TM Protein
TM Protein
TM Protein
3
PRE-LAB
1. Jelaskan prinsip evaluasi daya cerna protein secara in vitro?
Daya cerna protein pada sampel dilakukan secara in vitro dengan menggunakan campuran enzim
(tripsin, kimotripsin, dan pankreatin) yang kemudian akan dibandingkan dengan daya
cerna kasein, sehingga diketahui daya cerna protein relatif masing-masing sampel. Asam
amino yang dihasilkan akibat reaksi enzimatis kemudian direaksikan dengan pereaksi
biuret, sehingga intensitas warna yang dihasilkan diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 520nm (Candradewi, 2012).
Persiapan Sampel
Sampel
Dihaluskan
Hasil
-Kedelai Rendam
Kedelai
Hasil
-Kedelai Rebus
Kedelai
Ditimbang sebanyak 10 g dan direbus selama 20 menit dalam 100 ml air. Dimasukkan setelah
air rebus mendidih
Hasil
-Kedelai Sangrai
Kedelai
Ditimbang sebanyak 10 g dan sangrai dalam wajan yang sudah dipanaskan suhu 100ºC
selama 20 menit
Hasil
-Kedelai Kecambah
Kedelai
Hasil
Penentuan daya cerna protein metode biuret
-Persiapan Sampel
Sampel padat
Ditimbang
Aquades
Disaring
Supernatan didekantasi
Hasil
Sampel cair
Diambil 0,4 ml
Didekantasi
2 ml etil eter
Disentrifugasi dengan kecepatan 300 rpm selama 10 menit
Hasil
- Penetapan daya cerna protein metode biuret
Supernatan Endapan
Divortex
Hasil
Sampel
Sampel
Ditimbang 1 g
Ditampung distilat
Hasil
Pembuatan kurva standar BSA
Larutan BSA
Divortex
Hasil
TINJAUAN PUSTAKA
Macam – macam metode penentuan daya cerna protein :
1. Protein efficiency ratio (PER)
PER pada dasarnya menghitung efisiensi suatu protein pangan untuk digunakan dalam
sintesis protein tubuh. PER dapat mengukur kemampuan protein untuk menghasilkan
pertumbuhan. Apabila didefinisikan, maka PER adalah perbandingan antara
pertambahan berat badan dengan jumlah protein yang dikonsumsi.
Rumus perhitungan :
𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑃𝐸𝑅 =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Tinjauan reagen
- Buffer Phospat
Buffer fosfat adalah buffer netral dengan kisaran pH 7. Buffer fosfat dapat dibuat
dengan menggunakan monosodium fosfat (NaH2PO4) dan konjungatnya yaitu disodium
fosfat (Na2HPO4). Meskipun buffer fosfat juga merupakan larutan penyangga, namun
kerja buffer ini tidak lebih baik dari cairan rumen dalam mempertahankan pH. Hal ini
dikarenakan adanya proses salivasi di dalam rumen. Saliva yang dihasilkan kelenjar
ludah berperan sebagai buffer alami bagi rumen sehingga kemampuan mempertahankan
pH rumen lebih bagus (Diantith, 2007).
- BSA
Dalam evaluasi kadar protein yang terkandung di dalam sampel digunakan larutan BSA
(Bovine Serum Albumine) dimana larutan BSA merupakan larutan yang mengandung
protein yang berfungsi dalam pembuatan kurva standar pada evaluasi kadar protein
(Wahyudi, dkk., 2014).
- Enzim Pankreatin
Pankreatin adalah kombinasi enzim pencernaan (protein). Enzim ini secara normal
dihasilkan oleh pancreas dan penting untuk mencerna lemak, protein dan gula. Pankreatin
digunakan untuk menggantikan enzim pencernaan yang tidak cukup diproduksi oleh tubuh.
Kondisi medis tertentu dapat menyebabkan rendahnya enzim yang dihasilkan, antara lain
cystic fibrosis, peradangan kronis pada pankreas, kanker pankreas atau operasi
pankreas. Pankreatin digunakan untuk menentukan daya cerna protein secara in vitro
(Lapu, 2013).
- NaOH
NaOH berfungsi untuk menetralkan pH larutan (Sumardjo, 2009).
- Petroleum Eter
Petroleum eter memiliki titik didih 60-80C, kalor jenis pada tekanan tetap 1,76 kJ/kg.K,
massa jenis pada kondisi cair 0,8 gr/cm3, kalor laten penguapan fluida kerja 340 kJ/kg
dan kelarutan dalam air 0,04 paa suhu 20C (Sambada, 2014).
- Reagen Biuret
Reagen biuret yang digunakan untuk uji kandungan protein mengandung CuSO4, NaoH,
Na-K tartrat. Reaksi biuret dengan reagen biuret digunakan untuk mengetahui kandungan
protein yang ada pada makanan. Reagen biuret juga mudah larut dalam air (Nigam,
2007).
a. Kedelai Mentah
Persentase daya cerna protein dari kedelai mentah adalah sebesar 56,79%
(Nurhidajah, dkk., 2009).
b. Kedelai Rendam
Persentase daya cerna protein dari kedelai rendam adalah sebesar 49,32%
(Nurhidajah, dkk., 2009).
c. Kedelai Rebus
Persentase daya cerna protein dari kedelai rebus adalah sebesar 81,16%
(Nurhidajah, dkk., 2009).
d. Kedelai Sangrai
Persentase daya cerna protein dari kedelai sangrai adalah sebesar 41,09%
(Nurhidajah, dkk., 2009).
e. Kecambah Kedelai
Persentase daya cerna protein dari kecambah kedelai adalah sebesar 69,82%
(Nurhidajah, dkk., 2009).
f. Tempe kedelai
Persentase daya cerna protein dari tempe kedelai adalah sebesar 83,03% (Karti dan
Rosida, 2009).
g. Susu cair
Persentase daya cerna protein dari susu adalah sebesar 97,02% (Mardiyanto dan
Sudarwati, 2015).
h. Yoghurt
Persentase daya cerna protein dari yoghurt adalah sebesar79,89% (Kuntarso, 2007).
i. Daging sapi rebus
Persentase daya cerna protein dari daging sapi rebus adalah sebesar 67,07%
(Riyanto, 2007).
j. Abon sapi
Persentase daya cerna protein dari abon sapi adalah sebesar 22,61% (Riyanto,
2007).