259-Article Text-364-1-10-20220329
259-Article Text-364-1-10-20220329
259-Article Text-364-1-10-20220329
Maret 2022
Inventory of Fish Species and Distribution in Mangrove Areas in Arui Village, Moora
District, Nabire Regency
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat kehadiran jenis ikan pada kawasan
mangrove serta Kepadatan dan keanekaragaman jenis ikan pada kawasan mangrove di
Kampung Arui Distrik Moora, Kabupaten Nabire. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
sampai dengan Agustus 2021.
Pengambilan sampel ikan yaitu dengan menggunakan jaring 2 (dua) inci sebanyak 5
(lima) unit yang dibentang diantara mengrove dan dibiarkan berlabuh selama penelitian.
Pengambilan sampel ikan dilakukan pada siang dan malam hari kemudian sampel dimasukan
dalam kantong plastik yang telah diberi label dan selanjutnya diawetkan dengan
menggunakan alkohol 70%. Selain itu dilakukan koleksi bebas untuk melengkapi jumlah
jenis. Ikan yang didapati selanjutnya diidentifikasi jenis menurut Lieske dan Robert (2001).
Untuk mengetahui ikan di lokasi mangrove tempat penelitian maka dilakukan analisis
terhadap kepadatan, keanekaragaman dan indeks pengaruh terbesar.
Kepadatan jenis ikan dianalisis menggunakan metode deskriptif bertujuan
memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta antar
fenomena yang diselidiki di Kampung Arui.
47
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
ABSTRACT
This study aims to determine the level of presence of fish species in the mangrove
area as well as density and diversity of fish species in the mangrove area in Arui Village,
Moora District, Nabire Regency.
The research was conducted from July to August 2021.
Taking fish samples by using a 2 (two) inch net of 5 (five) units stretched between the
mangroves and allowed to anchor during the study. Fish samples were taken during the day
and night, then the samples were put in a plastic bag that had been labeled and then preserved
using 70% alcohol. In addition, free collections were made to complete the number of species.
The fish found were then identified according to Lieske and Robert (2001).
To find out the fish in the mangrove location where the research was conducted, an analysis
was carried out on the density, diversity and greatest influence index.
Density of fish species was analyzed using descriptive methods which aim to provide a
systematic, factual and accurate description of the facts between the phenomena being
investigated in Kampung Arui.
PENDAHULUAN
Kabupaten Nabire memiliki luas wilayah daratan 6.86.156 km2 dan memiliki lautan
dengan luas 91.405.696 ha dan memiliki panjang garis pantai 473 km serta mempunyai luas
hutan mengrove 1.793.637 (Anonimous, 2011 yang dikutip Rumbino, 2012). Ditinjau dari
potensi sumberdaya alam, Kabupaten Nabire memiliki spesifikasi sumberdaya. Salah satu
sumberdaya alam yang memiliki prospek pengembangan untuk menunjang pembangunan di
Kabupaten Nabire adalah pengembangan perikanan dan kelautan. Kabupaten Nabire yang
sedang berkembang maka sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan modal dasar dalam
pencapaian pembangunan, terutama sebagai sumber devisa daerah dan pemenuhan tingkat
konsumsi gizi asal sumberdaya ikan.
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan jumlah penduduk terus meningkat maka
secara tidak langsung akan mempengaruhi kebutuhan akan sandang dan pangan yang terus
meningkat. Hal ini akan mengakibatkan kebutuhan sumberdaya perikanan terus meningkat,
dengan demikian sumberdaya perikanan yang tersedia akan dieksploitasi guna memenuhi
tingkat kebutuhan terutama kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan.
Kekayaan sumberdaya hayati perairan Kabupaten Nabire sangat tinggi, namun
perkembangan produksi sumberdaya ikan dari tahun ke tahun belum sepenuhnya menunjukan
hasil yang optimal, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Produksi ikan untuk
pemenuhan konsumsi masyarakat di Kabupaten Nabire bersumber dan hasil tangkap perairan
laut, perairan umum dan hasil budidaya. Dari ketiga sumber tersebut, produksi tertinggi dari
hasil tangkapan ikan terdapat di perairan laut.
Dari tahun ke tahun produksi penangkapan ikan dari laut selalu meningkat
dibandingkan penangkapan di perairan umum dan budidaya yang cenderung berfluktuasi.
