Vektor Dan Scalar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FISIKA TEKNIK

VEKTOR DAN SKALAR


Dosen Pengampu : Ir. Azhar, M.T.

Disusun Oleh :
Anisya Agustina
2015041030

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
bidang studi Fisika Teknik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Vektor dan Skalar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Azhar, M.T., selaku Dosen Fisika
Teknik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandar Lampung, 5 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2 TUJUAN...........................................................................................................................5
1.3 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................6
ISI....................................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN VEKTOR DAN SKALAR.......................................................................6
2.1.1 Pengertian Vektor.........................................................................................................6
2.1.2 Pengertian Skalar..........................................................................................................7
2.2 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN VEKTOR....................................................8
2.2.1 Penjumlahan vektor......................................................................................................8
2.2.2 Pengurangan Vektor...................................................................................................14
2.3 DOT PRODUCT................................................................................................................18
2.4 CROSS PRODUCT...........................................................................................................20
2.5 KESETIMBANGAN..........................................................................................................23
2.5.1 Kesetimbangan Statis..................................................................................................23
2.5.2 Kesetimbangan Dinamis.............................................................................................25
BAB III.........................................................................................................................................29
PENUTUP....................................................................................................................................29
1.1 KESIMPULAN.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Vektor dalam Fisika Dasar sangat erat kaitannya dengan besaran. Besaran dalam Fisika

meliputi besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar merupakan besaran yang hanya

memiliki nilai saja, contohnya : suhu, massa, tinggi, dan waktu. Sedangkan besaran vektor

merupakan besaran yang memiliki nilai dan memiliki arah, contohnya : gaya, kecepatan,

percepatan, dll. Sehingga secara umum vektor dapat dipresentasikan sebagai ruas garis terarah.

Dalam matematika vektor di ruang-2 atau ruang-3, arah panah menandakan arah arah vektor,

sedangkan panjang panah menandakan besarnya vektor. Panjang dari vektor dilambangkan

dengan ‖𝑣‖, panjang vektor biasa disebut “norm”. Sedangkan jarak antar vektor dilambangkan |𝑢

− 𝑣| atau biasa disebut “metrik” (Cullen, 1988).

Vektor dapat berupa suatu matriks persegi, suatu fungsi dari ℝ ke ℝ, suatu polinom

(suku banyak), atau 3 suatu bilangan real positif. Vektor merupakan unsur/elemen dari ruang

vektor, ruang vektor merupakan suatu himpunan yang dibentuk oleh sekumpulan vektor, yaitu

objek yang dapat dijumlahkan dan dikalikan dengan suatu bilangan yang dinamakan “skalar”.

Sedangkan pengertian ruang vektor secara matematis ialah 𝑉 dikatakan ruang vektor jika V

dengan operasi penjumlahan dan perkalian skalar memenuhi persyaratan tertentu yang disebut

“aksioma”. [𝑎, 𝑏] merupakan suatu ruang vektor, sebab [𝑎, 𝑏] dengan definisi operasi

penjumlahan dan perkalian skalar memenuhi semua aksioma pada ruang vektor, teori ruang

vektor juga ditingkatkan dengan memperkenalkan struktur tambahan seperti ruang norm (hasil

kali dalam) dan sampai ke ruang metrik (jarak). Selanjutnya akan dibahas mengenai [𝑎. 𝑏]

beserta sifat-sifatnya.
1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Teknik

2. Untuk mengetahui apa itu definisi dari vector dan scalar

3. Untuk mengetahui bagaimana cara penjumlahan dan pengurangan vector

4. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan cross product

5. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan dot product

6. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan gaya-gaya

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah yang

ada sebagai berikut.

