Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal Di Indonesia
Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal Di Indonesia
Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal Di Indonesia
1970 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No. 6 Tahun 1968 jo. UU Nomor 12
Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sebagaimana telah
diubah dengan UU No mor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal hingga dewasa ini
tidak hanya dilakukan seperti yang ditetapkan dalam ketentuan penanaman modal asing,
dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, khususnya
yang berkenaan dengan penanaman modal asing, yakni tidak hanya dilakukan dalam
bentuk direct Investment, akan tetapi dapat pula dilakukan dalam bentuk usaha kerja
sama patungan (joint ventures dengan pihak swasta nasional Indonesia seperti yang
1. Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal
kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka
dengan persyaratan.
undang.
tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan
1
Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kencana: Jakarta, 2016 hlm. 55-56
berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebu dayaan, lingkungan hidup,
4. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbu ka dengan
persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan
modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah.
Dengan adanya pengaturan tersebut, seperti yang termuat dalam ketentuan Pasal 12
secara langsung maupun dalam bentuk usaha kerja sama patungan (joint pontures)
dengan pilak nasional apaka dengan swasta atau pemerintah BUMN) dalam bentuk dan
cara kerja sama yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah khu susaya dalam hal
A. Pengaturan Pemerintah
patungan (joint ventures) antara pencanaan modal asing dan modal nasional dalam
Nomor 36/U/IN/6/1967 yang ditetapkan dalam bentuk usaha kerja sama joint
enterprise (perusahaan campuran)' yang juga merupakan salah satu bentuk usaha
kerja sama patungan (joint ventures). Gejala peningkatan kerja sama penanaman
modal di Indonesia semakin ditingkatkan setelah pemerintah mengeluarkan
kebijaksanaan pada 22 Januari 1974 yang berkaitan dengan masalah kerja sama
Lebih lanjut, dalam peraturan tersebut dijabarkan secara perinci bahwa usaha
peningkatan peran dan partisipasi keja sama dengan pihak asing dalam hal
51%.
untuk melakukan usaha kerja sama patungan (join ventures) dengan modal nasional
meskipun pengaturan tersebut sedikit bertentangan dengan semangat yang ada dalam
diubah dengan UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang pada
investment).
2
Ibid hlm 57
3
Ibid
Ketentuan yang mengatur adanya usaha kerja sama patungan sebagaimana
1. Oleh pihak asing (perorangan atau badan hukum), ke dalam suatu perusahaan
nasional).
yang terlalu rumit, oleh karena sudah jelas bahwa bukan hanya modal melainkan
Berbeda halnya dengan yang kedua, di mana akan lebih sulit oleh karena
adanya berbagai variasi kepentingan dalam bentuk usaha kerja sama patungan yang
Dipilihnya bentuk dan cara kerja sama patungan (Joint ventures) dalam
pesat. Hal itu terjadi bila dikaitkan dengan kemampuan modal nasional yang belum
yang dilakukan dalam bentuk penanaman modal asing secara langsung di Indonesia.
