Makalah Masarakat Berkarakter

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Konsep Masyarakat Berkarakter

MAKALAH

(Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Kewirausahaan)

Dosen Pengampu: Dr. Badawi, S.H., M.Pd

Disusun Oleh:

Amelia Resita Wulandari

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Konversi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI

LAMPUNG UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, sang Pengatur Alam Semesta, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa
mendapat syafaat nya, amin.

Tidak lupa juga ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut dalam
penyusunan makalah dengan tujuan untuk memenuhi mata kuliah Landasan
Kependidikan dengan judul ‘’ Konsep Masyarakat Berkarakter ’’.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka tim menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
tim dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ilmiah tentang Konsep Masyarakat Berkarakter Dalam Pembelajaran ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    

Lampung Utara, 31 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6

A. Pengertian Masyarakat...................................................................................6

B. Pengertian Karakter........................................................................................7

C. Pengertian Masyarakat Berkarakter................................................................8

D. Konsep Masyarakat Berkarakter....................................................................9

E. Ciri-ciri Masyarakat Berkarakter..................................................................11

F. Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter.............................................13

G. Fungsi dan Tujuan Menciptakan Masyarakat Berkarakter...........................17

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

A. Kesimpulan...................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era reformasi di negeri kita sekarang ini banyak sekali dijumpai
perilaku masyarakat yang terasa menyimpang dari norma-norma tradisi yang
mengambarkan kepatutan sosial. Ada yang menganggapnya sebagai
konsekuensi logis reformasi, ada juga yang mengangap sebagai fenomena
reformasi yang kebablasan.  Jika pada masa orde baru kebanyakan pejabat
negara itu dipandang terhormat dan dihormati, kini semua pejabat publik
bahkan presiden dan wakil presiden pun menjadi bahan olok-olok demonstran
jalanan. Bukan hanya itu, perilaku anarkipun dilakukan oleh lapisan
masyarakat yang semestinya berkarakter, seperti mahasiswa dan anggota
parlemen . Oleh karena itu  dapat disebut bahwa anarki berlangsung dari
jalanan hingga senayan. Pertanyaan yang timbul adalah, apakah perilaku
“menyimpang “ ini merupakan budaya masyarakat kini, atau sekededar
fenomena musiman? Pertanyaan mendasar berikutnya, mengapa terjadi hal itu
dan siapa yang harus disalahkan atau siapa yang harus bertanggung jawab?

Era globaliasi masyarakat modern adalah sebagai dampak perubahan


sosial budaya yang sekarang sudah dirasakan. Pergaulan sosial dalam
masyarakat global yang ditunjang teknologi komunikasi dan informasi
menghadapkan perdaban masyarakat bersih pada kemajemukan dan perbedaan
sistem nilai. Perubahan sistem nilai sebagai dampak pertemuan dengan budaya
lain dengan sistem nilainya yang berbeda dapat menimbulkan kritis nilai.
Paling kurang untuk sementara waktu, orang seperti kehilangan pegangan atau
mengalami ketidak jelasan arah hidup. Dalam situasi seperti itu, erosi nilai-
nilai kemanusian perlu diwaspadai. Semakin dominannya nilai ekonomis
dalam masyarakat atau semakin merajelelanya arus komersialisasi diberbagai
bidang kehidupan dan semakin nilai-nilai kemanusiaan terancam. Dewasa ini,
nilai-nilai yang dapat membangun karakter sudah mulai asing di tengah
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat berkarakter?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep masyarakat berkarakter?
3. Apa strategi yang digunakan untuk membangun masyarakat berkarakter?
4. Apa fungsi dari meningkatkan masyarakat berkarakter?

