Unit Gawat Darurat
Unit Gawat Darurat
Unit Gawat Darurat
2. Rekam Medis
Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit)
Ketidaklengkapan Pengisian Informed Concent (0%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Ketidaklengkapan Pengisian Informed Concent
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Dimensi Mutu Efektifitas
Tujuan Tergambarnya manajemen risiko
Definisi Operasional Informed concent adalah persetujuan yang diberikan
pasien/keluarga pasien atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah informed consent yang tidak lengkap dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah informed consent dalam 1 bulan
Target Pencapaian 0%
Kriteria : - Inklusi Semua informed concent dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah informed consent yang tidak lengkap dalam 1 bulan ÷
Jumlah informed consent dalam 1 bulan x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Concurrent
Sumber Data Sensus harian
Instrumen Pengambilan Data Formulir ketidaklengkapan informed concent
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordinator Unit Rekam Medis
3. Farmasi
Indikator Nasional Mutu (INM)
Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (≥80%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Formularium
Nasional.
2. Kepatuhan terhadap formularium dapat meningkatkan
efisiensi dalam penggunaan obat-obatan.
3. Formularium rumah sakit disusun berdasarkan masukan-
masukan pemberi layanan, dan pemilihannya
berdasarkan kepada mutu obat, rasio risiko dan manfaat,
berbasis bukti, efektivitas dan efisiensi. Pengadaan obat-
obatan di rumah sakit mengacu pada formularium rumah
sakit.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Terwujudnya pelayanan obat kepada pasien yang efektif dan
efisien berdasarkan daftar obat yang mengacu pada
formularium nasional.
Definisi Operasional 1. Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih
yang dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan
resep pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam
penyelenggaraan program jaminan kesehatan.
2. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional adalah
peresepan obat (R/: recipe dalam lembar resep) oleh DPJP
kepada pasien sesuai daftar obat di Formularium Nasional
dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang sesuai dengan
formularium nasional
Denominator (Penyebut) Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang diobservasi
Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria : - Inklusi Resep yang dilayani di RS
- Eksklusi 1. Obat yang diresepkan di luar FORNAS tetapi dibutuhkan
pasien dan telah mendapatkan persetujuan komite medik
dan direktur.
2. Bila dalam resep terdapat obat di luar FORNAS karena
stok obat nasional berdasarkan e-katalog habis/kosong.
Formula Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang sesuai dengan
formularium nasional ÷ Jumlah R/ recipe dalam lembar resep
yang diobservasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Lembar resep di Instalasi Farmasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling – Simple Random Sampling /
Systematic Random Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordinator Unit Farmasi
4. Radiologi
Indikator Nasional Mutu (INM)
Kepatuhan Identifikasi Pasien (100%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran 4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan
Pasien
5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
6. Rumah sakit harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat
menjamin keselamatan petugas dan pasien dengan cara
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional 14. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan tampak
kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs) dengan kandungan
alkohol 60-80% bila tangan tidak tampak kotor.
15. Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar
adalah kebersihan tangan sesuai indikasi dan langkah
kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
16. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
17. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
dari:
f. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien atau pakaian
pasien, sebelum menangani obat-obatan dan sebelum
menyiapkan makanan pasien.
g. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien.
h. Sebelum melakukan prosedur aseptik adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sebelum melakukan
tindakan steril atau aseptik, contoh: pemasangan intra
vena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan
kateter urin, suctioning, pemberian suntikan dan lain-
lain.
i. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain,
setelah melepas sarung tangan steril dan setelah
melepas APD.
j. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien adalah
melakukan kebersihan tangan setelah tangan petugas
menyentuh permukaan, sarana prasarana, dan alat
kesehatan yang ada di lingkungan pasien, meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan
lain yang digunakan pasien.
18. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana
tangan terpapar kuman setelah menyentuh permukaan
(lingkungan atau pasien) atau tangan menyentuh zat
yang terdapat pada permukaan.
19. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang
yang diindikasikan.
20. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan.
21. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah
penilaian kepatuhan pemberi pelayanan yang
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
22. Observer adalah orang yang melakukan observasi
atau penilaian kepatuhan dengan metode dan tool
yang telah ditentukan.
