Koneksi Antar Materi Modul 1.1
Koneksi Antar Materi Modul 1.1
Koneksi Antar Materi Modul 1.1
1.1.a.8
Erwin Tejasomantri, S.Pd.
CGP Angkatan 7 Kab. Ciamis
Neno Hendrayatno, S.Pd., M.Pd. Wawan Setiawan, S.Pd.
Fasilitator Pengajar Praktik
Apa yang Anda percaya tentang
murid dan pembelajaran di kelas
sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Video Ilustrasi
Saya percaya bahwa seorang guru adalah pusat pembelajaran (teacher center). Disini saya menempatkan
diri sebagai aktor utama, orang yang serba tahu, dan sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga proses
pembelajaran didominasi oleh saya. Peserta didik hanya melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk saya,
dan hampir tidak memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan keinginannya.
Saya kurang memahami karakteristik peserta didik, saya kurang peduli
dengan kebutuhan, kenyamanan, dan kemerdekaan belajar peserta
didik. Saya berfikir jika mereka mengikuti seluruh perintah dan tertib
dalam kegiatan pembelajaran merupakan suatu keberhasilan.
Rendahnya motivasi peserta didik sehingga mereka pasif dalam proses
pembelajaran karena saya cenderung menyampaikan materi
pembelajaran dengan strategi ceramah sehingga peserta didik merasa
tidak dilibatkan saat belajar di kelas.
Pembelajaran terfokus pada pencapaian KKM. Untuk itu saya terus
berusaha mencari metode yang terbaik dalam kegiatan belajar mengajar
agar nilai anak memuaskan.
Apa yang berubah dari pemikiran
atau perilaku Anda setelah
mempelajari modul ini?
Video Ilustrasi
Perubahan Pemikiran, yaitu;
Saya meyakini bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar.
Pembelajaran harus berpusat kepada anak (student center atau menghamba pada
anak).
Menyadari bahwa setiap anak itu adalah unik dengan segala kelebihan dan
kekurangan yang mereka miliki.
Memahami dan menghargai karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran,
meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan
awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan sosial,
perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motorik.
Perubahan Perilaku, yaitu;
Saya berusaha menuntun dan memfasilitasi peserta didik dalam
mengembangkan potensi atau bakatnya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman.
Memberikan kemerdekaan belajar kepada peserta didik sesuai kreativitasnya.
Melakukan komunikasi intensif dengan berbagai fihak demi kemajuan peserta
didik.
Berusaha menjadi guru, ayah, teman, sahabat, dan fasilitator yang baik bagi
peserta didik sehingga muncul keterikatan emosional yang kuat, sehingga
lebih memudahkan dalam proses menuntun mereka sesuai kodratnya.
Apa yang dapat segera Anda
terapkan lebih baik agar
kelas Anda mencerminkan
pemikiran KHD?
Menerapkan sistem among dengan memberikan tuntunan dan arahan kepada peserta didik sesuai dengan kodrat
alam dan kodrat zamannya.
Menerapkan pembelajaran berbasis permainan sesuai dengan kodrat anak. Saya mencoba menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain.
Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Mendesain dan mengaplikasikan pembelajaran yang variatif, interaktif, dan bermakna, dimana pembelajaran
berpusat pada murid atau student center. Proses pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai sosok
yang menjadi subjek pembelajaran. Pendekatan ini memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih aktif,
mandiri, serta dapat menerapkan maupun memahami materi belajar sesuai kemampuan masing-masing.
Melatih kecakapan abad 21 yaitu keterampilan berpikir kreatif, berpikir kritis dan pemecahan masalah,
berkomunikasi, dan berkolaborasi.
Menerapkan konsep merdeka belajar dan mengintegrasikan setiap pembelajaran dengan pencapaian Profil
Pelajar Pancasila.
Pembelajaran mengutamakan nilai-nilai karakter atau budi pekerti.
Menerapkan pembelajaran berbasis kearifan lokal dan budaya setempat.
Yang terakhir, saya terus berusaha untuk mengaplikasikan Trilogi Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung
Tuladha, dari depan saya memberikan teladan atau contoh positif bagi peserta didik, Ing Madya Mangun Karsa, di
tengah saya memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya memberikan dorongan kepada
peserta didik untuk belajar dan terus belajar.
Kesimpulan
Ki Hajar Dewantara telah
meletakkan beberapa konsepsi
sebagai dasar pendidikan nasional.
Konsep pemikiran merdeka belajar
adalah poin utama dalam pemikiran-
pemikiran KHD untuk
menyelenggarakan pendidikan.
Konsep Trilogi
Konsep trilogi Ki Hajar Dewantara, yang bernama asli Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat ini digunakan sebagai pijakan pendidikan di
Indonesia yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,
Tut Wuri Handayani.
Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti bahwa seorang pendidik yang
berada di depan hendaknya menjadi contoh atau suri tauladan baik.
Ing Madya Mangun Karsa maknanya seorang pendidik di tengah
harus mampu membangkitkan semangat.
Tut Wuri Handayani seorang pendidik harus memberikan dorongan
moral dan semangat kerja dari belakang.
Asas Pendidikan
Ki Hajar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti
dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran
merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak
secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang
dapat diteruskan atau diwariskan.
Pendidikan merupakan proses perubahan yang terus bergerak dan tidak diam. Pendidikan
bergerak sesuai kodrat keadaan (kodrat zaman dan kodrat alam).
Asas Trikon
Proses perubahan dalam pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara disebut dengan asas
Trikon, yakni:
Kontinuitas merupakan pengembangan pendidikan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, dilakukan terus menerus dengan membuat perencanaan yang
baik. Dalam hal ini pendidikan yang dikembangkan berlandaskan pada nilai-nilai
budaya bangsa.
Konvergensi merupakan pengembangan pendidikan yang dilakukan berlandaskan
pada prinsip memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan.
Konsentris adalah pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan
pembelajar. Memerdekaan diri sendiri dengan tidak mengganggu dan tetap
menghargai kemerdekaan orang lain.
Dasar-dasar Pendidikan
yang Menuntun
KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat
yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun
tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat anak.