Data dari Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Nabire menunjukkan produksi ikan
mengalami peningkatan dan tahun ke tahun. Pada tahun 2010, penangkapan ikan dan perairan
laut sebesar 2.314,2 ton, sedangkan pada 2011 sebesar 2.687,3 ton, atau peningkatan sebesar
48
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
86,12 % dan tahun 2011 untuk 2012, penangkapan ikan laut mencapai 4.128 ton atau
peningkatan sebesar 65,10 % dan tahun 2011.
Hasil perkembangan produksi ikan pada data di atas maka dapat dikatakan bahwa
perairan Nabire memiliki tingkat produksi dari hasil laut sangat tinggi dan masyarakat pesisir
yang bermukim di sepanjang pantai Kabupaten Nabire sangat menggantungkan diri pada
ekosistem pesisir. Hal ini menunjukkan bahwa untuk peningkatan taraf hidup maupun
peningkatan pendapatan sangatlah ditentukan oleh pemanfaatan sumberdaya alam laut.
Tuntutan terhadap tingkat kebutuhan sumberdaya perikanan memungkinkan
terjadinya eksploitasi secara besar-besaran yang dengan sendirinya terjadi pengurangan stok.
Untuk tetap menjaga ketersediaan stok sumberdaya perikanan secana alamiah maka
pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dilakukan dengan mengedepankan pemanfaatan
secara terkendali dan berkelanjutan serta pelestarian ekosistem pesisir. Salah satu ekosistem
pesisir yang memberikan kontribusi penting bagi sumberdaya perikanan dan kelautan adalah
hutan mangrove.
Hutan mangrove merupakan salah satu potensi ekosistem pesisir yang sangat
produktif, terutama sumbangan dari daun maupun sistem perakaran serta tingkat kepadatan.
Tingginya tingkat kepadatan hutan mangrove pada satu areal maka perairan sekitar areal
mangrove akan menjadi subur, sehingga memungkinkan biota yang hidup di sekitar kawasan
mangrove memanfaatkannya sebagai habitat utama, terutama jenis-jenis ikan.
Rumusan Masalah
Ikan merupakan salah satu jenis biota laut yang dapat dimanfaatkan secara langsung
untuk kepentingan pemenuhan gizi. Pemanfaatan ikan oleh masyarakat yang bermukim di
kawasan pesisir sebagai sumber mata pencaharian yang bernilai ekonomis di Kabupaten
Nabire berjalan sepanjang tahun.
Berdasarkan pemanfaatannya, maka ikan merupakan urutan pertama dalam tingkat
konsumsi sumberdaya laut oleh masarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan dan
keanekaragaman ikan yang secara ekonomis meningkatkan pendapatan masyarakat dan
memberikan kontribusi yang sangat baik bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Nabire.
Pola pemanfaatan ikan oleh masyarakat pesisir dilakukan dengan cara penangkapan
menggunakan jaring maupun pancing. Kondisi pola pemanfatan tersebut sangat menentukan
tingkat populasi secara alamiah (ketersediaan stok) dan juga kelestarian populasi tersebut
sehingga pemanfaatan akan terus berlangsung. Adanya ketergantungan masyarakat pesisir
terhadap sumberdaya maka perlu dilakukan kajian ilmiah terhadap asosiasi jenis ikan pada
komunitas mangrove. Sehubungan dengan itu maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Tingkat kehadiran jenis ikan pada kawasan mangrove.
2. Kepadatan dan keanekaragaman jenis ikan pada kawasan mangrove.
Kegunaan Peneitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah secara khusus dan bagi para
pembaca secara umunnya, juga memberikan sumbangan pemikiran ilmiah guna
pengembangan penelitian lebih lanjut.
Ekosistem Mangrove
49
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Mangrove merupakan karakteristik dan bentuk tanaman pantai, estuari atau muara
sungai dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis clan subtropis. Mangrove
merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai
sehingga mangrove akan membentuk hutan yang ektensif dan produktif. Mangrove sering
juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah
bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dan salah satu spesies penyusun
hutan mangrove yaitu Rhizopora mucronata. Dalam peraturan bidang keilmuan untuk tidak
membuat bisa antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan
merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di
daerah pantai.
