Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

PENGEMBANGAN MODUL AJAR MUATAN MATEMATIKA

PADA MATERI TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN


PECAHAN KELAS VI UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL ADDIE

PROPOSAL

Diajukan kepada Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng


Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

OLEH:

ELFRIDA SURYANI

NPM : 19103022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Manik (2017), Matematika merupakan salah satu pelajaran yang

ditakuti oleh peserta didik, hal tersebut disebabkan karena mereka mengalami

kesulitan dalam hal menghafal maupun menyelesaikan masalah. Yudhautama &

Ratu (2019); Dahlan(2018) mengatakan bahwa sebagian peserta didik mengakui

bahwa matematika itu penting, namun sebagian dari peserta didik masih

mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Hal tersebut dikarenakan

matematika bersifat abstrak. Karena sifat abstrak tersebut pada akhirnya banyak

peserta didik yang kurang tertarik terhadap matematika (Rahmayani & Amalia

2020). Lebih lanjut, Santi & Kurnia (2019) mengatakan guru juga mengalami

kendala dalam mengajarkan matematika terkait sifatnya yang abstrak. Terutama

gambaran konkret dari materi yang disampaikan, sehingga hal tersebut berakibat

langsung kepada rendah dan tidak meratanya kualitas hasil yang dicapai oleh para

peserta didik.

Sebagai salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

berargumentasi, matematika berperan pentimg untuk memberikan dukungan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ofori et al., 2020). Oleh

karena itu, matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai baik oleh siswa,

terutama sejak usia sekolah dasar (Amaliyah et al., 2021).


Penanaman konsep pada jenjang Sekolah Dasar (SD) merupakan faktor

terpenting bagi peserta didik khususnya mata pelajaran matematika agar

kedepannya menekankan pemahaman pada konsep matematika (Maharani, 2017).

Dalam hal ini, saat guru mengajar harus sesuai dengan konsep matematika. Salah

satu konsep prasarat yang utama dalam mata pelajaran matematika adalah operasi

hitung dasar yang terdiri dari operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian bilangan asli, maupun bilangan pecahan (Rachman, 2018).

Wahyuningtyas & Shinta, (2017) menyebutkan bahwa salah satu penyebab siswa

mengalami sesulitan atau kekeliruan dalam menyelesaikan permasalahan

matematika adalah kesalahan pada prinsip operasi hitung.

Umumya pembelajaran matematika di sekolah masih cenderung terfokus

pada ketercapaian target materi menurut kurikulum atau buku ajar yang dipakai

sebagai buku wajib, bukan pada pemahaman materi yang dipelajari (Surya et al.,

2020; Yusnaldi et al., 2021). Hal ini mengakibatkan siswa cenderung hanya

menghapal konsep-konsep matematika, tanpa memahami maksud dan isinya

(Darmani et al.,2020; Renaldie al., 2018; Radillah et al., 2019; Ni’mah et al.,

2019). Selanjutnya Rizqi, (2018), mengatakan adapun masalah yang dihadapi

oleh peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika,

sehingga tidak terlalu memahami materi yang sedang dipelajarinya adalah

pembelajaran cenderung lebih bersifat konvensional, sehingga peserta didik tidak

mendapatkan kebebasan untuk mengekspresikan ide-ide yang mereka miliki


karena pembelajaran didominasi oleh guru dari awal sampai selesainya proses

pembelajaran.

Hal ini juga dialami penulis saat magang I dan magang II, di sekolah dasar

kegiatan belajar siswa yang banyak ditemui sampai saat ini hanyalah kegiatan

pembelajaran konvesional dengan metode ceramah yang dianggap paling efektif

dalam proses pembelajaran (Fitra et al., 2022). Di sekolah dasar masih

menggunakan buku paket dari pemerintah dan LKPD. Pada dasarnya

menggunakan buku paket tentunya pemahaman siswa kurang aktif dalam belajar

matematika operasi hitung bilangan pecahan. Di sekolah dasar bahan ajar yang

digunakan hanya berisi antara lain 1) hanya berisi rangkuman; 2) berisi soal-soal

rutin; 3) tampilan kurang menarik; 4) Bahasa yang digunakan tidak komunikatif.

