Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen
KELOMPOK 7
Break even point yang biasa disingkat BEP, yang di Indonesia dikenal dengan Titik Impas
adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang dipakai
menganalisa hubungan anatara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. Analisa break even point
sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah
penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui
hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan
bagi pemimpin untuk mengambil kebijaksanaan
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna
di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar.
Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan
pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan
dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (total penghasilan = Total biaya). Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even
point disebut juga Cost Volume Profit Analysis.
Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak
menderita rugi. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan
sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila
telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak
mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.
Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan
biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang
diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum
bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah
membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya
ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung
langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break
even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu
perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya
variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,
sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
perubahan volume produksi.
B. Perhitungan BEP dan Perencanaan Laba
Ada beberapa rumus yang biasa digunakan sebagai cara untuk menghitung Break Even
Point Analysis (BEP), yaitu adalah sebagai berikut:
BEP = Biaya Tetap : (Harga jual per unit – biaya variabel per unit )
Selisih dari pengurangan harga jual per unit dan biaya variabel per unit adalah rumus dari
margin kontribusi (contribution margin). Cara ini bisa digunakan untuk mengetahui titik dimana
jumlah beban setara dengan jumlah biaya dan jumlah unit yang dikeluarkan.
BEP tidak hanya dapat dihitung dalam bentuk unit, jika Anda sudah mengetahui berapa banyak
minimal unit yang harus dijual untuk menutup biaya produksi Anda dapat mengalikannya
dengan biaya per unitnya. Apabila diinginkan dalam mata uang Rupiah, maka dari formulasi
rumus break even point dalam unit dikalikan dengan harganya, sehingga :
BEP dalam bentuk mata uang = harga jual per unit x BEP per unit
Setelah mengetahui rumus cara menghitung Break Even Point (BEP) untuk bisnis, Anda juga
perlu mengetahui tentang margin kontribusi. Margin kontribusi dapat mengetahui berapa
keuntungan dari suatu produk yang berhasil dijual, dengan mengukur efek dari sales terhadap
keuntungan.
Dalam menghitung margin kontribusi, hal penting yang harus perhatikan adalah biaya variabel
yang dikenakan, baik relasinya dengan total biaya ataupu dengan total penjualan
atau sales suatu perusahaan.
Dengan menggunakan margin kontribusi sebuah perusahaan dapat memisahkan biaya tetap
produksinya dengan keuntungan yang didapat. Dengan begitu perusahaan mengetahui interval
harga produk yang akan dijual.
Berikut ini adalah contoh serta rumus cara menghitung atau mencari Break Even Point (BEP)
dengan menggunakan sebuah studi kasus dari bisnis UMKM:
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Gemilang” memiliki data-data biaya dan rencana
produksi seperti berikut ini:
Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp140 juta yaitu terdiri dari:
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam
rupiah dengan menggunakan rumus
= Rp140.000.000 : Rp20.000
= 7000
Jadi, dengan rumus ini, nilai BEP dari contoh di atas adalah 7.000 unit
Break Even Point (BEP) Rupiah = Biaya Tetap : ( kontribusi margin / unit harga / unit)
= Rp140.000.000 : 0.2105
= Rp665.083.135
Jadi, dengan rumus perhitungan di atas, BEP dalam nilai Rupiah dari contoh di atas
adalah Rp665.083.135.
Nah, kira kira seperti itu contoh rumus perhitungan Break Even Point (BEP) dalam nilai Rupiah
dan Unit.
Bisa disimpulkan bahwa untuk memperoleh titik impas dengan harga penjualan sebesar
Rp95.000, maka perusahaan harus dapat menjual sebanyak 7.000 unit.
Jika jumlah penjualan tidak sampai 7.000 unit, maka tidak akan menutup biaya produksi yang
sudah sudah dikeluarkan. Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, Anda
juga akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang Anda
targetkan.
Sebagai manager atau pemilik usaha, Anda dapat menambahkan laba yang ditargetkan tersebut
dengan biaya tetap yang anda miliki.