Menurut Sarianegara (1993) wi1ayah mangrove dicirikan tumbuhan-tumbuhan khas
mangrove, terutama jenis-jenis Rhizophora sp., Soneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza,
Xylocarpus granatum, Avicennia marina. Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk
kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan
dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan
erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan,
bertangung jawab atas kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat
intrusi air laut ke daratan. Tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan
bagi hewan-hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan
pertumbuhan dan banyak organisme epifit.
Menurut FAO (1932) istilah mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Mangrove merupakan perpaduan
dari dua kata yaitu mangue dan grove. Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau
payau. Dinamakan hutan bakau karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis
bakau dan disebut hutan payau karena hutannya tunbuh di atas tanah yang selalu tergenang
oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon
yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal di rawa pasang tropika dan subtropika.
Menurut Hardjowigeno (1986) bahwa tidak semua pantai di Indonesia
ditumbuhi hutan mangrove, luas hutan mengrove tidak sama semua tempat. Hal mi di
sebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di tempat tempat
tersebut berbeda. Pengaruh sifat tanah terhadap mangrove antara lain ditunjukan oleh sebaran
jenis-jenis tertentu yang mendominasi suatu areal, seperti genus Rhizophora. Di daerah-
daerah yang berlumpur dalam jenis Rhizophora mucronata merupakan vegetasi yang
dominan, sedangkan daerah-daerah yang berlumpur dangkal didominasi oleh jenis
Rhizophora apiculata. Sedangkan tanah yang banyak mengandung pasir atau karang
ditumbuhi jenis Rhizopora slylosa yang mendominasinya.
50
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka maka ditetapkan hipotesis sebagai
berikut : Semakin padat hutan mangrove di Kampung Arui Distrik Moora Kabupaten Nabire,
maka tingkat keanekaragaman jenis dan kepadatan ikan semakin tinggi.
51
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
METODE PENELITIAN
Analisis Data
52
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Untuk mengetahui ikan di lokasi mangrove tempat penelitian maka dilakukan analisis
terhadap kepadatan, keanekaragaman dan indeks pengaruh terbesar.
Kepadatan
Kepadatan jenis ikan dianalisis menggunakan metode deskriptif bertujuan memberikan
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta antar fenomena yang
diselidiki di Kampung Arui.
Keanekaragaman
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis-jenis ikan maka di analisis menggunakan
formula Odum ( 1971 ) yang dikutip Maruanaya (2000) yaitu :
a. Indeks Pengaruh Terbesar ( Indeks of Dominansi )
C = ∑ ( ni/N)2
b. Indeks Keanekaragaman Jenis
1. Indeks Kekayaan Jenis
D = ( S-1 ) / log N
53
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Kepadatan Jenis
Total Ikan
Tingkat kepadatan jenis ikan pada areal hutan mangrove menunjukkan sebaran yang
bervariasi dengan jumlah jenis rata-rata 21 jenis dan 18 famili. Kepadatan jenis pada areal
hutan mangrove menunjukkan bahwa jenis-jenis yang ditemukan memiliki tingkat toleransi
hidup pada areal mangrove atau memanfaatkan areal mangrove untuk fungsi biologi. Total
kepadatan jenis ikan pada hutan mangrove terlihat pada Tabel 2.
54
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
55
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
56
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa jenis ikan yang tertangkap pada siang hari terjadi
fluktuasi antar jenis, dimana kehadiran ikan di areal mangrove pada siang hari berkisar antara
1 individu hingga 48 individu. Komposisi jenis ikan tertinggi, yaitu jenis Pristipomoides
multidens sebanyak 48 spesimen (15,4341 %) dan yang terendah yaitu jenis Caesio cuning
yaitu 1 spesimen (0,3215 %).
57
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa kehadiran jenis ikan tertinggi pada malam hari, yaitu
ikan Pristipomoides multidens sebanyak 83 spesimen (23,3146 %) dan yang terendah jenis
Upeneus vittatus yaitu 3 spesimen (0,8427 %).