Selain itu, LKPD hanya mengembangankan pengetahuan dan kecepatan siswa

dalam berhitung tetapi belum mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan

kreatif peserta didik hal ini ditemukan oleh (Maulida et al., 2022).

Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efesien jika

menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik,

mendukung kompetensi yang hendak dicapai peserta didik, memiliki uraian yang

sistematis, tes yang terstandar serta strategi pembelajaran yang cocok bagi peserta

didik (Yanala et al., 2021). Hal ini, agar guru memiliki banyak waktu untuk

membimbing siswa daam memahami suatu topik pembelajaran dan metode yang

digunakan lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cendrung berceramah.
Sedangkan bagi siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri dan

membantu potensi untuk menjadi pelajar sendiri (Fajri, 2018).

Dalam penelitian ini akan mengembangkan modul ajar dengan

menggunakan model ADDIE. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar

yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik

menguasai atau memahami tujuan belajar yang spesifik (Rachman, 2018). Modul

ini berisi aktivitas dengan membuat keterkaitan yang makna, penyajian masalah

dalam bentuk open-ended, penerapan problem possing, bekerja sama, pemberian

layanan secara individu melalui cek pemahaman, dan penelitian mandiri. Modul

yang disusun dalam penelitian ini yaitu modul pembelajaran bilangan pecahan

untuk kelas VI. Materi yang diberikan yaitu penanaman konsep operasi hitung

bilangan pecahan (Febriana & Putri 2022). Materi ini menjadi salah satu dasar

dalam membelajarkan konsep bilangan yang lebih kompleks. Kompetensi yang

harus dimiliki yaitu meliputi : mengoperasi hitung bilangan pecahan (Novyanti,

2020).

Tahap pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada

model ADDIE. Menurut (Mahiroh et al., 2020) Model pengembangan ADDIE

terdapat lima tahap rencana untuk mengembang satu produk, yaitu analysis

(menganalisis), desain (merancang), development (mengembang), implementation

(mengimplementasikan), dan evaluation (mengevaluasi). ADDIE merupakan

suatu konsep untuk mengembangkan suatu produk berupa modul ajar. Konsep
ADDIE diterapkan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis kinerja

atau menghasilkan produk. Manfaat model ADDIE adalah dapat memudahkan

kerangka kerja dalam situasi rumit, sangat tepat untuk mengembangkan produk

pendidikan dan sumber daya pembelajaran (kurnia et al., 2019).

1.2 Indetifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diindentifikasikan

permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

a. Materi yang dibelajarkan keada peserta didik bersifat abstrak.

b. Peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami materi.

c. Ketergantungan terhadap buku paket yang tersedia menjadi bahan pokok

pembelajaran seperti LKS sehinga diperlukan media atau bahan ajar lain

sebagai pendamping.

d. Minimnya bahan ajar yang tersedia, seperti bahan ajar berupa modul

matematika.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti ini akan difokuskan

pada Pengembangan Modul Ajar Matematika Kelas VI Materi Tentang Operasi

Hitung Bilangan Bulat Agar Dapat Meingkatkan Pemahaman Peserta Didik

Menggunakan Metode ADDIE.


1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah dalam peneliti ini

dirumuskan sebagai berikut : apakah modul ajar muatan matematika pada

materi tentang operasi hitung bilangan bulat kelas VI menggunkan model

ADDIE dapat meningkatkan pemahaman peserta didik?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan maslah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari

peneliti ini adalah untuk mengembangkan modul ajar muatan matematika

pada materi tentang operasi hitung bilangan bulat dalam meningkatkan

pemahaman peserta didik menggunakan model ADDIE tingkat SD/MI.