23. Periode observasi adalah kurun waktu yang digunakan
untuk mendapatkan minimal 200 peluang kebersihan
tangan di unit sesuai dengan waktu yang ditentukan
untuk melakukan observasi dalam satu bulan.
24. Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
observasi maksimal 20 menit (rerata 10 menit).
25. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah
jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
satu periode observasi.
26. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada waktu
observasi tidak boleh lebih dari 3 orang agar dapat
mencatat semua indikasi kegiatan yang dilakukan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Denominator (Penyebut) Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya
dilakukan dalam periode observasi
Target Pencapaian ≥ 85%
Kriteria : - Inklusi Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan
- Eksklusi terindikasi harus melakukan kebersihan tangan
Obat-obatan yang tidak tergolong high alert
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan ÷ Jumlah
total peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan
dalam periode observasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Observasi
Sumber Data Hasil Observasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir kepatuhan kebersihan tangan
Besar Sampel Minimal 200 peluang
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Komite PPI RS
6. Rawat Jalan
Indikator Nasional Mutu (INM)
Waktu Tunggu Rawat Jalan (≥80%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Waktu Tunggu Rawat Jalan
Dasar Pemikiran 1. Undang-Undang tentang Rumah Sakit.
2. Rumah sakit harus menjamin ketepatan pelayanan
kesehatan termasuk di unit rawat jalan. Walaupun tidak
dalam kondisi gawat maupun darurat namun tetap harus
dilayani dalam waktu yang ditetapkan. Hal ini untuk
menjamin terpenuhinya kebutuhan pasien akan rencana
diagnosis dan pengobatan. Waktu tunggu yang lama dapat
menyebabkan ketidakpuasan pasien dan keterlambatan
diagnosis maupun pengobatan pasien.
Dimensi Mutu Berorientasi kepada pasien, tepat waktu
Tujuan Tergambarnya waktu pasien menunggu di pelayanan sebagai
dasar untuk perbaikan proses pelayanan di unit rawat jalan
agar lebih tepat waktu dan efisien sehingga meningkatkan
kepuasan pasien.
Definisi Operasional 1. Waktu tunggu rawat jalan adalah waktu yang dibutuhkan
mulai saat pasien kontak dengan petugas pendaftaran
sampai mendapat pelayanan dokter/dokter spesialis.
2. Kontak dengan petugas pendaftaran adalah proses saat
petugas pendaftaran menanyakan dan
mencatat/menginput data sebagai pasien atau pada saat
pasien melakukan konfirmasi kehadiran untuk pendaftaran
online.
a. Pasien datang langsung, maka dihitung sejak pasien
kontak dengan petugas pendaftaran sampai
mendapat pelayanan dokter/ dokter spesialis.
b. Pasien mendaftar online, maka dihitung sejak pasien
melakukan konfirmasi kehadiran kepada petugas
pendaftaran sesuai jam pelayanan pada pendaftaran
online sampai mendapat pelayanan dokter/ dokter
spesialis.
c. Pasien anjungan mandiri, maka dihitung sejak bukti
pendaftaran tercetak pada anjungan mandiri sampai
mendapat pelayanan dokter/ dokter spesialis.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah pasien rawat jalan dengan waktu tunggu ≤ 60 menit
Denominator (Penyebut) Jumlah pasien rawat jalan yang diobservasi
Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria : - Inklusi Pasien yang berobat dirawat jalan
- Eksklusi Pasien yang mendaftar online atau anjungan mandiri
datang lebih dari 60 menit dari waktu yang sudah
ditentukan
Formula Jumlah pasien rawat jalan dengan waktu tunggu ≤ 60 menit ÷
Jumlah pasien rawat jalan yang diobservasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Sumber data sekunder antara lain dari:
1. Catatan Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
2. Rekam Medik Pasien Rawat Jalan
3. Formulir Waktu Tunggu Rawat Jalan
Instrumen Pengambilan Data Formulir waktu tunggu rawat jalan
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling – Simple Random Sampling/Stratified
Random sampling (berdasarkan poliklinik rawat jalan)
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordinator Unit Rawat Jalan
7. Kebidanan
Indikator Nasional Mutu (INM)
Kepatuhan Identifikasi Pasien (100%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran 10. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan
Pasien
11. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
12. Rumah sakit harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat
menjamin keselamatan petugas dan pasien dengan cara
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional 40. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan tampak
kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs) dengan kandungan
alkohol 60-80% bila tangan tidak tampak kotor.
41. Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar
adalah kebersihan tangan sesuai indikasi dan langkah
kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
42. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
43. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
dari:
p. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien atau pakaian
pasien, sebelum menangani obat-obatan dan sebelum
menyiapkan makanan pasien.
q. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien.
r. Sebelum melakukan prosedur aseptik adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sebelum melakukan
tindakan steril atau aseptik, contoh: pemasangan intra
vena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan
kateter urin, suctioning, pemberian suntikan dan lain-
lain.
s. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain,
setelah melepas sarung tangan steril dan setelah
melepas APD.
t. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien adalah
melakukan kebersihan tangan setelah tangan petugas
menyentuh permukaan, sarana prasarana, dan alat
kesehatan yang ada di lingkungan pasien, meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan
lain yang digunakan pasien.
44. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana
tangan terpapar kuman setelah menyentuh permukaan
(lingkungan atau pasien) atau tangan menyentuh zat
yang terdapat pada permukaan.
45. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang
yang diindikasikan.
46. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan.
47. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah
penilaian kepatuhan pemberi pelayanan yang
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
48. Observer adalah orang yang melakukan observasi
atau penilaian kepatuhan dengan metode dan tool
yang telah ditentukan.
49. Periode observasi adalah kurun waktu yang digunakan
untuk mendapatkan minimal 200 peluang kebersihan
tangan di unit sesuai dengan waktu yang ditentukan
untuk melakukan observasi dalam satu bulan.
50. Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
observasi maksimal 20 menit (rerata 10 menit).
51. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah
jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
satu periode observasi.
52. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada waktu
observasi tidak boleh lebih dari 3 orang agar dapat
mencatat semua indikasi kegiatan yang dilakukan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Denominator (Penyebut) Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya
dilakukan dalam periode observasi
Target Pencapaian ≥ 85%
Kriteria : - Inklusi Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan
- Eksklusi terindikasi harus melakukan kebersihan tangan
Obat-obatan yang tidak tergolong high alert
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan ÷ Jumlah
total peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan
dalam periode observasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Observasi
Sumber Data Hasil Observasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir kepatuhan kebersihan tangan
Besar Sampel Minimal 200 peluang
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Komite PPI RS
8. Rawat Inap
Indikator Nasional Mutu (INM)
Kepatuhan Identifikasi Pasien (100%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran 13. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan
Pasien
14. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
15. Rumah sakit harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat
menjamin keselamatan petugas dan pasien dengan cara
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional 53. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan tampak
kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs) dengan kandungan
alkohol 60-80% bila tangan tidak tampak kotor.
54. Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar
adalah kebersihan tangan sesuai indikasi dan langkah
kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
55. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
56. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
dari:
u. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien atau pakaian
pasien, sebelum menangani obat-obatan dan sebelum
menyiapkan makanan pasien.
v. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien.
w. Sebelum melakukan prosedur aseptik adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sebelum melakukan
tindakan steril atau aseptik, contoh: pemasangan intra
vena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan
kateter urin, suctioning, pemberian suntikan dan lain-
lain.
x. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain,
setelah melepas sarung tangan steril dan setelah
melepas APD.
y. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien adalah
melakukan kebersihan tangan setelah tangan petugas
menyentuh permukaan, sarana prasarana, dan alat
kesehatan yang ada di lingkungan pasien, meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan
lain yang digunakan pasien.
57. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana
tangan terpapar kuman setelah menyentuh permukaan
(lingkungan atau pasien) atau tangan menyentuh zat
yang terdapat pada permukaan.
58. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang
yang diindikasikan.
59. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan.
60. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah
penilaian kepatuhan pemberi pelayanan yang
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
61. Observer adalah orang yang melakukan observasi
atau penilaian kepatuhan dengan metode dan tool
yang telah ditentukan.
62. Periode observasi adalah kurun waktu yang digunakan
untuk mendapatkan minimal 200 peluang kebersihan
tangan di unit sesuai dengan waktu yang ditentukan
untuk melakukan observasi dalam satu bulan.
63. Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
observasi maksimal 20 menit (rerata 10 menit).
64. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah
jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
satu periode observasi.
65. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada waktu
observasi tidak boleh lebih dari 3 orang agar dapat
mencatat semua indikasi kegiatan yang dilakukan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Denominator (Penyebut) Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya
dilakukan dalam periode observasi
Target Pencapaian ≥ 85%
Kriteria : - Inklusi Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan
- Eksklusi terindikasi harus melakukan kebersihan tangan
Obat-obatan yang tidak tergolong high alert
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan ÷ Jumlah
total peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan
dalam periode observasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Observasi
Sumber Data Hasil Observasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir kepatuhan kebersihan tangan
Besar Sampel Minimal 200 peluang
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Komite PPI RS
9. Intensif
Indikator Nasional Mutu (INM)
Kepatuhan Identifikasi Pasien (100%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran 16. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan
Pasien
17. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
18. Rumah sakit harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat
menjamin keselamatan petugas dan pasien dengan cara
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional 66. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan tampak
kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan
alkohol (alcohol-based handrubs) dengan kandungan
alkohol 60-80% bila tangan tidak tampak kotor.
67. Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar
adalah kebersihan tangan sesuai indikasi dan langkah
kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
68. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
69. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
dari:
z. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum
menyentuh tubuh/permukaan tubuh pasien atau pakaian
pasien, sebelum menangani obat-obatan dan sebelum
menyiapkan makanan pasien.
aa.Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien.
bb. Sebelum melakukan prosedur aseptik adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sebelum melakukan
tindakan steril atau aseptik, contoh: pemasangan intra
vena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan
kateter urin, suctioning, pemberian suntikan dan lain-
lain.
cc.Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain,
setelah melepas sarung tangan steril dan setelah
melepas APD.
dd. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien
adalah melakukan kebersihan tangan setelah tangan
petugas menyentuh permukaan, sarana prasarana, dan
alat kesehatan yang ada di lingkungan pasien, meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan
lain yang digunakan pasien.
70. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana
tangan terpapar kuman setelah menyentuh permukaan
(lingkungan atau pasien) atau tangan menyentuh zat
yang terdapat pada permukaan.
71. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang
yang diindikasikan.
72. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan.
73. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah
penilaian kepatuhan pemberi pelayanan yang
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
74. Observer adalah orang yang melakukan observasi
atau penilaian kepatuhan dengan metode dan tool
yang telah ditentukan.
75. Periode observasi adalah kurun waktu yang digunakan
untuk mendapatkan minimal 200 peluang kebersihan
tangan di unit sesuai dengan waktu yang ditentukan
untuk melakukan observasi dalam satu bulan.
76. Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
observasi maksimal 20 menit (rerata 10 menit).
77. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah
jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam
satu periode observasi.
78. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada waktu
observasi tidak boleh lebih dari 3 orang agar dapat
mencatat semua indikasi kegiatan yang dilakukan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Denominator (Penyebut) Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya
dilakukan dalam periode observasi
Target Pencapaian ≥ 85%
Kriteria : - Inklusi Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan
- Eksklusi terindikasi harus melakukan kebersihan tangan
Obat-obatan yang tidak tergolong high alert
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan ÷ Jumlah
total peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan
dalam periode observasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Observasi
Sumber Data Hasil Observasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir kepatuhan kebersihan tangan
Besar Sampel Minimal 200 peluang
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Komite PPI RS
Kepatuhan Waktu Visite Dokter (≥80%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kepatuhan Waktu Visite Dokter
Dasar Pemikiran 7. Undang-Undang mengenai Praktik Kedokteran
8. Undang-Undang mengenai pelayanan publik
9. Pelayanan kesehatan harus berorientasi kepada kebutuhan
pasien, bukan kepada keinginan rumah sakit.