Secara umum dari Tabel 3 dan 4, terlihat bahwa kehadiran jenis ikan pada malam hari
mencapai 19 jenis dengan total individu 356 spesimen. Sedangkan pada siang hari kehadiran
jenis ikan yang tertangkap mencapai 21 jenis dengan total individu 311 spesimen. Ikan yang
tertangkap pada siang adalah Siganus guttatus, Caranx melampygus, Caranx tille,
Hemirhamphus spp, Pampus argenteus, Lethrinus spp, Mugil cephalus, Priacanthus tayenus,
Priacanthus macrancanthus, Parupeneus indicus, Terapon jarbua, Pseudorhombus arsius,
Tylosurus spp, Lactarius lactarius, Pristipomoides multidens, Nemipterus hexodon, Caesio
cuning, Sardinella brachysoma, Upeneus vittatus, Sillago sihama, serta Epinephelus tauvina.
Jenis ikan yang tertangkap pada malam hari, yaitu Siganus guttatus, Caranx
melampygus, Caranx tille, Hemirhamphus spp, Pampus argenteus, Lethrinus spp, Mugil
cephalus, Priacanthus tayenus, Priacanthus macrancanthus, Parupeneus indicus, Terapon
jarbua, Pseudorhombus arsius, Tylosurus spp, Lactarius lactarius, Pristipomoides multidens,
Nemipterus hexodon, Sardinella brachysoma, Upeneus vittatus dan Sillago sihama yang
termasuk ikan-ikan ekonomis penting. Terdapat ikan-ikan ekonomis penting pada daerah
penelitian menunjukkan bahwa kawasan mangrove adalah areal yang potensial untuk
ketersediaan ikan. Hal ini sejalan dengan fungsi biologi mangrove, terutama sebagai tempat
asuhan dan tempat mencari makan.
Indeks Ekologi
Indeks Kemerataan
Nilai indeks kemerataan atau keseragaman (e) berkisar antara 0 - 1. Nilai indeks
kemerataan yang mendekati 0, berarti bahwa jumlah individu setiap jenis cenderung berbeda.
Hal ini menunjukkan ada beberapa jenis biota tertentu yang memiliki jumlah individu relatif
banyak sementara jenis biota lainnya memiliki jumlah individu sedikit. Nilai keseragaman
dengan mendekati 1 menunjukkan keseragaman pada suatu komunitas semakin tinggi, artinya
bahwa jumlah individu setiap spesies relatif sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kemerataan pada waktu siang hari
benilai 0,8690, sedangkan pada waktu malam hari bernilai 0,8787. Hasil penelitian yang
mewakili siang hari dan malam hari menunjukkan bahwa adanya keseragaman dimana
jumlah individu setiap spesimen sama.
Kelimpahan Relatif
Untuk mengetahui komposisi jenis ikan pada masing-masing periode selama
penelitian berlangsung, baik periode siang hari maupun pada periode malam hari, maka
digunakan perhitungan kelimpahan relatif pada setiap jenis ikan yang ditangkap.
58
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Persentase jumlah atau nilai dan kelimpahan relatif ikan pada siang hari dan malam
hari dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Sedangkan kisaran kepadatan relatif jenis ikan
pada siang hari dan malam hari dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kisaran kepadatan relatif jenis ikan pada siang dan malam.
Waktu Total Individu Kisaran kepadatan relatif
Siang 311 0,3215 – 15,4341
Malam 356 0,8427 – 23,3146
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa untuk siang hari kepadatan relatif terendah
adalah jenis Caesio cuning dan tertinggi adalah jenis Pristipomoides multidens, sedangkan
untuk malam hari kepadatan relatif terendah adalah jenis Upeneus vittatus dan tertinggi
adalah jenis Pristipomoides multidens. Secara umum, untuk siang hari kepadatan relatif
terendah didapati pada jenis Caesio cuning dan pada malam hari kepadatan terendah didapati
jenis Upeneus vittatus. Sedangkan kepadatan relatif tertinggi pada siang hari maupun malam
hari adalah jenis Pristipomoides multidens (Lampiran 5 dan 6).
Dari hasil kepadatan maka dikatakan bahwa jenis Caesio cuning dan jenis Upeneus
vittatus memanfaatkan perairan sekitar mangrove hanya sesaat, sedangkan kelompok ikan
jenis Pristipomoides multidens memanfaatkan perairan tersebut secara tetap. Menurut
Sugianto (1994) yang dikutip Maruanaya (2000) bahwa struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antara spesies atau jenis, tetapi juga oleh jumlah relatif organisme
dan jenis-jenis. Selanjutnya dikatakan bahwa kelimpahan relatif suatu jenis dapat
mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar jenis dalam komunitas,
bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan komunitas.