1.6 Spesifik Produk Yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan adalah produk yang berupa modul

ajar dengan menggunakan model ADDIE. Spesifikasi yang ingin dicapai

dalam produk penelitian ini yaitu:

1. Indikator pembelajaran

2. Sintaks pembelajaran

3. Tujuan pembelajaran

4. Instrument penilaian

5. LKPD

6. Materi ajar

1.7 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diharapkan :


a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis modul ajar ini memberikan manfaat bagi dunia Pendidikan

khususnya Sekolah dasar dalam pembelajaran Matematika operasi hitung

bilangan bulat, sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk penelitian-

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengembangan modul ajar

Matematika.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Bagi sekolah

Dapat memberikan sumbangan berupa pengembangan modul ajar untuk

belajar secara mandiri bagi peserta didik dan sebagai bahan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran tentang operasi hitung bilangan bulat

pada kelas VI. Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja

guru, sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan pengajaran. 

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi untuk

mendorong guru selalu menggali kreatifitas diri dalam penyampaian

materi menggunakan modul ajar yang menarik pada pelajaran Matematika

khususnya pada pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat.

3. Bagi peseta didik

Modul ajar yang dikembangkan sebagai salah satu sumber belajar peserta

didik kuhususnya muatan matematika pada materi operasi hitung bilangan


bulat, membantu meningkatkan pemahaman peserta didik, serta membantu

peserta didik untuk belajar secara mandiri dengan tingkat kemampuan

kognitif masing-masing peserta didik.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil pengembangan modul ajar muatan matematika pada materi tentang

operasi hitung bilangan bulat menggunakan model ADDIE ini diharapkan

mampu memperkaya keberadaan modul yang dapat memperkaya

pengalaman, membangun konsep matematika pada diri siswa dan

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Selain itu, modul ini juga dapat melengkapi dan memfasilitasi siswa

dalam pembelajaran operasi hitu bilangan bulat di SD/MI.

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Melalui produk berupa modul ajar yang dikembangkan, ada bebrapa

asumsi dan keterbatasan sebagai berikut: pengembagan modul ajar dapat

digunakan oleh peserta didik agar mampu meningkatkan pemahaman peserta

didik. Namun pengembangan modul ajar ini memiliki keterbatasan hanya sampai

pada tahap evaluasi dan pengembangan. Cakupan materi dalam modul ajar ini

hanya pada muatan Matematika pada materi tentang operasi hitung bilangan bulat

di sekolah dasar.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Deskripsi Konseptual Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

a. Hakikat pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Berdasarkan Standar Kompetensidan kompetensi Dasar Tingkat

SD/MI yang terdapat pada pperaturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah bahwa matematika merupakan ilmu yang

universel serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam perkembangan

teknologi moden, serta berperan penting dalam berbagai macam

disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Pesatnya

perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini berlandaskan dari perkembangan matematika dibidang teori

ilangan, aljabar, analisis, teori peluang maupun matematika diskrit

(Sugiharni, 2018). Agar dapat digunakan dalam menguasai sekaligus

menciatakan teknologi di masa depan diperlukan adanya penguasaan

matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Afani, (2017) matematika merupakan ilmu yang

membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-

masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari

hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem,


struktur dan alat. Hal ini berarti bahwa objek yang dibahas dalam

matematika hanyalah pada permasalah angka saja, baik dalam

permasalahan angka-angka yang memiliki nilai maupun sebagai sarana

dalam memecahkan suatu masalah (Muttaqin & Darmawan, 2022).

Menurut Primatika, (2020) mengemukakan bahwa pelajaran

matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dalam proses

pembelajarannya membutuhkan tingkat pemahaman yang lebih,

karena matematika tidak hanya sebatas persoalan hitung menghitung

dan bukan hanya hapalan, tetapi cakupannya jauh lebih luas dari

presepsi kebanyakan orang selama ini. Hal ini sejalan denga pemikiran

Alfitriani, (2022) yang mengatakan matematika adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun

dengan menggunakan symbol dan merupakan bahasa yang eksak,

cermat, dan terbebas dari emosi.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli di atas dapat

disimulakan bahwa matematika adalah suatu pembelajaran

menghitung untuk meningkatkan pemahaman peserta didik serta

memahami konsep-konsep yang abstrak dalam matematika.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar

Menurut Ginanjar, (2019) Tujuan umum pendidikan matematika di

SD adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika.