C. Tujuan
1. Dapat memahami yang dimaksud dengan masyarakat berkarakter.
2. Dapat memahami yang dimaksud dengan konsep masyarakat berkarakter.
3. Dapat memahami strategi yang digunakan untuk membangun masyarakat
berkarakter.
4. Dapat memahami fungsi dari meningkatkan masyarakat berkarakter.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu musyarakah. Dalam
bahasa Arab sendiri masyarakat disebut dengan sebutan mujtama yang menurut
Ibnu Manzur dalam Lisan Al’Arab mengandung arti (1) pokok dari segala
sesuatu, yakni tempat tumbuhnya keturunan. (2) kumpulan dari orang banyak
yang berbeda-beda. Sedangkan musyarakah mengandung arti berserikat,
bersekutu dan saling bekerjasama. Jadi dari kata musayarakah dan mujtama
sudah dapat ditarik pengertian bahwa masyarakat adalah kumpulan dari orang
banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama, dan
mematuhi peraturan yang disepakati bersama. Dari pengertian tersebut dapat
kita bayangkan bagaimana anatomi dari masayarakat yang berbeda-beda.
Dapat dijumpai misalnya ada masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat
dunia, masyarakat Indonesia dan sebagainya. Semua jenis masyarakat tersebut
terdiri dari unsur-unsur yang berbeda tetapi mereka menyatu dalam satu
tatanan sebagai wujud kehendak bersama. Karena adanya dua atau beberapa
kutub, yakni: berasal dari unsur yang berbeda-beda tetapi bermaksud menyatu
dalam suatu tatanan, maka dari kutub pertama ke kutub kedua ada proses yang
membutuhkan waktu yang panjang. Masyarakat Indonesia misalnya, sudahkah
mereka menyatu dalam kesatuan? Ternyata setengah abad merdeka belum
cukup waktu untuk menyatukan sebuah masyarakat Indonesia meski sudah di
wadahi dengan istilah Bhineka Tunggal Ika. Abad pertama kemerdekaan
Indonesia nampaknya masyarakat Indonesia masih merupakan nation is
making, masih dalam proses menjadi. Masyarakat adalah sejumlah manusia
yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan
mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga, perkumpulan,
dan negara.

Kata masyarakat juga merupakan terjemahan dari kata community atau


komunitas. Secara definitive dapat didefinisikan sebgai skelompok manusia
(individu) yang terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal disuatu
tempat (wilayah) tertentu baik di desa maupun di kota yang telah terjadi
interaksi social antar anggotanya atau adanya hubungan social ( social
relationship) yang memiliki norma dan nilai tertentun yang harus dipatuhi oleh
semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu pula.

B. Pengertian Karakter
Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu
kharaseein, yang berarti sebuah instrumen untuk menilai, mengesankan,
memberikan tanda khusus, dan watak khusus (Oxford Endlish Dictionary).
Tanda khusus ini adalah yang membedakan dari yang lain sehingga dapat
mengukir kesan khusus pada setiap individu.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, istilah karakter diterjemahkan dengan


watak, adalah sifat-sifat hakiki seseorang atau suatu kelompok atau bangsa
yang sangat menonjol sehingga dapat dikenali dalam berbagai situasi atau
merupakan trade mark orang, kelompok, atau bangsa tersebut (Tilaar, 2008).
Kata karakter juga sering ditukarpakaikan dengan kata kepribadian
(personality), walaupun keduanya memiliki konotasi yang berlainan.

Karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang
menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma
yang tinggi. Sifat pribadi maksudnya ciri-ciri yang ada didalam pribadi
seseorang yang terwujudkan dalam tingkah laku. Relative stabil adalah suatu
kondisi yang apabila telah terbentuk akan tidak mudah diubah. Landasan
berarti kekuatan yang pengaruhnya sangat besar/ dominan dan menyeluruh
terhadap hal-hal yang terkait langsung dengan kekuatan yang dimaksud.

Adapun penampilan perilaku adalah aktivitas individu atau kelompok


dalam bidang dan wilayah (setting) kehidupan (bidang kehidupan: ekonomi,
kemasyarakatan, budaya/seni, agama, ilmu dan teknologi, hukum politik,
pertahanan dan keamanan, kehidupan global). Makna standar nilai/norma
adalah kondisi yang mengacu pada pada kaidah-kaidah agama, ilmu dan
teknologi, hukum, adat, dan kebiasaan yang tercermin dalam perilaku sehari-
hari. Dengan demikian hidup berkarakter adalah hidup yang dikehendaki,
yakni yang menempuh jalan lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma
sesuai dengan fitrah manusia yang berorientasi kebenaran dan keluhuran
(Prayitno dan Khaidir,2011).

C. Pengertian Masyarakat Berkarakter


Setelah pemaparan mengenai pengertian masyarakat dan karakter kita
dapat mengetahui pengertian masyarakat berkarakter adalah kumpulan dari
orang banyak yang berbeda-beda tetapi menyatu dalam ikatan kerjasama.
Mematuhi peraturan yang disepakati bersama, di mana dalam upaya
perwujudan tersebut disertai dengan penanaman karakteristik yang mencakup
nilai-nilai kebudayaan, nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai-nilai lainnya yang
menunjang dalam upaya perwujudan cita-cita masyarakat tersebut.