Selain itu, usaha kerja sama patungan juga dapat meminimalisasi tingkat risiko dari
para pihak. Bahkan dari pihak penanam modal asing sendiri beranggapan bahwa
dengan dipilihnya bentuk usaha kerja sama patungan (joint ventures) oleh para
multinational corporation akan memberi sedikit rasa aman oleh karena mereka
secara sewenang-wenang tanpa melalui suatu prosedur hukum oleh negara penerima
perusahaan multinasional, bahkan tanpa memberi ganti rugi sedikit pun kepada para
penanaman modal asing. Hal yang sama pernah pula dilakukan oleh pemerintah
melakukan berbagai cara untuk menghindari risiko penanaman modal asing mereka
dengan cara hedging, yakni sama seperti yang mereka lakukan pada pasar valuta
asing. Mereka sering kali menyeimbangkan sebagian besar aktiva nyata (tangible)
mereka di negara tempat penanam modal dengan pinjaman di negara tersebut (di
usaha kerja sama patungan (joint ventures) antara penanaman modal asing nasional
5
Peter H Lindert & Charles P. Kindleberger, Ekonomi Internasional, Erlangga: Jakarta, 1990 him. 607
yang mengubah kebijaksanaan 1974, yakni dengan dikeluarkanya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam
Perusahaan manaman Modal Asing yang ditetapkan pemerintah pada 6 April 1992
diikuti pulade ngan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 32, 33,
dan 34 Tahun 1992 yang bersangkut paut dengan masalah pengaturan bidang usaha,
tata cara dan prosedur penanaman modal, serta pertanahan untuk kegiatan
khususnya asing, yakni dengan memberikan batas minimum atas modal yang hendak
tertentu, yaitu US$ 1.000.000.00. Namun ketentuan tersebut tidak bersifat final oleh
karena untuk dapat dikabul kannya aplikasi tersebut masih ada syarat lain yang harus
kepemilikan saham. Mengenai ketentuan modal minimum yang harus ditanam (re
investasi hal itu pun tidak mutlak, oleh karena ternyata masih diberikan
penanaman modal, khususnya penanaman modal asing yang pada dasarnya harus
dilakukan dalam bentuk kerja sama "usaha patungan" (joint ventures). Bila dicermati
2007 tentang penanaman Modal yang membolehkan penanaman modal asing secara
langsung atau penuh 100% meskipun bukan dalam bentuk usaha kerja sama (joint
Dengan perumusan demikian, tentunya secara implisit tersirat ada nya suatu
kegiatan usaha patungan dalam rangka penanaman modal, khususnya modul asing.
Tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa penanaman modal secara langsung (tanpa
prinsipnya pada saat pendirian perusahaan oleh penanam modal, khususnya modal
asing, tentunya modal saham perusahaan yang dimiliki peserta Indonesia, sekurang-
kurangnya 20% dari seluruh nilai modal saham. Selain itu, diatur pula mengenai
bidang-bidang usaha tertentu yang karena sifat usaha dan kebutuhan dalam
ketentuan jumlah minimum modal yang harus ditanam. Bahkan diperbolehkan untuk
dipersyaratkan terlebih dahulu, yakni US$ 1.000.000,00 asalkan meme nuhi yarat
tertentu seperti bidang usaha yang dipilih, sifat usaha, bentuk usaha, komposisi
pemilikan saham, dan divestasi sahamnya. Dengan pengaturan seperti itu pula
perusahaan kecil serta usaha koperasi untuk ikut berpartisipasi dalam bidang
1994, yakni secara filosofis penanaman modal asing harus berbentuk perusahaan
patungan dengan pihak pengusaha Indonesia dan secara bertahap saham peserta
nasional harus meningkat sampai pada suatu saat akan mencapai mayoritas saham.
Namun dalam rangka pemberian insentif yang menarik bagi penanaman modal,
kelonggaran bagi investor asing untuk menunda kewajiban patungan dengan pihak
Hal lain yang juga turut diatur yaitu penggunaan laba perusahaan, di mana
perusahaan baru atau untuk membeli perusahaan lain di Indonesia. Dalam hal yang
terakhir berlaku ketentuan bahwa dalam hal pembelian perusahaan baru oleh
penanaman modal asing harus di penuhi persyaratan, yakni bidang usaha perusahaan
yang dibeli itu baik perusahaan lama maupun baru tidak tercantum dalam daftar
bidang usaha yang tertutup bagi perusahaan asing. Jika perusahaan yang dibeli ialah
pemilikan saham dalam perusahaan tersebut harus tetap dipenuhi kriteria pemilikan
saham yang berlaku serta tetap berkewajiban meme nuhi program divestasi. Dengan
demikian, maka dalam proses reinvested profit tersebut, baik untuk pembelian
maupun pendirian usaha baru berlaku sepenuhnya ketentuan yang telah ada.
