Makalah Kode Etik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Konsep Kode Etik dan Sanski Pelanggaran Kode Etik Guru

MAKALAH

(Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Profesi Kependidikan)

Dosen Pengampu: Dr. Badawi, S.H., M.Pd

Disusun Oleh:

Amelia Rosita
Khoirunnisa

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Konversi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI

LAMPUNG UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, sang Pengatur Alam Semesta, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa
mendapat syafaat nya, amin.

Tidak lupa juga ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut dalam
penyusunan makalah dengan tujuan untuk memenuhi mata kuliah Landasan
Kependidikan dengan judul ‘’ Konsep Kode Etik dan Sanski Pelanggaran
Kode Etik Guru ’’.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka tim menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
tim dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ilmiah tentang Konsep Kode Etik dan Sanski Pelanggaran Kode Etik Guru ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    

Lampung Utara, 05 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...……… 1
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kode Etik Guru.............................................................................3
B. Dasar Kode Etik Guru Indonesia.....................................................................5
C. Tujuan Kode Etik Guru...................................................................................6
D. Fungsi Kode Etik Guru....................................................................................7
E. Isi Kode Etik Guru...........................................................................................8
F. Isi Kode Etik Guru.........................................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk
meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat
membangun diri sendiri dan bersama-sama membangun bangsa. Peranan guru
sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk
itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan
proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan
pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam
pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan
sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat
tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

Selain itu dalam melaksanakan profesinya guru memiliki kode etik


yangdiartikan sebagai norma dan asas yang diterima oleh sekelompok orang
tertentu sebagai landasan tingkah laku. Kode etik dapat diibaratkan seperti
rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh seorang pekerja dalam bekerja disuatu
organisasi atau lembaga. Mematuhi rambu-rambu tersebut merupakan
perbuatan yang baik, dan sudah barang tentu jika melanggar rambu-rambu
tersebut itu akan menjadi perbuatan yang buruk jika seseorang mematuhi
rambu-rambu itu, maka selamatlah ia dan sejahteralah ia dalam bekerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kode etik profesi guru?


2. Apakah fungsi kode etik profesi guru?
3. Apakah ada sanksi yang akan diterima jika kode etik dilanggar oleh guru?
2

C. Tujuan
1. Dapat memahami yang dimaksud dengan kode etik profesi guru.
2. Dapat memahami fungsi kode etik profesi guru.
3. Dapat memahami sanksi yang akan diterima jika kode etik dilanggar oleh
guru.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Guru


Ditinjau dari segi etimologi, pengertian kode etik ini telah dibahas dan
dikembangkan oleh beberapa tokoh yang mempunyai jalan pikiran yang
berbeda-beda. Namun pada dasarnya mempunyai pengetian yang sama.
Socrates seorang filosof yang hidup di zaman Romawi yang dianggap sebagai
pencetus pertama dari etika yang telah menguaraikan etika secara ilmu
tersusun. Bahkan sampai sekarang perkembangan etika semakin berkembang.
Hal ini dapat dirasakan dengan adanya fenomena-fenomena yang realita dalam
masyarakat.

Menurut Adi Negoro dalam bukunya Ensiklopedi Umum


sebagaimana yang dikutip oleh Sudarno dkk, mengemukakan etika berasal dari
kata Eticha yang berarti ilmu kesopanan, ilmu kesusilaan. dan kata Ethica
(etika, ethos, adat, budi pekerti, kemanusiaan)

Menurut Hendiyat Soetopo, "Etik diartikan sebagai tata-susila (etika)


atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan".

William Lillie mendefinisikan “Ethics as the normative science of


conduct of human being living in societies – a science which judges this
conduct to be right or wrong, to be good or bad, or in some similar way.”.

