259-Article Text-364-1-10-20220329

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1.

Maret 2022

INVENTARISASI JENIS DAN PENYEBARAN IKAN PADA KAWASAN


MANGROVE DI KAMPUNG ARUI DISTRIK MORA KABUPATEN NABIRE

Inventory of Fish Species and Distribution in Mangrove Areas in Arui Village, Moora
District, Nabire Regency

SEFNAT MAREI1 ) DAN YAN MARUANAYA2 )

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan


Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire
Email 1) [email protected] Email 2) [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat kehadiran jenis ikan pada kawasan
mangrove serta Kepadatan dan keanekaragaman jenis ikan pada kawasan mangrove di
Kampung Arui Distrik Moora, Kabupaten Nabire. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
sampai dengan Agustus 2021.
Pengambilan sampel ikan yaitu dengan menggunakan jaring 2 (dua) inci sebanyak 5
(lima) unit yang dibentang diantara mengrove dan dibiarkan berlabuh selama penelitian.
Pengambilan sampel ikan dilakukan pada siang dan malam hari kemudian sampel dimasukan
dalam kantong plastik yang telah diberi label dan selanjutnya diawetkan dengan
menggunakan alkohol 70%. Selain itu dilakukan koleksi bebas untuk melengkapi jumlah
jenis. Ikan yang didapati selanjutnya diidentifikasi jenis menurut Lieske dan Robert (2001).
Untuk mengetahui ikan di lokasi mangrove tempat penelitian maka dilakukan analisis
terhadap kepadatan, keanekaragaman dan indeks pengaruh terbesar.
Kepadatan jenis ikan dianalisis menggunakan metode deskriptif bertujuan
memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta antar
fenomena yang diselidiki di Kampung Arui.

Kata Kunci : Inventarisasi jenis ikan, penyebaran ikan, kawasan mangrove.

47
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

ABSTRACT

This study aims to determine the level of presence of fish species in the mangrove
area as well as density and diversity of fish species in the mangrove area in Arui Village,
Moora District, Nabire Regency.
The research was conducted from July to August 2021.
Taking fish samples by using a 2 (two) inch net of 5 (five) units stretched between the
mangroves and allowed to anchor during the study. Fish samples were taken during the day
and night, then the samples were put in a plastic bag that had been labeled and then preserved
using 70% alcohol. In addition, free collections were made to complete the number of species.
The fish found were then identified according to Lieske and Robert (2001).
To find out the fish in the mangrove location where the research was conducted, an analysis
was carried out on the density, diversity and greatest influence index.
Density of fish species was analyzed using descriptive methods which aim to provide a
systematic, factual and accurate description of the facts between the phenomena being
investigated in Kampung Arui.

Keywords: Inventory of fish species, fish distribution, mangrove area.

PENDAHULUAN

Kabupaten Nabire memiliki luas wilayah daratan 6.86.156 km2 dan memiliki lautan
dengan luas 91.405.696 ha dan memiliki panjang garis pantai 473 km serta mempunyai luas
hutan mengrove 1.793.637 (Anonimous, 2011 yang dikutip Rumbino, 2012). Ditinjau dari
potensi sumberdaya alam, Kabupaten Nabire memiliki spesifikasi sumberdaya. Salah satu
sumberdaya alam yang memiliki prospek pengembangan untuk menunjang pembangunan di
Kabupaten Nabire adalah pengembangan perikanan dan kelautan. Kabupaten Nabire yang
sedang berkembang maka sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan modal dasar dalam
pencapaian pembangunan, terutama sebagai sumber devisa daerah dan pemenuhan tingkat
konsumsi gizi asal sumberdaya ikan.
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan jumlah penduduk terus meningkat maka
secara tidak langsung akan mempengaruhi kebutuhan akan sandang dan pangan yang terus
meningkat. Hal ini akan mengakibatkan kebutuhan sumberdaya perikanan terus meningkat,
dengan demikian sumberdaya perikanan yang tersedia akan dieksploitasi guna memenuhi
tingkat kebutuhan terutama kebutuhan protein hewani yang berasal dari ikan.
Kekayaan sumberdaya hayati perairan Kabupaten Nabire sangat tinggi, namun
perkembangan produksi sumberdaya ikan dari tahun ke tahun belum sepenuhnya menunjukan
hasil yang optimal, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Produksi ikan untuk
pemenuhan konsumsi masyarakat di Kabupaten Nabire bersumber dan hasil tangkap perairan
laut, perairan umum dan hasil budidaya. Dari ketiga sumber tersebut, produksi tertinggi dari
hasil tangkapan ikan terdapat di perairan laut.
Dari tahun ke tahun produksi penangkapan ikan dari laut selalu meningkat
dibandingkan penangkapan di perairan umum dan budidaya yang cenderung berfluktuasi.
Data dari Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Nabire menunjukkan produksi ikan
mengalami peningkatan dan tahun ke tahun. Pada tahun 2010, penangkapan ikan dan perairan
laut sebesar 2.314,2 ton, sedangkan pada 2011 sebesar 2.687,3 ton, atau peningkatan sebesar

