Sultan - Alam Proposal Metodologi Politik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM DI

KABUPATEN MUNA BARAT 2024

OLEH

SULTAN ALAM
C1E120130
KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah diucapkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan untuk
dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “partisipasi politik masyarakat dalam
pemilihan umum di kabupaten muna barat 2024”.
Selanjutnya shalawat beserta salam diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang menjadi suri tauladan dalam setiap sikap dan tindakan sebagai seorang
intelektual muslim.
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian ilmu politik, ilmu politik, Program studi ilmu politik, Univesitas haluoleo.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun proposal ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
yang kurang sempurna dalam pembahasan ini, oleh karena itu penulis
membutuhkan kritik dan saran untuk mengembangkan dan penyempurnaan
skripsi ini. Semoga penyusunan proposal ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
para pembaca

kendari, 13 november 2022


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………........................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 9

C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 10


1. Pengertian Partisipasi Politik …………………………………….... 10
2. Pengertian Pemilihan Pemula ……………………………………… 17

B. Kerangka Pikir ……........................................................................... 25

C. Fokus Penelitian ................................................................................... 26

D. Deskripsi Fokus Penelitian................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................. 29

B. Jenis dan Tipe penelitian ........................................................................ 30

C. Sumber Data ............................................................................................30

D. Informan Penelitian ............................................................................... 31

E. Teknik Pengumpulan Data …............................................................... 31

F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 32

G. Teknik Pengumpulan Data......................................................................34

H. Teknik Pengabsahan Data …………………………………………… 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan dan Saran …………………………………………………… 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memasuki tahun politik pada 2019 disebut tahun politik antara

lain karena Indonesia akan melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

melibatkan rakyat dan berujung pada pemilihan anggota legislatif dan Presiden dan

wakil presiden. Indonesia menggelar pesta demokrasi pada bulan April 2019,

masyarakat akan secara langsung memilih Presiden dan Wakil Presiden untuk

periode jabatan 2019–2024.

Pemilihan umum (Pemilu) sebagai sarana demokrasi telah digunakan

disebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, yang notabene memiliki

masyarakat yang heterogen. Melalui Pemilu memungkinkan semua pihak bisa

terakomodasi apa yang diinginkan dan cita-citakan sehingga terwujud kehidupan

yang lebih baik. Masyarakat (warga negara) sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

adalah komponen penentu berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemilu.Karena pada

dasarnya hanya kekuatan pemilihan masyarakatlah yang bisa menentukan nasib

negara dan bangsa kedepan. Setiap warga negara, apapun latar belakangnya seperti

suku, agama, ras, jenis kelamin, status sosial, dan golongan,mereka memiliki hak

yang sama untuk menyatakan pendapat, menyikapi secara kritis kebijakan

pemerintah dan pejabat negara. Hak ini disebut hak politik yang secara luas dapat

langsung diaplikasikan secara kongkrit melalui pemilihan umum.

Menurut undang-undang repubilik Indonesia nomor 7 tahun 2017 tentang

penyelenggara pemilihan umum dijelaskan pengertian Pemilu atau pemilihan

umum, adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih aggota dewan perwakilan

rakyat, anggota dewan perwakilan daerah, dewan perwakilan rakyat daerah yang

diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut pasal 1 ayat (22) UU No 10 tahun 2008, pemilih adalah warga

negara Indonesia yang telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah

kawin, kemudian pasal 19 ayat (1 dan 2) UU No. 10 tahun 2008 menerangkan

bahwa pemilih yang mempunyai hak memilih adalah warga negara Indonesia yang

didaftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari

pemungutan suara telah genap berumur 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah

kawin. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilih pemula

adalah warga negara yang didaftar oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar

pemilih, dan baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu

yang diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.

Sesuai Pasal 22 E ayat (2) UUD 1945, pemilihan umum diselenggarakan

untuk memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah

(DPD), Presiden dan Wakil Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Jadi Pemilu 2019 ini adalah serangkaian pemilihan umum, dimana Pemilu

putaran memilih angota DPR, DPD dan DPRD atau lebih dikenal dengan pemilu

legislatif dan memilih Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan.

Indonesia sebagai negara demokratis, menyatakan kekuasaan ada di tangan

rakyat. Berdasarkan konsep demokrasi dengan kedaulatan rakyat, maka partisipasi

harus diterjemahkan sebagai hak-hak dasar dari rakyat untuk terlibat dalam proses

politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, Indonesia

sebagai Negara yang mengakui bahwa rakyat adalah pemegang tertingi kedaulatan

maka Indonesia menjadikan pemilihan umum (Pemilu) sebagai salah satu sarana

demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan Negara yang berkedaulatan rakyat.

Partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum menjadi salah satu

wujud kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengaruh terhadap pengambilan

keputusan politik. Partisipasi politik yang dimaksud adalah memposisikan


masyarakat sebagai warga Negara (pemilih) bukan sebagai politisi (yang dipilih).

Di negara berkembang seperti Indonesia kegiatan partisipasi politik masih

dianggap sebatas menggunakan hak suara dalam pemilihan umum untuk

mendukung calon atau kandidat dalam pemilihan umum. Anggapan ini bersifat

umum di masyarakat, apabila dikaitkan dengan pengertian partisipasi menurut para

ahli politik tentunya ini merupakan hal yang sangat keliru, karena kegiatan

partisipasi politik adalah ikut serta dalam pemilihan umum mulai dari memberikan

hak suara, mengikuti kampanye baik legal atau illegal, terpaksa atau kehendak

sendiri. Orang yang akan dipilih dalam pemilihan umum dan orang yang tergabung

dalam salah satu partai juga telah berpartisipasi dalam politik.

Kesadaran politik warga negara menjadi faktor determinan dalam

partisipasi politik masyarakat, artinya sebagai hal yang berhubungan pengetahuan

dan kesadaran akan hak dan kewajiban yang berkaitan dengan lingkungan

masyarakat dan kegiatan politik menjadi ukuran dan kadar seseorang terlibat dalam

proses partisipasi politik

Masyarakat Indonesia saat ini mengalami krisis multidimensi dalam hal

kepercayaan politik.Krisis kepercayaan ini dialami masyarakat terutama oleh

kalangan remaja. Ketidak percayaan ini terjadi akibat maraknya korupsi di

Indonesia, kinerja pemerintah yang kurangbaik, kurangnya tingkat sosialisasidan

komunikasi politik terhadap masyarakat, khususnya pemilih pemula.Hal ini

menyebabkan kurangnya tingkat kesadaran politik pada pemilih pemula.

Banyak negara saat ini mengalami partisipasi pemilih pemula dalam politik

sangat rendah dibandingkan dengan generasi yang lebih tua. Pada kasus yang ada

di Indonesia, misalnya, Sodikin, et.al. dalam Zainal (2018) mencatat jumlah


nonvoter(biasa disebut golongan putih atau golput) yang terutama didominasi oleh

kaum muda, terus meningkat dari pemilu ke pemilu berikutnya; 10,21% pada

Pemilu 1999, meningkat menjadi 23,34% pada Pemilu 2004, dan 39,10% pada
Pemilu 2009. Sedangkan pada Pileg 2014 Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah

mengesahkan hasil rekapitulasi menyebutkan partisipasi pemilih pada pemilu

legislatif tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009.KPU mencatat

jumlah seluruh suara sah adalah 124.972.491 suara dengan angka perolehan tingkat

golput mencapai 24,89%. Jika dibandingkan dengan pemilu legislatif 2009, maka

tingkat partisipasi masyarakat terhadap gelaran politik 5 tahunan ini meningkat.