Apabila membahas masyarakat berkarakter maka erat kaitannya dengan


lingkungan yang berkarakter pula. Lingkungan berkarkter sangatlah penting
bagi perkembangan individu. Lingkungan yang berkarakter adalah lingkungan
yang mendukung terciptanya perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan,
seperti karakter cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaan-Nya,
kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran atau amanah, diplomatis, hormat
dan santun, dermawan, suka menolong, gotong royong dan kerjasama.
Karakter tersebut tidak hanya pada tahap pengenalan dan pemahaman saja,
namun pada kehidupan sehari-hari.

Masyarakat yang berkarakter perlu diciptakan dengan baik dan benar


karena dalam masyarakat anak akan mengenal dan mengetahui pengetahuan
tambahan, pengganti dari pendidikan lingkungan lainnya sehingga masyarakat
perlu paham akan pentingnya peranan dalam membangun pendidikan karakter
bagi anak. Masyarakat yang berkarakter akan mendukung segala upaya dalam
menunjang pendidikan yang layak bagi anak dan masyarakat juga akan
mengikutsertakan setiap individu dalam lingkungannya untuk bekerjasama
memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia.
Masyarakat berkarakter bukan berarti masyarakat yang kaya dan
mampu memberikan segala fasilitas pendidikan yang memadai namun juga
masyarakat yang mampu memberikan motivasi kepada sekitarnya untuk
menyadarkan bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya mmanusiakan
manusia. Masyarakat berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki gelar
pendidikan yang banyak. Masyarakat berkarakter tahu bagaimana caranya
menciptakan menciptakan suasana pendidikan yang tepat bagi sekitarnya
sehingga perannya sebagai agen pendidikan dengan optimal.

Pada intinya masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang mampu


mensinkronkan antara pengetahuan yang sudah di dapt anak dari lingkungan
keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di terapkan dalam
menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya.

D. Konsep Masyarakat Berkarakter


Masyarakat yang berkarakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis
bahwa setiap orang dapat menyetujui  nilai-nilai yang tidak mengandung
politis, religius, atau bias budaya. Enam pilar masyarakat yang berkarakter,
yaitu sebagai berikut :

1. Trustworthiness (Kepercayaan)

Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal –


melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta keberanian
untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik, patuh – berdiri
dengan keluarga, teman dan negara.

2. Recpect (Respek)

Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun, bukan


bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan mengancam,
memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan kemarahan, hinaan dan
perselisihan.
3. Responsibility  (Tanggungjawab)

Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin, berpikirlah


sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab
atas pilihan anda.

4. Fairness  (Keadilan)

Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran


terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari orang
lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.

5. Caring  (Peduli)

Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli,


ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang
membutuhkan.

6. Citizenship  (Kewarganegaraan)

Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja sama,


melibatkan diri dalam urusan masyarakat,  menjadi tetangga yang baik,
mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas,
melindungi lingkungan hidup.

Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan


masyarakat dan budaya adalah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat
kaitannya , namun demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam
fikiran manusia sebagai anggota masyrakat melekat apa yang di katakana baik
dan buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan
sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang mengatur , membatasi, dan
menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan orang
tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua, di katakana bahwa orang
yang bersangkutan tidak tahu nilai.  Dalam tindakan, perilaku dan perbuatan,
seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan aturan-aturan yang
berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai dan berpegang pada nilai
yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada ukuran dan aturan
kehidupan yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya, Koentjaraningrat
mencontohkan juga pranata yang berfungsi memenuhi keperluan kekerabatan
yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun, pergaulan antar kerabat dan
sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan mata pencaharian ,
yaitu pertanian, peternakan, industri, perdagangan, dsb.

E. Ciri-ciri Masyarakat Berkarakter


Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk membentuk
masyarakat  yang berkarakter adalah melalui pendidikan. Karena pendidikan
merupakan upaya yang sangat urgent untuk membentuk jati diri atau
kepribadian bangsa. Masyarakat merupakan asset paling berharga untuk
membangun bangsa yang lebih baik dan maju.