48
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

86,12 % dan tahun 2011 untuk 2012, penangkapan ikan laut mencapai 4.128 ton atau
peningkatan sebesar 65,10 % dan tahun 2011.
Hasil perkembangan produksi ikan pada data di atas maka dapat dikatakan bahwa
perairan Nabire memiliki tingkat produksi dari hasil laut sangat tinggi dan masyarakat pesisir
yang bermukim di sepanjang pantai Kabupaten Nabire sangat menggantungkan diri pada
ekosistem pesisir. Hal ini menunjukkan bahwa untuk peningkatan taraf hidup maupun
peningkatan pendapatan sangatlah ditentukan oleh pemanfaatan sumberdaya alam laut.
Tuntutan terhadap tingkat kebutuhan sumberdaya perikanan memungkinkan
terjadinya eksploitasi secara besar-besaran yang dengan sendirinya terjadi pengurangan stok.
Untuk tetap menjaga ketersediaan stok sumberdaya perikanan secana alamiah maka
pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dilakukan dengan mengedepankan pemanfaatan
secara terkendali dan berkelanjutan serta pelestarian ekosistem pesisir. Salah satu ekosistem
pesisir yang memberikan kontribusi penting bagi sumberdaya perikanan dan kelautan adalah
hutan mangrove.
Hutan mangrove merupakan salah satu potensi ekosistem pesisir yang sangat
produktif, terutama sumbangan dari daun maupun sistem perakaran serta tingkat kepadatan.
Tingginya tingkat kepadatan hutan mangrove pada satu areal maka perairan sekitar areal
mangrove akan menjadi subur, sehingga memungkinkan biota yang hidup di sekitar kawasan
mangrove memanfaatkannya sebagai habitat utama, terutama jenis-jenis ikan.

Rumusan Masalah
Ikan merupakan salah satu jenis biota laut yang dapat dimanfaatkan secara langsung
untuk kepentingan pemenuhan gizi. Pemanfaatan ikan oleh masyarakat yang bermukim di
kawasan pesisir sebagai sumber mata pencaharian yang bernilai ekonomis di Kabupaten
Nabire berjalan sepanjang tahun.
Berdasarkan pemanfaatannya, maka ikan merupakan urutan pertama dalam tingkat
konsumsi sumberdaya laut oleh masarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan dan
keanekaragaman ikan yang secara ekonomis meningkatkan pendapatan masyarakat dan
memberikan kontribusi yang sangat baik bagi masyarakat pesisir di Kabupaten Nabire.
Pola pemanfaatan ikan oleh masyarakat pesisir dilakukan dengan cara penangkapan
menggunakan jaring maupun pancing. Kondisi pola pemanfatan tersebut sangat menentukan
tingkat populasi secara alamiah (ketersediaan stok) dan juga kelestarian populasi tersebut
sehingga pemanfaatan akan terus berlangsung. Adanya ketergantungan masyarakat pesisir
terhadap sumberdaya maka perlu dilakukan kajian ilmiah terhadap asosiasi jenis ikan pada
komunitas mangrove. Sehubungan dengan itu maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Sejauhmana tingkat kehadiran jenis ikan pada kawasan mangrove ?


2. Bagaimana kepadatan dan keanekaragaman ikan pada kawasan mangrove?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Tingkat kehadiran jenis ikan pada kawasan mangrove.
2. Kepadatan dan keanekaragaman jenis ikan pada kawasan mangrove.

Kegunaan Peneitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pemerintah secara khusus dan bagi para
pembaca secara umunnya, juga memberikan sumbangan pemikiran ilmiah guna
pengembangan penelitian lebih lanjut.
Ekosistem Mangrove

49
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Mangrove merupakan karakteristik dan bentuk tanaman pantai, estuari atau muara
sungai dan delta di tempat yang terlindung daerah tropis clan subtropis. Mangrove
merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai
sehingga mangrove akan membentuk hutan yang ektensif dan produktif. Mangrove sering
juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah
bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama dan salah satu spesies penyusun
hutan mangrove yaitu Rhizopora mucronata. Dalam peraturan bidang keilmuan untuk tidak
membuat bisa antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan
merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki karakteristik hidup di
daerah pantai.
Menurut Sarianegara (1993) wi1ayah mangrove dicirikan tumbuhan-tumbuhan khas
mangrove, terutama jenis-jenis Rhizophora sp., Soneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza,
Xylocarpus granatum, Avicennia marina. Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk
kerapatan dan keragaman struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan
dan perlindungan terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan
erat dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan,
bertangung jawab atas kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan menghambat
intrusi air laut ke daratan. Tumbuhan tingkat tinggi menghasilkan habitat untuk perlindungan
bagi hewan-hewan muda dan permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan
pertumbuhan dan banyak organisme epifit.
Menurut FAO (1932) istilah mangrove adalah individu jenis tumbuhan maupun
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Mangrove merupakan perpaduan
dari dua kata yaitu mangue dan grove. Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau
payau. Dinamakan hutan bakau karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis
bakau dan disebut hutan payau karena hutannya tunbuh di atas tanah yang selalu tergenang
oleh air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon
yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal di rawa pasang tropika dan subtropika.
Menurut Hardjowigeno (1986) bahwa tidak semua pantai di Indonesia
ditumbuhi hutan mangrove, luas hutan mengrove tidak sama semua tempat. Hal mi di
sebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di tempat tempat
tersebut berbeda. Pengaruh sifat tanah terhadap mangrove antara lain ditunjukan oleh sebaran
jenis-jenis tertentu yang mendominasi suatu areal, seperti genus Rhizophora. Di daerah-
daerah yang berlumpur dalam jenis Rhizophora mucronata merupakan vegetasi yang
dominan, sedangkan daerah-daerah yang berlumpur dangkal didominasi oleh jenis
Rhizophora apiculata. Sedangkan tanah yang banyak mengandung pasir atau karang
ditumbuhi jenis Rhizopora slylosa yang mendominasinya.