Pengalaman pemilihan umum yang berlangsung dalam beberapa dekade

menunjukkan banyaknya para pemilih yang tidak memberikan suaranya. Sebagai

fenomena penggambaran di atas apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan

kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif,

sedangkan apabila kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka partisipasi politik

menjadi pasif dan apatis.

Kabupaten Muna Barat merupakan salah satu daerah yang

menyelengarakan pemilihan umum seretak tahun 2024. Dari data yang dirilis

KPU untuk Pemilu 2024 di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, sebanyak

217.040 jiwa yang tersebar di 11 Kecamatan . Dari jumlah tersebut 20-30% adalah
Pemilih Pemula, dengan jumlah

pemilih pemula yang lumayan tinggi membuat resiko pemilh golput juga naik, hal

ini disebabkan masih sangat minimnya pengetahuan dan pemahaman para pemilih

pemula akan pentingnya memberikan hak suaranya.

Layaknya sebagai pemilih pemula, mereka tidak memiliki pengalaman

voting pada pemilu sebelumnya, namun ketiadaan pengalaman bukan berarti

mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik.Pasal 1 ayat (2)


UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa

kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Dasar.Amanat konstitusi tersebut untuk memenuhi tuntutan perkembangan

demokrasi yang sejalan dengan pertumbuhan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dikabupaten Muna Barat sendiri partisipasi pemilih mencapai 76,43%


dengan jumlah pengguna hak pilih mencapai 170.775 dari total daftar pemilih tetap

yaitu 223.426 jiwa pada tahun 2014 sedangkan pada tahun 2024 agak mengalami

peurunandimana jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 217.040 jiwa dari

11 Kecamatan yag ada di Kabupaten Muna Barat .

Meningkatnya angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya

disinyalir karena peran dari pemilih pemula sangat mendominasi mengingat

pemilih pemula yang baru mamasuki usia hak pilih sebagian besar belum memiliki

jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus memilih.

Oleh karena itu peran pemerintah atau aktivis-aktivis parpol sangat berperan dalam

memberikan pendidikan politik bagi pemilih pemula, sehingga pemilih pemula

dapat mengantusias dalam pemilihan umum.

Tingkat partisipasi politik pemilih pemula perlu diketahui karena partisipasi

pemilih pemula juga menentukan dalam pemilihan umum, tidak terkecuali dalam

pemiihan umum 2024. Semua warga Indonesia berhak untuk ikut memilih dalam

pemilihan umum dengan catatan telah memenuhi syarat sebagai pemilih dalam

pemilihan umum. Pada saat ini usia pelajar di sekolah menengah atas (SMA)

berkisar antara 16-18 tahun dan sudah termasuk dalam pemilih pemula dalam

pemilihan umum sesuai dengan peraturan pemerintah yang tercatum dalam

peraturan pemerintah mengenai pemilihan.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana partisipasi

politik pemlih pemula dalam pemilihan umum serentak sehingga dapatmemberikan

suatu pemahamantentang tingkat partisipasi politik pemilih pemula apakah

mengalami peningkatan atau penurunan dan faktor apa saja yang mendukung dan

menghambat pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum 2024 di


Kabupaten Muna Barat. Desa ini terdiri dari tiga dusun dan memiliki jumlah
penduduk 1.138 jiwa dan 1.050 terdaftar sebagai pemilih tetap dimana 20 persennya
merupakan pemilih pemula.

di Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara.


merupakan sebuah daerah yang memiliki pemilih pemula yang berjumlah cukup

banyak serta antusiasme yang tinggi dalam pemilihan umum seretak 2024 misalnya

pada waktu sebelum diselenggarakan pemilu, pemilih pemula tersebut berantusias

ingin ikut serta dalam pemilu, ikut serta dalam rapat, ikut serta dalam memberikan

informasi kepada masyarakat tentang waktu pemilu yang akan diselenggarakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana Bentuk partisipasi pemilih pemula dalam Pelaksanaan pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Muna Barat

2024?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi partisipasi pada pelaksanaan pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Muna Barat

2024?

C.Tujuan Penelitian

Setelah rumusan masalah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai

yaitu untuk Mengetahui:

1. Bentuk Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pelaksanaan Pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Muna Barat

Tahun 2024

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula

dalam Pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Kabupaten Muna Barat

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu untuk mengetahui partisipasi pemilih

pemula di Kabupaten Muna Barat. Selain

tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti, terdapat pula beberapa kegunaan dalam

penelitian ini, antara lain:


1. Secara Teoritis

a. Diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan khususnya dalam

Pendidikan ilmu politik sesuai dengan kaidah dan prosedur ilmiah.

b. Dapat digunakan bagi para peneliti sebagai pertimbangan untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pendidikan politik

masyarakat desa terhadap partisipasi pemilih pemula.

c. Sebagai bahan referensi bagi guru atau civitas akademika yang lain.

d. Dapat menambah pengetahuan dan wacana tentang partisipasi pemilih

pemula di Kabupaten Muna Barat.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat di desa.

b. Sebagai masukan dan dorongan penyemangat bagi semua pihak agar dapat

lebih berpartisipasi dalam pemilihan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

1. Teori Partisipasi Politik

Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang

yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dan mereka memberikan hak

suara secara langsung, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan

memilih perwakilan rakyat secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi

kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan atau aktivitas seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum baik pemilihan legislative maupun

eksekutif, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau

lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota

partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya

(Mistar:2015).
Menurut Verhangen dalam Mardikanto (2013) ”partisipasi merupakan

bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat)

dalam suatu kegiatan tertentu”. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud

disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan.

Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan

seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan

masyarakatnya, dilu ar pekerjaan atau profesinya sendiri”. Sedangkan menurut

Isbandi dalam Firmansyah (2014), dimana “partisipasi dapat juga berarti bahwa

keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi

yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif

solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan

keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi”.

Sedangkan menurut Sastropeotro (2011), partisipasi adalah “keterlibatan

mental atau fikiran dan perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang

mendorong untuk memberi sumbangan kepada 17 kelompok dalam usaha

mencapai tujuan tertentu serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang

bersangkutan”. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa

partisipasi adalah keikutsertaan sekelompok masyarakat dalam menyampaikan

saran atau 11 pendapat untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah agar terjadi suatu perubahan kearah yang lebih baik.

Selain menurut Theodarson dalam Mardikanto (2012) mengemukakan

bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan “keikutsertaan atau

keterlibatan seseorang (individu atau masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.

Keikutsertaan di sini atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif

tapi secara aktif ditunjukkan oleh yang bersangkutan”.

