Metode Tablet Antidiabetes Rev
Metode Tablet Antidiabetes Rev
Metode Tablet Antidiabetes Rev
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
3.1.1 Tempat
Pengolahan sampel Daun Pepaya, ekstraksi Daun Pepaya, karakteristik ekstrak dilakukan
di Laboratorium Fitokimia dan Farmakognosi Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Udayana. Formulasi tablet ekstrak Daun Pepaya dan evaluasi sediaan tablet dilakukan di
Laboratorium Formulasi dan Teknologi Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas Udayana.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan praktikum dilakukan pada tanggal 25 Oktober 2017 sampai 6
Desember 2017.
Tabel 3.1.2 Waktu Pelaksanaan Praktikum
No Tanggal Uraian Kegiatan
1. 25 - 10 - 2017 Ekstraksi dan Penyiapan Ekstrak
3. Standarisasi Ekstrak
1. Penentuan Kadar Air
Sejumlah 0,1 g ekstrak ditimbang dalam krus porselen bertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 105°C selama 30 menit dan telah ditera. Diratakan dengan
menggoyangkan hingga merupakan lapisan setebal 10 –15 mm dan dikeringkan pada suhu
penetapan hingga bobot tetap, tutupnya dibuka, dibiarkan krus dalam keadaan tertutup dan
mendingin dalam desikator hingga suhu kamar, kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh
untuk menghitung persentase susut pengeringannya.Kadar air yang ditetapkan menurut
Farmakope Herbal Indonesia sebesar tidak lebih dari 16%.
Berat sebelum pengeringan−berat akhir
Kadar Air = x 100%
Berat sebelum pengeringan
(Depkes RI, 2000).
2. Penetapan Susut Pengeringan
Ditimbang saksama 1 g dan 2 g zat dalam bobot timbang dangkal bertutup yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur
besar, sebelum ditimbang digerus dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2 mm. Zat
dalam botol timbang diratakan dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal
lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, dimasukkan ke dalam ruang pengering, dibuka tutupnya,
dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol
dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur
zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5 0dan 100C
dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama
waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Depkes RI, 1995). Nilai susut pengeringan yang
ditetapkan menurut Farmakope Herbal Indonesia sebesar tidak lebih dari 12%.
3. Penentuan Kadar Abu Total
Sejumlah 0,2 gram ekstrak ditimbang dengan seksama dalam krus yang telah ditera,
dipijarkan perlahan-lahan. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 250C sampai
bebas karbon, selanjutnya didinginkan dalam desikator, serta ditimbang berat abu.Kadar abu
dihitung dalam persen berat sampel awal. Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu,
kemudian dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit, bagian yang tidak larut
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, disaring
dan ditimbang, ditentukan kadar abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap berat sampel
awal. Kadar abu total yang ditetapkan menurut Farmakope Herbal Indonesia sebesar tidak lebih
dari 0,3 %.
Berat awal−berat akhir
Kadar Abu = x 100%
Berat awal
(Depkes RI, 2000).
4. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh dari hasil penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 mL asam
klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui
kertas saring, dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang
tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000).
Kadar abu tidak larut asam yang ditetapkan menurut Farmakope Herbal Indonesia sebesar tidak
lebih dari 0,1 %.
5. Penentuan Bobot Jenis
Bobot jenis ekstrak ditentukan terhadap hasil pengenceran ekstrak 5% dan 10% dalam
pelarut etanol dengan alat piknometer. Digunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi
dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C. Suhu
diatur hingga ekstrak cair lebih kurang 20°C, lalu dimasukkan ke dalam piknometer. Diatur suhu
piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°C, kelebihan ekstrak cair dibuang dan ditimbang.
Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer (Depkes RI, 2000). Menurut Badan
Standarisasi Nasional (2006) bobot jenis ekstrak kulit kayu manis adalah 1,008-1,030.