Produktifitas dan Zonasi Hutan Mangrove pada Ikan


Secara ekologi, hutan mangrove memberikan sumbangan sangat penting bagi perairan
sehingga perairan itu subur. Bengen (2001) menyatakan bahwa mangrove mempunyai
peranan atau fungsi ekologi yang penting bagi perairan, yaitu : (1) sebagai peredam
gelombang dan angin badai, pelindung pantai dan abrasi, penahan lumpur dan perangkap
sedimen yang diangkut oleh air permukaan; (2) Sebagai penghasil sejumlah detritus terutama
yang berasal dan daun dan dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini
dapat dimanfaatkan sebagai makanan dan dapat diunaikan secara bakterial menjadi mineral-
mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan, (3) Sebagai daerah asuhan (nursery
ground), daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah memijah (spawning ground)
bagi bermacam-macam biota perairan seperti ikan, udang dan kerang-kerangan.

50
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Budiman dan Suharjo (1992) menyatakan bahwa kecepatan dekomposisi serasah


(bahan organik) tergantung pada beberapa hal yaitu struktur dan komposisi daun, lamanya
penggenangan air, kehadiran mikroorganisme, keasaman tanah temperatur dan salinitas air.
Dibandingkan jenis Avicennia spp, dan Sonneratia spp. Serasah Rhizophora sp. paling cepat
terurai, kecuali tulang-tulang yang mengandung tannin. Selanjutnya Monk, dkk. (2000)
menjelaskan komposisi komunitas mangrove ditentukan beberapa faktor utama yaitu substrat
(bentuk tekstur dan kemantapan), kondisi pasang surut dan salinitas (variasi harian dan
musiman).

Morfologi, Habitat dan Adaptasi Ikan


Hutan mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat
dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan. Selain itu hutan mangrove
merupakan kawasan yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Tingginya produktivitas
mi karena memperoleh bantuan energi berupa zat-zat makanan yang diangkut melalui
gerakan pasang surut. Keadaan ini menjadikan hutan mangrove memegang peranan penting
bagi kebidupaan biota seperti ikan, udang moluska dan lainnya. Selain itu hutan mangrove
juga berperan sebagai pendaur zat hara, penyedia makanan, tempat memijah, berlindung dan
tempat tumbuh.
Hutan mangrove sebagai pendaur zat hara karena dapat memproduksi sejumlah besar
bahan organik yang semula terdiri dan daun, ranting dan lainnya. Kemudian jatuh dan
perlahan-perlahan menjadi serasah dan akhimya menjadi detritus. Proses mi berjalan lambat
namun pasti dan terus menerus sehingga hasil proses pembusukan ini merupakan bahan
suplai makanan bagi biota air.
Ikan di daerah hutan mangrove cukup beragam yang dikelompokan menjadi 4
kelompok, yaitu : 1) ikan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh sikius hidupnya dijalankan
di daerah hutan mangrove seperti ikan gelodok (Periopthalmus sp.); 2) ikan penetap
sementara, yaitu ikan berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada
saat dewasa cenderung menggerombol disepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan
mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan kuweh (Carangidae) dan ikan kapasan
lontong (Gerreidae); 3) ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke
hutan mengrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan kekemek, gelama
krot (Scianidae), ikan barakuda, alu-alu, tancak (Sphyraenidae) dan ikan dan faniili
Exocietidae serta Carangidae; dan 4) ikan pengunjung musiman, ikan-ikan yang termasuk
dalam kelompok mi menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk
memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.
Saparianto (2007) menjelaskan jenis ikan komersial yang memanfaatkan perlindungan
hutan mangrove adalah ikan kakap putih (Lates calearfer), bandeng (Chanos chanos), belanak
(Mugil sp.). Sedangkan Monk, dkk. (2000) mengatakan jenis ikan Caranx sexliniatus
(Caningidae) dan Lutjanus argentimaculatus (Lutjanidae) hidup di lingkungan laut selama
masa dewasa tetapi dalam usia muda hidupnya di kawasan mangrove.

Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka maka ditetapkan hipotesis sebagai
berikut : Semakin padat hutan mangrove di Kampung Arui Distrik Moora Kabupaten Nabire,
maka tingkat keanekaragaman jenis dan kepadatan ikan semakin tinggi.

51
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kampung Arui, Distrik Mora, Kabupaten Nabire. Penelitian
dilaksanakan di Kampung Arui karena terdapat hutan mangrove yang masih padat. Penelitian
ini dilaksanakan dari tanggal, 28 Juli sampai dengan 03 Agustus 2020.

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan serta kegunaannya.

No Alat dan Bahan Kegunaan


1. Jaring Menangkap ikan
2. Papan data Menulis data
3. Refraktometer Mengukur salinitas
4. Termometer Mengukur temperatur air
5. Kertas lakmus Mengukur pH air
6 Alkohol 70% Mengawetkan sampel
7 Spidol dan pensil Penulisan label dan data
8 Kantong plastik dan ember Menyimpan sampel
9 Kamera Dokumentasi
10 Serokan saringan halus Mengambil sampel
11 Kertas label Memberi keterangan pada sampel
12 Perahu Transportasi untuk penelitian

Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel ikan yaitu dengan menggunakan jaring 2 (dua) inci sebanyak 5
(lima) unit yang dibentang diantara mengrove dan dibiarkan berlabuh selama penelitian.
Pengambilan sampel ikan dilakukan pada siang dan malam hari kemudian sampel dimasukan
dalam kantong plastik yang telah diberi label dan selanjutnya diawetkan dengan
menggunakan alkohol 70%. Selain itu dilakukan koleksi bebas untuk melengkapi jumlah
jenis. Ikan yang didapati selanjutnya diidentifikasi jenis menurut Lieske dan Robert (2001).