Ada enam hal pokok yang menyangkut persyaratan divestasi seperti yang
berikat yang seluruh usahanya dimiliki oleh pihak asing, maka dalam
Indonesia atau badan hukum yang dimiliki oleh warga negara Indonesia
atau badan tertentu yang diperlakukan sama. Ketentuan ini bersifat final.
juta dan seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing, maka dalam waktu
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Irian Jaya,
Jambi dan Bengkulu, maka dalam waktu lima tahun sejak berproduki
kepada warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia atau yang
dipersamakan dengan itu. Kemudian dalam waktu 20 tahun sejak produksi
65% hasil produksinya untuk ekspor, atau bahan baku atau bahan
20% dalam jangka waktu 10 tahun dan dalam waktu 20 tahun sejak
dengan minimal saham 20% dan dalam jangka waktu 20 tahun setelah
Hal khusus lain yang diatur di luar ketentuan PP Nomor 20 Tahun 1994, yakni
modal asing bilamana saham milik peserta nasi onal minimal 51% atau saham
peserta nasional minimal 41% atau di antaranya 20% sebagai saham atas nama yang
dijual melalui pasar modal, maka tidak diwajibkan lagi meningkatkan sahamnya
menjadi 51% dan tidak berubah status perusahaan penanaman modal asing tersebut,
semacam ini agar perusahaan dapat beroperasi atau melakukan usahanya di bidang-
bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing, dapat memperoleh
pinjaman modal kerja dari bank pemerintah, dan dapat pula menjual hasil
produksinya di pasar dalam negeri tanpa diwajibkan lagi menunjuk distributor atau
Selain adanya pengaturan tentang bidang kerja sama usaha patungan (joint
ventures) tersebut, diharapkan pula penanaman modal dapat lebih bergairah untuk
teknis operasional meskipun iklim kerja kama telah diperbarui oleh pemerintah
Ismail Suny6 mengemukakan, bahwa ada tiga bentuk kerja sama pa tungan
(joint ventures) antara modal asing dan nasional sesuai dengan Pasal 23 UU Nomor
1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yakni: joint ventures, joint
enterprise, dan kontrak karya. Meskipun sebenarnya istilah joint enterprise juga
merupakan atau termasuk dalam pengertian joint ventures. Oleh Sunaryati Hartono7
diuraikan bahwa sebenarnya istilah joint ventures oleh para ahli yang berbahasa Ing
6
Ismail suny & Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan UUPMA dan Kredit Luar Negeri, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1967, hlm. 108
7
Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia,
Bina Cipta: Bandung, 1970, hlm 127
gris digunakan sebagai suatu istilah verzamelnaam untuk berbagai bentuk kerja sama
antara penanaman modal nasional dan asing. Jadi, apa yang disebut oleh Ismail Suny
dengan joint enterprise juga merupakan salah satu bentuk daripada joint ventures.
Namun pembedaan yang dilakukan oleh Ismail Suny tersebut secara resmi telah
lazim adanya. Dalam hal joint ventures diartikan sebagai para pihak tidak
membentuk badan hukum baru, akan tetapi suatu kerja sama yang sematamata
bersifat kontraktual, sedang dalam hal joint enterprise terjadi penggabungan modal
nasional ke dalam satu badan hukum Indonesia. Lalu, kemudian kontrak karya
diartikan sebagai pihak asing membentuk suatu badan hukum Indonesia dan badan
hukum indonesia itu bekerja sama lagi dengan badan hukum (nasional) Indonesia
yang lain.
Selain ketiga bentuk kerja sama yang telah disebutkan diatas, masih terdapat
juga bentuk lain yang dalam kenyataannya atau dalam praktik dilakukan oleh
pemodal, khususnya asing. Dengan kata lain, terdapat berbagai bentuk kerja sama
patungan (joint ventures) yang dilakukan oleh para pe nanam modal, khususnya
contract, technical assistance atau tech nical service contract, franchise, and brand
use agreement maupun dalam bentuk Buid, Operation, and Transfer atau lebih
dikenal dengan istilah BOT. Di samping itu, dikenal pula adanya bentuk usaha kerja
sama yang khusus seperti penanaman modal asing dengan DISC-Rupiah maupun
kredit untuk proyek (barang modal). Kesemua bentuk usaha kerja sama patungan
(joint ventures) tersebut untuk lebih jelasnya akan diuraikan di sertai dengan
sifatnya.
