahan xxx
Rugi-laba xxx
CONTOH SOAL
PT “AKSA SEJAHTERA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 2011,
perusahaan membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan data
produksi sebagai berikut :
Diminta :
PENYELESAIAN :
2. Rp 4.600.000
Tarif BOP tetap = = Rp 153,3 jam mesin.
30.000
Rp 6.775.000
Tarif BOP variabel = = Rp 225,8 jam mesin.
30.000
i. Unit produksi :
Tarif BOP = Rp 11.375.000 = Rp 189,6
60.000
c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya Rp 10.600.000.
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel (27.500 x Rp 218,2) = Rp 6.000.500
BOP tetap Rp 4.600.000
Rp 10.600.500.
Laba (Rp 500).
Selisih kapasitas :
(metode 1)
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) Rp 4.215.750.
Rugi Rp 384.250.
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai 27.500
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap : Rp 153,3
Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250
4. Mencatat pembebanan BOP :
BDP – BOP Rp 10.425.250 -
BOP yang dibebankan - Rp 11.425.250
Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp 10.600.500 -
Berbagai rekening di kredit - Rp 10.600.500
6). Penentuan Tarif BOP Departemen & Metode Alokasi Biaya Departemen Jasa Karakteristik
departemen menyebabkan pemicu biaya yang berbeda, yang digunakan sebagai dasar
pembebanan biaya, sehingga berpengaruh pada perhitungan tarif setiap departemen.
Contoh departemen produksi yang banyak menggunakan mesin, maka tarif BOP lebih
tepat menggunakan jam mesin. BOP departemen produksi terdiri atas BOP departemen
produksi dan alokasi biaya dari departemen jasa yang digunakan. Oleh karena itu, perlu
mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi terlebih dahulu
sebelum menghitung tarif BOP departemen.
Langkah-langkah penentuan tarif BOP departemen:
1). Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran biaya
departemen jasa.
Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen jasa terdiri atas anggaran biaya
langsung dan biaya tidak langsung, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Contoh biaya
langsung adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan bakar dan telepon, karena
pemakaiannya dapat ditelusuri langsung melalui alat pengukur. Contoh biaya tidak langsung
adalah depresiasi gedung yang dipakai bersama-sama oleh beberapa departemen. Depresiasi
gedung tersebut dialokasikan pada setiap departemen berdasarkan luas lantai.
Contoh: biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing departemen
sebagai berikut:
Departemen Luas Lantai (m2)
Departemen A 150
Departemen B 100
Departemen 1 63
Departemen 2 40
Jumlah 353
Contoh:
Keterangan
Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Rp72.600 Rp40.000
Jasa
Dasar alokasi:
Departemen 1 40 40 20
(jumlah karyawan) 200 500 300
Departemen 2 (jumlah kwh)
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
Departemen 2 11.429 28.571 **(Rp40.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0
*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B
**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.00 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen 0 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp112.60
0
Rp392.60
0
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp29.040 Rp29.040 *(Rp72.600) Rp14.520
Departemen 2 15.577 38.943 **(Rp54.520)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp164.617 Rp227.983 0 0
*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2
**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B
Y = 72.600 + 0,30Z
Z = 40.000 + 0,20Y
Z = 40.000 + (0,20x90.000)
Z = 58.000
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1/Y 2/Z
BOP sebelum alokasi Rp280.00 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen 0 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp112.60
0
Rp392.60
0
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.000 Rp36.000 *(Rp90.000) Rp18.000
Departemen 2 11.600 29.000 Rp17.400 **(Rp58.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.600 Rp225.000 0 0
*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2
**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept
B, (300/1000)xRp58.000 ke Dept 1
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.00 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen 0 Rp72.600 Rp40.000
Jasa Rp112.60
0
Rp392.60
0
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