Teknik Pengambilan Data di Lapangan


Pengambilan sampel dilakukan dengan membentangkan jaring pada areal mangrove
dimana janing dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan. Ikan yang tertangkap diambil dan
dimasukan kedalam kantong plastik yang telah diberi label dan selanjutnya diawetkan dengan
menggunakan alkohol 70%. Selain itu dilakukan koleksi bebas untuk melengkapi koleksi
jumlah jenis.

Analisis Data

52
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Untuk mengetahui ikan di lokasi mangrove tempat penelitian maka dilakukan analisis
terhadap kepadatan, keanekaragaman dan indeks pengaruh terbesar.

Kepadatan
Kepadatan jenis ikan dianalisis menggunakan metode deskriptif bertujuan memberikan
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta antar fenomena yang
diselidiki di Kampung Arui.

Keanekaragaman
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis-jenis ikan maka di analisis menggunakan
formula Odum ( 1971 ) yang dikutip Maruanaya (2000) yaitu :
a. Indeks Pengaruh Terbesar ( Indeks of Dominansi )
C = ∑ ( ni/N)2
b. Indeks Keanekaragaman Jenis
1. Indeks Kekayaan Jenis
D = ( S-1 ) / log N

2. Indeks Keanekaragaman Shannon


H = ∑ ( ni/N) 1n ( ni/N )
Dimana :
Ni = Jumlah Individu ke i
N = Jumlah Total Individu ( N = ∑ ni )
S= Jumlah Jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dekripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kampung Arui yang merupakan daêrah non
pemukiman dan tempat mencari nafkah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Kampung
Arui. Kampung Arui berada pada Distrik Mora Kabupaten Nabire. Perairan Kampung Arui
sebagai tempat penelitian memiliki topografi yang tidak terlalu landai, dengan lebar pasang
surut (intertidal) dari garis pantai tidak terlalu lebar. Sepanjang garis pantai, komunitas
mangrove tumbuh dengan jumlah jenis kepadatan yang sangat rendah dimana pada bagian-
bagian tertentu tampak kosong tidak terdapat tumbuhan mangrove pada bagian terdepan
terdapat ekosistem terumbu karang dengan jenis yang bervariasi.
Karakteristik umum lokasi penelitian pada bagian daerah intertidal sebagian besar
didominasi oleh tumbuhan mangrove jenis Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata,
avicennia marina, Sonneratia alba, Nypa fruiticans dan yang terakhir adalah jenis Bruguiera
gymnorrhiza.
Pengambilan sampel ikan berada di lokasi mangrove Kampung Arui. Kawasan
tersebut sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat atau lahan pencaharian sehari-
hari dalam menangkap ikan, mengumpulkan beberapa jenis bivalve dan gastropoda untuk
dikonsumsi. Untuk mengetahui penyebaran dan jenis ikan maka jaring diletakan sepanjang
600 m yang diambil secara vertikal dan horisontal dengan luas keseluruhan adalah 26.400 m2.

Komposisi dan Penyebaran Jenis Ikan

53
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Komposisi dan penyebaran jenis ikan yang ditemukan di hutan mangrove di


Kampung Arui terdiri dari 21 spesies, yang tergolong dalam 21 famili yang terlihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi dan penyebaran ikan

No Famili Nama latin Nama Indonesia Nama lokal


1 2 3 4 5
1. Siganidae Siganus guttatus Baronang Samandar
2. Carangidae Caranx melampygus Kwee Bobara
3. Hemirhampidae Caranx tille Kwee Bobara
4. Stromateidae Hemirhamphus spp. Julung-julung julung
5. Lethrinidae Pampus argenteus Bawal putih Lasi
6. Mugilidae Lethrinus spp. Lencam Sikuda
7. Priacanthidae Mugil cephalus Bulanak Bolana
8. Mullidae Priacanthus tayenus Swanggi Swanggi
9. Teraponidae Priacanthus macrancanthus Seriding tembakau Swanggi
10. paralichthyidae Parupeneus indicus Biji nangka kuning Kumis
11. Belonidae Terapon jarbua Kerong-kerong Kerong
12. Lactariidae Pseudorhombus arsius Ikan sebelah Ikan lida
13. Lutjanidae Tylosurus spp. Saku Sako
14. Nemipteridae Lactarius lactarius Kapas-kapas Kapas
15. Caesionidae Pristipomoides multides Pinjalo Gumuru
16. Clupidae Nemipterus hexodon Kurisi Gumuru
1 2 3 4 5
17. Sillaginidae Caesio cuning Ekor kuning Lalosi
18. Sarranide Sardinella brachysoma Tembang Ikan tame
19 Upeneus vittatus Biji nangka Kumis
20 Sillago sihama Rejung Ikan pasir
21 Epinephelus tauvina Kakap lumpur Goropa

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan jenis Pristipomoides


multidens lebih dominan dan memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan dengan jenis ikan
yang lain. Secara umum terlihat bahwa jenis-jenis ikan yang ditemukan memiliki penyebaran
secara merata pada keseluruhan areal hutan mangrove dengan kehadiran jenis berfluktuasi
pada tiap-tiap waktu pengamatan.

