ISIP4216 New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.2)

Nama Mahasiswa : Fara Dina Rob’atul A’ida

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041814985

Tanggal Lahir : 18 Januari 2000

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4216 / Metode Penelitian Sosial

Kode/Nama Program Studi : 83 / Akuntansi

Kode/Nama UPBJJ : 74 / Malang

Hari/Tanggal UASTHE : Rabu / 28 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Mahasiswa : Fara Dina Rob’atul A’ida
NIM : 041814985
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4216 / Metode Penelitian Sosial
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Akuntansi
UPBJJ-UT : Malang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui
media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan
akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila dikemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan diatas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Pasuruan, 28 Desember 2022


Yang Membuat Pernyataan

Fara Dina Rob’atul A’ida


1. Topik yang saya angkat yaitu tentang efektivitas kebijakan pemberlakuan vaksinasi
sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan
syarat untuk masuk perusahaan di Indonesia.

Objek penelitian : Masyarakat negara Indonesia

Rumusan Masalah :
 Apa tujuan dari vaksinasi di Indonesia?
 Apakah partisipasi masyarakat Indonesia dalam program vaksin sudah berjalan
dengan baik ?
 Apa tujuan kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan
sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk masuk perusahaan
di Indonesia ?
 Apakah jumlah masyarakat yang vaksin meningkat sejak pemberlakuan vaksinasi
sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik,
dan syarat untuk masuk perusahaan di Indonesia ?

Sumber : BMP ISIP4216 (Metode Penelitian Sosial) Modul 2 Halaman 2.1 - 21

2. Preposisi penelitian :
Preposisi adalah suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih konsep atau variable.
Suatu preposisi yang hanya terdiri dari satu konsep atau variable, lazim disebut preposisi
univariate. Sedangkan preposisi yang terdiri dari dua konsep atau variable, lazim disebut
preposisi bivariate. Preposisi yang terdiri dari lebih dari dua konsep atau variable lazim
disebut preposisi multivariate.
 Preposisi univariat : Masyarakat Indonesia yang menerima bantuan sosial, sering
bepergian ke tempat umum dan bekerja di perusahaan
 Preposisi bivariate : Masyarakat Indonesia yang menerima bantuan social, sering
bepergian ke tempat umum dan bekerja di perusahaan cenderung takut dan
mendapatkan edukasi tentang vaksin
 Preposisi multivariate : : Masyarakat Indonesia yang menerima bantuan sosial, sering
bepergian ke tempat umum dan bekerja di perusahaan cenderung takut dan
mendapatkan edukasi tentang vaksin, sehingga mereka berpartisipasi sangat baik
dalam program vaksin

Konsep penelitian :
Dalam penelitian ini, konsep yang dirancang peneliti adalah konsep mengenai vaksinasi,
efektivitas partisipasi masyarakat terhadap program vaksin apabila pemerintah
memberlakukan vaksinasi sebagai sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat
bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk masuk perusahaan di Indonesia

Variabel Penelitian :
Suatu penelitian yang saya buat, dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas kebijakan
pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke
tempat-tempat publik, dan syarat untuk masuk perusahaan di Indonesia. Sehingga dalam
penelitian ini melibatkan 4 variabel utama yaitu :
1. Variabel efektivitas kebijakan pemberlakuan vaksinasi
2. Variabel syarat pengambilan bantuan sosial
3. Variabel syarat bepergian ke tempat-tempat publik
4. Variabel syarat untuk masuk perusahaan

Desain Penelitian :
Desain penelitian saya yang sesuai dengan sifat masalah yang telah saya rumuskan yaitu
menggunakan desain penelitian deskriptif.
a. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi secara sistematik,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
b. Ciri-ciri penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk
membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini
penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi saja,
tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis,
membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi. Tetapi di antara para
ahli penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya yang disebut
dengan penelitian deskriptif itu. Satu hal yang disepakati adalah bahwa nama lain
dari penelitian deskriptif adalah penelitian survei.
2) Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk:
a) mencari informasi aktual yang mendetail tentang gejala yang ada,
b) mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan pengesahan
keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung,
c) membuat komparasi dan evaluasi,
d) mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani
masalah atau situasi yang sama agar dapat belajar dari mereka untuk
kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.
c. Langkah-langkah penelitian deskriptif
a) Definisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai, fakta dan sifat-
sifat apa saja yang perlu ditemukan.
b) Rancang cara pendekatannya. Berkaitan dengan hal ini, pertanyaan-pertanyaan
yang perlu Anda pastikan jawabannya adalah:
(1) bagaimana cara mengumpulkan data,
(2) bagaimana cara menentukan sampel untuk menjamin agar
(3) sampel representatif bagi populasinya,
(4) alat atau teknik observasi apa yang tersedia atau perlu dibuat,
(5) apakah metode pengumpulan data itu perlu diuji cobakan,
(6) apakah petugas pengumpul data perlu dilatih lebih dulu
c) Kumpulkan data
d) Susun laporan penelitiannya.

Sumber : BMP ISIP4216 (Metode Penelitian Sosial) Modul 3 dan 4 Halaman 3.1 – 4.56
3. Menentukan populasi, pengumpulan serta pengolahan, dan interpretasi data

Populasi :
Dalam konteks ini jelas bahwa perlu adanya batasan yang jelas tentang populasi yang
harus diteliti. Untuk memberikan batasan yang jelas, maka rumusan sebuah populasi
sebaaiknya menakup tiga unsur, yaitu isi, cakupan, dan waktu. Dengan demikian, jika
kembali pada penelitian tentang efektivitas kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai
syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat
untuk masuk perusahaan di Indonesia, maka rumusan populasinya sebagai berikut :
Isi : Masyarakat Indonesia
Cakupan : yang berkepentingan dengan vaksinasi dalam rangka pemenuhan syarat
pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk
masuk perusahaan di Indonesia.
Waktu : dalam 3 tahun terakhir (2019-2022)

Pengumpulan serta Pengolahan data :

Pengumpulan :

Berdasarkan masalah, draft judul dan pendekatan penelitian yang berjudul : efektivitas
kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat
bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk masuk perusahaan di Kota Pasuruan,
maka metode penelitian yang paling sesuai dalam melaksanakan penelitian adalah metode
pendekatan kualitatif. Karena menurut adlin S.Sos, M.Si dalam bukunya yang berjudul
Metode Penelitian Sosial (2013) Penerbit Alaf Riau, terdapat beberapa perbedaan yang
tajam antara metode kuantitatif dan kualitatif, yaitu dalam hal seleksi peserta penelitian,
teknik pengumpulan data, analisis data dan peranan kerangka kerja konseptual.