1. Apakah defines dari vector dan skalar?

2. Bagaimanakah cara penjumlahan dan pengurangan vector?

3. Apakah yang dimaksud dengancross product?

4. Apakah yang dimaksud dengandot product?

5. Apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan gaya-gaya?


BAB 2
ISI

2.1 PENGERTIAN VEKTOR DAN SKALAR

2.1.1 Pengertian Vektor


Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Besaran ini selain
dipengaruhi nilainya juga akan dipengaruhi oleh arahnya. Contoh besaran ini adalah
perpindahan, kecepatan, gaya dan momentum. Vektor direpresentasikan oleh sebuah panah
Panjang panah berkaitan dengan besar vector. kepala panah menunjukan arah vector

Kepala Panah

Panjang Panah

 Sifat-Sifat Vektor
1. Dua vektor dikatakan sama apabila besar dan arahnya sama
2. Dua vektor adalah negatif (saling berlawanan) apabila besarnya sama dan
arahnya berlawanan
3. Vektor resultan adalah jumlah dari beberapa vector.

 Notasi Vektor
1. Satu atau dua huruf dengan tanda panah di atasnya. Contoh:

2. Vektor dapat juga digambarkan oleh sebuah huruf yang dicetak tebal dan miring,
misalnya A atau B.

Besar sebuah vektor dapat ditulis dengan beberapa cara, di antaranya dengan memberi
tanda mutlak (||) atau dicetak miring tanpa ditebalkan.Sebagai contoh, besar vektor A ditulis |A|
atau A dan besar vektor B ditulis|B|atau B. Arah sebuah vektor dinyatakan oleh sudut tertentu
terhadap arah acuan tertentu. Umumnya, sudut yang menyatakan arah sebuah vector dinyatakan
terhadap sumbu-x positif. Gambar dibawah memperlihatkan tiga buah vektor A, B, dan C
dengan arah masing-masing membentuk sudut 45°, 90°,dan 225° terhadap sumbu-x positif

2.1.2 Pengertian Skalar


Besaran Skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai dan tidak memiliki arah.
Contohnya adalah semua besaran pokok, energi, kelajuan, usaha, luas, daya, volume,
dan lain-lain.

 Sifat-Sifat Skalar
1. skalar adalah kuantitas yang bisa dijelaskan dengan suatu angka (entah itu tanpa
dimensi, atau dalam suatu kuantitas fisika).
2. Kuantitas skalar mempunyai besar (magnitudo), tetapi tidak mempunyai arah
3. Suatu skalar adalah besaran yang tidak berubah dalam rotasi koordinat (atau
transformasi Lorentz, untuk relativitas).

 Contoh Soal

1. Sebutkan 5 contoh dari besaran skalar?


Jawab: jarak, laju, luas, volume, suhu, dan energi
2. Perbedaan antara vector dan scalar adalah?
Jawab :
 Perbedaan mendasarnya terletak pada ada tidaknya arah. Besaran vektor
memiliki arah sedangkan besaran skalah tidak memiliki arah
 Perhitungan besaran vektor agak kompleks. Sedangkan perhitungan
besaran skalar dapat dilakukan dengan menggunakan aturan aljabar biasa.
 Dalam rumus dan perhitungan, variabel besaran skalar diwakili oleh huruf
yang dicetak miring (contoh V untuk volume). Sedangkan besaran vektor
dalam skema dinyatakan dengan diisi anak panah diatasnya (contoh
untuk gaya), dan dicetak tebal dan diapit tanda harga mutlak dalam
persamaan maupun dalam teks (contoh untuk gaya).

3. Perhatikan pernyataan dibawah ini!


a) Satu atau dua huruf dengan tanda panah di atasnya
b) Dinyatakan dengan huruf kapital (F)
c) Vektor dapat juga digambarkan oleh sebuah huruf yang dicetak tebal dan
miring (F)
d) Vektor dinyatakan dengan huruf kecil (f)

Manakah pernyataan yang benar untuk menyatakan notasi vektor

Jawab: a) dan c)

2.2 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN VEKTOR


2.2.1 Penjumlahan vektor

Penjumlahan vektor tidak sama dengan penjumlahan skalar. Hal inikarena vektor selain
memiliki nilai, juga memiliki arah. Vektor yangdiperoleh dari hasil penjumlahan
beberapa vektor disebut vektor resultan.Berikut ini akan dibahas metode-metode untuk
menentukan vektor resultan.