Kepadatan Jenis
Total Ikan
Tingkat kepadatan jenis ikan pada areal hutan mangrove menunjukkan sebaran yang
bervariasi dengan jumlah jenis rata-rata 21 jenis dan 18 famili. Kepadatan jenis pada areal
hutan mangrove menunjukkan bahwa jenis-jenis yang ditemukan memiliki tingkat toleransi
hidup pada areal mangrove atau memanfaatkan areal mangrove untuk fungsi biologi. Total
kepadatan jenis ikan pada hutan mangrove terlihat pada Tabel 2.

54
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Tabel 2. Total Kepadatan Jenis Ikan


No Jenis Ikan Jumlah Persentase ()
1. Siganus guttatus 35 5,2474
2. Caranx melampygus 19 2,8486
3. Caranx tille 20 2,9985
4. Hemirhamphus spp. 35
5. Pampus argenteus 26 5,2474
6. Lethrinus spp. 11 3,8981
7. Mugil cephalus 42 1,6492
8. Priacanthus tayenus 7 6,2969
9. Priacanthus macrancanthus 25 1,0495
10. Parupeneus indicus 63 3,7481
11. Terapon jarbua 21 9,4453
12. Pseudorhombus arsius 15
13. Tylosurus spp. 80 3,1484
14. Lactarius lactarius 17 2,2489
15. Pristipomoides multidens 131 11,9940
16. Nemipterus hexodon 25 2,5487
17. Caesio cuning 1 19,6402
18. Sardinella brachysoma 46 3,7481
19. Upeneus vittatus 30 0,1499
20. Sillago sihama 16
6,8966
21. Epinephelus tauvina 2
4,4978
2,3988
0,2999
S = 21 667 100

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa jenis Pristipomoides multidens memiliki


kepadatan jenis tertinggi, yaitu 131 individu (19,6402 %), kemudian diikuti oleh jenis
Tylosurus spp. sebanyak 80 individu (11,9940 %), jenis Parupeneus indicus sebanyak 63
individu (9,4453 %), jenis Sardinella brachysoma sebanyak 46 individu (6,8966 %), jenis
Mugil cephalus sebanyak (6,2969), jenis Siganus guttatus dan Hemirhamphus spp. memiliki
jumlah individu yang sama, yaitu 35 individu (5,2474 %), jenis Upeneus vittatus sebanyak 30
individu (4,4978 %), jenis Pampus argenteus sebanyak 26 individu (3,8981), jenis
Priacanthus macrancanthus dan Nemipterus hexodon sebanyak 25 individu (3,7481 %), jenis
Terapon jarbua sebanyak 21 individu (3,1484 %), jenis Caranx tille sebanyak 20 individu
(2,9985 %), jenis Caranx melampygus sebanyak 19 individu (2,8486), jenis Lactarius
lactarius sebanyak 17 individu (2,5487), jenis Sillago sihama sebanyak 16 individu (2,3988),
jenis Pseudorhombus arsius sebanyak 15 individu (2,2489), jenis Lethrinus spp. Sebanyak
11 individu (1,6492), jenis Priacanthus tayenus sebanyak 7 individu (1,0495), jenis
Epinephelus tauvina sebanyak (0,2999) dan jenis Caesio cuning hanya 1 individu (0,1499 %).
Kepadatan jenis ikan Pristipomoides multidens yang tertinggi sehingga dapat dikatakan
bahwa jenis Pristipomoides multidens memanfaatkan kawasan mangrove sebagai habitat
utama.
Secara keseluruhan kepadatan jenis ikan terutama total kehadiran jenis terlihat adanya
perbedaan antar jenis. Total kehadiran 21 jenis memiliki kepadatan 667 individu. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada Grafik 1.

55
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Grafik 1. Kehadiran jenis spesies.


Berdasarkan Grafik 1, terlihat bahwa jenis ikan Pristipomoides multidens memiliki
kepadatan jenis tertinggi, yaitu 131 individu, kemudian diikuti oleh jenis yang lainnya.
Kondisi ini menggambarkan bahwa jika jenis Pristipomoides multidens memiliki hubungan
dengan kehadiran mangrove atau berasosiasi tetap dengan mangrove. Keanekaragaman jenis
adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisme biologisnya dapat
digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan
kelimpahan spesies yang hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sedikit
spesies dan jika hanya sedikit saja yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah
(Soegianto, 1994).

Kehadiran Jenis Ikan pada waktu siang dan malam


Berdasarkan hasil penangkapan pada areal hutan mangrove di Kampung Arui Distrik
Mora, maka tingkat kehadiran jenis ikan pada siang hari dan malam hari yang tertangkap di
jaring sebagai indikator asosiasi antar jenis ikan dengan mangrove. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3 tentang kehadiran jenis ikan pada siàng hari dan Tabel 4 tentang
kehadiran jenis ikan pada malam hari selama penelitian.