Seleksi peserta penelitian pada metode kualitatif adalah teoritis arau sampling bertujuan
(purposive sampling), teknik pengumpulan data merupakan langsung dan secara teknik
pengamatan menggunakan analisis fokus dalam memahami konteks yang spesifik dan
peranan kerangka kerja konseptual yaitu teori dan metode tidak dapat dipisahkan.

1. Site Penelitian saya adalah di Indonesia.

2. Strategi yang akan dilakukan untuk masuk ke dalam site gatekeepers pelaksanaan
penelitian ini menurut Neuman, W. Lawrence. 2006. Social Research Methods:
Qualitative and Quantitative Research. USA: University of Wisconsin adalah sebagai
berikut :
1) Persiapan, mengkaji bahan pustaka, dan memperluas fokus perhatian.
2) Memilih lokasi lapangan dan memperoleh akses untuk masuk dalam lokasi
tersebut.
3) Memulai di tempat penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan orang yang
diteliti.
4) Memilih peran sosial.
5) Mengumpulkan data di lapangan.
6) Menganalisis data, mengembangkan, dan mengevaluasi hipotesis kerja.
7) Memfokuskan pada aspek-aspek khusus dari setting yang diamati dan melakukan
pengambilan sampel secara teoretis
8) Melakukan wawancara
9) Meninggalkan lokasi, menyelesaikan analisis, dan menulis laporan penelitian
lapangan.

Proses pengumpulan data pada pelaksanaan penelitian ini adalah dengan


menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam hal pengumpulan
data.

Metode Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2009:402) dilihat dari segi cara atau
teknik pengumpulan data dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Interview (wawancara) yang merupakan teknik pengumpulan data dalam
metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek  peneliti
an.
2) Kuesioner (angket) yang merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukandengan cara memberi pertanyaan tertulis kepada responden untuk 
menjawabnya.
3) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala
yang diteliti.
4) Dokumentasi yaitu merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan. gambar. atau karya-karya monumental dari
seseorang.

3. Cara yang peneliti lakukan dalam memperoleh akses untuk penelitian ini
menurut Neuman, W. Lawrence. 2006.Social Research Methods: Qualitative and Qua
ntitative Research. USA: University of Wisconsin adalah
1) Mengamati kejadian sehari-hari yang biasa/tidak biasa dalam setting kehidupan
sehari-hari.
2) Terlibat langsung pada obyek yang akan diteliti.
3) Memperoleh sudut pandang orang yang diteliti sekaligus
mempertahankan perspektif analitis orang luar.
4) Menggunakan beragam teknik dan keterampilan sosial secara luwes
5) Menghimpun data berbentuk catatan rinci, bagan, peta, maupun gambar
untuk keperluan deskripsi
6) Memandang gejala dalam konteks sosial.
7) Mengembangkan empati dengan orang yang diteliti.
8) Memperhatikan aspek-aspek kebudayaan
9) Tidak memaksakan sudut pandang sebagai orang luar dan
10) Mampu mengatasi stres, ketidakpastian, dan masalah-masalah etis

Pengolahan Data :

Seperti halnya di dalam penelitian kuantitatif, di dalam penelitian kualitatif data


yang sudah terkumpul juga harus diolah terlebih dahulu sebelum peneliti melakukan
interpretasi dan analisis data. Perbedaan mendasar tahap pengolahan data antara
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif terletak pada saat melakukannya. Jika di
dalam penelitian kuantitatif pengolahan data sebaiknya dilakukan jika seluruh kuesioner
yang disebarkan telah terisi atau dengan kata lain tahap pengumpulan data sudah selesai
dilakukan, maka di dalam penelitian kualitatif, tahapan pengolahan data bisa dilakukan
berbarengan dengan tahap pengumpulan data. Hal ini bahkan sangat dianjurkan. Dengan
dilakukannya tahap pengolahan data dan pengumpulan data (biasanya disertai juga
dengan tahap menganalisis data), peneliti bisa mengetahui informasi apa saja yang
sebaiknya lebih difokuskan, informasi yang dirasa sudah cukup, dan informasi yang bisa
dikembangkan lebih luas lagi. Ingat, untuk menyatakan bahwa penelitian kualitatif
(pengumpulan data) dikatakan selesai, peneliti tidak mendasarkan pada rencana berapa
banyak informan yang akan ditanyakan (seperti halnya penentuan jumlah sampel di
dalam penelitian kuantitatif), namun lebih kepada kondisi “jenuh” dari informasi yang
dikumpulkan.
Pengolahan data kualitatif di dasarkan pada catatan lapangan yang sudah dibuat
oleh peneliti saat mengumpulkan data. Seperti halnya pengolahan data di dalam penelitian
kuantitatif, dalam penelitian kualitatif, peneliti juga melakukan proses pemberian kode-
kode. Proses pengkodean yang dilakukan tentu saja tidak serumit di dalam penelitian
kuantitatif, yang melalui proses seperti membuat buku kode dan mengentry data. Satu hal
yang harus selalu diingat saat pengolahan data, yaitu dari manapun asal masalah yang
sedang diteliti oleh peneliti, data yang sudah terkumpul selalu menyangkut situasi sosial
atau konteks sosial di mana penelitian itu dilakukan. Situasi sosial bisa diartikan sebagai
tempat, pelaku, tindakan, dan sebagainya. Satu lokasi bisa terisi dengan berbagai pelaku
yang pada akhirnya bisa mewujudkan berbagai tindakan, atau sebaliknya beberapa lokasi
bisa diisi oleh satu pelaku dengan berbagai tindakan. Informasi seperti inilah yang tidak
boleh dilewatkan oleh peneliti dalam melakukan proses mengkode data.
Dalam proses mengkode data, kita bisa gunakan klasifikasi dalam bentuk kata-
kata tanya yang umum digunakan, seperti apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana, serta
mengapa. Dalam proses pengkodean data juga perlu dibedakan antara hasil pengamatan
peneliti, hasil wawancara peneliti, hasil interpretasi peneliti, dan hasil analisis peneliti.
Dengan proses pengumpulan data yang sudah melakukan pembagian bentuk catatan
lapangan, akan lebih memudahkan peneliti saat melakukan koding data. Proses pemberian
kode terhadap data bisa dilakukan terhadap kata-kata yang muncul di dalam informasi
yang terkumpul, kalimat, serta alinea. Dengan kata satu alinea bisa mengandung satu
kode. Namun satu kalimat dalam sebuah alinea juga bisa mengandung satu kode.
Penentuan penggunaan kata, kalimat atau alinea sepenuhnya bergantung pada
kepentingan dan kebutuhan peneliti.