Milbrath dalam Maran (2007) yang menyebutkan dua faktor utama yang

mendorong orang berpartisipasi politik, bahwa adanya faktor pendukung dan faktor
penghambat yang dimana didalam faktor pendukung terdapat lima unsur

diantaranya:

1) Perangsang politik. Perangsang politik dipengaruhi oleh kegiatankegiatan diskusi


politik, pengaruh media massa, diskusidiskusi formal dan

informal yang pemilih dapatkan/lakukan.

2) Karakteristik pribadi seseorang adalah watak sosial seorang pemilih yang

mempunyai kepedulian sosial yang besar terhadap masalah sosial, politik,

ekonomi, dan hankam, yang biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik.

3) Karakteristik sosial adalah status social, ekonomi, kelompok ras, etnis, dan

agama pemilih yang akan mempengaruhi persepsi, sikap, perilaku

pemilih.

4) Situasi atau lingkungan politik adalah keadaan lingkungan sosial sekitar

pemilih yang baik dan kondusif agar mau dengan senang hati

berpartisipasi.

5) Pendidikan politik adalah upaya pemerintah untuk merubah warga Negara

agar dapat memiliki kesadaran politik dengan terlibat dalam aktivitas

politik.

Sedangkan faktor penghambat partisipasi politik adalah faktor yang dapat

membuat seorang pemilih enggan untuk berpartisipasi dalam aktivitas politik.

Faktor penghambat ini ada 4 yaitu :

1) Kebijakan induk yang selalu berubah adalah kebijakan yang dikeluarkan

oleh induk organisasi pemilih pemula yang mengenai partisipasi politik

yang bias berubah-ubah dan mengkontrol pemilih pemula dalam aktivitas

politik dalam hal ini kebijkan yang ditetapkan oleh pemerintah mengenai

sistem pelaksanaa pemilihan umum berkaitan dengan data kependudukan

danlain-lain.

2) Pemula yang otonom adalah seorang pemilih pemula yang berhak


mengatur dan memilih pilihan atau keyakinan politiknya sendiri namun

tidak bebas dan masih terikat, tetap berada dalam hubungan induk

organisasinya yang menjadi tempat konsultasi dan koordinasi.

3) Dukungan yang kurang dalam hal ini kurangnya dukungan dari

keluarga/lingkungan sekitar akan sangat mempengaruhi kepercayaan diri

pemilih untuk turut serta dalam berpartisipasi pada pemilihan.

4) Komunikasi individual dengan pejabat politik atau administratif ,

membangun relasi dengan pejabat-pejabat juga merupakan partisipasi

politik, hal ini sah saja dilakukan asal tidak melanggar aturan yang ada.

Menurut Sundariningrum dalam sugiyah (2010) mengklasifikasikan

partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu :

a) Partisipasi Langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan

kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap

orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan,

mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b) Partisipasi Tidak Langsung Partisipasi yang terjadi apabila individu

mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.

Menurut Cohen dan Uphoff dalam Iren (2011) yang membedakan

“partisipasi menjadi empat jenis yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan

keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam

pengambilan manfaat. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi”.

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama

berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan

dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam

partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan

orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti

kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan, atau


penolakan terhadap program yang ditawarkan.

2) partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi: menggerakkan

sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran

program.

3) Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak lepas dari

hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang berkaitan

dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari

peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa

besar keberhasilan program.

4) Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini

berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh.

Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang

telah direncanakan sebelumnya.

Partisipasi menurut Almond dalam Mohtar Mas’oed (2011) Bentuk-bentuk

partisipasi pemilih meliputi :

1) Pemberian suara atau voting, yaitu proses pemberian hak suara pemilih

dan dilaksanakan secara tertutup (rahasia). Sistem ini merupakan salah

sati mekanisme dalam menjalankan demokrasi

2) Diskusi politik, meliputi kegiatan beradu pendapat, berargumen, ataupun

bercerita masalah politik/pemilu yang dilakukan dimulai dari

pembicaraan tentang issue terkini baik tentang negara ataupun elit politik

3) Kegiatan kampanye, Kampanye pemilu adalah kegiatan organisasi

peserta pemilu yang dilaksanakan diseluruh wilayah untuk

mempengaruhi pemilih lain dalam rangka untuk mendapatkan suara

sebanyak-banyaknya.

4) Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, yaitu

keterlibatan dalam hal ini pemilih untuk ikut dalam struktur keanggotaan
suatu kelompok

5) Komunikasi individual dengan pejabat politik atau administratif,

membangun relasi. Hal ini sah-sah saja dilakukan agar tidak melanggar

aturan yang ada.

Menurut Effendi dalam Irene (2011) partisipasi terbagi atas partisipasi

vertikal dan partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam

bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu

program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status

bawahan, pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat

mempunyai andil dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi

horizontal satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda

permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa partisipasi dapat

diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu partisipasi langsung yang dilakukan secara

langsung oleh rakyat dan partisipasi tidak langsung yaitu yang diwakilkan kepada

wakil rakyat tersebut.

Angell dalam Lisdiana (2013) mengatakan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu: Yang pertama usia, kedua jenis

kelamin, ketiga pekerjaan dan penghasilan, Keempat lamanya tinggal dan lamanya

seseoarang tinggal serta lamanya seseorang berinteraksi dengan lingkungan sekitar

maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat partisipasinya.

a. Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai

dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang

berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis Kelamin Dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada


dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam

banyak masyarakat pernanan perempuan yang terutama adalah

mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran

perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi

dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

c. Pekerjaan dan Penghasilan. Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain

karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang

akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi

kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Untuk berpartisipasi dalam suatu

kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

d. Lamanya Tinggal. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan

tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut

akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal

dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan

cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap

kegiatan lingkungan tersebut.

Selain itu, sebagaimana diungkapkan dalam penelitiannya oleh Frank

Linderfeld dalam Maran(2014), menemukan bahwa faktor utama yang mendorong

orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik adalah kepuasan finansial.

Status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan seseorang merasa teralineasi dari

kehidupan 8 politik, dan orang yang bersangkutan menjadi apatis. Hal ini tidak

terjadi dengan orang yang memiiliki kemapanan ekonomi.

Menurut Maran (2014) partisipasi politik adalah sebagai usaha terorganisir

oleh para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan

mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Usaha ini dilakukan

berdasarkan kesadaran akan tangung jawab mereka terhadap kehidupan bersama


sebagai suatu bangsa dalam suatu negara .

Disisi lain juga merumuskan bahwa partisipasi politik adalah merupakan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok untuk ikutserta

secara aktif dalam kehidupan politikyakni dengan memilih pimpinan negara baik

secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhikebijakan-kebijakan

pemerintah. Partisipasi politik adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan

peran serta masyarakat baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk

memengaruhi kebijakan pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat

Wardhani (2012).