Dimensi Mutu Berorientasi kepada pasien
Tujuan 5. Tergambarnya kepatuhan dokter melakukan visitasi
kepada pasien rawat inap sesuai waktu yang ditetapkan.
6. Waktu yang ditetapkan untuk visite adalah pukul 06.00 –
14.00.
Definisi Operasional Waktu visite dokter adalah waktu kunjungan dokter untuk
melihat perkembangan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah pasien yang di-visite dokter pada pukul 06.00 – 14.00
Denominator (Penyebut) Jumlah pasien yang diobservasi
Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria : - Inklusi Visite dokter pada pasien rawat inap.
- Eksklusi Pasien yang baru masuk rawat inap hari itu
Pasien konsul
Formula Jumlah pasien yang di-visite dokter pada pukul 06.00 – 14.00
÷ Jumlah pasien yang diobservasi x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Retrospekstif
Sumber Data Data sekunder berupa laporan visite rawat inap dalam rekam
medik
Instrumen Pengambilan Data Formulir Kepatuhan Waktu Visite Dokter
Besar Sampel 5. Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
6. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan
11. Laundry
Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit)
Angka Kejadian Linen Hilang (0%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Angka Kejadian Linen Hilang
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisiensi
Tujuan Tergambarkannya pengendalian dan mutu pelayanan
laundry
Definisi Operasional Linen adalah bahan/kain yang digunakan dirumah sakit
untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling dan alat
instrument steril lainnya yang digunakan dirumah sakit.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah linen hilang dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah linen dalam 1 bulan
Target Pencapaian 0%
Kriteria : - Inklusi Semua linen dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah linen hilang dalam 1 bulan ÷ Jumlah linen dalam 1
bulan x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Concurent
Sumber Data Stok linen
Instrumen Pengambilan Data Formulir sensus harian angka kejadian linen hilang
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordintor Kerumahtanggaan
15. Gizi
Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit)
Tidak Adanya Kesalahan Pemberian Diit (0%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Tidak Adanya Kesalahan Pemberian Diit
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Dimensi Mutu Keselamatan dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya kualitas pelayanan gizi
Definisi Operasional Kesesuaian jenis diit antara yang diminta oleh dokter dengan
yang disajikan pada saat makan. Kesesuaian diit meliputi
jumlah kalori, jenis makanan, volume diit cair. Kriteria
inklusi: Petugas diit menyajikan makanan yang tidak sesuai
dengan jenis diet yang diminta pada saat makan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah kesalahan pemberian diit dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah pemberian diit dalam 1 bulan
Target Pencapaian 0%
Kriteria : - Inklusi Semua pemberian diit dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah kesalahan pemberian diit dalam 1 bulan ÷ Jumlah
pemberian diit dalam 1 bulan x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Concurrent
Sumber Data Sensus harian
Instrumen Pengambilan Data Formulir tidak adanya kesalahan pemberian diit
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling – Consecutive Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordinator Unit Gizi
16. Keuangan
Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit)
Ketidaklengkapan Dokumen Pendukung Penagihan (0%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Ketidaklengkapan Dokumen Pendukung Penagihan
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisiensi
Tujuan Tergambarkannya mutu keuangan
Definisi Operasional Dokumen pendukung penagihan adalah dokumen yang harus
disertakan didalam proses penagihan pada pihak
asuransi/perusahaan sesuai dengan permintaan yang
tercantum didalam surat perjanjian kerjasama.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah dokumen pendukung penagihan yang tidak lengkap
dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah penagihan dalam 1 bulan
Target Pencapaian 0%
Kriteria : - Inklusi Semua penagihan dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah dokumen pendukung penagihan yang tidak lengkap
dalam 1 bulan ÷ Jumlah penagihan dalam 1 bulan x 100% =
%
Metode Pengumpulan Data Concurent
Sumber Data Sensus harian
Instrumen Pengambilan Data Formulir sensus harian ketidaklengkapan dokumen
pendukung penagihan
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Manager Keuangan
17. Logistik
Indikator Mutu Prioritas Unit (IMP-Unit)