Membuat kode untuk hasil pengamatan :


Salah satu teknik mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif adalah pengamatan.
Dalam melakukan pengamatan dan juga saat memberikan kode, saya membedakannya ke
dalam bentuk-bentuk pengamatan yang ada, saya menggunakan pengamatan berstruktur

Dalam teknik pengamatan berstruktur kategorisasi yang akan dibuat didasarkan pada teori
atau pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti sebelum ia turun ke lapangan. Sehingga
dalam proses ini, peneliti hanya akan menghitung berapa kali ia mengamati kejadian dari
suatu kategori yang sudah dibuatnya. Dalam penelitian mengenai Vaksinasi di Kota
Pasuruan, peneliti sudah membuat kategorisasi sebagai berikut :
a. Efektivitas vaksinasi terhadap masyarakat yang menerima bantuan social
b. Efektivitas vaksinasi terhadap masyarakat yang sering melakukan kegiatan di tempat-
tempat public
c. Efektivitas vaksinasi terhadap masyarakat yang akan dan sedang bekerja di
perusahaan

Interpretasi Data :

Kaum interpretif berpendapat bahwa apa yang sering mereka sebut dengan “data
mentah” tidak pernah berwujud dalam bentuk yang murni. Manusia tidak mungkin
menangkap realitas sosial hanya dengan menggunakan panca inderanya (yang tentu saja
memiliki keterbatasan) namun realitas sosial tersebut harus diinterpretasi melalui suatu
proses yang melibatkan faktor kognisi (pengetahuan). Ketika seseorang melakukan
interpretasi terhadap suatu realitas sosial, ia akan melakukan perbandingan antara
pengamatan yang empirik dengan jaringan input (makna) yang telah ada. Jaringan input
itu bisa berbentuk norma, ideologi, atau tradisi yang melingkupi realitas sosial yang
sedang dikajinya. Dengan demikian terdapat keterkaitan erat antara sistem pemberian
makna yang ada dalam suatu komunitas dan realitas sosial. Keterkaitan tersebut pada
akhirnya membuat penelitian kualitatif harus selalu memperhitungkan bahwa suatu
realitas sosial ditangkap oleh suatu komunitas dengan berbagai makna kognitif yang
berkembang di dalam komunitas tersebut. Tugas peneliti lah untuk menemukan berbagi
makna yang berkembang atas realitas sosial yang menjadi kajiannya. Dengan kata lain,
suatu realitas sosial hanya akan memiliki arti signifikan, jika dapat dilihat keterkaitannya
dengan “teori-teori interpretif “ yang ada dalam komunitas di mana realitas sosial itu ada.
Dengan adanya sifat dinamis pada karakter data kualitatif, maka peneliti harus
melakukan analisis data dengan satu tujuan dasar yaitu menangkap data yang “cair”
secara akurat dengan menggunakan pola analisis data bertahap. Tahap pertama, analisis
data akan dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data, proses
interpretasi data, dan juga penulisan “narrativereporting”. Tahap kedua dilakukan saat
melakukan proses analisis data. Dalam tahap ini peneliti akan melakukan proses reduksi
dan interpretasi data. Dalam tahap ini, akan terdapat sejumlah besar data yang harus
diatur dalam beberapa pola, kategori, dan tema dengan sedapat mungkin menggunakan
teori-teori interpretif dari komunitas yang diteliti. Tahap kedua ini sering juga disebut
sebagai formasi konsep di mana peneliti berusaha melakukan “re-contextualization” dan
“de-contextualization”. Re-contextualizaton diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
peneliti untuk melakukan organisasi data dengan cara meletakkan data tersebut dalam
konteks makna yang ada. De-contextualization diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
peneliti untuk menemukan rangkaian gejala yang tidak terkait dan karenanya
mengaburkan makna gejala utama yang sedang diteliti.
Tahap ketiga adalah melakukan beberapa bentuk presentasi data yang dapat
memudahkan pembaca untuk memahami kompleksitas gejala yang diteliti. Presentasi data
ini dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara kategori-kategori yang muncul dari
data, dan keterkaitan antara kategori yang muncul dengan informan, site, waktu dan
sebagainya. Tahap keempat peneliti mengidentifikasi prosedur coding yang dilakukan
untuk mereduksi informasi ke dalam berbagai tema dan kategori. Prosedur coding ini
melibatkan berbagai proses yaitu pemilahan informasi, menciptakan codingcategories,
serta mengembangkan coding categories. Suatu prosedur coding yang bisa digunakan
antara lain open coding, axial coding, dan selective coding. Open coding merupakan
suatu proses di mana peneliti secara terbuka memberikan kode-kode pada setiap data
yang dimilikinya. Axial codingmerupakan suatu proses di mana peneliti mulai
mengelompokkan kode-kode yang sudah dibuatnya, ke dalam kategori-kategori yang
sama. Selective coding merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memilih dari
kelompok kategori yang ada untuk dijadikan dasar guna menarik keterkaitan antara satu
kategori dengan kategori yang lain.