 Resultan Dua Vektor Sejajar


Misalnya, Anda bepergian mengelilingi kota Palu dengan mengendaraisepeda
motor. Dua jam pertama, Anda bergerak lurus ke timur dan menempuh jarak
sejauh 50 km. Setelah istirahat secukupnya, Anda Kembali melanjutkan
perjalanan lurus ke timur sejauh 30 km lagi. Di lihat dari posisi asal, Anda telah
berpindah sejauh sejauh 50 km + 30 km = 80 km ke timur.Dikatakan, resultan
perpindahan Anda adalah 80 km ke timur. Secara grafis,perpindahan Anda seperti
diperlihatkan pada gambar

Dari gambar diatas menjumlahkan dua buah vektor sejajar mirip dengan men-
jumlahkan aljabar biasa. Secara matematis, resultan dua buah vektor sejajar,yakni,
sebagai berikut. Jika vektor A dan B searah, besar vektor resultan R,adalah

R = |A + B|

 Resultan Dua Vektor yang Saling Tegak Lurus


Misalnya, Anda memacu kendaraan Anda lurus ke timur sejauh 40 km dan
kemudian berbelok tegak lurus menuju utara sejauh 30 km Besar resultan
perpindahannya, diperoleh menggunakan Dalil Pythagoras, yakni sebagai berikut

Dan arahnya

Terhadap sumbu-x positif (atau 37° dari arah timur)

Dari contoh kasus tersebut, jika dua buah vektor, Adan B, yang salingtegak lurus
akan menghasilkan vektor resultan, R, yang besarnya

terhadap arah vektor A dengan catatan vektor B searah sumbu-y dan vektor A
searah sumbu-x

 Resultan Dua Vektor yang Mengapit Sudut


Sekarang tinjau dua buah vektor, A dan B, yang satu sama lain mengapit sudut
seperti yang diperlihatkan pada Gambar (a). Gambar vektor resultannya dapat
diperoleh dengan cara menempatkan pangkal vektor B di ujung vektor A.
Selanjutnya, tarik garis dari titik pangkal vektor A ketitik ujung vektor B dan
buatkan panah tepat di ujung yang berimpit dengan ujung vektor B. Vektor inilah,
R, resultan dari vektor Adan B. Hasilnya seperti diperlihatkan pada (b).
Besar vektor resultan, R, dapat ditentukan secara analitis sebagai berikut.
Perhatikan gambar dibawah . Vektor C dan D diberikan sebagai alat bantu
sehingga vektor A + C tegak lurus vektor D dan ketiganya membentuk resultan
yang sama dengan resultan dari vektor A dan B, yakni R. Dengan menggunakan
Dalil Pythagoras, besarnya vektor resultan R adalah

Selanjutnya, juga dengan menggunakan Dalil Pythagoras, dari gambar diperoleh

dan dari trigonometri,

Dengan memasukkan dua persamaan terakhir ke persamaan pertama,diperoleh


besarnya vektor resultan R

 Penjumlahan Vektor dengan Metode Grafis (Poligon)


Sebagai contoh suatu vektor A ditambah dengan suatu vektor B ditambah dengan
vektor C maka vektor resultannya R . Langkah-langkah penjumlahan vektor
secara grafis (metode poligon) adalah sebagai berikut:
1. Gambar vektor sesuai dengan skala dan arahnya.
2. Gambar vektor sesuai dengan skala dan arahnya dengan menempelkan pangkal
vektor pada ujung vektor .

