Abstract: The Research and Development That Was Carried Out Aims To Develop Student Worksheet

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

Pengembangan LKPD Berbasis RME dengan Penguatan Karakter Rasa Ingin Tahu pada Materi Pecahan

Kelas V SD

Abstract : The research and development that was carried out aims to develop student worksheet
products based on the RME (Realistic Mathematics Education) model by strengthening the character of
curiosity in fractional material for fifth-grade elementary school which is valid according to material
experts, teaching materials experts, users, and is interesting for students. This research was exist
because of the need for teaching materials that presented the concept of fractions with interesting
activities. The R&D model is ADDIE. The researcher uses the RME because it is to the learned needs of
fifth-grade students who are in the concrete operational stage. The product was designed of the student
worksheets that were produced is designed with basic competencies 3.1, 3.2, 4.1, and 4.2 and was
produced four worksheets with hands-on activities. The results of the product validity test are 95.2%
was indicated that the product is in the very valid category, the attractiveness are considered very
attractive with a value of 100%, the curiosity character questionnaire reached an average value of 100%
which could be categorized as most students having a strong curiosity. Thus, this product is feasible to
use and is expected to improve learning fractions in fifth-grade and motivate students to have a high
curiosity. Keyword: LKPD; mathematics; fractions; curiosity character; RME

Pendahuluan

Matematika merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan melatih dan meningkatkan


kemampuan numerasi pada setiap peserta didik. Pada dasarnya pembelajaran Matematika sekolah
dasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu pengembangan konsep, pemahaman konsep, dan
pengembangan keterampilan (Nurkamilah, dkk., 2018). Ketiga tahapan ini dirancang untuk mencapai
tujuan akhir pembelajaran matematika sekolah dasar. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi dan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu pelajaran
matematika yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari adalah pecahan yang diajarkan di kelas 5
sekolah dasar.

Peserta didik kelas 5 sekolah dasar pada umumnya berusia antara 10 dan 11 tahun, yang memasuki
tahap perkembangan kognitif operasional konkret. Menurut pendapat Piaget dalam Setiawati, dkk.
(2019) menyatakan bahwa, tahap operasional konkret merupakan tahapan di mana seseorang akan
lebih membutuhkan sesuatu yang konkret untuk memahami sesuatu yang abstrak. Maka dari itu, dapat
diketahui bahwa peserta didik pada usia tersebut membutuhkan kegiatan pembelajaran yang mengarah
pada sesuatu yang bersifat konkret dalam memahami konsep pembelajaran yang diajarkan kepadanya.

Berdasarkan wawancara dan penyebaran angket di kelas 5 SDN 2 Tanggulkundung, SDN 3


Tanggulkundung, dan SDN 3 Tanggulwelahan, diperoleh informasi bahwa, dalam kegiatan belajar
matematika di sekolah tersebut yaitu menggunakan LKS “Cerdas Tangkas” yang masih berwarna hitam
putih, kurang menarik perhatian dan ide peserta didik serta kegiatan dalam LKS tersebut disajikan
langsung dalam bentuk matematika formal atau abstrak. Pada materi yang diajarkan, peserta didik
belum sepenuhnya memahami materi pecahan dikarenakan materi pecahan yang diajarkan kurang
menarik dan peserta didik masih kesulitan belajar menggunakan buku yang diberikan dari sekolah,
sehingga konsep yang peserta didik terima masih kurang optimal dalam hal materi pecahan
Berdasarkan wawancara dan penyebaran angket, guru harus memberi pertanyaan pancingan agar
peserta didik dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wijayama (2020), yang menyatakan bahwa peserta didik kurang tertarik dengan metode
ceramah menggunakan buku yang digunakan guru dalam mengajar. Ketika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya maupun berpendapat, peserta didik kurang antusias
dan tidak berani untuk menjawab. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa rasa keingintahuan mengenai
materi yang diajarkan pada peserta didik belum optimal.