Kaelola (2009) Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang, kelompok,

atau organisasi untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik.Misalnya, ikut

pemilu, memengaruhi pengambilan keputusan.Suparno (2019) Partisipasi politik

adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang sebagai warganegara untuk ikut

serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan cara memilih pemimpin

secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Implementasi dari kegiatan ini mencangkup beberapa tindakan seperti memberikan

suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,mengadakan hubungan

dengan pejabat. Sudibyo (2006)Keterlibatan tokoh masyarakat dan dukungan

pemerintah memberikan motivasi yang tinggi dalam pembangunan berkelanjutan

yang dilakukan oleh masyarakat

Dari beberapa pernyatan dan definisi tentang partisipasi politik yang

disampaikan diatas terlihat jelas semua kegiatan yang berkaitan dengan partisipasi

terhadap kegiatan politik yang dilaksanakan terkait dengan mencapai suatu tujuan

untuk memberikan hasil dan keputusan politik dan dapat menentukan serta

mengambil langkah kebijakan selanjutnya.

2. Pengertian Pemilih Pemula

Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah genap berusia 17 tahun
atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilih dalam setiap pemilihan umum

didaftarkan melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh

penyelenggara pemilihan umum. Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru

pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih yaitu

17hingga 21 tahun. Pengetahuan mereka terhadap pemilu tidak berbeda jauh

dengan kelompok lainnya, yang membedakan adalah soal antusiasme dan

preferensi.

Menurut Setiadi dan Kolip (2013) politik dapat dipahami sebagai proses

pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud

proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dapat juga dipahami

sebagai proses interaksi antara pihak penguasa dan pihak yang dikuasai. Menurut

Arifin (2014) politik merupakan aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat,

terutama tentang perjuangan mengangkat atau memilih penguasa yang berfungsi

menetapkan kebijakan pemerintah

Pemilih di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori. Pertama pemilih rasional,

yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis

mendalam. Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan

tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilih yang baru pertama

kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih. pemilih pemula

adalah warga negara yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar

pemilih, dan baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu

yang diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun (Fenyapwain,

2013).

Menurut Pahmi (2010) pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah

genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilihpemula terdiri

dari dua kata, yakni pemilih dan pemula. Menurut Weinstein dalam Arifin (2014)

bahwa politik mencangkup juga pembagian nilai-nilai dan kekuasaan oleh yang
berwewenang atau pemegang kekuasaan.

Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang

dapat memilih adalah:

1. WNI yang berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

2. Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya

3. Terdaftar sebagai pemilih.

4. Bukan anggota TNI/Polri (Purnawirawan/sudah tidak lagi menjadi

anggota TNI/Kepolisian).

5. Tidak sedang dicabut hak pilihnya

6. Terdaftar di DPT.

7. Khusus untuk Pemilukada calon pemilih harus berdomisilisekurangkurangnya 6


(enam) bulan didaerah yang bersangkutan.

Pemilih di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori. Yang pertama pemilih

rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan

analisis mendalam. Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih

idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilihyang baru

pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih.

Menurut Undang-Undang No 7 tahun 2017 menyebutkan, warga negara

Indonesiayang pada hari pemungutansuara sudah genap berumur 17 tahun atau

lebihm sudah kawin, atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih. Warga

negara Indonesia sebagaimana dimaksud didaftar satu kali oleh penyelenggara

pemiludalam daftar pemilih.Adapun warga Indonesia yang telah dicabut hak

politiknya oleh pengadilan tidak mempunyai hak untuk memilih.

Pemilih pemula memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan

pilihan yang belum bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula sebagai swing

vooters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi

ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik
lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu,

terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari orangtua hingga

kerabat dan teman. Selain itu, media massa juga lkut berpengaruh terhadap pilihan

pemilih pemula. Hal ini dapat berupa berita di televisi, spanduk, brosur, poster, dan

lain-lain.

Siapapun itu yang bisa merebut perhatian kalangan akan dapat merasakan

keuntungannya. Lahirnya dukungan dari kelompok ini secara tidak langsung

membawa dampak pencitraan yang sangat berarti. Setidaknya untuk pengamanan

proses regenerasi kader politik kedepan, meskipun membutuhkan biaya yang tidak

sedikit. Ketiadaan dukungan dari kalangan ini akan terasa cukup merugikan bagi

target-target suara pemilu yang telah ditetapkan tiap-tiap partai politik.

Pemilih pemula yang terdiri atas pelajar, mahasiswa atau pemilih dengan

rentang usia 17-21 tahun menjadi segmen yang memang unik, seringkali

memunculkan kejutan dan tentu menjanjikan secara kuantitas. Disebut unik, sebab

perilaku pemilih pemula dengan antusiasme tinggi, relatif lebih rasional, haus akan

perubahan dan tipis akan kadar polusi pragmatisme.

Pemilih pemula khususnya remaja (berusia 17 tahun) mempunyai nilai

kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan

mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan akan

dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya adalah paling penting

dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai

kelompok teman sendiri dalam pergaulan.

Konsep Pemilih Pemula Pemilih adalah warga negara Indonesia yang telah

genap berusia 17 tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Pemilih dalam setiap

pemilihan umum didaftarkan melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas yang

ditunjuk oleh penyelenggara pemilihan umum. Pemilih pemula merupakan pemilih

yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih
yaitu 17 hingga 21 tahun. Pengetahuan mereka terhadap pemilu tidak berbeda jauh

dengan kelompok lainnya, yang membedakan adalah soal antusiasme dan

preferensi.

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008tentang pemilihan

umumPresiden dan Wakil Presiden,pemilih diartikan sebagai Warga Negara

Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas)

tahun atau lebih atau sudah/pernahkawinmempunyai hak memilih.

Kemudian, menurut Firmanzah (2007) pemilih diartikan sebagai semua

pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan

yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan

yang bersangkutan.

Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada

umumnya.Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh

suatu ideologi yang dimanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik.

Pemilih merupakan warganegara Indonesia yang telah berusia 17 Tahun hal

ini ditegaskan dalam oleh Anggota KPU Sigit Pamungkas yang mengatakan, hak

memilih bukan hak yang eksklusif. “Hak pilih adalah bagian dari hak universal

yang harus diterima oleh semua orang di dunia atas warga negara yang telah cukup

umur, di Indonesia adalah mereka yang berusia minimal 17 tahun atau sudah

menikah.Hak pilih sudah menjadi konstitusi modern yang diakui kebenarannya di

manapun, dimana setiap orang memiliki hak pilih selama memenuhi syarat-syarat

dan ketentuan tertentu.

Menurut Prihatmoko (2005), pemilih yang merupakan bagian dari

masyarakat luas bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu.

Masyarakat terdiri dari beragam kelompok.Terdapat kelompok masyarakat yang

memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka tidak dikatakan

kepada suatu partai politiktertentu. Mereka menunggusampai ada suatu partai


politik yang bisa menawarkan program politik yang bisa menawarkan program

kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka.

Hak setiap warga negara dalam menggunakan hak pilihnya jangansampai

tidak berarti sebagai akibat dari kesalahan-kesalahan yang tidak diharapkan,

misalnyaseorang warga Negaratidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak

terdaftar atau juga masih banyak kesalahan yang lain.

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat 1

dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula

adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah

Warga Negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau

sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk

pemilih karenaketentuan Undang-UndangPemilu.

Menurut Suhartono(2009), pemilih pemulakhususnya remajamempunyai

nilai kebudayaan yang santai, bebas, dan cenderung pada hal-hal yang informal dan

mencari kesenangan, oleh karena itu semua hal yang kurang menyenangkan akan

dihindari. Disamping mencari kesenangan, kelompok sebaya adalahsesuatupaling

penting dalam kehidupan seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu

mempunyai kelompok teman sendiri dalam pergaulan.