Penjumlahan dengan metode poligon maka vektor resultan R adalah segmen garis
berarah dari pangkal vektor A lalu ke pangkal vektor B lalu ke ujung vektor C
yang menyatakan hasil penjumlahan vektor A, B, dan C

 Penjumlahan Vektor dengan Metode Jajaran Genjang


Penjumlahan dua buah vektor A dan B dengan metode jajar genjang yaitu dengan
cara menyatukan pangkal kedua vektor A dan B, kemudian dari titik ujung vektor
A ditarik garis sejajar dengan vektor B dan juga dari titik ujung vektor B ditarik
garis sejajar dengan vektor A . Vektor resultan diperoleh dengan menghubungkan
titik pangkal ke titik perpotongan kedua garis sejajar tersebut di atas. Besar vektor
resultan

yang ditunjukkan pada gambar di atas dapat dicari dengan persamaan cosinus
berikut ini:

Arah vektor resultan terhadap salah satu vektor secara matematis dapat ditentukan
dengan menggunakan aturan sinus. Contoh suatu vektor A ditambah vektor B dan
hasil penjumlahan ini adalah vektor C.

dengan α, β, γ merupakan sudut-sudut yang terbentuk antara dua vektor seperti


pada gambar

Jika vektor dan vektor saling tegak lurus maka besar vektor penjumlahannya
dapat ditentukan dengan dalil Phytagoras yaitu:

Dengan
A = besar vektor A,
B = besar vektor B,
C = besar vektor C
 Menguraikan Vektor Menjadi Vektor Komponennya
Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua buah vektor yang salingtegak lurus.
Vektor-vektor baru hasil uraian disebut vektor-vektor komponen.Ketika sebuah
vektor telah diuraikan menjadi vektor-vektor komponennya,vektor tersebut
dianggap tidak ada karena telah diwakili oleh vektor-vektorkomponennya.
Sebagai contoh, ketika Anda menguraikan sekarung beras 50 kg menjadi dua
karung dengan masing-masing 20 kg dan 30 kg, apakah karung yang berisi 50 kg
tetap ada?
Gambar dibawah memperlihatkan sebuah vektor A yang diuraikan
menjadi dua buah vektor komponen, masing-masing berada pada sumbu-x dan
sumbu-y. Ax adalah komponen vektor A pada sumbu-x dan Ay adalah komponen
vektor A pada sumbu-y.

Dengan mengingat definisi sin θ dan cos θ dari trigonometri, besar setiap
komponen vektor A dapat ditulis sebagai berikut.

Sementara itu, dengan menggunakan Dalil Pythagoras diperoleh hubungan

Selanjutnya, hubungan antara Ax dan Ay diberikan oleh

 Contoh Soal

1. Sebuah vektor panjangnya 20 cm dan membentuk sudut 30° terhadap sumbu-x


positif seperti diperlihatkan pada gambar
Tentukanlah komponen-komponen vektor tersebut pada sumbu-x dan sumbu-y!

Jawab

2. Dua buah vektor satu sama lain membentuk sudut 60°. Besar kedua vektor
tersebutsama, yakni 5 satuan.
a. Tentukanlaha resultan, dan
b. Selisih kedua vektor tersebut

Jawab

3. Diketahui dua buah vektor gaya = 20 N dan = 16 N dengan arah seperti


ditunjukkan pada gambar dibawah. Hitunglah besar vektor resultan dari kedua
vektor tersebut dan sudut antara vektor resultan dengan sumbu x.