Maksud dari pengertian di atas bahwa etik adalah ilmu


pengetahuan tentang norma atau aturan ilmu pengetahuan tentang tingkah laku
kehidupan manusia dalam masyarakat, yang mana ilmu pengetahuan tersebut
menentukan tingkah laku itu benar atau salah, baik atau buruk atau sesuatu
yang semacamnya. Kemudian secara etimologi kode etik berasal dari dua kata
kode dan etik. Kode berasal dari bahasa Prancis Code yang artinya norma atau
aturan. Sedangkan etik berasal dari kata etiquete yang artinya tata cara atau
tingkah laku. Sementara itu menurut Elizabeth B. Hurlock mendefinisikan
tingkah laku sebagai berikut: Behaviour which may be called “true morality”
4

not only conforms tosocial standards but also is carried out valuntarilly, it
comes with the transition from external to internal authority and consists of
conduct regulated from within.

Arti definisi tersebut di atas adalah tingkah laku boleh dikatakan sebagai
moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar masyarakat
tetapi juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi melalui
transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada ketetapan
hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).

Selanjutnya definisi guru yaitu semua orang yang berwenang dan


bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara
individual atau klasikal, di sekolah maupun luar sekolah. Sebagai pendidik
guru dibedakan menjadi dua yakni guru kodrati dan guru jabatan. Guru kodrati
adalah orang dewasa yang mendidik terhadap anak-anaknya. Disebut kodrat
karena mereka mempunyai hubungan darah dengan anak (si terdidik).
Sedangkan guru jabatan yaitu mereka yang memberikan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Peran mereka terutama nampak dalam kegiatan
pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu mentransformasikan kebudayaan
secara terorganisasi demi perkembangan peserta didik khususnya di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembahasan selanjutnya yang dimaksudkan dalam kajian ini


adalah guru profesional yang secara khusus mempunyai tugas dan tanggung
jawab membimbing dan membina anak didik dalam proses belajar mengajar di
negara Indonesia. Jadi, “kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata-susila
keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut
pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Kata susila adalah hal yang berkaitan
dengan baik dan tidak baik menurut ketentuan-ketentuan umum yang berlaku.
Dalam hal ini kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan-santun dan
keadaban. Dengan demikian yang dimaksud dengan Kode Etik Guru Indonesia
adalah pedoman atau aturan-aturan atau norma-norma tingkah laku yang harus
ditaati dan diikuti oleh guru profesional di Indonesia dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai guru profesional.
5

B. Dasar Kode Etik Guru Indonesia


Kode Etik Guru Indonesia merupakan usaha pendidikan untuk mencapai
cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia sebagaimana termaktub dalam
pembukaan UUD 1945 yang mutlak diperlukan sebagai sarana yang teratur dan
tertib sebagai pedoman yang merupakan tanggung jawab bersama. Dengan
demikian Kode Etik Guru Indonesia yang disusun haruslah merupakan sendi
dasar norma-norma tertentu dari kode etik tersebut. Sebab dalam falsafah suatu
negara terkandung pula maksud dan tujuan dari suatu negara.

Kode Etik Guru Indonesia harus disusun berdasarkan antara lain kepada:

1. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila. Sebab Pancasila juga merupakan


dasar pendidikan dan pengajaran nasional. Sila-sila dari Pancasila di
samping merupakan norma-norma fundamental juga merupakan norma-
norma praktis, sila-sila tersebut menyatakan adanya dua macam interaksi
antara hubungan secara horizontal (manusia dengan sesama makhluk) dan
hubungan secara vertikal (antara manusia dengan Tuhan). Hubungan
horizontal tersebut merupakan realisasi dari sila kedua sampai dengan
kelima. Sedangkan hubungan vertikal adalah merupakan realisasi dari sila
pertama. Pancasila merupakan dasar dari Kode Etik Guru Indonesia yang
harus ditanamkan dan menjiwai setiap pendidik dan profesinya baik
sebagai manusia dan sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
2. Tujuan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 yang berbunyi : “Tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia Pancasila sejati yang berdasarkan ketentuan yang
dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan Isi UUD 45.” Tap MPR No.
II/1983 Peraturan-praturan Pemerintah misalnya, menurut PP Nomor 10
tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil
maupun PP Nomor 30 tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Semua dasar ini dijadikan pedoman dalam rangka membina aparatur
negara agar penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 45
dan kepada pemerintah untuk bersatu padu bermental baik, berwibawa,
berdaya guna, berhasil guna, bersih mutu dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam pembangunan.
6

Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab


atas pelaksanaan Kode  Etik  Guru  Indonesia  (KEGI). Kode Etik harus
mengintegral pada perilaku guru. Disamping  itu, guru dan organisasi   guru
berkewajiban menyosialisasikan kode etik dimaksud kepada rekan sejawat,
penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, kode etik
tidak boleh dilanggar baik disengaja maupun tidak.