Adapun tujuan matematika di SD secara khusus menurut Depdiknas

(Mizaniya, 2020) sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar


konsep, dan mengaplikasikan konsep algoritme
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari

c. Ruang Lingkup Matematika

Kurikulum yang dirancang oleh pemerintah untuk jenjang

sekolah dasar (SD/MI) ialah menggunakan kurikulum 2013 atau

kurtilas. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan mulai dari

sekolah dasar (SD/MI) hingga sekolah menengah atas

(SMA/SMK) sederajat memiliki karakteristik tersendiri, namun

berdasarkan kurikulum 2013 yang telah direvisi, mata pelajaran

matematika adalah salah satu mata pelajaran yang keluar dari

pembelajaran tematik atau mata pelajaran yang berdiri sendiri

(Sulistyani & Deviana, 2019: 133).


Pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut dibutuhkan peserta didik dalam

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif (Depdiknas, 2006). Tujuan belajar matematika yaitu

untuk mendorong peserta didik mampu memecahkan masalah

melalui proses berpikir yang kritis, logis, dan rasional. Tujuan

tersebut sekaligus menjawab bahwa kemampuan matematika tidak

terbatas pada angka dan rumus saja (Ofori, 2020). Apalagi materi

pokok pembelajaran matematika SD/MI di atas adalah kompetensi

minimal yang diharapkan dikuasai oleh peseta didik (Defantri,

2020).

2.1.2 Deskripsi Konseptual Modul Ajar Model ADDIE

a. Modul Ajar

1) Pengertian Modul

Menurut (Harahap & Fauzi, 2018) merupakan salah satu bahan ajar

yang memuat seperangkat pengalaman belajar dengan terencana dan

didesain secara utuh untuk membantu peserta didik menguasai materi

belajar dan evaluasi. Selanjutnya Utaminingsih & Wasitohadi, (2017)

modul yaitu bahan ajar yang disusun secara sistematis menggunakan


bahasa yang mudah dipahami peserta didik, agar bisa belajar mandiri

dengan bimbingan atau bantuan minimal dari guru. modul adalah bentuk

dari bahan ajar cetak yang dimanfaatkan untuk membantu pendidik dan

peserta didik dalam proses pembelajaran.

2) Kelebihan dan Kekurangan Modul Ajar

a. Kelebihan Modul ajar

Menurut Feriyanti, (2019) mengungkapkan beberapa keuntungan yang

diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain:

1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan

tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan

kemampuan.

2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul

yang mana mereka belum berhasil.

3. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

4. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

5. Penyajian yang bersifat statis pada modul cetak dapat diubah

menjadi lebih interaktif dan lebih dinamis.

Selain itu Alperi, (2020) juga menyebutkan beberapa

keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan


modul adalah sebagai berikut: Meningkatkan motivasi siswa, karena

setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan

sesuai dengan kemampuan.

1. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul

yang mana mereka belum berhasil.

2. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

3. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik

b. Kelemahan Modul Ajar

Menurut Sari, (2017) adapun kelemahan dalam pembuatan

modul, kelemahan modul yaitu :

1. Dari segi pembuatan modul memerlukan waktu yang tidak singkat.

2. Kurangnya disiplin belajar yang tinggi yang mungkin dimiliki oleh

beberapa siswa.

Adapun kekurangan modul ajar yang ditemukan oleh Suryanto, (2017)

sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa gambar dan karakter yang ada dalam

buku modul yang kurang tepat, namun sudah direvisi

sehingga relevan dengan materi.