Jawab
 Jumlah komponen-komponen gaya ke arah sumbu x:
Rx = F1 cos 30o - F2 cos 60o = 20 x 0,87 - 16 x 0,50 = 17,4 - 8,0 = 9,4 N
 Jumlah komponen-komponen gaya ke arah sumbu y:
Ry = F1 sin 30o + F2 sin 60o = 20 x 0,5 + 16 x 0,87 = 10,0 + 13,92 = 23,92
N
 Nilai vektor resultannya adalah
R = √(Rx2 + Ry2)
R = √((9,4)2 + (23,92)2)
R = √(88,36 + 572,17)
R = √(660,53)
R = 25,7 N
 Arah vektor resultan R terhadap sumbu x positif dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
tan α = Ry / Rx
tan α = 23,92/9,4 = 2,54
Jadi sudut antara vektor resultan dengan sumbu x adalah 68,5o

2.2.2 Pengurangan Vektor

Seperti pada penjumlahan vektor, suatu vektor bisa dikurangkan dengan vektor lain.
Vektor A dan vektor -A, memiliki besar yang sama, yakni |A| = |–A| =A, tetapi arahnya
berlawanan seperti diperlihatkan pada gambar dibawah

Selisih dari dua buah vektor, misalnya vektor A – B, secara grafis sama dengan jumlah
antara vektor A dan vektor –B. Secara matematis, vektor selisihnya ditulis R = A – B

Contoh: setelah menempuhjarak lurus 50 km ke timur, Anda kembali lagi ke barat sejauh
30 km. Relatifterhadap titik asal, perpindahan Anda menjadi 50 km – 30 km = 20 km
ketimur. Secara grafis, perpindahan Anda diperlihatkan pada gambar

 Selisih Dua Vektor yang Mengapit Sudut

Secara analitis, besar vektor selisihnya ditentukan dengan mengganti θ dengan


180 – θ. Oleh karena, cos (180° – θ) = –cosθ sehingga diperoleh

 Pengurangan Vektor dengan Metode Grafis (Metode Poligon)


Pengurangan dua buah vektor pada dasarnya sama dengan penjumlahan vektor
negatif. Pengurangan vektor pada gambar diatas dilakukan dengan cara membuat
vektor – B (vektor yang besarnya sama dengan vektor B sejajar, tetapi arahnya
berlawanan). Suatu vektor A dikurangi dengan vektor B dan hasilnya vektor R
yaitu

 Pengurangan Vektor dengan Metode Jajar Genjang


Pengurangan vektor A dengan vektor B dengan metode jajar genjang yaitu sama
dengan penjumlahan vektor A dengan vektor -B.

 Contoh Soal
1. Dua buah vektor kecepatan P dan Q masing-masing besarnya 40 m/s dan 20 m/s
membentuk sudut 60°.
 

Tentukan selisih kedua vektor tersebut!

Jawab
Menentukan selisih dua buah vektor yang diketahui sudutnya:

Sehingga

2. Ada dua buah vektor yaitu Vektor A dan Vektor B yang masing-masing besarnya
20 dan 10 satuan. Jika sudut antara kedua vektor tersebut adalah 60º tentukan
besar resultan vektor A-B dan sudut dari Resultan tersebut.

Jawab
Besarnya sudut apit antara vektor A dan -B = 180º – 60º = 120º
Cos 120º = -1/2

Sudut Vektor Resultan

Dari Vektor A = α2
Dari Vektor B = α1

3. Dua vektor F1 dan F2 memiliki pangkal berimpit dan masing masing memiliki
besar 3N dan 4N.Jika sudut apit antara kedua vektor adalah 60.
Tentukan selisih S = F1 – F2.
Jawab :

Sudut apit antara F dan -F2 adalah sebagai berikut


AOE = (180 – 60 )  = 120

cos AOE = cos 120 = -1/2

Jadi besar dan arah vektor S = F1 – F2


R2=   A2+ B22 + 2.A.B cos 60
R2 = 32+ 4 22 + 2.3.4.0,5
2
R = 9 +16 + 12
2
R = 37
R = √ 37
R = 6,08 satuan

S2 =   A2+ B22 - 2.A.B cos 60


S2 = 32+ 4 22 -  2.3.4.0,5
2
S = 9 +16 - 12
2
S = 25 - 12
2
S = 13
S = √ 13
S = 3,6 satuan
2.3 DOT PRODUCT

Perkalian skalar vektor atau biasa dinamakan dot product atau diterjemahkan sebagai perkalian
titik adalah perkalian vektor dengan vektor yang hasilnya adalah skalar.