Pemilih pemula dalam ritual demokrasi (pemilu legislatif, Pilpres) selama

ini sebagai objek dalam kegiatan politik, yaitu mereka yang masih memerlukan

pembinaan dan pengembangan kearah pertumbuhan potensi dan kemampuannya

ke tingkat yang optimal agar dapat berperan dalam bidang politik.

Dalam modul Komisi Pemilihan Umum (2010) pemilih pemula adalah

pemilih yang baru pertama kali akan melakukan penggunaan hak pilihnya, berusia

17-21 tahun. Pemilih pemula terdiri atas masyarakat yang telah memenuhi syarat

untuk memilih, telah didaftarkan melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas

yang ditunjuk oleh penyelenggara pemilihan umum.Pengetahuan mereka terhadap


pemilu tidak berbeda jauh dengan kelompok lainnya, yang membedakan adalah

minatdan perhatian tentang politik.Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk

menjadikan seseorang dapat memilih adalah :

(1) WNI yang berusia 17 tahun atau lebih,

(2) Sudah / pernah kawin,

(3) Tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya,

(4) Terdaftar sebagai pemilih

Pemilih pemula adalahremaja yang berusia 17-21 tahun, mempunyai nilai

kebudayaan yang santai, bebas, cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari

kesenangan. Semua hal yang kurang menyenangkan akan dihindari, sehingga bagi

seorang remaja perlu adanya penanaman kesadaran politik dari orang tua untuk

membentuk sikap-sikap politik masa depan (Hermanto,2014).

Berdasarkan definisi diatas dapat di simpulkan bahwa ciri-ciri pemilih

pemula

yaitu :

a) Warga negara Indonesia dan pada hari pemungutan suara sudah

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin.

b) Baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu

yang diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.

c) Mempunyai hak memilih dalam penyelenggaraan pemilu tahun 2024.

Tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilu 2024

panitia penyelenggara pemilihan umum di TPS (Tempat Pemungutan Suara).

Dalam hal ini sebagai bentuk partisipasi politik pemilih pemula dalam pelaksanaan

pemilu 2024.

Pemilih pemula memiiki hak dan kewajiban untuk ikut menyelenggarakan


kegiatan pemilu secara serentak seperti dengan daerah-daerah lain sesuai
UndangUndang yang berlaku demi mensukseskan demokrasi di negara ini.Pemilihan

Umum 2024 sebagai objek penelitian yang terletak di Kabupaten Muna Barat. Di
daerah ini sebagian pemilih pemula

mendapatkan pendidikan politik dari aktivis-aktivis partai politik, misalnya

sebelum diselenggarakan pemilu legislatif sebagian aktivis-aktivis politik langsung

terjun ke lapangan untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat

khususnya pemilih pemula di kabupaten muna barat agar menjadi pemilih yang
cerdas.

Pemilih pemula memiliki antusiasme yang tinggi sementara keputusan

pilihan yang belum bulat, sebenarnya menempatkan pemilih pemula sebagai swing

voters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi

ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik

lokal. Seringkali apa yang mereka pilih tidaksesuai dengan yang diharapkan.

Ketidaktahuan dalam soal politik praktis, terlebih dengan pilihan-pilihan dalam

pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan

lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Pemilih pemula dalam kategori

politik adalah kelompok yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya.

Orientasi politik pemilih pemula ini selalu dinamis dan akan berubah-ubah

mengikuti kondisi yang ada dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun

terlepas dari semua itu, keberadaan pemilih pemula tentu menjanjikan dalam setiap

ajang pemilihan umum, sebagai jalan untuk mengamankan posisi strategis yang

ingin dicapai oleh setiap kandidat yang maju dalam pemilihan. Siapapun itu yang

bisa merebut perhatian kalangan ini akan dapat merasakan keuntungannya,

sebaliknya ketiadaan dukungan darikalangan ini akan terasa cukup merugikan bagi

target-target suara pemilihan yang ingin dicapai.


B. Kerangka Pikir

Pemilih pemula dapat dikategorikan sebagai pemuda/pemudi dalam usia

yang masih remaja dan sarat dengan idealisme, mereka dianggap belum

terkontaminasi dengan kepentingan-kepentingan birokrasi dan kekuasaan.

Ketidaktahuan dalam soal politikpraktis, terlebih denganpilihan-pilihan dalam

pemilu atau pilkada, membuat pemilih pemula sering tidak berpikir rasional dan

lebih memikirkan kepentingan jangka pendek. Namun,terlepas dari itu keberadaan

pemilih pemula dalam setiap pemilihan umum selalu menjanjikan dari segi

kuantitas. Pihak manapun baik partai ataupun kandidat yang dapat menarik simpati

dari kalangan ini tentu dapat menarik keuntungan guna mengamankan posisinya

dalam momen pemilihan umum yang diikuti. Salah satunya dengan diserentakkannya
pemilihan legislatif dan presiden turut mempengaruhi partisipasi politik pemilih
pemula. Banyaknya anak-anak muda dan pemilih pemula yang juga turut di

manfatkan oleh beberapa pihak yang mempunyai kepentingan politik

tersebut agar dapat memenangkan calon presiden dukungannya yang dimana

kebanyakan pemilih pemula ini belum mempunyai kesadaran berfikir dan kritis

terhadap masalah politik. Seringkali apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan

yang diharapkan disebabkan pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi

ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik

lokal. Hal itu dapat diasumsikan dan dipandang relevan dengan pendapat Milbrath

dalam Maran (2007) yang menyebutkan dua faktor utama yang mendorong orang

berpartisipasi politik, bahwa adanya faktor pendukung dan faktor penghambat yang

dimana didalam faktor pendukung terdapat lima unsur diantaranya adanya

perangsang politik, karakteristik pribadi seseorang, karakteristik sosial, situasi atau

lingkungan politik, dan pendidikan politik. Dari dua faktor utama yang dikatakan

Milbrath, terdapat faktor penghambat juga yang mendorong orang tidak

berpartisipasi politik, unsur yang ada dalam faktor penghambat tersebut yaitu

kebijakan induk yang selalu berubah, pemula yang otonom, dan dukungan yang
kurang dari induk organisasi untuk mensukseskan. Sedangkan untuk bentuk

partisipasi politik pemilih pemula peneliti menggunakan teori Almond yang dikutip

oleh Mohtar Mas’oed (2011) yang menyebutkan ada lima bentuk partisipasi yaitu

pemberian suara, diskusi politik, kampanye, bergabung dalam kelompok

kepentingan, dan komunikasi individual dengan pejabat piolitik.

Setiap aktivitas kelompok yang dilakukan pasti mempunyai dorongan sebagai

faktor pendukungnya, seperti perangsang politik yaitu kegiatan-kegiatan diskusi

politik, pengaruh media massa, diskusi-diskusi formal dan informal. Begitupun

bagi pemilih pemula, terbatas dalam melakukan aktivitasnya terutama dalam

bidang politik karena pemilih pemula bukanlah organisasi politik.Ketika ada

peluang serta harapan dan keinginan dari beberapa orang untuk bisa berperan serta

dalam pesta demokrasi maka mereka memanfaatkan peluang untuk berpartisipasi.