Tabel 3. Kehadiran jenis ikan pada siang hari selama penelitian


No Jenis Ikan Jumlah Persentase ()
1. Siganus guttatus 13 4,1801
2. Caranx melampygus 5 1,6077
3. Caranx tille 7 2,2508
4. Hemirhamphus spp. 10 3,2154
5. Pampus argenteus 11 3,5370
6. Lethrinus spp. 2 0,6431

56
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

7. Mugil cephalus 30 9,6463


8. Priacanthus tayenus 2 0,6431
9. Priacanthus macrancanthus 11 3,5370
10. Parupeneus indicus 21 6,7524
11. Terapon jarbua 5 1,6077
12. Pseudorhombus arsius 4 1,2862
13. Tylosurus spp. 38 12,2186
14. Lactarius lactarius 7 2,2508
15. Pristipomoides multidens 48 15,4341
16. Nemipterus hexodon 20 6,4309
17. Caesio cuning 1 0,3215
18. Sardinella brachysoma 40 12,8617
19. Upeneus vittatus 27 8,6817
20. Sillago sihama 7 2,2508
21. Epinephelus tauvina 2 0,6431
Total 311 100

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa jenis ikan yang tertangkap pada siang hari terjadi
fluktuasi antar jenis, dimana kehadiran ikan di areal mangrove pada siang hari berkisar antara
1 individu hingga 48 individu. Komposisi jenis ikan tertinggi, yaitu jenis Pristipomoides
multidens sebanyak 48 spesimen (15,4341 %) dan yang terendah yaitu jenis Caesio cuning
yaitu 1 spesimen (0,3215 %).

Tabel 4. Kehadiran jenis ikan pada malam hari selama penelitian


No Jenis Ikan Jumlah Persentase ()
1 2 3 4
1. Siganus guttatus 22 6,1798
2. Caranx melampygus 14 3,9326
3. Caranx tille 13 3,6517
4. Hemirhamphus spp. 25
5. Pampus argenteus 15 7,0225
6. Lethrinus spp. 9 4,2135
7. Mugil cephalus 12 2,5281
8. Priacanthus tayenus 5 3,3708
9. Priacanthus macrancanthus 14 1,4045
10. Parupeneus indicus 42 3,9326
11. Terapon jarbua 16 11,7978
12. Pseudorhombus arsius 11
4,4944
13. Tylosurus spp. 42
14. Lactarius lactarius 10 3,0899

57
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

15. Pristipomoides multidens 83 11,7978


16. Nemipterus hexodon 5 2,8090
17. Sardinella brachysoma 6 23,3146
18. Upeneus vittatus 3
19. Sillago sihama 9 1,4045
1,6854
0,8427
2,5281
Total 356 100

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa kehadiran jenis ikan tertinggi pada malam hari, yaitu
ikan Pristipomoides multidens sebanyak 83 spesimen (23,3146 %) dan yang terendah jenis
Upeneus vittatus yaitu 3 spesimen (0,8427 %).
Secara umum dari Tabel 3 dan 4, terlihat bahwa kehadiran jenis ikan pada malam hari
mencapai 19 jenis dengan total individu 356 spesimen. Sedangkan pada siang hari kehadiran
jenis ikan yang tertangkap mencapai 21 jenis dengan total individu 311 spesimen. Ikan yang
tertangkap pada siang adalah Siganus guttatus, Caranx melampygus, Caranx tille,
Hemirhamphus spp, Pampus argenteus, Lethrinus spp, Mugil cephalus, Priacanthus tayenus,
Priacanthus macrancanthus, Parupeneus indicus, Terapon jarbua, Pseudorhombus arsius,
Tylosurus spp, Lactarius lactarius, Pristipomoides multidens, Nemipterus hexodon, Caesio
cuning, Sardinella brachysoma, Upeneus vittatus, Sillago sihama, serta Epinephelus tauvina.
Jenis ikan yang tertangkap pada malam hari, yaitu Siganus guttatus, Caranx
melampygus, Caranx tille, Hemirhamphus spp, Pampus argenteus, Lethrinus spp, Mugil
cephalus, Priacanthus tayenus, Priacanthus macrancanthus, Parupeneus indicus, Terapon
jarbua, Pseudorhombus arsius, Tylosurus spp, Lactarius lactarius, Pristipomoides multidens,
Nemipterus hexodon, Sardinella brachysoma, Upeneus vittatus dan Sillago sihama yang
termasuk ikan-ikan ekonomis penting. Terdapat ikan-ikan ekonomis penting pada daerah
penelitian menunjukkan bahwa kawasan mangrove adalah areal yang potensial untuk
ketersediaan ikan. Hal ini sejalan dengan fungsi biologi mangrove, terutama sebagai tempat
asuhan dan tempat mencari makan.

Indeks Ekologi
Indeks Kemerataan
Nilai indeks kemerataan atau keseragaman (e) berkisar antara 0 - 1. Nilai indeks
kemerataan yang mendekati 0, berarti bahwa jumlah individu setiap jenis cenderung berbeda.
Hal ini menunjukkan ada beberapa jenis biota tertentu yang memiliki jumlah individu relatif
banyak sementara jenis biota lainnya memiliki jumlah individu sedikit. Nilai keseragaman
dengan mendekati 1 menunjukkan keseragaman pada suatu komunitas semakin tinggi, artinya
bahwa jumlah individu setiap spesies relatif sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kemerataan pada waktu siang hari
benilai 0,8690, sedangkan pada waktu malam hari bernilai 0,8787. Hasil penelitian yang
mewakili siang hari dan malam hari menunjukkan bahwa adanya keseragaman dimana
jumlah individu setiap spesimen sama.

Kelimpahan Relatif
Untuk mengetahui komposisi jenis ikan pada masing-masing periode selama
penelitian berlangsung, baik periode siang hari maupun pada periode malam hari, maka
digunakan perhitungan kelimpahan relatif pada setiap jenis ikan yang ditangkap.