Misalkan a = (a1, a2, a3) dan b = (b1, b2, b3) adalah vektor di R3. Perkalian titik dari a dan b,
dinotasikan a . b adalah a . b = a1b1 + a2b2+ a3b3
jika di R2 adalah
a . b = a1b1 + a2b2

 Perkalian titik antara vektor A dan vektor B akan menghasilkan besaran skalar, C
merupakan besar dari perkalian titik antara A dan B, maka C dapat dirumuskan :
C = AB cos α
Di mana :
A = besar vektor A
B = besar vektor B
C = besar perkalian titik antara A dan B
α = sudut antara vektor A dan B
 Perkalian titik dari dua vektor A dan B yang mengapit sudut θ dapat didefinisikan
sebagai berikut
A • B = AB cos θ
Sifat-sifat perkalian titik di antara sesama vektor satuan sebagai berikut :
i • i = j • j = k • k = (1)(1). cos 00 = 1
i • j = i • k = j • k = (1)(1).cos 900 = 0
Pada perkalian titik antara dua vektor bersifat komutatif, yaitu :
A•B=B•A
 Dalam fisika, contoh dari perkalian titik adalah usaha. Usaha merupakan hasil
perkalian titik antara gaya (F) dan perpindahan (s). Jadi, usaha dirumuskan :
W = F. s = Fs cos α
 Sifat – Sifat Perkalian Titik
Jika a, b dan c adalah vektor, dan k adalah skalar/bilangan, maka:
1. a . a ≥ 0 dan a . a = 0 jika dan hanya jika a = 0
2. a . b = b . a
3. a . (b + c) = a . b + a . c
4. (ka) . b = k(a . b) = a . (kb)

Misalkan a dan b adalah vektor, dengan θ adalah sudut yang dibentuk oleh kedua


vektor tersebut. Maka:

1. Jika a tegak lurus b, maka


a ‧ b = 0

2. Jika a searah dengan b, maka


a ‧ b = |a| |b|

3. Jika a berlawanan arah dengan b, maka


a ‧ b = -|a| |b|

4. Jika θ lancip (0 < θ < 90°), maka


a ‧ b > 0

5. Jika θ tumpul (90° < θ < 180°), maka


a ‧ b < 0

 Contoh Soal
1. Dua buah vektor u dan v membentuk sudut sebesar 60°. Jika |u| = 4 dan |v| = 7,
maka u ‧ v =
Jawab
u ‧ v = |u| |v| cos 60°
u ‧ v = 4 ‧ 7 ‧ 12
u ‧ v = 14
2. Diketahui p dan q adalah vektor-vektor di R3, dengan  p = 2i - 3j + 4k dan q = 3i -
k. Tentukan nilai p ‧ q

Jawab :
p = [2 , -3 , 4]
q = [3 , 0 , -1]

p ‧ q = 2 ‧ 3  +  (-3) 0  +  4 (-1)


p ‧ q = 6 + 0 - 4
p ‧ q = 2
3. Diketahui u = [3 , 1 , -2] dan v = [4 , 0 , k]. Tentukan k agar kedua vektor tersebut
saling tegak lurus.

Jawab :
Agar u tegak lurus v, haruslah u ‧ v = 0

u⋅v=0
3⋅4+1⋅0+(−2)k=0
12−2k=0
12=2k
k=6
2.4 CROSS PRODUCT
Perkalian silang ( cross product ) adalah perkalian dua buah vektor yang menghasilkan sebuah
vektor.