Departemen 2 11.429 28.571 **(Rp40.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0
Dasar pembebanan
1000 JM 1500 JKL
Tarif
Rp167,73 Rp224,88
JM (jam mesin), JKL (jam kerja langsung)
Soal-soal:
4. PT Sukses terdiri atas dua departemen produksi, pemotongan dan perakitan, dan dua
departemen jasa, pemeliharaan dan administrasi. Biaya departemen pemeliharaan
didistribusikan berdasarkan kaki persegi, dan biaya departemen administrasi didistribusikan
berdasarkan jumlah karyawan. Biaya departemen jasa hanya didistribusikan ke departemen
produksi. Tarif BOP departemen produksi dihitung berdasarkan jam mesin. Buat distribusi BOP
dan hitung tarif BOP berdasarkan data tahunan yang diestimasikan sebagai berikut:
5. PT Ikhtiar memiliki dua departemen produksi, pencampuran dan penyelesaian, serta dua
departemen jasa, kafetaria dan desain produk. Perusahaan membebankan biaya departemen
jasa ke departemen jasa lain, tetapi setelah biaya suatu departemen telah didistribusikan, tidak
ada biaya yang dibebankan kembali ke departemen tersebut. Kafetaria didistribusikan pertama
kali, berdasarkan jumlah karyawan, dan desain produk didistribusikan berdasarkan jumlah
pesanan produk. Dalam menghitung tarif BOP yang telah ditentukan sebelumnya, jam mesin
digunakan sebagai dasar di kedua departemen produksi. Hitung tarif BOP yang ditentukan
sebelumnya untuk departemen pencampuran dan departemen penyelesaian berdasarkan data
yang diestimasi sebagai berikut:
Kafetaria Desain Produk Pencampuran Penyelesaian
Anggaran BOP Rp10.000 Rp50.000 Rp104.000 Rp200.000
Jumlah karyawan 10 5 65 130
Jumlah pesanan produk 100 200
Jam mesin 40.000 60.000
6. BOP departemen yang diestimasikan untuk departemen produksi S dan T, serta biaya yang
diestimasikan untuk departemen jasa E, F dan G (sebelum distribusi dari departemen jasa
manapun) adalah:
1. Pengertian
Bahan baku (raw material) adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana
bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar
dari bentuk barang ).
Biaya bahan baku (raw material cost) adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai dengan
bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga bahan, ongklos angkut, penyimpanan dan lain-
lain.
Unsur harga pokok bahan yang dibeli adalah semua biaya untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap pakai. Harga beli dan biaya angkut
merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku sedangkan biaya
pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya
akuntansi biaya merupakan unsur yang sulit diperhitungkan sehingga pada prakteknya harga
pokok bahan baku yang dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok sebagai
akibatnya biaya penyiapan bahan baku diperhitungkan dalam biaya overhead pabrik.
Selisih Bahan Baku = Biaya Bahan Baku Sesungguhnya - Biaya Bahan Baku Standar
Selisih Harga = - Harga Bahan Standar -Harga bahan- x Jumlah sesungguhnya per
satuan sesungguhny dibeli/
- a per satuan - digunakan
D) Selisih Pemakaian Bahan
Perbedaan yang disebabkan oleh karena pemakaian bahan menurut standar tidak sama
dengan sesungguhnya.
Pembelian
Tanggal Jumlah Harga /
(Kg) Kg
2 Sep 2012 400 Rp 250
20 Sep 2012 600 Rp 300
30 Sep 2012 200 Rp 400
Pemakaian
Tanggal Jumlah
10 Sep 2012 400
25 Sep 2012 200
Catatan:
30 Sep 2012 Dikembalikan ke suplier sebanyak 100 Kg berasal dari pembelian tanggal 25
Sep 2012
31 Sep 2012 Diterima oleh gudang bahan sebanyak 50 Kg dari bahan yang diminta tanggal 28
September dan berasal dari persediaan awal
Perhitungan fisik 30 Sep 2012 sebanyak 750 Kg
Dari data diatas saudara diminta menghitung bahan baku yang dipakai (raw material used) bulan
Sep 2012 dengan metode pencatatan fisik maupun Perpetual serta metode penilaian persediaan :
a. Metode FIFO
b.Metode LIFO
c.Metode Average
JAWABAN : *** CONTOH SOAL BIAYA BAHAN BAKU ***
Harga perolehan Bahan siap pakai (raw material available to use)1.300 Kg Rp 370.000
Persediaan Bahan per 30 Sep 2012
200 x Rp 400 = Rp 80.000
550 x Rp 300 = Rp 165.000
Rp 245.000
Harga perolehan bahan baku yang dipakai 350 Kg Rp 125.000
B. 2. Perpetual LIFO
Rp 213.461
Harga perolehan bahan yang dipakai = 550 Kg x Rp 284,615 = Rp 156.539
*) = Rp 370.000 : 1.300 Kg = Rp 284,615
v
4. Harga Pokok Proses ( Proses Cost Method )
5. Harga pokok Proses ( Variable Costing )
6. Biaya Overhead Pabrik ( BOP )
7. Departementalisasi BOP
8. Biaya Bahan Baku