C. Fokus Penelitian

Di dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah partisipasi

politik pemilih pemula dalam pelaksanaan pemilu tahun 2024 di Kabupaten Muna
Barat. Pemilih Pemula yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU) pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali

akan melakukan penggunaan hak pilihnya, berusia 17-21 tahun. Pemilih pemula

terdiri atas masyarakat yang telah memenuhi syarat untuk memilih, telah

didaftarkan melalui pendataan yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh

penyelenggara pemilihan umum.

Agar dapat memberikan hasil yang lengkap maka fokus penelitian tersebut

dirinci dalam unit-unit kajian sebagai berikut pertama, bentuk partisipasi politik

pemilih pemula di Kabupaten Muna Baratmenggunakan teori Almond yang dikutip


oleh Mohtar Mas’oed (2011) yang

menyebutkan ada lima bentuk partisipasi. Kedua, faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilih pemula berpartisipasi politik dalam pelaksanaan pada


Pemilihan Presiden di Kabupaten Muna Barat menggunakan teori Milbrath dalam
Maran (2014).

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan penjelasan fokus penelitian diatas, maka penelitian ini

berfokus pada beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan Presiden dan Wakil


Presiden di Kabupaten Muna Barat tahun

2024 dalam hal ini meliputi :

a) Pemberian suara atau voting, yaitu proses pemberian hak suara dalam hal

ini meliputi keaktivan pemilih pemula di Kabupaten Muna Barat kepada


capres/cawapres dalam

menyumbangkan hak suaranya dalam pemilihan Presiden 2024.

b) Diskusi politik, meliputi kegiatan beradu pendapat, berargumen, ataupun

bercerita masalah politik/pemilu yang dilakukan pemilih pemula di Kabupaten Muna


Barat dimulai dari pembicaraan tentang issue terkini terkait pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden tahun 2024.

c) Kegiatan kampanye, hal ini pemilih pemula ikut serta/hadir dalamkegiatan

organisasi ini dilaksanakan di Kabupaten Muna Barat untuk mempengaruhi

pemilih lain dalam rangka usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya

dalam pemilihan umum dalam.

d) Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, yaitu

keterlibatan dalam hal ini pemilih pemula untuk ikut dalam struktur

keanggotaan suatu kelompok kepentingan seperti tim pemenangan capres

dan cawapres ataupun dengan instansi yang melaksanakan pemilu seperti

KPU/KPPS di Kabupaten Muna Barat.

2. Ada dua faktor utama yang mempegaruhi partisipasi politik, yaitu faktor

Pedukung dan faktor penghambat sebagai berikut.

a) Faktor Pendukungadalah faktor yang mendorong pemilih pemula untuk


berpartisipasi politik pada pada Pemilihan Presiden 2024. Faktor

pendukung partisipasi adalah 5 :

• Perangsang politik dapat mendorong pemilih pemula dalam

berpartisipasi di pemilihan presiden 2024 . Perangsang

politik dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan diskusi politik, pengaruh

media massa, diskusidiskusi formal dan informal yang pemilih pemula

dapatkan/lakukan.

• Karakteristik pribadi seseorang adalah watak sosial seorang pemilih

pemula yang mempunyai kepedulian sosial yang besar terhadap

masalah sosial, politik, ekonomi, dan hankam, yang biasanya mau

terlibat dalam aktivitas politik seperti pemilihan presiden 2024.

• Karakteristik sosial adalah status social, ekonomi, kelompok ras, etnis,

dan agama pemilih pemula yang akan mempengaruhi persepsi, sikap,

perilaku pemilih pemula dalam pemilihan presiden 2024.

• Situasi atau lingkungan politik adalah keadaan lingkungan sosial

sekitar pemilih pemula di Kabupaten Muna Barat yang baik dan kondusif agar

mau dengan senang hati berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2024.

• Pendidikan politik adalah upaya pemerintah untuk merubah warga

Negara agar dapat memiliki kesadaran politik dengan terlibat dalam

aktivitas politik. Dalam hal ini bagaimana pendidikan politik yang

dimiliki pemilih pemula dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk

berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2024.

b) Faktor Penghambat Partisipasi Politik adalah faktor yang dapat membuat

seorang pemilih enggan untuk berpartisipasi dalam aktivitas politik.

Faktor penghambat ini ada 3 yaitu :


• Kebijakan induk yang selalu berubah adalah kebijakan yang

dikeluarkan oleh induk organisasi pemilih pemula yang mengenai

partisipasi politik yang bias berubah-ubah dan mengkontrol pemilih

pemula dalam aktivitas politik dalam hal ini kebijkan yang ditetapkan

oleh pemerintah mengenai sistem pelaksanaa pemilihan umum

berkaitan dengan data kependudukan danlain-lain.

• Pemula yang otonom adalah seorang pemilih pemula yang berhak

mengatur dan memilih pilihan atau keyakinan politiknya sendiri namun

tidak bebas dan masih terikat, tetap berada dalam hubungan induk

organisasinya yang menjadi tempat konsultasi dan koordinasi.

• Dukungan yang kurang dalam hal ini kurangnya dukungan dari

keluarga/lingkungan sekitar akan sangat mempengaruhi kepercayaan

diri pemilih pemula untuk turut serta dalam

berpartisipasi pada pemilihan presiden di Kabupaten Muna Barat.

• Komunikasi individual dengan pejabat politik atau administratif ,

membangun relasi dengan pejabat-pejabat juga merupakan partisipasi

politik, hal ini sah saja dilakukan asal tidak melanggar aturan yang ada.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Muna Barat dan dilakukan selama 2
bulan karena dirasa adalah waktu

yang cukup untuk memperoleh informasi dilapangan. Peneliti tertarik melakukan

penelitian di Kabupaten Muna Barat karena melihat banyaknya

pemilih pemula yang sangat antusias dalam menggunakan hak pilihnya pada
demokrasi.

B. Jenis dan Tipe Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan

tipe fenomenologi. Moleong (2011) Pendekatan kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian tipe fenomenologi

dirasa cocok karena berusaha untuk memberikan gambaran mengenai


masalahmasalah yang akan diteliti baik berdasarkan fenomea-fenomena yang terjadi
pada

objek penelitian maupun pegalaman informan dan diharapkan mampu memaparkan

masalah dengan jelas, menyeluruh dan mendalam.

C. Sumber Data

Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa

sesuatu yang diketahui atau yang dianggap. Data dapat di gambarkan lewat angka,

simbol, dan lain-lain. Data perlu dikelompok-kelompokan terlebih dahulu sebelum

dipakai dalam proses analisis. Pengelompokan disesuaikan dengan karakteristik

yang menyertainya (Hasan, 2002)

1. Data Primer

Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh

langsung di lapangan oleh orang melakukan penelitian atau yang bersangkutan.