2. Terdapat beberapa teks yang salah dalam pengetikan, namun

sudah diperbaiki dan sesuai dengan penggunaan kata baku.

c. Model ADDIE

Model pengembangan ini menggunakan model ADDIE yang

dikembangkan (Anugraheni, 2018). Menurut Mahardika & Agustiana, (2021)

Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu tahap analyse, tahap

development, tahap implemenation, tahap evaluation. Berikut adalah tahap

pengembangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh (Sugiharni,

2018).

a. Tahap Analyse

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat

pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat

pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang

dikembangkan. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu analisis

ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan

perumusan tujuan pembelajaran (Kristianti, & Julia, 2017).

b. Tahap Development

Tahap ini merupakan tahap untuk mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari empat langkah yaitu:(1) penyusunan

tes acuan, (2) pemilihan bahan ajar yang sesuai dengan tujuan, dan
(3) pemilihan format, pemilihan format dilakukan dengan mengkaji

format bahan ajar yang sudah ada (Sugiharni, 2018)

c. Tahap Implementaion

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran

yang sudah direvisi berdasarkan masukkan dari pakar. Tahap ini

meliputi: 1) Validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi.

2) Simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran.

3) Uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap 2

dan 3 digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji

coba lebih lanjut (uji coba lapangan) dengan mahasiswa yang sesuai

dengan kelas sesungguhnya (Sugiharni, 2018).

d. Tahap Evaluation

Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di

sekolah lain, oleh pengajar yang lain. Tujuan lain adalah untuk

menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam kegiatan belajar

mengajar (Sugiharni, 2018).

Selanjutnya Maskur, (2020) mengatakan model ADDIE

mencakup lima tahapan yakni: (1) Analisis (Analyze) bertujuan untuk

melakukan analisis yang berkaitan dengan produk yang akan


dikembangkan, dimana tahap analisis ini terdiri dari dua tahap, yaitu

analisis kinerja (performance analysis) dan analisis kebutuhan (need

analysis). Perancangan (Design), Fase desain berhubungan dengan

tujuan pembelajaran, instrumen penilaian, latihan, konten, analisis

materi pelajaran, perencanaan pelajaran dan pemilihan bahan ajar. Fase

desain harus sistematis dan spesifik; (3) Pengembangan (Development)

bertujuan untuk mewujudkan desain yang telah dirancang menjadi

produk yang nyata (Farhatin, Pujiastuti, & Mutaqin, 2020). Kemudian

bertujuan untuk memproduksi, membeli, atau merevisi bahan-bahan

ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran

yang sebelumnya sudah dirancang, kemudian memilih bahan ajar

terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran; (4)

Penerapan (Implementation), fase ini akan di jalankan program yang

sudah di siapkan guna melihat sistem maupun instruktur sudah siap di

gunakan, data yang di dapat akan di gunakan untuk melakukan proses

perbaikan selanjutnya,

2.1.3 Deskripsi Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Problem Based Learning

Adapun pendekatan yang dapat digunakan yaitu problem

based learning(PBL). Salah satu jenis pendekatan pembelajaran

yang dapat meningkatkan kretifitas berpikir siswa dalam belajar

matematika yaitu model pembelajaran berbasis masalah (Daming &


Saman, 2022). Menurut Nyoman, (2022) mengatakan problem based

learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari

(autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat

terbuka untuk mengembangkan keterampilan siswa menyelesaikan

masalah yang diberikan dan membuat siswa bisa berpikir secara

cepat atau kritis. Selanjutnya Zainal, (2022) Problem-Based

Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar

peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belaajar

sendiri serta memiliki berpartisipasi dalam tim.

Akan tetapi Kusumawati, 2018) juga mengatakan Problem

Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

berpusat pada siswa dimana siswa mengelaborasikan pemecahan

masalah dengan pengalaman sehari-hari.