Ketidaksesuaian Surat Pesanan (SP) dengan Fisik Barang/Bahan (0%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Ketidaksesuaian Surat Pesanan (SP) Dengan Fisik
Barang/Bahan
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya mutu dan kinerja logistik
Definisi Operasional Ketidaksesuaian surat pesanan (SP) dengan fisik barang/
bahan adalah ketidaksesuaian antara spesifikasi barang/
bahan yang tertera di dalam surat pesanan dengan
spesifikasi fisik barang/bahan yang diterima.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah fisik yang tidak sesuai dengan pemesanan dalam 1
bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah pemesanan logistik dalam 1 bulan
Target Pencapaian 0%
Kriteria : - Inklusi Semua pemesanan logistik dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah fisik yang tidak sesuai dengan pemesanan dalam 1
bulan ÷ Jumlah pemesanan logistik dalam 1 bulan x 100%
= %
Metode Pengumpulan Data Concurent
Sumber Data Catatan ketidaksesuaiam surat pesanan (SP) dengan fisik
barang/bahan
Instrumen Pengambilan Data Formulir sensus harian
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordinator Logistik Umum
18. Ponek
Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergenci (≥ 80%) (INM, IMP-RS, IMP-Unit)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Waktu Tanggap Operasi Seksio Sesarea Emergensi
Dasar Pemikiran 1. Undang Undang mengenai Rumah Sakit
2. Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
pada tahun 2015 adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup,
ini masih merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Kejadian kematian ibu ini terbanyak ditemukan di rumah
sakit sebesar 78%. Tingginya Angka Kematian Ibu ini
mengindikasikan masih perlunya dilakukan peningkatan
tata kelola dan peningkatan mutu pelayanan antenatal
care dan persalinan. Untuk itu diperlukan indikator untuk
memantau kecepatan proses pelayanan operasi seksio
sesarea.
Dimensi Mutu Tepat waktu, efektif, keselamatan
Tujuan Tergambarnya pelayanan kegawatdaruratan operasi seksio
sesarea yang cepat dan tepat sehingga mampu
mengoptimalkan upaya menyelamatkan ibu dan bayi.
Definisi Operasional 1. Waktu tanggap operasi seksio sesarea emergensi adalah
waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan
tindakan seksio sesarea emergensi sejak diputuskan operasi
sampai dimulainya insisi operasi di kamar operasi yaitu ≤
30 menit.
2. Seksio sesarea emergensi adalah tindakan seksio sesarea
yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan/atau bayi
dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya.
3. Seksio sesarea emergensi kategori I adalah tindakan seksio
sesarea pada keadaan di mana terdapat ancaman langsung
bagi kelangsungan hidup ibu atau janin.
4. Pengukuran indikator waku tanggap operasi seksio
sesarea emergensi dilakukan oleh rumah sakit yang
memberikan pelayanan seksio sesaria.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea
emergensi kategori I (satu) yang mendapatkan tindakan
seksio sesarea emergensi ≤ 30 menit
Denominator (Penyebut) Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea
emergensi kategori I
Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria : - Inklusi Seksio sesarea emergensi kategori I
Misalnya: fetal distress menetap, prolaps tali pusat atau tali
pusat menumbung, gagal vakum/forsep, ruptur uteri
imminent, ruptur uteri, perdarahan ante partum dengan
perdarahan aktif.
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah pasien yang diputuskan tindakan seksio sesarea
emergensi kategori I (satu) yang mendapatkan tindakan
seksio sesarea emergensi ≤ 30 menit ÷ Jumlah pasien yang
diputuskan tindakan seksio sesarea emergensi kategori I x
100% = %
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Data sekunder dari rekam medik dan laporan operasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir waktu tanggap seksio sesarea emergensi
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Bidang Keperawatan dan Kepala Unit Kebidanan
19. Humas
Indikator Nasional Mutu (INM)
Kepatuhan Waktu Tanggap Komplain (80%)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Kecepatan Respon Terhadap Complain
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
Dimensi Mutu Berfokus pada pasien
Tujuan Tergambarnya kepuasan pasien dan keluarga terhadap
pelayanan rumah sakit
Definisi Operasional 1. Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
terhadap jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
RS. Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila
pelayanan yang diberikan sesuai atau melampaui
harapan pelanggan. Hal ini dapat diketahui dengan
melakukan survei kepuasan pelanggan untuk
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dengan
mengacu pada kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM).