Masyarakat berkarakter harus memiliki karakter yang kuat dengan


dicirikan kapasitas mental. Kapasitas mental ini berupa kejujuran, ketulusan,
keberanian, ketegasan, kekuatan dalam memegang prinsip hidup, dan sifat-sifat
lainnya yang melekat pada dirinya. Ciri-ciri masyarakat berkarakter adalah
masyarakat yang setiap anggotanya telah memiliki dan dapat
menginternalisasikan 18 nilai karakter dalam dirinya, nilai-nilai karakter
tersebut yaitu :

1. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah di miliki.
7. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui
serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komuniktif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.

F. Strategi Membangun Masyarakat Berkarakter


Nucci & Narvaes (2008;10) menyatakan bahwa moral merupakan
faktor determinan atau penentu pembentukan karakter seseorang. Oleh karena
itu, indikator manusia yang berkarakter moral adalah :

1. Personal Improvement. Individu yang mempunyai kepribadiaan yang teguh


terhadap aturan yang diinternalisasi dalam dirinya. Dengan demikian, ia
tidak mudah goyah dengan pengaruh lingkungan sosial yang dianggapnya
tidak sesuai dengan aturan yang diinternalisasi tersebut. Ciri kepribadian
tersebut secara kontemporer diistilahkan sebagai integritas. Individu yang
mempunyai integritas yang tinggi terhadap nilai dan aturan yang dia junjung
tidak akan melakukan tindakan amoral. Sebagai contoh, individu yang
menjunjung tinggi nilai agamanya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan
sosial untuk mencontek, manipulasi dan korupsi.
2. Social Skill. Mempunyai kepekaan sosial yang tinggi sehingga mampu
mengutamakan kepentingan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan
hubungan sosialnya yang harmonis. Setiap nilai atau aturan universal
tentunya akan mengarahkan manusia untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain. Contohnya, individu yang religius pasti akan berbuat baik untuk
orang lain atau mengutamakan kepentingan umat.
3. Comprehensive Problem Solving. Sejauh mana individu dapat mengatasi
konflik dilematis antara pengaruh lingkungan sosial yang tidak sesuai
dengan nilai atau aturan dengan integritas pribadinya terhadap nilai atau
aturan tersebut. Dalam arti, individu mempunyai pemahaman terhadap
tindakan orang lain (perspektif lain) yang menyimpang tetapi individu
tersebut tetap mendasarkan keputusan/sikap/tindakannya kepada nilai atau
aturan yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang
murid yang tidak mau mengikuti teman-temannya mencontek saat tidak
diawasi oleh guru karna ia tetap menjunjung tinggi nilai atau aturan yang
berlaku (kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu memahami penyebab
perilaku teman-temannya yang mencontek. Keluwesan dalam berfikir dan
memahami inilah dibutuhkan untuk menilai suatu perbuatan tersebut benar
atau salah.

Masyarakat yang ideal adalah meski mereka memiliki sub jati diri yang
berbeda-beda tetapi mereka menyatu dalam satu identitas masyarakat yang
mematuhi peraturan yang disepakati bersama dan bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Sepintas pemikiran ini sejalan dengan konsep
Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi ruh terbangunnya bangsa Indonesia.
Tujuan bersama masyarakat adalah membangun kesejahteraan sosial dimana
setiap individu terlindungi hak-haknya oleh sistem sosial. Sistem sosial akan
kuat jika didukung oleh sub sistem yang menjadi pilarnya. Pada dasarnya, jika
ingin menciptakan masyarakat yang berkarakter maka kita bisa meneladani
dari sikap Nabi Muhammad SAW dalam upaya membangun masyarakat
berakhlak ketika zamannya. Jika suatu masyarakat terbangun sesuai dengan
konsep tersebut diatas, maka tatanan masyarakat itu akan sangat indah, apa
yang Nabi disebut sebagai taman. Dunia manusia (masyarakat) itu berpeluang
menjadi taman yang indah jika di dukung oleh pilar-pilar yang kuat. Menurut
Nabi ada enam pilar yang diperlukan bagi terbangunnya tatanan masyarakat
yang indah, yaitu :

