Makalah Gadar Non Trauma Kel 1
Makalah Gadar Non Trauma Kel 1
Makalah Gadar Non Trauma Kel 1
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Ananda Yulian Ramadhani (P07220120005)
2. Al’Ainaa Almardhiyah (P07220120003)
3. Darmilakasi (P07220120009)
4. Elsa Puspita Rahayu (P07220120015)
5. Khairun Nissa (P07220120024)
6. Laksamana Bima Sakti (P07220120026)
7. Putri Zaneta Aprilita (P07220120035)
8. Rossi Arsetya Fatiqa Dewi (P07220120038)
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Dosen Pebimbing :
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
PENUTUP................................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai oleh keterbatasan aliran udara persisten, bersifat progresif,
dan disertai dengan respons inflamasi kronik pada saluran napas paru akibat gas atau
partikel berbahaya. Eksaserbasi dan komorbid berkontribusi terhadap perburukan
penyakit. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan proses inflamasi paru kronik,
termasuk bronkitis kronis dengan fibrosis disertai obstruksi saluran napas kecil, dan
emfisema dengan pelebaran rongga udara disertai destruksi parenkim paru, penurunan
elastisitas paru, dan obstruksi saluran napas kecil (Suradi et al., 2015). PPOK adalah
sekelompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan
peningkatan resistensi terhadap aliran udara (Padila, 2012). PPOK adalah penyakit
yang umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan
persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan / atau
kelainan alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan terhadap partikel atau gas
yang berbahaya (GOLD, 2020).
Penyakit paru obstruktif kronik masih menjadi ancaman bagi masyarakat dunia
(Quaderi, S. A., & Hurst, 2018). PPOK akan berdampak negatif terhadap kesehatan
penderita. Penyakit ini memiliki prognosis yang akan terus memburuk seiring dengan
bertambahnya waktu, salah satu dampak yang akan dirasakan oleh pasien adalah
adanya batuk produktif yang terjadi terus menerus. Salah satu faktor risiko PPOK
adalah pajanan asap rokok (Kedokteran, 2018).
PPOK berhubungan dengan prevalensi tinggi adanya kondisi komorbid yang
selanjutnya akan berdampak negatif pada prognosis dan kualitas hidup. Eksaserbasi
merupakan penyebab morbiditas paling penting pada PPOK. Sekali pasien datang ke
instalasi rawat darurat atau menjalani perawatan di rumah sakit karena perburukan atau
eksaserbasi maka akan berisiko tinggi untuk perawatan kembali dan terjadinya
mortalitas. Mortalitas pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena eksaserbasi
dengan hiperkapnia dan asidosis diperkirakan sebesar 10%. Mortalitas sebesar 40%
pada pasien yang membutuhkan ventilasi mekanik 1 tahun setelah perawatan dan
1
mortalitas sebesar 49% oleh karena berbagai sebab 3 tahun setelah pasien pulang dari
perawatan sebelumnya (Suradi et al., 2015).
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan penyakit paru obstruktif kronik?
b. Bagaimana penatalaksanaan kegawatdaruratan pada penyakit paru obstruktif
kronik?
C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar kegawatdaruratan pada
penyakit paru obstruktif kronik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit paru obstruktif kronik adalah suatu penyakit yang bisa dicegah
dan diatasi, yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, yang
biasanya bersifat progresif dan terkait dengan adanya respon inflamasi kronis
saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya seperti asap
rokok, debu industri, polusi udara baik dari dalam maupun luar ruangan (Ikawati,
2016)
b. Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Menurut Ikawati (2016), beberapa faktor risiko utama yang
mempengaruhiberkembangnya penyakit PPOK, yang dibedakan menjadi faktor
paparan lingkungan dan faktor host/penderitanya. Adapun faktor yang disebabkan
karena paparan lingkungan antara lain yaitu:
3
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK pada perokok dengan
risiko 30 kali lebih besar dibandingkan dengan yang bukan perokok.Kematian
akibat PPOK terkait dengan usia mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap,
dan status merokok yang terakhir saat PPOK mulai berkembang. Namun, bukan
berarti semua penderita PPOK merupakan perokok karena kurang lebih 10%
orang yang tidak merokok mungkin juga menderita PPOK karena secara tidak
langsung terpapar asap rokok sehingga menjadi perokok pasif.