Dalam Penelitian saya maka interpretasi datanya adalah :


1. Ternyata masih banyak masyarakat yang belum berpartisipasi dalam program
vaksinasi dikarenakan sudah tua dan kurangnya ilmu pengetahuan tentang COVID-19
dan vaksinasi.
2. Kebanyakan masyarakat yang sudah tua dan kurangnya ilmu pengetahuan tentang
COVID-19 dan vaksinasi melakukan vaksin karena tuntutan pemberlakukan vaksinasi
sebagai syarat pengambilan bantuan social.
3. Selain sudah tua dan kurangnya ilmu pengetahuan tentang COVID-19 dan vaksinasi,
masyarakat yang lain melakukan vaksin karena tuntutan pemberlakukan vaksinasi
sebagai syarat bepergian ke tempat-tempat publik dan syarat untuk masuk perusahaan
di Indonesia.
4. Apabila tidak ada kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan
bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk masuk
perusahaan di Indonesia maka partisipasi masyarakat Indonesia dalam program vaksin
mungkin tidak berjalan dengan baik.

4. Membuat Jurnal Penelitian


EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN VAKSINASI SEBAGAI SYARAT
PENGAMBILAN BANTUAN SOSIAL, SYARAT BEPERGIAN KE TEMPAT-
TEMPAT PUBLIK, DAN SYARAT UNTUK BEKERJA DI INDONESIA

Fara Dina Rob’atul A’ida


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Malang
Email : [email protected]

Abstrak
Jurnal ini bertujuan untuk membahas efektivitas kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai
syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat
untuk bekerja di Indonesia. Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah untuk mengetahui
apakah dengan kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan sosial,
syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk bekerja di Indonesia membuat
partisipasi masyarakat Indonesia dalam program vaksin berjalan dengan baik. Pada penelitian
ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan memadukan metode deskriptif. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Indonesia
saat masa pandemi COVID-19 pada tahun 2020 sampai 2022. Hasil analisis penulis
menunjukkan bahwa sejak maret 2020, terjadi lonjakan jumlah masyarakat yang terpapar
kasus COVID-19 sehingga membuat pemerintah menetapkan suatu kebijakan penanganan
pandemic COVID-19, salah satu kebijakannya yaitu dengan meningkatkan imunitas
masyarakat dengan melakukan pemberian vaksinasi. Namun banyak warga yang sudah lansia
dan kurang ilmu pengetahuan tentang vaksin ini, sehingga pemerintah menetapkan vaksinasi
sebagai syarat dalam hal tertentu untuk membuat partisipasi masyarakat Indonesia dalam
program vaksin berjalan dengan baik. Dengan demikian, partisipasi masyarakat Indonesia
dalam program vaksin berjalan dengan baik dengan adanya kebijakan pemberlakuan
vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat
publik, dan syarat untuk bekerja di Indonesia.

Kata Kunci : COVID-19, Efektivitas, Masyarakat Indonesia, Vaksin.