a. Ilmunya ulama. Dalam konteks ini adalah para ahli, ilmuwan tidak
terbatas pada ahli agama saja. Yang dimaksud ilmunya ulama sebagai
pilar masyarakat adalah konsep ilmiah. Suatu tatanan masyarakat harus
berdiri diatas konsep ilmiah. Undang-undang, peraturan, struktur
organisasi, dan program-program harus teruji secara ilmiah. Sebuah
konsep harus didasari oleh filosofi yang benar dan struktur pemikiran
yang logis. Dengan konsep yang logis maka dinamika masyarakat bisa
direkayasa dan diprediksi. Pada tataran masyarakat manapun, ulama
menempati kedudukan yang terhormat.
b. Keadilan penguasa. Ketika sebuah konsep diaplikasikan maka ia harus
dipatuhi secara konsisten dan proporsional menyangkut tertib, sistem,
kadar, dan peruntukan. Sebaik apapun suatu konsep jika ketika
diterapkan tidak dipatuhi maka hasilnya tidak akan optimal atau bahkan
gagal. Yang berwenang mengawasi agar suatu peraturan berlangsung
sebagaimana mestinya adalah pemerintah atau penguasa dalam semua
tingkatannya. Jika pemerintah menjalankan secara benar maka ia disebut
adil. Jika dalam menjalankan peraturan itu banyak penyimpangan,
distorsi, dan korupsi maka ia disebut zalim. Keadilan penguasa
merupakan pilar kedua yang menjamin terbangunnya tatanan masyarakat
yang indah.
c. Kejujuran karakter para pengusaha. Dalam tatanan masyarakat
manapun ada kelompok pengusaha yakni mereka yang bekerja
mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya sehingga masyarakat merasa
nyaman dalam hidupnya karena segala kebutuhannya mudah dijangkau.
Untuk jasa mendekatkan masyarakat dari kebutuhannya pengusaha atau
pedagang boleh mengambil keuntungan. Jika dunia usaha tumbuh dengan
sehat maka kehidupan masyarakat akan dinamis dan sejahtera. Tetapi
pengusaha juga punya peluang untuk memeras msyarakat dan
menghancurkan tatanannya, yaitu jika para pengusaha tidak jujur atau
tidak amanah. Pengusaha dapat menaikkan harga, manipulasi kualitas,
manipulasi pajak, dan sebagainya yang dapat berdampak pada hilangnya
rasa kepercayaan masyarakat. Jika kepercayaan sudah hilang, maka
hidup ditengah masyarakat seperti itu sama sekali tidak nyaman.
Kejujuran pengusaha dikontrol oleh pemerintah dan masyarakat, jika
aparat pemerintah berhasil disuap oleh pengusaha sehingga keuangan
Negara dibobol, kualitas produk dipalsukan, maka yang dirugikan adalah
masyarakat dan Negara. Disinilah perlunya aparat yang kuat mental
sehingga mereka tetap bertindak adil.
d. Kemurahan hati orang kaya. Pada tataran masyarakat manapun ada
kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin. Secara sosiologis
orang kaya biasanya dekat dengan pengusaha, dan bahkan ada
masyarakat dimana penguasa dikendalikan oleh penguasa. Dalam dunia
modern seringkali terjadi yang kaya bertambah kaya dan yang miskin
bertambah miskin. Akibatnya kecemburuan sosial terjadi, orang miskin
membenci orang kaya, orang kaya mempersempit ruang gerak orang
miskin. Dalam praktek sering terjadi pengusaha diperalat oleh orang kaya
justru untuk menindas orang miskin sekaligus melindungi orang kaya.
Orang kaya akan menjadi pilar masyarakat apabila mereka memiliki sifat
murah hati. Mereka berpikir positif terhadap lapisan orang miskin
sehingga dengan segala cara melakukan usaha bagaimana meningkatkan
kesejahteraan orang iskin. Harus diakui bahwa orang kaya biasanya lebi
kreatif dibanding orang miskin. Orang kaya yang murah hati biasanya
dicintai dan dibela oleh orang miskin dan ini memberi kontribusi yang
sangat besar pada stabilitas sosial karena kecemburuan sosial justru
sangat rentan terhadap munculnya perilaku anarkis orang miskin
terrhadap orang kaya.
e. Doa orang miskin. Doa orang miskin mempunyai peran yang signifikan
dalam membangun rasa ketentraman di masyarakat. Orang miskin yang
sabar pada umumnya di dalam jiwanya penuh dengan rasa kasih sayang
yang oleh karena itu sangat terdorong untuk berdoa, baik untuk dirinya
maupun orang lain. Sementara orang miskin yang merasa teraniaya pada
umumnya dipenuhi rasa marah dan dendam yang musah sekali
diprovokasi untuk melakukan tibadak anarkis.
f. Disiplin para pekerja. Setiap program pekerjaan dan usaha pasti ada
elemen pekerja atau buruh dan mereka adalah bagian dari produksi yang
berhak menerima upah. Tanpa pekerja, pabrik tidak akan jalan dan tanpa
pegawai, pemerintah pun tidak akan jalan pula. Jadi pekerja adalah
bagian dari produksi yang jua sangat menentukan tingkat produktivitas.
Sebuah lembaga.
G. Fungsi dan Tujuan Menciptakan Masyarakat Berkarakter
a. Fungsi Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara


Indonesia agar berfikir baik, berhati baik, dan berprilaku baik sesuai dengan
filsafah hidup pancasila.

b. Fungsi Perbaikan dan Penguatan

Memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,


masyarakat dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa yang
maju, mandiri, dan sejahtera.

c. Fungsi Penyaring

Memilah budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. Ketiga
fungsi tersebut dilakukan melalui :

1) Pengukuhan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara,


2) Pengukuhan nilai dan norma konstitusional uud 1945,
3) Penguatan komitmen bangsa nkri,
4) Penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi bhineka
tunggal ika,
5) Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk berkelanjutan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara indonesia dalam
konteks global.

Bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara


sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat berkarakter adalah masyarakat yang mampu
mensinkronkan antara pengetahuan yang sudah di dapt anak dari lingkungan
keluarga dan sekolah sehingga pengetahuannya dapat di terapkan dalam
menangani permasalahan yang ada dalam masyarakatnya. Masyarakat
berkarakter bukan berarti masyarakat yang kaya dan mampu memberikan
segala fasilitas pendidikan yang memadai namun juga masyarakat yang mampu
memberikan motivasi kepada sekitarnya untuk menyadarkan bagaimana
pentingnya pendidikan dalam upaya mmanusiakan manusia. Masyarakat
berkarakter bukan pula masyarakat yang memiliki gelar pendidikan yang
banyak.

Masyarakat yang berkarakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis


bahwa setiap orang dapat menyetujui  nilai-nilai yang tidak mengandung
politis, religius, atau bias budaya. Enam pilar masyarakat yang berkarakter,
yaitu sebagai berikut : 1) Trustworthiness (Kepercayaan) 2) Recpect (Respek)
3) Responsibility  (Tanggungjawab) 4) Fairness  (Keadilan) 5) Caring  (Peduli)
6) Citizenship  (Kewarganegaraan). Nucci & Narvaes (2008;10) menyatakan
bahwa moral merupakan faktor determinan atau penentu pembentukan karakter
seseorang. Oleh karena itu, indikator manusia yang berkarakter moral adalah :
1) Personal improvement. 2) Social skill. 3) Comprehensive problem solving.

Fungsi dan Tujuan Menciptakan Masyarakat Berkarakter, antara lain:

a. Fungsi Pembentukan dan Pengembangan Potensi

b. Fungsi Perbaikan dan Penguatan

c. Fungsi Penyaring
B. Saran
Sebagai masyarakat, hendaklah kita menanamkan nilai-niali karakter
baik pada diri kita sendiri, agar tercipatanya masyarakat berkarakter. Karena
membangun masyarakat berkarakter dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga,
sekolah, kemudian masyarakat. Untuk para pendidik maupun calon pendidik,
hendaknya mengajarkan 18 nilai karakter baik kepada anaks ejak dini sehingga
saat menjelang dewasa, anak sudah dapat merealisasikan 18 nilai karakter
tersebut .
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Ciri-ciri Bangsa yang Berkarakter.


Anonim. (2013). Membangun Budaya Masyarakat yang Ber
Budimansyah, Dasim. (2014). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter.
Bandung: Widya Aksara Press.
Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:
http://belajarpsikologi.com
Mubarok, Ahmad. (2011). Membangun Budaya Masyarakat yang Berkarakter.
[Online]. Tersedia: http://tuanx.blogspot.com/2011/06/membangun-
masyarakat-berkarakter.html
Sapriya, dkk. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS. Diposkan oleh
Rinita Rosalinda Dewi di 4.24 PM

Anda mungkin juga menyukai