1. Joint Ventures
usaha kerja sama patungan (joint ventures) memiliki berbagai bentuk atau corak
maupun variasi, namun pada intinya joint ventures adalah suatu usaha kerja
sama yang dilakukan antara penanaman modal asing dan nasional semata-mata
berdasarkan suatu perjanjian atau kon trak belaka (kontraktual), di mana tidak
Sebagai contoh dapat dikemukakan, yakni: Adanya perjanjian kerja sama antara
Van Sickel Associates Inc. suatu badan hukum yang berkedudukan di Delaware,
Kerja sama ini juga sering kali disebut dengan Contract of Cooperation yang
dalam Pasal 3 UUPMA. Berbagai corak atan variasi dari joint ventures yang
sebagai berikut:8
dilakukan antara pihak modal asing dan nasional sepanjang yang bersangkut
paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya suatu perusahaan modal
nasional yang ingin memajukan atau meningkat kan skala produksinya tentu
membutuhkan suatu peralatan baru di sertartai cara kerja atau metode kerja
8
Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kencana: Jakarta, 2016 hlm. 66-67
tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang
bersangkutan.
b. Franchise and Brand-Use Agreement: suatu bentuk usaha kerja sama yang
Chicken.
c. Management Contract suatu bentuk usaha kerja sama antara pihak modal
dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu
d. Build, Operation, and Transfer (BOT): suatu bentuk kerja sama yang relatif
masih baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu ker ja sama antara
sama dengan pihak luar negeri untuk membangun stratu departement store
operasinya dilaksanakan oleh pihak asing demam jangka waktu sesuai kerja
2. Joint Enterprise
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa suatu bentuk kerja sama dalam bentuk
joint enterprise merupakan suatu kerja sama antara penanaman modal asing dan
dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru
modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta
asing.
tampaknya bentuk usaha kerja sama ini yang paling dikehendaki oleh para
valuta asing, tetapi modal asing dapat berbentuk mesin mesin atau lain hasil
produksi penanaman modal asing itu. Sehingga pena naman modal asing di
Indonesia oleh penanam modal asing itu telah menghasilkan efek yang
keuntungan dalam masa yang akan datang, akan tetapi pada saat ia
3. Kontrak Karya
Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerja
sama antara penanaman modal asing dan nasional, terjadi apabila penanam modal
asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan
perjanjian kerja sama dengan suatu badan hu kum yang menggunakan modal nasional.
Bentuk kerja sama kontrak kar ya ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama
antara badan hukum milik negara (BUMN) seperti kontrak karya antara PT.
Pertamina dan PT Caltex Pacific Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari
Ditinjau dari segi penanaman modal asing sendiri, maka cara terse but sering
kali lebih memuaskan, oleh karena masing-masing pihak dengan demikian dapat
dalam suatu perusahaan campur an, berhubung dengan perbedaan pembukuan dalam
rupiah, dan valuta asing atau berhubungan dengan perbedaan pendapat mengenai
Sunaryati Hartono11, oleh karena negara tidak menjadi pemilik daripada bumi dan air
serta kekayaan alam Indonesia, akan tetapi hanya mempu nyai hak untuk menguasai
dengan pihak lain (asing) untuk me ngerjakan pengolahan (eksploitasi dan eksplorasi)
untuk dan atas nama perusahaan negara tersebut. Perjanjian semacam itu disebut
10
Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kencana: Jakarta, 2016 hlm. 68
11
Sunaryati Hartono, Op. cit, him 140
dengan nama kontrak-karya, yang memberi tugas dan kewajiban (dan karena itu hak)
kepada pihak lain untuk menggali dan mengolah sumber daya alam yang menjadi
kuasa pertambangan perusahaan tersebut. Adapun besar nya imbalan tergantung dari
dan tindakan lain yang berhubungan dengan pengambilan, pengolahan, distribusi, dan
penjualan barang yang diproduksi di Indonesia itu sepenuhnya ada di tangan pihak
asing, dan bahkan boleh memindahkan hak-haknya itu kepada seorang subkontraktor
Adanya berbagai bentuk dan corak kontrak karya dalam kerja sama antara
keleluasaan pihak asing untuk melakukan perjanjian kerja sama dengan perusahaan
negara yang sudah terjamin kepercayaan nya oleh karena ditopang dengan unsur
4. Production Sharing
Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA, yaitu dengan terhapusnya UU Penanaman modal
Asing Tahun 1958 oleh UU Nomor 16 Tahun 1965 boleh dikatakan merupakan satu-
penanaman modal asing sudah dilarang dengan UU Nomor 16 Tahun 1965 itu, maka
untuk memenuhi kebutuhan akan modal dan alat perlengkapan dari luar negeri,
dipikirkan suatu bentuk kerja sama patungan yang dinamakan production sharing atau
bagi hasil.