PENDAHULUAN

Pada akhir 2019 Wuhan China telah digemparkan dengan penemuan sebuah penyakit
mematikan yang menular dengan cepat pada manusia, burung dan mamalia. Nama
penyakitnya telah diidentifikasi sebagai penyakit Coronavirus Disease (COVID-19), virusnya
yang cepat menular itu adalah coronavirus jenis baru yang dinamakan Severe Acute
Respiratory Syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) (Syauqi, 2020). Penyakit COVID-19 ini
menyerang saluran pernafasan bawah, infeksi yang ditimbulkan adalah Pneumonia pada
paru-paru. Pemerintah China mengategorikan penyakit ini sebagai penyakit infeksius yang
memerlukan perlakuan khusus karena penyebarannya yang cepat dan masif (Effendi, 2020).
(Rasyid, 2020) menjelaskan bahwa sebelum 2019, sudah terdapat virus corona yang bernama
SARS-CoV yang ditemukan pada tahun 2002 di Provinsi Guangdong, China kemudian
mewabah ke Beijing, Hongkong, Vietnam, Singapura, dan Canada pada Maret 2003.
Selanjutnya juga terdapat MERS-CoV yang ditemukan pada Juni 2012 di Saudi Arabia
kemudian mewabah ke Al-Hasa, Jeddah, Abu Dhabi, Qatar, Bahrain, Kuwait, Jordan dan
Tunisia. Bentuk virus corona ini seperti corona pada matahari yaitu seperti tonjolan-tonjolan
Spike Glycoprotein, sehingga virus ini dinamakan virus corona.
Kasus pertama virus corona masuk ke Indonesia adalah pada 2 Maret 2020 ketika
Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa 2 warga negara Indonesia (WNI) dinyatakan
positif virus corona karena kontak dengan orang Jepang yang berkunjung ke Indonesia.
Orang Jepang tersebut positif di Malaysia setelah meninggalkan Indonesia (Azhari, 2020).
Berawal dari 2 WNI yang terpapar virus, penyebaran COVID-19 di Indonesia terus
meningkat. Angka kematian harian penduduk terus meningkat karena COVID-19. COVID-19
sedang menguji sistem kesehatan dan sistem ekonomi Indonesia. Pemerintah berusaha
mengatur pembatasan aktivitas warga di luar rumah untuk meminimalisir penyebaran
COVID-19. (Ristyawati, 2020) menjelaskan bahwa dalam rangka percepatan penanganan
Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19) pemerintah membuat Peraturan Pemerintah No. 21
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 9 Tahun 2020, dan dalam rangka menghadapi ancaman yang
membahayakan ekonomi nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan pemerintah juga
membuat Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020. Pembatasan
ini dilakukan di bidang pendidikan, industri, pelayanan umum, tempat ibadah, pusat niaga,
restoran dan tempat wisata. Peraturan tersebut disetujui oleh presiden untuk kemudian
diimplementasikan dengan semestinya.
Strategi penting diambil oleh pemerintah saat ini adalah dengan pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 secara massal. Pada saat awal terdapat vaksin COVID-19, vaksinasi hanya
dilakukan dengan sasaran tenaga kesehatan, petugas pelayanan publik essensial seperti
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia, Satuan
Polisi Pamong Praja, petugas pelayan publik transportasi, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, vaksin dapat diperoleh oleh semua pihak
selama tidak mengganggu kesehatannya, misalnya tidak menderita darah tinggi dan penyakit
kronis. Program vaksinasi COVID-19 ini diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka
Penanggulangan Pandemi COVID-19. Kebijakan pemerintah dengan melaksanakan program
vaksinasi COVID-19 secara nasional bertujuan untuk mengurangi resiko penularan Corona
Virus sebagai penyebab penyakit COVID-19 selain dengan protokol kesehatan. Dengan
adanya vaksinasi diharapkan dapat menurunkan resiko penularan terhadap penyakit COVID-
19 dan orang yang terkena tidak menjadi lebih parah.
Terdapat tujuh jenis Vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia yaitu
Sinovac, Moderna, Biofarma, Sinopharm, Pfizer, Novavax dan Astrazeneca. Enam Vaksin
tersebut dari proses import negara produsen asalnya menuju Indonesia untuk di periksa pada
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki waktu yang sangat singkat sehingga
BPOM mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) sebagai persyaratan vaksin dapat
langsung diberikan kepada masyarakat. Selain itu, vaksin yang digunakan seperti Vaksin
jenis Sinovax pada uji klinis fase III memiliki efikasi hanya 65,3 % dibandingkan dengan
negara Turki yang memiliki efikasi sampai 91,25%. Pemberian vaksinasi COVID-19
dilakukan dalam dua tahap pemberian yang dikenal dengan dosis ke-1 dan dosis ke-2 dengan
jarak waktu interval masing-masing pemberian dosis adalah 14 sampa 28 hari yang
disuntikkan secara intra muscular.
Data capaian vaksinasi COVID-19 di Indonesia sampai dengan Bulan November 2021
adalah berjumlah 208.265.720 untuk tenaga kesehatan, lanjut usia, petugas public,
masyarakat rentan dan masyarakat umum usia 12 -17 Tahun. Pemberian vaksinasi dosis ke-1
sebanyak 72.612.926 (34.87%), dan pemberian vaksinasi dosis ke-2 sebanyak 41.632.717
(19.99%). Hal ini menunjukkan bahwa sedikit sekali yang berpartisipasi dalam program
vaksinasi yang diadakan oleh pemerintah. 35 per 100 penduduk sasaran vaksinasi sudah
dapat 1 dosis.
Namun, permasalahan yang dihadapi Indonesia sejak munculnya wacana tentang
vaksinasi adalah masih banyak masyarakat yang menolak vaksinasi. Salah satu faktor yang
menyebabkan masyarakat enggan melaksanakan vaksinasi adalah menyebarnya hoaks bahwa
vaksin itu berbahaya bagi kesehatan manusia, vaksin mengandung minyak babi, vaksin
memiliki alat pelacak (chip), vaksin mengandung efek samping yang sangat tinggi, sehingga
menyebabkan kematian. Hoaks semacam ini memengaruhi masyarakat dan membuat mereka
takut untuk divaksin. Pemerintah Indonesia juga mendapat banyak kritikan atas penanganan
Covid-19 dan ini berlangsung hingga ke tahap vaksinasi Covid-19.
Ini karena kebijakan yang diambil ini terkesan tergesa-gesa tanpa disertai pembuktian
empiris akan kegunaan vaksin. Terkesan pula bahwa ada niatan mencari keuntungan
ekonomis dengan memaksakan penggunaan produk ini dengan penggunaan tangan kekuasaan
dan kepentingan negara (Sukmana dkk. 2021:412). Menurut Fatimah dkk. (2021) dengan
diselenggarakanya sosialisasi mengenai vaksin Covid-19, ini akan memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang pentingnyavaksinasi. Dengan demikian, tidak ada lagi keraguan
dalam diri individu dalam penerimaan vaksin Covid-19.
Melihat fenomena yang terjadi pada vaksinasi di Indonesia, penulis tertarik
mengangkat fenomena tersebut menjadi suatu jurnal yang berjudul Analisis “Efektivitas
Kebijakan Pemberlakuan Vaksinasi Sebagai Syarat Pengambilan Bantuan Sosial, Syarat
Bepergian Ke Tempat-Tempat Publik, dan Syarat Untuk Bekerja. Berdasarkan judul di atas
adapun perumusan masalah dan tujuan dari penulisan jurnal tersebut untuk mengetahui
apakah partisipasi masyarakat Indonesia dalam program vaksin berjalan dengan baik dengan
adanya kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan sosial, syarat
bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk bekerja di Indonesia. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai sarana masukan terhadap pemerintah untuk menggencarkan
program vaksinasi kepada lansia dan masyarakat yang awam akan ilmu tentang COVID-19
dan manfaat vaksinasi. Manfaat lainnya yaitu sebagai tambahan literatur karya ilmiah dan
sebagai pelengkap penelitian terdahulu.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan memadukan