C. Tujuan Kode Etik Guru


Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dalam hal ini kode etik
dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat
umum agar jangan sampai memandang rendah atau terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karena itu setiap kode etik suatu profesi akan melarang
berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi. Dari segi ini kode etik juga sering kali
disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir
(material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal
kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat
larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang merugikan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya
dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapapun yang mengadakan tarif
di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan
seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik
umumnya memberi petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk
melaksanakan profesinya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-
peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau
tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama
rekan anggota profesi.
7

3. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi . Tujuan lain


kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian
profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah mengetahui
tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan mutu profesi
kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para
anggotanya.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Untuk meningkatkan
mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk
secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-
kegiatan yang dirancang organisasi.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu


profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi,
menjaga dan memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian
anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

D. Fungsi Kode Etik Guru


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai
perlindungan dan pengembangan bagi profesi. Kode etik guru sesungguhnya
merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru dengan teman kerja, murid
dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi tugasnya.
Pentingnya kode etik guru dengan temab kerjanya difungsikan sebagai
penghubung serta saling mendukung dalam bidang dan menyukseskan misi
dalam mendidik peserta didik. Etika hubungan guru dengan peserta didik
dengan terciptanya hubungan berupaa hubungan yang bersifat membantu
dengan mengupayakan terjadinya iklim belajar yang kondusif bagi
perkembangan peserta didik. Dengan ditandai dengan adanya perilaku empati,
penerimaan dan penghargaan, kehangatan dan perhatian, keterbukaan dan
ketulusan serta kejelasan ekspresi seorang guru. Seorang guru apabila ingin
menjadi guru yang profesional harusnya mendalam serta memiliki etika diatas.
8

Etika hubungan garis dengan pemimpin disekolah menuntut adanya


kepercayaan. Bahwa guru percaya kepada pimpinan dalam memberi tugas
dapat yang sesuai dengan kemampuan serta guru percaya apapun yang telah
dikerjakan mendapatkan imbalan dan sebaliknya bahwa pimpinan harus yakin
bahwa tugas yang telah diberikan telah sukses dilaksanakan. Guru sangat perlu
memelihara hubungan baik dengan masyarakat untuk kepentingan pendidikan.
Guru juga harus menghaayati apa saja yang menjadi tanggung jawabnya.

Fungsi kode etik dapat disimpulkan dengan beberapa poin berikut:

1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggung jawab atas profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
5. Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan
diri.

E. Isi Kode Etik Guru


Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman
guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan hasil
kongres PGRI XIII yang terdiri dari sembilan poin berikut:

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk


manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai


dengan kebutuhan anak didik masing-masing

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi


tentang anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan. Untuk itu ada ha-hal yang perlu diperhatikan yakni:

4. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan


anak didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga
9

tercipta sifat terbuka, berani mengemukakan pendapat dan mampu


memecahkan segala masalah yang dihadapinya.

5. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur
kasih sayang ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar,
ramah dan terbuka.

6. Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar
tidak menimbulkan suasana konflik.

7. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan


baik dengan orang tua murid bagi kepentingan anak didik.

8. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya


maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

9. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan


meningkatkan mutu profesinya.

10. Guru menciptakan dan memelihara hubungan baik antarsesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.

11. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu


organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.

12. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan


pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dengan memahami sembilan butir kode etik guru seperti diuraikan


di atas, diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya
memberikan motivasi kepada subjek belajar yang dihadapi oleh anak didik atau
subjek belajar berarti akan dapat dipecahkan atas bimbingan guru dan
kemampuan serta kegairahan mereka sendiri. Dengan demikian, kegiatan
belajar-mengajar akan berjalan dengan baik sehingga hasilnya optimal.

            Adapun menurut kesepakatan para guru Indonesia, dalam


melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa
10

perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan
berperilaku yang sesuai profesinya, dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika
dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

F. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru


Sering juga kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan
profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu
profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-
undang. Apabila halnya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan
moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan
sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa,baik berupa sanksi perdata
maupun sanksi pidana.

Sebagai contoh dalam hal ini jika seseorang anggota profesi bersaing
secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya,dan jika
dianggap kecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan. Pada
umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik
adalah sanksi moral. Barang siapa melanggar kode etik akan mendapat celaan
dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si
pelanggar dikeluarkan dari organisasi-profesi.

Adapun sanksi-sanksi yang dikenakan untuk pelanggaran kode etik


tersebut :

a. Guru dapat di berhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru,
karena :

1) Melanggar sumpah dan janji jabatan.


2) Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
3) Melalaikan kewajiban  dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau
lebih secara terus menerus.
11

Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :

1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan Pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian tidak dengan hormat
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kode etik guru” diartikan sebagai aturan tata-susila keguruan.
Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan guru)
dilihat dari segi susila. Kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan
tidak baik menurut ketentuan-ketentuan umum yang berlaku. Dalam hal ini
kesusilaan diartikan sebagai kesopanan, sopan-santun dan keadaban. Dengan
demikian yang dimaksud dengan Kode Etik Guru Indonesia adalah pedoman
atau aturan-aturan atau norma-norma tingkah laku yang harus ditaati dan
diikuti oleh guru profesional di Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sehari-hari sebagai guru profesional.

Kode Etik Guru Indonesia merupakan usaha pendidikan untuk


mencapai cita-cita luhur bangsa dan negara Indonesia sebagaimana termaktub
dalam pembukaan UUD 1945 yang mutlak diperlukan sebagai sarana yang
teratur dan tertib sebagai pedoman yang merupakan tanggung jawab bersama.
Dengan demikian Kode Etik Guru Indonesia yang disusun haruslah merupakan
sendi dasar norma-norma tertentu dari kode etik tersebut. Sebab dalam falsafah
suatu negara terkandung pula maksud dan tujuan dari suatu negara.

Secara umum Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga


kredibilitas dan nama baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan
demikian, adanya kode etik tersebut diharapkan para guru tidak melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajibannya. Jadi substansi
diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah
kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik. Sanksi yang
diberikan apabila guru melanggar kode etik tersebut adalah Teguran,
peringatan tertulis, penundaan pemberian hak guru, penurunan pangkat,
pemberhentian dengan hormat, dan pemberhentian tidak dengan hormat.
13

B. Saran
Berdasarakan pembahasan yang telah dilakukan, kode etik profesi
merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan
aktivitas suatu profesi yang harus diikuti dan ditaati oleh setiap orang yang
menjalankan profesi tersebut. Tujuannya adalah Menjunjung tinggi martabat
profesi, Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya,
Meningkatkan pengabdian  para anggota, Meningkatkan mutu profesi dan
Meningkatkan mutu organisasi. Untuk itu diperlukan tatanan guru yang dapat
memahami kode etik dengan baik dan berkuranggnya pelanggaran.
14

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta

http://dibalue.blogspot.co.id/2011/04/kode-etik-pelanggaran-dan-sanksi.html

http://www.tipspendidikan.site/2015/03/9-kode-etik-profesi-guru-indonesia.html

https://www.academia.edu/4727293/MAKNA_KODE_ETIK_PROFESI_GURU

Purwanto Ngalim.2005.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.PT Remaja


Rosdakarya Offset:Bandung

Sutjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sardiman A.M.2007.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT Raja Grafindo


Persada:Jakarta

Wiyani, N.A , 2005. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta : Gava media.

Anda mungkin juga menyukai