Model Problem Based Learning (Pbl) adalah suatu model

untuk membentuk struktur kurikulum yang melibatkan pelajar

menghadapi masalah dengan latihan yang memberikan stimulus untuk

belajar (Setiana, 2019).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Problem Based Learning(PBL) merupakan

model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal


cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari

penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah

digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai

mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir

secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan

menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran

2. Karakteristik Problem Based Learning

Menurut Haryanti, (2017) mengatakan bahwa seorang guru

hendaknya mampu untuk mengenal danmengetahui karakteristik

siswa, sebab pemahaman yang baik terhadap karakteristiksiswa akan

sangat berpengaruh terhadapkeberhasilan proses belajar siswa. Setiap

siswamemiliki cara khas saat berpikir, dan salah satufaktor yang

mempengaruhi kemampuanpemecahan masalah siswa adalah

karakteristikcara berpikir siswa, yang merupakan cara khasyang

digunakan seseorang dalam mengamatidan beraktivitas mental, yakni

mengatur danmengolah informasi di bidang kognitif.

Selanjutnya Suhendar & Ekayanti, (2018) menyatakan

karakteristik PBL sebagai berikut.

1. Masalah digunakan untuk mengawali pembelajaran. Dengan

demikian, mahasiswa merasa tertarik dengan konsep yang

dipelajari.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata

yang disajikan secara mengambang. Diharapkan mahasiswa lebih

mudah menerima konsep dan merasa lebih bermakna, karena

masalah yang digunakan dekat dengannya.

3. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Hal ini

melatih mahasiswa untuk mengembangkan konsep yang

diperoleh.

4. Masalah membuat peserta didik tertantang untuk mendapatkan

pembelajaran yang baru. Mahasiswa tentu tidak mudah

menyerah dalam mempelajari suatu konsep apabila mendapat

masalah yang menantang.

5. Sangat mengutamakan belajar mandiri. Kemandirian mahasiswa

dalam belajar tentu membuat mahasiswa aktif dalam menemukan

ataupun memahami konsep.

6. Memanfaatka sumber pengetahuan yang bervariasi. Dengan

berbagai macam sumber pengetahuan yang digunakan, maka

mahasiswa mudah untuk mempelajari maupun mengembangkan

konsep.

7. Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

Karakteristik ini memungkinkan mahasiswa untuk mampu

memahami konsep secara berkelompok, serta mengkomunikasikan

dengan orang lain.


Dari 7 karakteristik PBLtersebut, sangat dimungkinkan dapat

meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa. Dikarenakan

PBLmelatih mahasiswa untuk menemukan, mengembangkan,

maupun mengaplikasikan konsep yang dimiliki secara aktif

dari berbagai sumber pengetahuan dengan memecahkan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa…..

2.1.Deskripsi Kontekstual Pemahaman Peserta Didik

Matematika merupakan sesuatu yang tidak dapat lepas dari

kehidupan manusia karena matematika pada awalnya lahir dari kebutuhan

manusia untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari (Amaliah &

Sudihartinih, 2019). Tujuan pembelajaran matematika salah satunya

adalah mengembangkan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

Menurut (Unaenah & Sumantri, 2019) mengartikan bahwa pemahaman

konsep (conceptual understanding) ialah kemampuan dalam memahami

konsep, operasi dan relasi dalam matematika.

Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep matematis

apabila siswa tersebut memenuhi indikator yang telah ditentukan.

Indikator-indokator tersebut diimplementasikan pada soal yang harus

dijawab oleh siswa untuk mengukur kemampuan yang dimiliki


masingmasing. Berdasarkan observasi ditemukan 10 dari 20 siswa masih

menjawab soal pemahaman konsep pada materi pecahan dengan salah.

Hal ini terjadi karena pemahaman konsep matematis siswa yang kurang.

Salah satu sebabnya dikarenakan siswa belum memiliki konsep prasyarat

untuk mengerjakan materi pecahan hal ini ditemukan oleh (Unaenah &

Sumantri, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Afani, A., Studi, P., Matematika, P., Purworejo, U. M., & Together, N. H. (2017).

Penerapan model nht terhadap pemahaman konsep matematika dan kerjasama

belajar pada siswa smp. 48–53.

Alfitriani, D., Al-maruf, M. N., Prayitno, M. H., Nahdlatul, U., & Sidoarjo, U.