metode deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode dimana instrumen kuncinya
adalah peneliti, yang dipelajari adalah keadaan objek yang alamiah, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara trianggulasi, analisa data dalam metode penelitian kualitatif ini
dilakukan secara induktif, sehingga temuan lebih menjelaskan unsur makna daripada
generalisasi (Abdussamad, 2021). Penelitian deskriptif ini lebih ditujukan untuk memaparkan
dengan rinci masalah yang diteliti oleh penulis (Andriani et all, 2021).
Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Desember 2022. Data yang dikumpulkan adalah
data saat masa pandemi COVID-19 menyerang Indonesia, yaitu tahun 2020 sampai dengan
jurnal ini selesai pada tahun 2022. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer
dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan 20
informan. Teknik wawancara yang dilakukan penulis diawali dengan menyusun pertanyaan
terstruktur, setelah itu pertanyaan yang telah terpenuhi disampaikan langsung kepada 20
informan tersebut.
Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari data primer dan dapat ditemukan di
berbagai tempat, seperti buku, artikel, jurnal, dan jenis dokumentasi lainnya. Ada berbagai
sumber data yang tersedia untuk kami dalam penyelidikan ini, seperti jurnal dan artikel yang
relevan dengan topik kami, seperti bagaimana dan di mana menerapkan kebijakan vaksinasi
Covid-19 di Indonesia. Bagi peneliti, teknik pengumpulan data merupakan sarana
pengumpulan data faktual dari lapangan. Karena menentukan bagaimana kita mengumpulkan
data, teknik pengumpulan data ini merupakan langkah paling strategis dalam sebuah
penelitian.
Kombinasi dokumentasi berbasis kertas dan pencarian data berbasis web digunakan
untuk mengumpulkan data untuk penelitian ini. Dokumentasi adalah suatu cara untuk
memperoleh data kualitatif dengan cara menganalisis dokumen-dokumen yang telah terbukti
kebenarannya. Mengumpulkan, menyortir, dan mencatat bahan penelitian adalah semua
metode untuk mendokumentasikan temuan penelitian dan membangun hubungan antara data
yang dikumpulkan dan fenomena yang lebih luas yang dipelajari. Penelitian juga dapat
didokumentasikan melalui studi literatur, yang digunakan untuk menemukan teori, bahan
perbandingan dan konsep yang ada yang dapat digunakan sebagai argumen untuk atau
menentang suatu penemuan. Kita tidak perlu melakukan penelitian sendiri jika kita
menggunakan sumber data sekunder, yang dapat ditemukan secara online atau di internet.
Situs resmi pemerintah, seperti BI, OJK, dan data.gov, dapat digunakan untuk mengakses
pendataan ini. Sebagai manfaat tambahan, kita juga dapat mengakses atau mengunduh jurnal
nasional dan internasional yang relevan dengan topik penelitian. Selain itu, dengan metode
ini, kami dapat memperoleh lebih banyak informasi terkini tentang subjek penelitian kami.
RUMUSAN MASALAH

 Apa tujuan dari vaksinasi di Indonesia?


 Apakah partisipasi masyarakat Indonesia dalam program vaksin sudah berjalan dengan
baik ?
 Apa tujuan kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan bantuan sosial,
syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk bekerja di Indonesia ?
 Apakah jumlah masyarakat yang vaksin meningkat sejak pemberlakuan vaksinasi sebagai
syarat pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat
untuk bekerja di Indonesia ?

HASIL DAN PEMBAHASAN

Vaksin adalah produk biologi imunogenik (menimbulkan respon imun) berupa


mikroorganisme utuh atau bagian dari mikroorganisme yang tidak berbahaya. Secara umum
vaksin terbagi menjadi 2 jenis yaitu vaksin preventif dan vaksin terapetik. Vaksin preventif
ditujukan untuk pencegahan suatu infeksi, sedangkan vaksin terapetik ditujukan untuk
pengobatan suatu penyakit misalnya kanker. Vaksin preventif diberikan pada individu sehat
dengan tujuan merangsang terbentuknya antibodi sebagai bentuk kekebalan tubuh untuk
mencegah timbulnya infeksi bakteri atau virus tertentu. Vaksinasi Covid-19 merupakan salah
satu upaya pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19. Ini bertujuan untuk
menciptakan kekebalan kelompok (herd immunity) agar masyarakat menjadi lebih produktif
dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Namun, kemunculan vaksin Covid-19 di
Indonesia menimbulkan pro-kontra. Di satu sisi ada yang menyetujui untuk divaksin; di sisi
lain, tidak sedikit yang menolak untuk divaksinasi.
Menurut Maulana, dkk. (2021: 362), ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
terhambatnya vaksinasi di Indonesia yaitu:
1. Kecemasan masyarakat terhadap efek samping vaksin. Di Indonesia sendiri, kecemasan
masyarakat semakin memuncak ketika banyak media-media berita online yang
mengunggah efek-efek samping setelah melakukan vaksinasi, yang dimana berita tersebut
dibuatnya terkesan berlebihan dengan mengungkapkan hal-hal yang mengerikan seperti
demam berlebihan bahkan sampai meninggal dunia, yang dimana belum tentu berita-
berita itu benar adanya.
2. Keraguan masyarakat akibat penolakan vaksin dari tokoh masyarakat, penolakan vaksin
di media sosial, keraguan terhadap kehalalan vaksin, dan keraguan karena mereka belum
pernah menerima vaksin sebelumnya. Dalam hal ini media juga berperan cukup besar,
apa yang masyarakat lihat di media-media berdampak pada keyakinan mereka untuk
menerima program vaksinasi. Apabila yang disebarluaskan dalam media adalah hal
positif, maka akan berdampak positif juga terhadap masyarkat yang melihatnya,
begitupun sebaliknya.
3. Ketidakpastian masyarakat tentang program pemerintah terkait vaksinasi dan keengganan
mereka untuk membayar vaksin.