2. Pemantauan dan pengukuran Kepuasan Pasien dan
Keluarga adalah kegiatan untuk mengukur tingkatan
kesenjangan pelayanan RS yang diberikan dengan
harapan pasien dan keluarga di Rawat Jalan, Rawat Inap
dan Gawat Darurat
3. Kepuasan Pasien keluarga diukur dengan mendapatkan
gambaran persepsi pasien dan keluarga pada saat
mendapatkan pengalaman selama dilayani di RS melalui
:
4. metode kuesioner atau interview dengan konversi
Rentang angka *Tidak Puas* sampai uas* à 1 – 5
5. Jumlah Responden berdasarkan sampling pasien Rawat
Jalan/ Rawat Inap dan Gawat Darurat
6. Pelayanan yang diukur berdasarkan persepsi dan
pengalaman pasien terhadap:
7. Fasilitas : Sarana, Prasarana, Alat
8. SDM : Perawat, Dokter, Petugas Lain
9. Farmasi : Kecepatan, Sikap Petugas, Penjelasan
Penggunaan Obat
10. Service à Pendaftaran, Ruang Tunggu dan Pelayanan: ,
kecepatan, Kemudahan, Kenyamanan
11. Pengambilan kuesioner à sesuai Kebijakan RS minimal
1x per semester dan dilaksanakan oleh internal/
eksternal RS
12. Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan sesuai
dengan metode dan ketentuan sebagaimana diatur dalam
pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat unit layanan instansi pemerintah
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah indeks kepuasan masyarakat dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah kuesioner yang terkumpul dalam 1 bulan
Target Pencapaian 80%
Kriteria : - Inklusi Semua kuesioner yang terkumpul dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah indeks kepuasan masyarakat dalam 1 bulan ÷ Jumlah
kuesioner yang terkumpul dalam 1 bulan x 100% = %
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Data sekunder dari catatan komplain
Instrumen Pengambilan Data Formulir komplain dan laporan tindak lanjut komplain
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling-Simple Random Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Humas
20. IT
Keterlambatan Waktu Penanganan Kerusakan Hardware/Jaringan (0%) (IMP-Unit)
PROFIL INDIKATOR MUTU
Judul Indikator Keterlambatan Waktu Penanganan Kerusakan
Hardware/ Jaringan
Dasar Pemikiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK
II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
2. Kebijakan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisiensi
Tujuan Tergambarnya mutu dan kinerja IT
Definisi Operasional Keterlambatan waktu penanganan kerusakan
hardware/jaringan adalah angka yang menunjukkan
keterlambatan respon petugas IT dalam menanggapi laporan
kerusakan hardware / jaringan, yaitu lebih dari 1 jam sejak
laporan kerusakan diterima sampai dengan petugas IT
datang ke unit yang bersangkutan.
Jenis indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (Pembilang) Jumlah keterlambatan waktu penanganan kerusakan
hardware/jaringan dalam 1 bulan
Denominator (Penyebut) Jumlah seluruh laporan kerusakan hardware/jaringan dalam
1 bulan
Target Pencapaian 0%
Kriteria : - Inklusi Semua laporan kerusakan hardware/jaringan dalam 1 bulan
- Eksklusi Tidak ada
Formula Jumlah keterlambatan waktu penanganan kerusakan
hardware/jaringan dalam 1 bulan ÷ Jumlah seluruh laporan
kerusakan hardware/jaringan dalam 1 bulan x 100% =
%
Metode Pengumpulan Data Concurent
Sumber Data Catatan keterlambatan waktu penanganan kerusakan
hardware/jaringan
Instrumen Pengambilan Data Formulir sensus harian
Besar Sampel Total sampel
Cara Pengambilan Sampel Non Probability Sampling
Periode Pengambilan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Koordinator IT