58
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Persentase jumlah atau nilai dan kelimpahan relatif ikan pada siang hari dan malam
hari dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Sedangkan kisaran kepadatan relatif jenis ikan
pada siang hari dan malam hari dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisaran kepadatan relatif jenis ikan pada siang dan malam.
Waktu Total Individu Kisaran kepadatan relatif
Siang 311 0,3215 – 15,4341
Malam 356 0,8427 – 23,3146

Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa untuk siang hari kepadatan relatif terendah
adalah jenis Caesio cuning dan tertinggi adalah jenis Pristipomoides multidens, sedangkan
untuk malam hari kepadatan relatif terendah adalah jenis Upeneus vittatus dan tertinggi
adalah jenis Pristipomoides multidens. Secara umum, untuk siang hari kepadatan relatif
terendah didapati pada jenis Caesio cuning dan pada malam hari kepadatan terendah didapati
jenis Upeneus vittatus. Sedangkan kepadatan relatif tertinggi pada siang hari maupun malam
hari adalah jenis Pristipomoides multidens (Lampiran 5 dan 6).
Dari hasil kepadatan maka dikatakan bahwa jenis Caesio cuning dan jenis Upeneus
vittatus memanfaatkan perairan sekitar mangrove hanya sesaat, sedangkan kelompok ikan
jenis Pristipomoides multidens memanfaatkan perairan tersebut secara tetap. Menurut
Sugianto (1994) yang dikutip Maruanaya (2000) bahwa struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antara spesies atau jenis, tetapi juga oleh jumlah relatif organisme
dan jenis-jenis. Selanjutnya dikatakan bahwa kelimpahan relatif suatu jenis dapat
mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi individu antar jenis dalam komunitas,
bahkan dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan komunitas.

Indeks Biologi
Untuk mengetahui derajat penting jenis-jenis ikan yang dominan maka ditentukan
dengan menghitung indeks biologi (IB) yang dihitung berdasarkan jumlah individu.
Berdasarkan jenis-jenis ikan yang ditemukan pada saat penelitian, maka dipilih sepuluh jenis
yang memiliki kelimpahan tertinggi. Jenis yang memiliki kelimpahan tertinggi diberi nilai
sepuluh, kedua diberi nilai sembilan berikut seterusnya sampai yang kesepuluh. Untuk
mengetahui indeks biologi ikan pada siang hari maka dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sepuluh jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi pada siang hari.
No Jenis Jumlah Individu IB Tingkat
1. Pristipomoides multidens 48 10 1
2. Sardinella brachysoma 40 9 2
3. Tylosurus spp. 38 8 3
4. Mugil cephalus 30 7 4
5. Upeneus vittatus 27 6 5
6. Parupeneus indicus 21 5 6
7. Nemipterus hexodon 20 4 7
8. Siganus guttatus 13 3 8
9. Pampus argenteus 11 2 9
10. Priacanthus macrancanthus 11 2 9
TOTAL 259 56 54

Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa 10 jenis ikan yang memanfaatkan ekosistem mangrove
pada siang hari, yaitu Pristipomoides multidens, Sardinella brachysoma, Tylosurus spp.
Mugil cephalus, Upeneus vittatus, Parupeneus indicus, Nemipterus hexodon, Siganus

59
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

guttatus, Pampus argenteus, serta Priacanthus macrancanthus mendapat peringkat 10.


Dimana ikan jenis Pristipomoides multidens memiliki peringkat 1, sedangkan jenis
Priacanthus macrancanthus mendapat peringkat 10. Kondisi ini menunjukkan bahwa jenis
Pristipomoides multidens merupakan penghuni tetap di areal mangrove pada siang hari.
Selanjutnya untuk mengetahui sepuluh jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi pada
malam hari, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sepuluh jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi pada malam hari
No Jenis Jumlah Individu IB Tingkat
1. Pristipomoides multidens 83 10 1
2. Tylosurus spp. 42 9 2
3. Parupeneus indicus 42 9 2
4. Hemirhamphus spp. 25 8 3
5. Siganus guttatus 22 7 4
6. Terapon jarbua 16 6 5
7. Pampus argenteus 15 5 6
8. Priacanthus macrancanthus 14 4 7
9. Caranx melampygus 14 4 7
10. Caranx tille 13 3 8
Total 286 65 45

Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa Pristipomoides multidens memiliki IB dan tingkatan


tertinggi pada malam hari, yang diikuti oleh Tylosurus spp. Selanjutnya diikuti oleh jenis
Parupeneus indicus, Hemirhamphus spp. Siganus guttatus, Terapon jarbua, Pampus
argenteus, Priacanthus macrancanthus, Caranx melampygus, Caranx tille dimana ikan jenis
Pristipomoides multidens memiliki peringkat 1, sedangkan jenis Caranx tille mendapat
peringkat 10. Kondisi ini menunjukkan bahwa jenis Pristipomoides multidens merupakan
penghuni tetap di areal mangrove pada malam hari.

Kualitas Air
Salinitas
Rohmintarto (2001) mendefinisikan salinitas adalah zat padat terlarut dalam gram per
kilgoram air laut. Menurut Dahuri, dkk. (1996) bahwa salinitas secara umum pada permukaan
perairan Indonesia berkisar antara 32 - 34 0/00. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari,
baik siang maupun malam hari selama penelitian berlangsung. Kondisi salinitas selama
penelitian dapat dilihat pada Grafik 2.