Rasa ingin tahu merupakan titik awal dari pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia (Citra Ningrum,
dkk., 2019). Rasa keingintahuan merupakan suatu karakter alami dalam diri seseorang yang
menimbulkan adanya rasa ingin tahu untuk mempelajari dan mendalami sesuatu yang dipelajarinya
(Silmi & Kusmarni, 2017). Oleh karena itu, karakter rasa ingin tahu sangat penting pada diri peserta didik
karena keingintahuan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajarinya sendiri
akan jauh lebih banyak dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pengembangan dari
karakter tersebut dapat diintegrasikan dengan pembelajaran setiap hari salah satunya matematika
materi pecahan. Pendidikan karakter sangat penting untuk dilaksanakan dengan tujuan agar peserta
didik menjadi manusia yang berkarakter. Oleh karena itu penting jika membuat sebuah kegiatan dan
bahan pembelajaran yang diintegrasikan dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sehingga
perkembangan zaman dapat berjalan selaras dengan karakter untuk membentuk peserta didik yang
berkualitas (Khotimah, dkk., 2020).

Salah satu pendukung kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 adalah lembar kerja untuk peserta didik
yang sering disebut dengan LKPD. Bahan ajar LKPD adalah bahan ajar yang memuat petunjuk langkah
kerja dan disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik sesuai dengan topik pada LKPD tersebut (Pansa, dkk., 2017). LKPD memberikan manfaat
baik untuk guru maupun peserta didik dalam proses pembelajaran (Pawestri & Zulfiati, 2020).

Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator untuk peserta didik dan memiliki
peran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Astari, 2017). Maka dari itu, guru harus selalu
berinovasi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Inovasi tersebut misalnya dalam pemilihan
bahan ajar yang tepat. Pengadaan LKPD yang diharapkan dapat mengubah kondisi pembelajaran dari
teacher centered menjadi student centered. LKPD merupakan alternatif pembelajaran yang baik bagi
peserta didik karena membantu menambah informasi tentang konsep yang telah dipelajarinya melalui
kegiatan pembelajaran yang terstruktur. Penggunaan LKPD sangat praktis dan mencakup beberapa soal
latihan. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk membiasakan diri melatih kemampuannya untuk
berpikir dalam kaitannya dengan materi yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini secara tidak langsung
memudahkan guru dalam mengajar karena peserta didik dapat belajar sendiri dengan mengerjakan soal-
soal dengan menggunakan LKPD yang sudah tersedia. Selain itu, LKPD mempercepat proses belajar
mengajar, membantu peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan guru, menciptakan
situasi belajar-mengajar yang efektif, dan lebih menarik perhatian, juga bermanfaat sebagai alat penarik
(Astari, 2017).

Pelaksanaan pembelajaran pada muatan matematika dengan menggunakan bahan ajar LKPD menuntut
adanya partisipasi aktif oleh peserta didik karena penggunaan LKPD tersebut merupakan bentuk upaya
guru sebagai sarana untuk mengajar dan membimbing peserta didik secara terstruktur dengan kegiatan
yang dikemas menarik untuk memahami konsep materi yang diajarkan. Selain itu, kegiatan
pembelajaran difokuskan pada bagaimana peserta didik dapat mendalami konsep materi untuk
mengamati masalah nyata hingga dapat memahami sebuah konsep yang dapat dituliskan dalam bentuk
simbol dan notasi (Haji, 2013). Dalam matematika, model yang sesuai dengan pendalaman
konstruktivisme dan kontekstual adalah matematika realistik atau RME.

Salah satu model pembelajaran dalam kurikulum 2013 dan sesuai dengan pendalaman konstruktivisme
dan kontekstual adalah RME (Realistic Mathematics Education) (Shoimin, 2014: 147-148). Proses
pembelajaran menggunakan model RME menyajikan masalah bersifat nyata dalam kehidupan sehari-
hari yang menekankan pada pembentukan keterampilan proses, berdiskusi, berkolaborasi, dan
berargumentasi dengan teman satu kelas yang lebih mengutamakan students center daripada teacher
center, sehingga pembelajaran matematika tersebut bukan hanya sekedar menyampaikan matematika
formal saja tetapi dapat menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok dalam
kehidupan sehari-hari (Yuniawatika, dkk., 2018).