Misalnya target laba sebulan adalah Rp60 juta, maka minimal penjualan yang harus dicapai
adalah sebagai berikut:
= 200.000.000 : 20.000
= 10.000 unit
prinsip yang satu ini dipopulerkan oleh seorang investor Amerika kelahiran Inggris yang
Namun, istilah yang satu ini secara khusus diambil dari buku karangan Benjamin Graham
dan David Dodd yang berjudul The Security Analysis. Dalam buku yang dirilis pada tahun 1934
tersebut dijelaskan bahwa margin of safety adalah perbedaan antara nilai intrinsik yang dimiliki
konsep yang sederhana. Contohnya, saat ingin berinvestasi saham dan terdapat saham yang
dijual dengan harga Rp5.000 per lembar. Namun, sebenarnya nilai intrinsik saham tersebut
diprediksi bisa meningkat hingga Rp10.000 di masa depan. Saat membeli saham tersebut maka
kita akan mendapatkan margin of safety sebesar 50%. Semakin besar jumlahnya maka semakin
Analisis biaya volume laba memfokuskan pada hubungan antara lima faktor berikut (Jackson,
Sawyers, 2006):
1. Harga dari produk atau jasa.
2. Volume produk dan jasa yang diproduksi dan terjual.
3. Biaya variabel per unit.
4. Biaya tetap total.
5. Bauran produk dan jasa yang dihasilkan.
Analisis biaya volume laba merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan
harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba untuk membantu manajer dalam
perencanaan laba jangka pendek (Mulyadi, 2001). Menurut Atkinson dan Kaplan Analisis Biaya
volume laba merupakan suatu proses bagaimana perbedaan biaya dan laba dengan berubahnya
volume.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang menyediakan informasi bagi
manajemen tentang hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan 15 volume penjualan untuk
mencapai target laba pada level tertentu (Carter, 2006). Beberapa asumsi dalam analisis biaya
volume laba antara lain (Mowen, Hansen, 2005):
1. Asumsi analisis fungsi pendapatan dan biaya linear.
2. Asumsi analisis bahwa harga, total biaya tetap, dan unit biaya variabel dapat diidentifikasi
secara akurat dan tetap konstan melebihi batas relevan.
3. Asumsi analisis bahwa apa yang diproduksi dapat dijual.
4. Untuk analisis multi produk, bauran penjualan diasumsikan diketahui.
5. Harga jual dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan
dan pengambilan keputusan yang menekankan keterkaitan antara biaya, volume penjualan dan
harga. Jadi, untuk mengetahui bagaimana pendapatan, beban dan laba berperilaku ketika volume
berubah, analisis biaya volume laba dapat dimulai dengan menentukan titik impas perusahaan
(Mowen, Hansen, 2005).
Menurut Mowen dan Hansen (2005) Analisis titik impas adalah titik dimana total
pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Menurut Charles T.
Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003) mendefinisikan titik impas adalah volume
penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi 16
bersih. Titik impas merupakan tingkat penjualan dimana kontribusi margin hanya menutup biaya
tetap dan konsekuensi pendapatan bersih sama dengan nol (Jackson, Sawyers, 2006).
Impas adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi.
Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah
biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja
(Mulyadi, 2001). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis titik impas adalah
suatu cara atau alat atau teknik yang digunakan untuk mengetahui volume kegiatan produksi
(usaha) dimana dari volume produksi tersebut perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak
menderita rugi.
Manajemen memerlukan informasi impas (break even) untuk mengetahui tingkat
penjualan yang mesti dicapai sehingga tidak menderita kerugian, batas minimum volume yang
harus diraih perusahaan dan diharapkan dapat mengambil langkah yang tepat untuk masa yang
akan datang
E. Kesimpulan
BEP atau Break Even Point atau titik impas merupakan komponen keuangan dimana
pengusaha mampu memproyeksikan berapa unit produk yang harus dijual atau berapa rupiah
keuntungan yang harus dicapai agar berada di titik impasnya.
Hal ini tentu berguna bagi perusahaan untuk memproyeksikan langkah-langkah yang
akan diambil dalam aktivitas penjualan mulai dari inovasi, variasi produk, hingga hal-hal yang
bersifat operasional agar perusahaan mampu mencapai keuntungan yang optimal. Jadi inilah
gunanya BEP yaitu untuk menganalisis sebuah perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://sites.google.com/site/penganggaranperusahaan/analisis-dan-asumsi-breakeven
https://www.jurnal.id/id/blog/cara-menghitung-break-even-point-bep-dan-contoh/
https://glints.com/id/lowongan/margin-of-safety-adalah/#.Y_tSU3ZBzDc
http://e-journal.uajy.ac.id/3082/3/2EA15438.pdf