Data primer ini disebut juga data asli atau baru (Hasan, 2002). Sumber data primer

yang pertama yaitu responden, responden merupakan objek dari penelitian. Dari

responden inilah, peneliti dapat mencari data yang dibutuhkan. Dalam penelitian

ini yang menjadi responden adalah pemilih pemula yang terdaftar dan mempunyai hak
pilih di Kabupaten Muna Barat.

Sementara itu sumber data primer yang kedua adalah Informan, informan

merupakan sumber berupa orang, dari beberapa informan, diharapkan dapat

terungkap kata-kata dan tindakan yang diharapkan. Informan ini dipilih dari

beberapa orang yang betul-betul dapat dipercaya dan mengetahui obyek yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah aktivis partai politik,

tokoh masyarakat, serta anggota dan ketua di Kabupaten Muna Barat.

2. Data sekunder

Data Sekunderadalah data yang di peroleh atau yang dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,

dokumen pribadi dan dokumen resmi, data ini biasanya dari perpustakaan atau dari

laporan dari peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia (Hasan,

2002). Untuk penelitian ini data diperoleh dari sumber tertulis, yaitu bersumber dari

buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan judul dan tema dari penelitian ini.

D. InformanPenelitian

Teknik penentian informan dilakukan secara purposive sampling. Teknikini

merupakan pengambilan sumber data yang ada pada informan yang Peneliti pilih

secara sengaja sesuai dengan pertimbangan tertentu.

Penentuan informan dalam penelitian ini berdasar kansumber data atau

peneliti anggap lebih tahu sehingga dijadikan sebagai informan penelitian. Dalam

hal ini peneliti memilih pemilih pemula yang berusia 17-21 tahun dan petugas KPPS di
Kabupaten Muna Barat yang

dianggap lebih mengetahui tentang partisipasi politik masyarakat di Desa Harapan

sebagai informan

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah tinjauan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui

keadaan wilayah secara lansung sebagai bahan pertimbangan dan referensi

penelitian untuk mendapatkan informan yang dilakukan di Kabupaten Muna Barat.


2. Wawancara

Teknik wawancara adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau

hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data (Rachman, 1999).

Wawancara yaitu diskusi lapangan dengan pihak yang terkait dalam pengumpulan

data dan informasi yang dikumpulkan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar,

prasasti, notulen surat dan lain-lain (Arikunto, 2002). Dokumentasi yaitu suatu

informasi tertulis, visual atau fakta yang biasa dinyatakan dalam bentuk
dokumendokumen,buku yang mengenai tentang Partisipasi pemilih pemula di
Kabupaten Muna Barat.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Herdiansyah (2012), analisis data merupakan tahap pertengahan

dari serangkaian tahap dalam sebuah penelitian yang mempunyai fungsi yang

sangat penting. Hasil penelitian yang dihasilkan harus melalui proses analisis data

terlebih dahulu agar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Pada dasarnya,

semua teknik analisis data kualitatif adalah sama, yaitu melewati prosedur

pengumpulan data, inputdata, analisis data, penarikan kesimpulan dan

verifikasi,dan diakhiri dengan penulisan hasil temuan dalam bentuk narasi.

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah

model interaktif. Menurut Miles dan Herdiansyah, (2012) tenika nalisis data model

interaktif terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat

penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan data

sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Bahkan
Herdiansyah, (2012) menyarankan bahwa peneliti sebaiknya sudah berfikir dan

melakukanan alisis ketika penelitian kualitatif baru dimulai. Dalam pengumpulan

data ini tidak ada waktu yang spesifik dan khusus yang disediakan untuk proses

pengumpulan data Karena sepanjang penelitian berlangsung sepanjang itu

pulaproses pengumpulan data dilakukan. Sebagai langkah awal proses pembuatan

draft, sedikit demi sedikit peneliti sudah melakukan pengumpulan data yang

diperlukan. Dimana peneliti sudah melakukan studi pre-eliminary yang berfungsi

untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti benar-benar

ada.

2. Reduksi Data

Reduksi data secara inti dijelaskan Herdiansyah (2012), yaitu Proses

penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu

bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil wawancara, hasilobservasi, hasil

studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan (sript) sesuai dengan formatnya

masing-masing. Dalam hal ini, reduksi data yang telah peneliti lakukan pada

penelitian di Kabupaten Muna Barat yaitu menjadikan bentuk tulisan dari hasil
wawancara,

hasil observasi, dan hasil dokumentasi sebagai bentuk upaya penyusunan proses

dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Display data

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam

bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun alurnya

dalam tabel akumulas itema) kedalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema

yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan. Selanjutnya, akan memecah tematema


tersebut kedalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut

dengan subtema yang diakhiri dengan memberikan kode (coding) dari subtema

sesuai dengan wawancara yang sebelumnya telahdilakukan. Dalam hal ini subtema

yang di angkat oleh peneliti yaitu mengenai tingkat partisipasi pemilih pemula, dari
subtema ini peneliti bisa memfokuskan penelitian dengan tidak membahas bahasan

secara melebar.

4. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian

analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman dalam Tresiana (2013). Kesimpulan pada penelitian kualitatif ini

menjurus pada jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan dan

mengungkap“what” dan “how” dari temuan penelitian tersebut. Dalam hal ini,

setelah peneliti melakukan penelitian pada apa yang akan diteliti maka yang

penelitilakukan adalah menyimpulkan hasil riset pada akhir pembahasan tersebut.

Dimana kesimpulan yang diberikan oleh peneliti merupakan kesimpulan yang

dilakukan setelah melakukanan analisis terlebih dahulu sebelumnya.

G.Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan validitas dari data yang diperoleh.

Menurut Moleong (2011) megemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data

dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu dalam

pemeriksaan data dan menggunakan kriteria :

1. TeknikPemeriksaanKredibilitas Data

a) Triangulation

Menurut Moleong (2011) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi berupaya untuk mengecek

kebenaran data dan membanding kan dengan data yang diperoleh dengan sumber

lain. Menurut Denzin dalam Moleong (2011) ada empat macam triangulasi, yaitu

triangulasi sumber, metode, penyidik, danteori. Triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi metode meliputi

pengecekan beberapa teknik pengumpulan data, dan sumber data dengan metode
yang sama.

b) Kecukupan Referensial

Kecukupan referensial yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan tercatat

atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakanan alisis dan

penafsiran data. Kecukupan referensial ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan

informasi yang berkaitan dengan penelitian, baik melalui literature, buku, arsip,

catatan lapangan, foto dan rekaman yang digunakan untuk mendukung analisis dan

penafsiran data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku-buku tentang

evaluasi strategi, dan partisipasi masyarakat, catatan penelitian, dokumentasi fotofoto


dan rekaman wawancara peneliti dilapangan.

1. Teknik Pemeriksaan Keteralihan Data

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan “uraian rinci”, yaitu dengan

melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan

kontek stempat penelitian diselenggarakan. Derajat keteralihan dapat dicapai lewat

uraian yang cermat, rinci, tebal atau mendalam serta adanya kesempatan konteks

antara pengirim dan penerima. Upaya untuk memenuhi hal tersebut, peneliti

melakukannya melalui tabel data yang disajikan oleh peneliti dalam hasil dan
pembahasan.