Indeks Biologi
Untuk mengetahui derajat penting jenis-jenis ikan yang dominan maka ditentukan
dengan menghitung indeks biologi (IB) yang dihitung berdasarkan jumlah individu.
Berdasarkan jenis-jenis ikan yang ditemukan pada saat penelitian, maka dipilih sepuluh jenis
yang memiliki kelimpahan tertinggi. Jenis yang memiliki kelimpahan tertinggi diberi nilai
sepuluh, kedua diberi nilai sembilan berikut seterusnya sampai yang kesepuluh. Untuk
mengetahui indeks biologi ikan pada siang hari maka dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sepuluh jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi pada siang hari.
No Jenis Jumlah Individu IB Tingkat
1. Pristipomoides multidens 48 10 1
2. Sardinella brachysoma 40 9 2
3. Tylosurus spp. 38 8 3
4. Mugil cephalus 30 7 4
5. Upeneus vittatus 27 6 5
6. Parupeneus indicus 21 5 6
7. Nemipterus hexodon 20 4 7
8. Siganus guttatus 13 3 8
9. Pampus argenteus 11 2 9
10. Priacanthus macrancanthus 11 2 9
TOTAL 259 56 54
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa 10 jenis ikan yang memanfaatkan ekosistem mangrove
pada siang hari, yaitu Pristipomoides multidens, Sardinella brachysoma, Tylosurus spp.
Mugil cephalus, Upeneus vittatus, Parupeneus indicus, Nemipterus hexodon, Siganus
59
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Kualitas Air
Salinitas
Rohmintarto (2001) mendefinisikan salinitas adalah zat padat terlarut dalam gram per
kilgoram air laut. Menurut Dahuri, dkk. (1996) bahwa salinitas secara umum pada permukaan
perairan Indonesia berkisar antara 32 - 34 0/00. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari,
baik siang maupun malam hari selama penelitian berlangsung. Kondisi salinitas selama
penelitian dapat dilihat pada Grafik 2.
60
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Suhu
Menurut Dahuri, dkk. (1986), suhu perairan umumnya berkisar antara 28 - 38°C.
Pengukuran suhu dilakukan setiap hari baik siang maupun malam selama penelitian
berlangsung. Untuk mengetahui kondisi suhu selama penelitian maka dapat dilihat pada
Grafik 3.
61
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire, 2011 Kabupaten Nabire Dengan Angka.
Bengen, 2001. Ekosistim dan Sumberdaya Alam perairan dan Laut. lnstitut Pertanian Bogor,
59 halaman.
Budiman, A., dan Suharjo, 1992. Penelitian Hutan Mangrove di Indonesia pendayagunaan.
Prosiding Lokakarya dan Konservasi Nasional penyuluhan program penelitian
kelautan. 37 hal
62
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022
Hardjowigeno, S., 1986. Status Pengolahan Tanah Mangrove. Dikutip Prosiding Seminar III
Ekosistim Mangrove, Denpasar Bali, 157 Halaman.
Laporan Pelaksanaan Tugas (2011-2012). Dinas Perikanan Dan Kelautan, Kabupaten Nabire.
Lieske Ewald dan Robert Myess, 2001. Reef Fishes of The World, Indo-Pasific and
Caribbean. Publisher Harper Collins, London.
Odum, E’P., 1996. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Samingan dan B. Srigadi, Gajah Mada
Unif Press. Yogyakarta.
Rumbrar, I., 2005. Karakteristik Vegetasi Hutan Mangrove di Kampung Nifasi Distrik
Makimi Kabupaten Nabire. Skripsi. Fakultas Perikanan dan KelautanUSWIM Nabire.
Rumbino, F., 2012. Studi Komunitas dan Keanekaragaman Ikan Pada Daerah Mangrove di
Muara Sungai Tabai Dusun Mananam Kampung Weinami Distrik Napan Kabupaten
Nabire. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Satya Wiyata Mandala
Nabire.
Monk Kathryn A., Yance De Fretes dan Gayatri Reksodiharardjo Lilley, 2000. Ekologi Nusa
Tenggara dan Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Buku V. Penerbit Prenhallfrindo,
Jakarta.
63