Dengan dijembatani adanya model RME dan analisis kebutuhan tersebut, maka materi pecahan sangat
pelik untuk dikuasai oleh peserta didik karena pecahan merupakan salah satu topik penting yang harus
dikuasai oleh peserta didik (Wulandari & Fatmahanik, 2020). Pentingnya dalam menguasai materi
pecahan ini didasari oleh fakta bahwa matematika salah satunya materi pecahan memiliki peran yang
begitu penting dalam kehidupan sehari-hari dan penerapan dan dalam penerapan ilmu pengetahuan
lain (Friska, dkk., 2022). Namun pada kenyataannya menunjukkan bahwa pemahaman konsep
matematika khususnya materi pecahan pada peserta didik masih belum optimal (Friska, dkk., 2022). Hal
ini sejalan dengan penelitian dari Ardina, dkk. (2019) yang menyatakan bahwa, meskipun peserta didik
dapat mengetahui bidang atau gambar yang menggambarkan pecahan, ini bukan berarti mereka
memahami sepenuhnya konsep pecahan secara menyeluruh. Dengan demikian, peserta didik dapat
dibimbing untuk mengeksplorasi konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari untuk
memudahkan pemahamannya pada materi pecahan.

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil analisis kebutuhan dari penelitian tersebut, dapat memberikan ide
untuk mengembangkan LKPD berbasis Realistic Mathematics Education (RME) yang dapat menguatkan
karakter rasa keingintahuan dengan fokus materi pecahan kelas 5 sekolah dasar. Pemahaman konsep
matematika salah satunya pecahan yang mana begitu penting untuk dipelajari setiap peserta didik
(Mukrimatin, dkk., 2018). Maka dari itu, dengan adanya LKPD berbasis model RME, diharapkan
pengetahuan yang didapat akan lebih melekat dan bermanfaat bagi peserta didik untuk membentuk
pengetahuannya bukan hanya sebagai teori semata namun dapat mempraktekkan penerapannya dalam
aktivitas setiap hari peserta didik.

Penelitian tersebut pernah dikembangkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astari (2017),
tentang pengembangan lembar kerja siswa (LKS) berbasis pendekatan realistik untuk meningkatkan hasil
belajar siswa 4 SD. Pengembangan LKS tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengelolaan
pembelajaran guru yang diajarkan menggunakan LKS yang dikembangkan dengan pendekatan realistik
pada materi pecahan. LKS yang dikembangkan juga berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar
peserta didik yang ditandai adanya respon positif dari 80% peserta didik yang berminat untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar dengan LKS yang dikembangkan melalui pendekatan realistik.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Istiyawati (2021) mengenai pengembangan bahan ajar LKPD berbasis
RME pada materi pecahan, yang ditujukan untuk kelas 3 SD/MI. Penelitian dilaksanakan di MI
Jauharotunnaqiyyah Priuk Kota Cilegon. Hasil dari pengembangan produk tersebut diperoleh respon
bahwa peserta didik mendapatkan pengalaman baru dalam belajar matematika khususnya pada materi
operasi hitung pecahan sehingga peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih
bersemangat dan pelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Dalam LKPD berbasis RME dengan penguatan karakter rasa ingin tahu yang dikembangkan, menyajikan
berbagai kegiatan yang diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ketentuan yang
ada pada model RME. Produk LKPD dikembangkan dan diimplementasikan dalam bentuk hardfile atau
buku fisik dengan empat sub pembelajaran yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
pada pecahan biasa dan campuran.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang didapatkan, LKPD cetak akan tepat digunakan dalam masa
PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) saat ini. Pada masa PTMT, peserta didik sudah
diperbolehkan belajar secara tatap muka di sekolah secara terbatas dan diharapkan akan terus
dilaksanakan hingga tatap muka secara secara normal.