12
Ibid
Dinamakan suatu production sharing atau bagi hasil, oleh karena kredit yang
diperoleh dan pihak asing in besena bunganya akan dikembali kan dalam bentuk hasil
produksi perusahaan yang bersangkutan, biasa nya dikaitkan dengan suatu ketentuan
pemberi kredit, Dengan kata lain, bahwa protection sharing adalah suatu perjanjian
ketta sam kredit antara nodal asing dan pihak Indonesia yang memberkan kewajihan
kepada pihak Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit.
Asing, maka oleh pemerintah dilakukan pembaruan terhadap kontrak kerja sama
campuran atau variasi antara kredit dan penanaman modal. Jika pada production
sharing suatu perusahaan (nasional) Indonesia memperoleh modal asing dalam bentuk
kredit, maka penanaman modal asing dengan DISC-Rupiah ini kredit modal asing
yang harus telah dikembalikan kepada krediturnya oleh pihak Indonesia dengan
utang yang tidak dijamin oleh pemerintah asing dapat diubah menjadi penanaman
Conversion Scheme (DISC), oleh sebab itu pelunasan utang ini, yang semula
diperhitungkan berdasarkan valuta asing tetapi dibayar dengan rupiah terjadi dengan
maka yang akan dicatat sebagai modal adalah jumlah utang Republik Indonesia yang
modal dengan menggunakan kredit dari pemerintah. Dengan kata lain, kredit kuar
negeri dan penanaman modal tidak dapat dipisahkan dengan tegas, oleh karena kredit
Dalam kenyataan tampak bahwa kredit luar negeri via kredit investasi menjadi
modal nasional yang setelah bergabung dengan modal asing dalam joint ventures
mengadakan kerja sama (joint ventures) dengan penanam modal asing sudah dapat
digolongkan menjadi penanaman modal asing meskipun jalan yang ditempuh sangat
berbelit belit. Dalam praktik penanaman modal dengan kredit investasi ini banyak
dilakukan oleh para pemodal dalam negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang
ada di Indonesia.14
7. Portofolio Investment
13
Aminudin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kencana: Jakarta, 2016 hlm. 70
14
Ibiid hlm 71
Penggabungan modal asing dengan modal nasional dalam bentuk portfolio
Penanaman Modal, akan tetapi di dalam praktik yang di lakukan oleh para pemodal
dalam negeri, khususnya pemodal WNI ke turunan, penanaman modal asing semacam
ini telah lama dilaksanakan dan dilakukan secara meluas. Sunaryati Hartono 15
menyatakan bahwa oleh karena cara ini dilakukan dengan diam-diam (disguised),
maka sukar sekali untuk memperoleh angka-angka yang terang mengenai pemben
tukan penanaman modal jenis ini. Lagi pula, cara yang terselubung ini menyebabkan,
bahwa bentuk penggabungan modal nasional dan asing tidak dianggap dan
Namun dalam praktik yang termasuk dalam kategori ini adalah penanaman modal
yang dilakukan melalui pembelian saham baik di pasar modal, maupun penempatan
modal pihak ketiga dalam perusahaan (strategic partner atau private placement).
15
Sunaryati Hartono, Op. Cit., hlm 156