2. Pekerjaan
Pekerjaan juga dapat menjadi penyebab terkena penyakit PPOK
karena beberapa pekerjaan berisiko menjadi pemicu terkena penyakit ini.
Pada pekerja industri keramik yang terpapar debu, pekerja tambang emas dan
batu bara, atau pekerja yang terpapar debu katun dan debu gandum, dan asbes,
mempunyai risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit PPOK.
3. Polusi udara
gejalanyadengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari luar
rumah maupun dari dalam rumah seperti asap pabrik, asap kendaraan
4. Infeksi
Sedangkan untuk faktor risiko yang berasal dari host/pasiennya sebagai berikut:
1. Usia
Semakin bertambahnya usia maka risiko penderita PPOK semakin besar.
2. Jenis kelamin
4
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dari pada wanita hal ini terkait dengan
misalnya infeksi pada masa kanak-kanak seperti TBC dan bronkiektasis atau
c. Manifestasi Klinis
5
pulmonalis, ukuran jantung juga mengalami pembesaran. Dengan
pemeriksaan fluoroskopi dinali kecepatan aliran udara pada waktu ekspirasi.
Infeksi pada bronkiolus ditandai dengan adanya bercak-bercak pada bagian
tengah paru.
2. Pemeriksaan faal paru
Pemeriksaan faal paru dengan spirometer sederhana, akan tampak
jelas penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik (VEP1) dibandingkan dengan
orang normal, dengan umur dan potongan badan yang sama. Pada kasus
ringan, VEP1 hanya mencapai 80% atau kurang, dibanding orang normal pada
kasus beratVEP1 mungkin hanya 40% atau malah kurang.
3. Pemeriksaaan analisa gas darah (arteri)
Perjalanan bronchitis kronis berlangsung lambat dan memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk membuat keadaan penderita betul-betul buruk.
Penurunan PAO2 serta peningkatan PACO2 dan semua akibat sekundernya
(asidosis, dan lainlain) akan terjadi perlahan-lahan dengan adaptasi secara
maksimal dari tubuh
dengan tanda dan gejala mayor dan minor bersihan jalan napas tidak efektif
dimana data mayornya yaitu subjektif tidak tersedia dan data objektifnya batuk
tidak efektif, sputum berlebih, tidak mampu batuk, mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering, sedangkan tandadan gejala minor, data subjektif dyspnea, sulit
bicara, ortopnea. Data objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun,
frekuensi napas berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
6
kegawatdaruratan pada pasien PPOK adalah sebagai berikut:
1. Primary survey
kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey pasien dengan PPOK
antara lain:
dada, kaji adanya sumbatan atau penumpukan secret serta wheezing pada
bernapas, benda asing di jalan nafas, bunyi napas, dan hembusan napas.
napas, kaji apakah pasien mengalami sesak dengan aktifitas ringan atau
7
apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak teraba gunakan
pengecekan CRT.
4) Kaji disability
2. Secondary Asessment
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang tubuh pasien.
dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai
b. Manajemen Farmakoterapi
1. Bronkodilator
2. Antibiotik
eksaserbasi akut PPOK disebabkan oleh infeksi. Dari infeksi ini 40-50%
8
disebabkan oleh bakteri, 30 % disebabkan oleh virus, dan 5-10 % tidak
3. Mukolitik
4. Anti inflamasi
penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil hanya bila ujisteroid positif.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit paru
kronik berupa obstruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible yang diasosiasikan dengan respon inflamsi abnormal paru
terhadap gas berbahaya ataupun partikel asing.
Faktor resiko yang berkaitan dengan PPOK adalah factor herediter yaitu
lingkungan dan tempat kerja, hiperaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran napas
bawah berulang. Manifestasi klinis pasien PPOK adalah batuk kronis, berdahak
kronis, dan sesak napas. Diagnosis pada pasien PPOK dapat ditegakkan berdasarkan
perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil yang ditandai
dengan sesak napas yang bertambah berat, produksi sputum yang meningkat dan
10
DAFTAR PUSTAKA
Putra TR, S. K. (2013). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam . Denpasar:
SMF Penyakit Dalam FK Unud .
11