Berdasarkan hasil wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka pada penelitian terdahulu, dan
beberapa aspek yang ada di sekolah dasar khususnya di SDN 2 Tanggulkundung, SDN 3 Tanggulkundung,
dan SDN 3 Tanggulwelahan, peneliti tertarik untuk melakukan analisis kebutuhan pada sekolah dasar
tersebut dengan kebutuhan dan karakteristik yang hampir sama, bertujuan untuk mencari dan
memperkuat analisis kebutuhan yang akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan produk ini.
Peneliti memilih kelas 5 sebagai tempat penelitian, karena diantara empat tingkat kelas yang memiliki
kurikulum materi pecahan yaitu kelas 2, 3, 4, dan 5, pada tingkat kelas 5 lebih mudah dalam
memperoleh data dan dirasa mampu untuk melakukan pengembangan produk LKPD berbasis model
RME. Selain itu, kemampuan dan pengalaman guru, serta potensi peserta didik yang mendukung
menggunakan model RME yang akan diterapkan dalam penelitian pengembangan ini.

Melalui penelitian dan pengembagan ini peneliti mengembangkan bahan ajar LKPD berbasis RME pada
materi pecahan untuk kelas V sekolah dasar dengan alur sedemikian rupa sehingga memungkinkan
peserta didik menemukan konsep formal dengan kegiatan-kegiatan kontekstual dan proses
matematisasi horizontal dan vertikal (Fauzan & Sari, 2017). Selama proses pembelajaran menggunakan
LKPD berbasis RME, peserta didik terlibat aktif secara fisik dan mental dengan melakukan hands-on
activity diantaranya menggunting, menempel, menggambar, mengarsir, dan mewarnai.

Penelitian dan pengembangan ini pernah dikembangkan oleh peneliti terdahulu, yaitu oleh Astari (2017)
dan Kartikawaty, (2018). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan yaitu, (1)
penelitian ini dikembangkan sebagai bahan bahan ajar yang digunakan untuk pembelajaran di kelas 5
sekolah dasar sedangkan pada penelitian terdahulu digunakan untuk pembelajaran di kelas 3 dan 4
sekolah dasar, (2) belum adanya fokus karakter pada penelitian terdahulu, sedangkan pada penelitian ini
terdapat karakter rasa ingin tahu yang ditunjukkan.

Berdasarkan pemaparan diatas, studi ini mempunyai tujuan untuk menghasilkan produk LKPD
menggunakan model Realistic Mathematics Education (RME) untuk menguatkan rasa keingintahuan
dengan fokus materi pecahan sebagai bahan ajar pada kegiatan belajar mengajar di kelas 5 sekolah
dasar yang valid menurut para ahli dan pengguna (guru) serta menarik untuk digunakan oleh anak usia
kelas 5 sekolah dasar. Diharapkan produk LKPD yang dihasilkan dapat memberikan dorongan kepada
peserta didik untuk mengeksplorasi dan memperdalam konsep materi pecahan serta dapat
meningkatkan rasa keingintahuannya.
Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R&D). Menurut pendapat
Haryati (2012), menyatakan bahwa metode (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Berdasarkan pendapat
Mulyatiningsih (2019), terdapat model penelitian ADDIE, yang mana model ini sering digunakan dalam
penelitian dan pengebangan bahan ajar seperti modul, LKPD, dan buku ajar. Model ADDIE merupakan
singkatan dari Analysis (analisis), Design (desain), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi), dan Evaluation (evaluasi) untuk merancang sistem pembelajaran. Singkatan tersebut
sekaligus merupakan proses utama dari proses pengebangan menggunakan model ADDIE. Berikut ini
merupakan kerangka model pengembangan ADDIE (Sari, 2017).

Anda mungkin juga menyukai