Vaksin Sebagai Syarat Penerima Bantuan Sosial


Penggunaan sertifikat vaksin sebagai syarat penerima bantuan sosial telah diatur
dalam Peraturan Presiden (Perpes) Nomor 14 Tahun 2021 tentang perubahan Perpres Nomor
99 Tahun 2020 tentang pengadaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi dalam rangka
penanggulangan Pandemi Covid-19. Mengacu dari kebiajakan tersebut, seluruh pemerintah
kabupaten memutuskan untuk menggunakan serifikat vaksin sebagai syarat pengambilan
bantuan sosial tunai dan non tunai. Langkah ini bertujuan untuk menekan angka penularan
Covid-19 dan menyukseskan vaksinasi manula. Terlebih, mayoritas penerima bantuan sosial
adalah manula dan pgrogres vaksinasi desa-desa yang rendah. Menanggapi kebijakan
tersebut, ternyata reaksi masyarakat sangat beragam. Ada yang setuju, merasa terpaksa, dan
cuek

Vaksin Sebagai Syarat Bepergian Ke Tempat Publik


Menindaklanjuti arahan presiden mengenai penerapan PPKM Darurat, Satgas
penanganan covid telah menerbitkan SE Gugus Tugas No. 14 Tahun 2021 Ketentuan
Perjalanan Orang Dalam Negeri Dalam Masa Pandemi Covid-19 pada Sabtu (3/7) kemarin.
Segera setelah itu Kementerian Perhubungan menerbitkan Surat Edaran Petunjuk
Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri berdasarkan tiap moda transportasi. SE tersebut
terdiri atas SE No. 43 Tahun 2021 untuk Transportasi Darat; SE No. 44 Tahun 2021 untuk
Transportasi Laut; SE No. 45 Tahun 2021 untuk Transportasi Udara; SE No. 42 Tahun 2021
untuk Perkeretaapian.
Pemerintah juga memberlakukan pengetatan syarat perjalanan internasional dari luar
negeri yakni wajib memperoleh vaksinasi lengkap, melakukan tiga kali tes PCR, melakukan
karantina selama 8 Hari, dan pembatasan pintu masuk untuk kemudahan pengawasan.
Pemerintah makin memperkuat seluruh akses masuk dari luar negeri baik dari jalur darat, laut
maupun udara selain memberlakukan kewajiban karantina selama delapan hari bagi
pendatang dari luar negeri.

Vaksin Sebagai Syarat Bekerja


Kebanyakan perusahaan menetapkan saat memasuki perusahaan harus karyawan yang
telah vaksin, hal ini biasanya dilakukan dengan aplikasi peduli lindungi. Pada saat memasuki
perusahaan karyawan harus scan peduli lindungi terlebih dahulu. Untuk menilai boleh atau
tidaknya perusahaan memberlakukan aturan yang melarang pekerja yang belum divaksin
COVID-19 masuk kerja, harus dilihat terlebih dahulu latar belakang dan tujuan
diberlakukannya aturan tersebut.
Pada dasarnya, vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk keselamatan banyak orang,
yakni untuk mengatasi darurat kesehatan. Jika pekerja menolak divaksin COVID-19, pekerja
yang bersangkutan berpeluang rentan terjangkit, membawa dan/atau menyebarkan virus
COVID-19 ke sekitarnya dan menyebabkan rekan kerja di kantor menjadi tidak nyaman,
terlebih jika jenis pekerjaan yang dilakukan menuntut pekerja untuk bertemu secara fisik
dengan orang lain. Sehingga, jika aturan itu diberlakukan untuk mendukung pelaksanaan
penanggulangan COVID-19, melindungi pekerja dari virus COVID-19, dan mendorong
pekerja agar segera memenuhi kewajiban vaksinasi COVID-19,hal ini tidak bertentangan
dengan hokum. Meskipun demikian, ada baiknya perusahaan juga mengatur pengecualian
atau ketentuan khusus bagi karyawan yang belum bisa divaksin karena kondisi Kesehatan
yang tidak memungkinkan. Saran terhadap pekerja dengan kondisi khusus di atas dapat
diberikan kemudahan tertentu, misalnya memerintahkan pekerja untuk bekerja dari rumah
(work from home) paling tidak hingga menerima suntikan dosis pertama vaksinasi COVID-
19.
Implementasi vaksinasi sebagai pemenuhan ke 3 syarat diatas

Tabel Informan Penelitian


No Nama Jenis Umur Pekerjaan Sudah/Tidak Alasan
Kelamin Vaksin
1. Nur Ami P 50 Penjahit Sudah Syarat penerima bantuan
sosial
2. Rudi Herman L 63 Pensiunan Sudah Syarat bepergian ke
tempat publik
3. Mira P 23 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
Hidayanti bepergian ke tempat
publik
4. Nur Khasan L 47 Tukang Sudah Syarat penerima bantuan
sosial
5. Fara Dina R.A P 22 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
bepergian ke tempat
publik
6. Akhmad L 26 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
Alifan bepergian ke tempat
publik
7. Saphira Nurul P 22 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
F. bepergian ke tempat
publik
8. Rubaiyah P 68 Serabutan Belum Kurangnya edukasi
tentang vaksin
9. Khasanah P 45 Serabutan Sudah Syarat penerima bantuan
sosial
10. Hindun P 53 Penjaga Sudah Syarat penerima bantuan
Toko sosial
11. Denok P 20 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
Wulandari bepergian ke tempat
publik
12. Rina Agustina P 46 Ibu Rumah Sudah Syarat penerima bantuan
Tangga sosial
13. Ayub L 21 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
Sudrajad bepergian ke tempat
publik
14. Khusnul P 27 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
Khotimah bepergian ke tempat
publik
15. Winda Rozalia P 23 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
bepergian ke tempat
publik
16. Aleka L 23 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
Rohman bepergian ke tempat
publik
17. Neneng P 55 Serabutan Belum Penderita darah tinggi
18. Rusdy Hidayat L 40 Karyawan Sudah Syarat bekerna dan
bepergian ke tempat
publik
19. Dinda P 15 Sekolah Sudah Syarat bepergian ke
Riskiana tempat publik
20. Andy Tryono L 41 Karyawan Sudah Syarat bekerja dan
bepergian ke tempat
publik
Sumber : Data Primer yang telah diolah
Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth
interview). Wawancara dilakukan dengan dua acara, yakni wawancara tatap muka (8 orang)
di rumah dan chating via wa (12 orang). Analisis data dilakukan dengan mendeskripsikan
data yang diperoleh dari mereka setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka
mereka dimintai kesediaan untuk diwawancarai baik secara langsung, maupun melalui media
social. Dari data diatas menunjukkan bahwa