(2022). : Jurnal Pendidikan Dasar E-ISSN: 2614-4417 Volume VI, Nomor 2,

November 2022. VI(November).

Alperi, M. (2020). Peran Bahan Ajar Digital Sigil Dalam Mempersiapkan

Kemandirian Belajar Peserta Didik. Jurnal Teknodik, 99–110.

https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i1.479

Amaliah, I., & Sudihartinih, E. (2019). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

KONSEP PECAHAN BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA

DI SEKOLAH INKLUSI Ikhlasul Amaliah , Eyus Sudihartinih Abstrak. Jurnal

Pendidikan, 4(2), 6–10.

Amaliyah, A., Rini, C. P., Hartantri, S. D., & Yuliani, S. (2021). Analisis Kesulitan

Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Negeri Taman Cibodas Kecamatan


Periuk Kota Tangerang. Indonesian Journal of Elementary Education (IJOEE),

2(1), 11. https://doi.org/10.31000/ijoee.v2i1.3228

Fajri, Z. (2018). Bahan Ajar Tematik Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013.

Pedagogik, 05(01), 100–108.

Feriyanti, N., Raya, J., & Km, S. (2019). PENGEMBANGAN e-MODUL

MATEMATIKA UNTUK SISWA SD ( The Development of E-Modul Mathematics

For Primary Students ). 1–12.

Fitra, N. V., Maysuri, L., Dewanti, S., Jati, A. R., Guru, P., Dasar, S., Pendidikan, F.

I., & Semarang, U. N. (n.d.). PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING

( PBL ) TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA

SEKOLAH DASAR. 4.

Ginanjar, A. Y. (2019). Pentingnya Penguasaan Konsep Matematika Dalam

Pemecahan Masalah Matematika di SD. Jurnal Pendidikan UNIGA, 13(1), 121–

129. https://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/view/822

Harahap, M. S., & Fauzi, R. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika

Berbasis Web. Jurnal Education and Development, 4(5), 13.

https://doi.org/10.37081/ed.v4i5.153

Haryanti, Y. D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun. Cakrawala

Pendas, 3(2), 57–63.


Kristianti, D. & Julia, S. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Model 4D Untuk Kelas Inklusi Sebagai Upaya Meningkatkan Minat Belajar

Siswa. Jurnal MAJU, Volume 4 No. 1,Maret 2017 ISSN: 2355-3782, 4(1), 40.

http://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/71/61

Kusumawati, R., Banjarnahor, H., & Dharma. (2018). Penerapan model problem

based learning (pbl) dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam

materi pecahan kelas VII smp. Jurnal Numeracy, 5(April), 102–118.

Mahiroh, I. S., Wahyuningtyas, D. T., & Yulianti. (2020). Pengembangan Modul

Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah Berbasis Realistic

Mathematic Education (RME) Untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Seminar

Nasional PGSD UNIKAMA, 4, 567–573.

Maskur, R., Permatasari, D., & Rakhmawati, R. M. (2020). Pengembangan Bahan

Ajar Matematika Berbasis Rhythm Reading Vocal pada Materi Konsep Pecahan

Kelas VII SMP. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 11(1), 78–87.

https://doi.org/10.15294/kreano.v11i1.23562

Maulida, M., Sari, P., & Purwanto, S. (2022). Pengembangan Modul Pembelajaran

Matematika pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat dengan

Menggunakan Model Neutralization on a Number Line (NNL). Griya Journal of

Mathematics Education and Application, 2(1), 56–69.

https://doi.org/10.29303/griya.v2i1.131
Mizaniya, M. (2020). Analisis Materi Pokok Matematika Mi/Sd. AULADUNA:

Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 7(1), 98.

https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i1a10.2020

Muttaqin, Q., & Darmawan, P. (2022). Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan

Masalah Program Linear Berdasarkan Teori Piaget.