60
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Grafik 2. Hasil pengukuran salinitas air

Pengukuran salinitas dilakukan bersamaan pada saat melakukan pemasangan jaring,


dimana salinitas yang diukur dilakukan pada setiap air pasang. Secara umum, salinitas
perairan di lokasi penelitian didapati berkisar antara 24 - 26 0/00 dengan rata-rata 24,8 0/00.

Suhu
Menurut Dahuri, dkk. (1986), suhu perairan umumnya berkisar antara 28 - 38°C.
Pengukuran suhu dilakukan setiap hari baik siang maupun malam selama penelitian
berlangsung. Untuk mengetahui kondisi suhu selama penelitian maka dapat dilihat pada
Grafik 3.

Grafik 3. Hasil pengukuran suhu


Pengukuran suhu sesuai Grafik 3 dilakukan bersamaan pada saat melakukan
pemasangan jaring. Berdasarkan Grafik 3, terlihat bahwa terjadi fluktuasi nilai suhu. Secara
umum, suhu pada siang hari berkisar antara 31-35°C, dengan rata-rata 33,3°C dan pada
malam hari berkisar 28 -30°C dengan rata-rata 28,5°C.
Umumnya organisme mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungan hidupnya
termasuk fluktuasi suhu, tetapi perubahan di luar batas toleransi dapat merubah habitat dan
organisme-organisme perairan. Dahuri, dkk. (1996) mengemukakan bahwa suhu dekat pantai
lebih tinggi dibandingkan lepas pantai.

Derajat Keasaman (pH) Air


Menurut Qui, dkk. (1990) setiap organisme mempunyai pH yang optimum bagi
kehidupannya. Pengukuran pH dilakukan setiap hari baik siang ataupun malam selama
penelitian berlangsung. Untuk rnengetahui kondisi pH selama penelitian maka dapat dilihat
pada Grafik 4.

61
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

Grafik 4. Kondisi pH air selama penelitian

Pengukuran pH air sesuai Grafik 4 dilakukan bersamaan pada saat melakukan


pemasangan jaring, dimana pH air yang diukur dilakukan pata setiap melakukan pemasangan
jaring. Berdasarkan Grafik 4, terlihat bahwa nilai pH air secara umum adalah 7 pada semua
waktu pengukuran, baik pada siang hari maupun pada malam hari. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi pH di perairan Kampung Arui tidak mengalami fluktuasi sehingga optimal
untuk kehidupan biota laut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :


1.Pada kawasan mangrove di Kampung Arui Distrik Mora, diperoleh 21 spesies ikan dengan
jumlah individu terbanyak pada ikan, yaitu jenis Pristipomoides multidens dan menempati
kawasan mangrove secara tetap pada siang dan malam hari, sedangkan terendah adalah jenis
Caesio cuning.
2.Hasil perhitungan nilai dominansi menunjukkan bahwa tidak terjadi dominansi spesies.
3.Terdapat jenis-jenis ikan ekonomis penting yang memanfaatkan mangrove untuk
kelangsungan hidup.
4.Kualitas air yang meliputi salinitas, suhu dan pH air pada perairan Kampung Arui berada
dalam kondisi optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire, 2011 Kabupaten Nabire Dengan Angka.

Bengen, 2001. Ekosistim dan Sumberdaya Alam perairan dan Laut. lnstitut Pertanian Bogor,
59 halaman.

Budiman, A., dan Suharjo, 1992. Penelitian Hutan Mangrove di Indonesia pendayagunaan.
Prosiding Lokakarya dan Konservasi Nasional penyuluhan program penelitian
kelautan. 37 hal

62
TABURA Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 3. No 1. Maret 2022

F A 0, 1982. Managemen and Utilization of Mangroves in Asia pasifik. Environmental paper


3, FAO, Rome.

Hardjowigeno, S., 1986. Status Pengolahan Tanah Mangrove. Dikutip Prosiding Seminar III
Ekosistim Mangrove, Denpasar Bali, 157 Halaman.

Laporan Pelaksanaan Tugas (2011-2012). Dinas Perikanan Dan Kelautan, Kabupaten Nabire.
Lieske Ewald dan Robert Myess, 2001. Reef Fishes of The World, Indo-Pasific and
Caribbean. Publisher Harper Collins, London.

Maruanaya, Y.,2007. Ekologi perairan, Catatan Kuliah. USWIM, Nabire.


Maruanaya, Y., 2000. Studi Komunitas Lamun Dan Ikan Pada Padang Lamun Taman
Nasional Laut Teluk Cenderawasih Irian Jaya. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar.

Odum, E’P., 1996. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Samingan dan B. Srigadi, Gajah Mada
Unif Press. Yogyakarta.

Rumbrar, I., 2005. Karakteristik Vegetasi Hutan Mangrove di Kampung Nifasi Distrik
Makimi Kabupaten Nabire. Skripsi. Fakultas Perikanan dan KelautanUSWIM Nabire.

Rumbino, F., 2012. Studi Komunitas dan Keanekaragaman Ikan Pada Daerah Mangrove di
Muara Sungai Tabai Dusun Mananam Kampung Weinami Distrik Napan Kabupaten
Nabire. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Satya Wiyata Mandala
Nabire.

Saparianto Cahyo, 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Penerbit Dahara Prize,


Semarang.

Monk Kathryn A., Yance De Fretes dan Gayatri Reksodiharardjo Lilley, 2000. Ekologi Nusa
Tenggara dan Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Buku V. Penerbit Prenhallfrindo,
Jakarta.

63

Anda mungkin juga menyukai