2. Reduksi Data

Reduksi data secara inti dijelaskan Herdiansyah (2012), yaitu Proses

penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu

bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Hasil wawancara, hasil observasi, hasil

studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan (sript) sesuai dengan formatnya

masing-masing. Dalam hal ini, reduksi data yang telah peneliti lakukan pada

penelitian di Desa Harapan yaitu menjadikan bentuk tulisan dari hasil wawancara,

hasil observasi, dan hasil dokumentasi sebagai bentuk upaya penyusunan proses

dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

3. Teknik Pemeriksaan Kebergantungan


Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian

yang non kualitatif. Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan

proses penelitian kelapangan, tetapibisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu

diuji dependability-nya, dan untuk mengecek apakah hasil penelitian ini benar atau

tidak, maka peneliti selalu mendiskusikannya dengan dosen pembimbing.

4. Kepastian Data

Pengujian kepastian dalam penelitian kualitatif hamper sama dengan uji

kebergantungan, sehingga pengujiannya dilakukan peneliti dengan

mendiskusikannya kepad adosen pembimbing dan dosen pembahas. Menguji

kepastian berarti menguji hasil penelitian yang sudah dilakukan. Apabila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian

tersebut telah memenuhi standar kepastian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat di

simpulkan bahwa :

1. Bentuk partisipasi politik pemilih pemula

Bentuk Partisipasi pemilih pemula Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di


Kabupaten Muna Barat tahun 2024 yaitu

a) pemberian suara, bentuk partisipasi politik ini sangat antusias karena hampir

95% pemilih pemula Desa Harapan yang terdaftar dalam DPT datang ke
TPS untuk menggunakan hak pilihnya,

b) Diskusi politik, partisipasi politik ini dilakkan oleh pemilih pemula di Kabupaten
Muna Barat biasanya di lingkungan kerja dan lingkungan sekolah. Sebagai

anggota pengurus partai politik, dalam kegiatan sebagai pengurus partai

politik pemilih pemula belum bisa dikatakan berpartisipasi

karena minimnya pemilih pemula yang bergabung dalam kelompok

kepentingan seperti menjadi panitia KKPS atau tim sukses kandidat capres.

c) kampanye, dan diskusi-diskusi masalah pemilu. Kegiatan ini dilakukan oleh

sebagian pemilih pemula di Kabupaten Muna Barat. Pemilih pemula

melakukan kegiatan kampanye karena faktor hiburan, sedangkan untuk

alasan memperhatikan isu kampanye masih minim.

d) Bergabung dalam kelompok kepentingan, pemilih pemula

belum dikatakan berpartisipasi karena dari empat TPS yang ada di Kabupaten Muna
Barat hanya satu anggota TPS yag berasal dari kalangan pemilih pemula

hal ini disebabkan pemilih pemula yang dianggap kurang berpengalaman

sehigga mereka tidak percaya diri untuk bergabung.

e) Komunikasi individual denga pejabat politik atau administratif, bagi

pemilih pemula hal ini masih sagat tabuh bagi mereka sehingga belum bisa

dikatakan berpartisipasi

2. Faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula

a. Faktor pendorong partisipasi politik pemilih pemula

Dalam pemilihan presiden dan wakil presiden di Kabupaten Muna Barat adalah:

(1) Rangsanga politik banyaknya rangsangan politik yang diterima oleh pemilih

pemula baik lewat media masa, media Televisi, dan diskusi-diskusi politik

informal.

(2) Karakteristik pribadi seseorang, meskipun sedikit pemilih pemula yang memiliki
kesadara social yag tinggi akan tetapi pemilih pemula

yag memiliki kesadaran sosial yang tinggi cukup medorog pemilih dalam ikut
berpartisipasi,

(3) Karakteristik Sosial, status sosial ekonomi masyarakat yang

rata-rata menegah kebawah membuat pemilih pemula terdorong utuk

berpartisipasi pada pemilihan preside di Kabupaten Muna Barat melihat tigginya

Harapan mereka utuk mendapatkan kesejahteraan melalui pemimpin amanah

yang mereka pilih.

(4) Situasi lingkungan yang kondusif, keamanan dan kenyamanan masyarakat

dalam berdemokrasi tentu sagat mendorog pemilih pemula untuk

berpartisipasi karena dengan begitu mereka bebas melakukan bentuk-betuk

partisipasi yag mereka inginkan.

(5) pendidikan politik yang mereka miliki meski hanya sebagian kecil akan

tetapi juga menjadi faktor pendorong pemilih pemula mau

berpartisipasi dalam pilpres tahun 2024.

b) Faktor penghambat partisipasi Politik pemilih pemula

Faktor penghambat yang dialami oleh pemilih pemula di Kabupaten Muna Barat

yaitu kebijakan induk yang selalu berubah, pemilih pemula yang otonom, dan

kurangnya dukungan lingkungan sekitar. Kebijakan induk yang berubah-ubah

dalam hal ini yaitu pemerintah yang selalu merubah undang-undang atau

mekanisme Pilpres yang membuat pemilih pemula enggan datang ke TPS. Pemilih

pemula yang otonom, pemilih pemula yang baru mamasuki usia hak pilih sebagian

besar belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana

mereka harus memilih. Faktor kurangnya dukungan untuk mensukseskan

Pemilihan Presiden tahun 2024 membuat pemilih pemula menjadi tidak percaya diri

bahwa suaranya berpengaruh bagi masa depan Indonesia, hal itu terjadi karena

biasanya kurang dukungan dari lingkungan sekitar tempat tinggal pemilih pemula.

B. Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :


1. Pemilih pemula hendaknya lebih membuka dirinya untuk dapat menunjukkan

kemampuannya dalam dunia politik, serta menjauhkan diri dari perasaan

tidak mampu atau minder.

2. Dukungan dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta para tokoh

masyarakat melalui pendidikan politik secara dini pada pemilih pemula

dapat meningkatkan kualitas peran pemilih pemula dalam dunia politik.

3. Pemerintah seharusnya menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung

kegaiatan pemilih pemula dalam dunia politik, serta pemberian pendidikan

politik yang ditunjukkan khusus untuk pemilih pemula sehingga dapat

merangsang kinginan pemilih pemula untuk berpartisipasi dalam dunia

politik.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Arifin, Zainal. (2014). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar IlmuPolitik. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Cholisin, dkk .2007.Dasar-Dasar IlmuPolitik.UNY Press.Yogyakarta

Firmanzah.2007. Mengelola Partai Politik dan Positionig Ideologi Politik di Era

Demokrasi.YayasanObor. Jakarta.

Firmansyah, H., & Hanany, L. N. H. (2014). Partisipasi Pustakawan Dalam

Mencerdaskan Masyarakat. Jurnal Pustakawan Indonesia, 13(2).

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta Selatan: Salemba Humanika.

Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,


Ghalia. Indonesia, Bogor, 2002.

Irene, A. D. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam

Pendidikan.Pustaka.Yogyakarta.

Kaelola, Akbar. 2009. Kamus Istilah Politik Kontemporer. Yogyakarta: Cakrawala.

Lisdiana. 2013 .Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga Berencana Pada

Pukesmas Parit Haji Husein II Kecamatan Pontianak.Skripsi.Fakultas Ilmu

Anda mungkin juga menyukai