Nyoman, N., Anggreni, D., Ngurah, G., & Agustika, S. (2022). Pengembangan E-

modul Berbasis Problem Based Learning Materi Pecahan Kelas IV di SD No . 2

Sembung. JOURNAL ON TEACHER EDUCATION Research & Learning in

Faculty of Education, 3, 35–43.

Ofori, D. A., Anjarwalla, P., Mwaura, L., Jamnadass, R., Stevenson, P. C., Smith, P.,

Koch, W., Kukula-Koch, W., Marzec, Z., Kasperek, E., Wyszogrodzka-Koma,

L., Szwerc, W., Asakawa, Y., Moradi, S., Barati, A., Khayyat, S. A., Roselin, L.

S., Jaafar, F. M., Osman, C. P., … Slaton, N. (2020). No 主観的健康感を中心

とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.

Molecules, 2(1), 1–12. http://clik.dva.gov.au/rehabilitation-library/1-

introduction-rehabilitation%0Ahttp://www.scirp.org/journal/doi.aspx?

DOI=10.4236/as.2017.81005%0Ahttp://www.scirp.org/journal/

PaperDownload.aspx?DOI=10.4236/as.2012.34066%0Ahttp://dx.doi.org/

10.1016/j.pbi.201

Primatika, J. (2020). Jurnal PRIMATIKA, Volume 9, Nomor 2, Desember 2020. 9,


61–70.

Rachman, T. (2018). Pengembangan Modul Pemelajaran Matematika Materi Pecahan

Untuk Kelas V Sd/Mi. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–

952., 10–27.

Sari, R. D. M. (2017). Pengembangan modul pembelajaran berbasis problem based

learning pada kd mendeskripsikan bank sentral, sistem pembayaran dan alat

pembayaran dalam …. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), Pasal 3.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/21601%0Ahttps://

ejournal.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/download/21601/19800

Setiana, F., Rahayu, T. S., & , W. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Media Puzzle Siswa Kelas

Iv Sd. Jurnal Karya Pendidikan Matematika, 6(1), 8.

https://doi.org/10.26714/jkpm.6.1.2019.8-14

Sugiharni, G. A. D. (2018). Pengembangan Modul Matematika Diskrit Berbentuk

Digital Dengan Pola Pendistribusian Asynchronous Menggunakan Teknologi

Open Source. Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI),

7(1), 58. https://doi.org/10.23887/janapati.v7i1.12667

Suhendar, U., & Ekayanti, A. (2018). Problem Based Learning Sebagai Upaya

Peningkatan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan

Pembelajaran, 6(1), 15–19. https://doi.org/10.24269/dpp.v6i1.815


Suryanto, MS, Z., Noornia, A., & Lasha, V. (2017). Pengembangan Modul

Pembelajaran Matematika Berbasis Penemuan Terbimbing Tentang Pengukuran

Di Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 8(2), 124–134.

Unaenah, E., & Sumantri, M. S. (2019). Analisis Pemahaman Konsep Matematis

Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Pada Materi Pecahan. Jurnal Basicedu, 3(1), 106–

111. https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.78

Utaminingsih, C. D. T., & Wasitohadi. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran

Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Saintifik dalam Materi Pecahan

untuk Kelas 5 SD. E-Jurnal Mitra Pendidikan, 1(4), 408–419.

Wahyuningtyas, D. T., & Shinta, R. N. (2017). Penggunaan Modul Pembelajaran

Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Pendekatan CTL

(Contextual Teaching And Learning) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan (Teori Dan Praktik), 2(1), 12.

https://doi.org/10.26740/jp.v2n1.p12-20

Yanala, N. C., Uno, H. B., & Kaluku, A. (2021). Analisis Pemahaman Konsep

Matematika pada Materi Operasi Bilangan Bulat di SMP Negeri 4 Gorontalo.

Jambura Journal of Mathematics Education, 2(2), 50–58.

https://doi.org/10.34312/jmathedu.v2i2.10993

Zainal, N. F. (2022). Problem Based Learning pada Pembelajaran Matematika di

Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 6(3), 3584–3593.


https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2650

Anda mungkin juga menyukai