Sudah melakukan vaksin 2 Orang


Belum melakukan vaksin 18 Orang

Diantara 18 orang alasannya berbeda-beda, dapat diklasifikasi sebagai berikut :

Alasan Jumlah
Syarat bekerja dan bepergian ke tempat publik 11 Orang
Syarat penerima bantuan sosial 5 Orang
Syarat bepergian ke tempat publik 2 Orang

Sedangkan 2 alasan yang belum vaksin, dapat diklasifikasi sebagai berikut :

Alasan Jumlah
Kurangnya edukasi tentang vaksin 1 Orang
Penderita darah tinggi 1 Orang

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa 2 orang dari 20 orang tidak melakukan
vaksin. Namun 18 orang telah berpartisipasi baik dalam program vaksinasi yang telah
diadakan oleh pemerintah. Sehingga persentasi ketidakikutsertaan masyarakat terhadapa
program vaksin sebesar 10%. Sehingga partisipasi masyarakat Indonesia dalam program
vaksin berjalan dengan baik dengan adanya kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat
pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk
bekerja di Indonesia.
Berdasarkan data vaksinasi COVID-19 nasional per 11 September 2021. Sumber :
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines

Berdasarkan data vaksinasi COVID-19 nasional per 27 Desember 2022. Sumber :


https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines
Berdasarkan perbandingan 2 data tersebut telah tedapat peningkatan jumlah
masyarakat yang berpartisipasi dalam program vaksinasi di Indonesia. Sehingga masyarakat
terbukti telah melakukan vaksinasi sesuai dengan alasan- alasan mereka.

KESIMPULAN DAN SARAN


Pemerintah berupaya untuk menanggulangi penyebaran Covid-19, salah satunya
dengan program vaksinasi. Namun, program yang dicanangkan oleh pemerintah ini
menimbulkan perdebatan, ada yang setuju dan ada yang menolak dengan berbagai
alasan.Mereka yang menyatakan menyetujui untuk divaksin karena melihat dari sisi manfaat,
ingin mewujudkan tujuan pemerintah untuk mencapai herd immunity, dan karena percaya
bahwa program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah sebagai bentuk perlindungan negara
terhadap rakyatnya. Adapun mereka yang tidak setuju divaksinasi karena mereka masih
memercayai informasi yang beredar di lingkungan sekitar bahwa vaksin itu berdampak buruk
bagi tubuh, percaya diri terhadap sistem imun yang dimiliki, menganggap bahwa vaksin
sangat tidak efektif untuk mencegah penularan Covid-19, dan belum sepenuhnya percaya
kepada program pemerintah. Partisipasi masyarakat Indonesia dalam program vaksin berjalan
dengan baik dengan adanya kebijakan pemberlakuan vaksinasi sebagai syarat pengambilan
bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk bekerja di
Indonesia.

Berdasarkan hasil ulasan dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa

1. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih memahami lagi tentang
vaksinasi, mengingat vaksinasi merupakan bentuk iktiar kita agar dapat hidup
berdampingan dengan covid-19.
2. Sebelum menjalankan kebijakan pemberlakuan syarat vaksinasi sebagai sebagai syarat
pengambilan bantuan sosial, syarat bepergian ke tempat-tempat publik, dan syarat untuk
bekerja di Indonesia ini agar lebih ditinjau ulang lagi karena adanya pro dan kontra atas
dijalankannya kebijakan ini.
3. Mengadakan secara terbuka dan luas agenda vaksinasi gratis untuk masyarakat umum
agar tujuan pemerintah untuk mencapai target vaksinasi tercapai dengan cepat.

DA FTA R PUSTA KA
I I I I

Darman, Atiqa Azza El. (2021). Efektifitas Kebijakan Pemberlakuan Kartu Vaksin Sebagai
Syarat Bepergian Ke Tempat-Tempat Publik Pada Masa Pandemi. Jurnal Analis
Kebijakan. 5(2).
Justika. (2021). “Bolehkah Melarang Karyawan yang Belum Divaksin Covid-19 Masuk
Kerja”. Diakses 28 Desember 2022 dari
https://www.hukumonline.com/klinik/a/bolehkah-melarang-karyawan-yang-belum-
divaksin-covid-19-masuk-kerja-lt6119e52069889
Octavia, Lula Asri. (2021). Vaksin Covid-19 : Perdebatan, Persepsi dan Pilihan. Jurnal
Emik. 4(2).
Puteri, Anjani Eka, Esa Yuliarti, Nabilla Putri Maharani, Atika Alya Fauzia, Yohanes Sandy
Wicaksono, Novita Tresiana. (2022). Analisis Implementasi Kebijakan Vaksinasi
COVID-19 di Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi. 19(1).
Putri, Anindya Pramestya. (2021). “Harus Vaksin Agar Mendapat BLT-DD, Begini Respon
KPM Desa Suwaduk”. Diakses 28 Desember 2022 dari http://kkn.undip.ac.id/?
p=238476
Rahmadi, Triyo, Titi Pudji Rahayu, Ari Waluyo, Wakhid Yulianto. (2021). Pemberian
Vaksinasi COVID-19 Bagi Masyarakat Kelompok Petugas Pelayanan Publik di
Kecamatan Buluspesantren. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2(2), 318-333.

Anda mungkin juga menyukai