C=AxB
C̅ = |A̅ x B̅| = AB sin α
Dimana α (sudut positif, ≤180ᵒ) adalah sudut antara vektor A

Vektor C̅ disini adalah suatu vector yang arahnya tegak lurus terhadap bidang dimana A̅ dan B̅
berada, dan ditentukan oleh arah putar tangan kanan yang diputar dari A̅ ke B̅ .

Perkalian antar vektor dapat ditentukan sebagai berikut :

Jika vektor A dan B masing-masing :


Maka perkalian crossnya dapat ditampilkan dalam bentuk determinan

INGAT !!!
Pada perkalian cross berlaku :
Anti komutatif : A̅ x B̅ ≠ B̅ x A̅
A̅ x B̅ = 0 jika A̅ sejajar dengan B̅
|A̅| |B̅| maksimal jika A̅ ﬩ B̅

 Contoh Soal
1. Diketahui vektor a, b, dan c seperti pada gambar di bawah ini. Besar vektor-vektor
tersebut masing-masing 3, 4, dan 5 satuan. Tentukanlah:
a) a × b
b) a × c
c) b × c

Jawab:
a) a × b = |a||b| sin γ
⇒ a × b = (3)(4) sin 90o
⇒ a × b = (12)(1)
⇒ a × b = 12

b) a × c = |a||c| sin (180o – β)


⇒ a × c = |a||c| sin β
⇒ a × c = (3)(5)(4/5)
⇒ a × c = (15)(4/5)
⇒ a × c = 12

c) b × c = |a||c| sin (180o – α)


⇒ b × c = |b||c| sin α
⇒ b × c = (4)(5)(3/5)
⇒ b × c = (20)(3/5)
⇒ b × c = 12

2.Hitunglah hasil perkalian silang antara dua vektor berikut.


A = (2i + k) dan B = (4i + 5j)
jawab
A × B = (2i + k) × (4i + 5j)
⇒ A × B = (2)(4)(i × i) + (2)(5)(i × j) + (1)(4)(k × i) + (1)(5)(k × j)
⇒ A × B = (8)(0) + (10)(k) + (4)(j) + (5)(−i)
⇒ A × B = 10k + 4j −5i
⇒ A × B = −5i + 4j + 10k

3. Hitunglah hasil perkalian silang antara dua vektor berikut.


F1 = i + j + k dan F2 = 3i + j + 2k
Jawab
F1 × F2 = (i + j + k) × (3i + j + 2k)
Sekarang kita coba gunakan rumus instan berikut.
A × B = (Axi + Ayj + Azk) × (Bxi + Byj + Bzk)
Dengan:
A = F1
B = F2
Ax = 1, Ay = 1, Az = 1
Bx = 3, By = 1, Bz = 2
Maka:
A × B = (AyBz – AzBy)i + (AzBx – AxBz)j + (AxBy – AyBx)k
⇒ A × B = [(1)(2) – (1)(1)]i + [(1)(3) – (1)(2)]j + [(1)(1) – (1)(3)]k
⇒ A × B = (2 – 1)i + (3 – 2)j + (1 – 3)k
⇒ A × B = (1)i + (1)j + (–2)k
⇒ A × B = i + j – 2k
2.5 KESETIMBANGAN
Sesuai hukum I Newton, keseimbangan dapat Anda bedakan menjadi dua macam, yaitu
keseimbangan statis (keseimbangan benda ketika dalam keadaan diam) dan keseimbangan
dinamis (keseimbangan benda ketika bergerak dengan kecepatan konstan)

2.5.1 Kesetimbangan Statis


Kesetimbangan statis benda dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kesetimbangan stabil,
kesetimbangan labil, dan kesetimbangan netral.
 Kesetimbangan Stabil

Kesetimbangan stabil adalah kesetimbangan yang dialami benda dimana apabila


dipengaruhi oleh gaya atau gangguan kecil benda tersebut akan segera ke posisi
kesetimbangan semula.

Jika bola digerakkan atau diberi gaya kemudian dihilangkan, maka bola akan segera
kembali ke posisi semula. Keseimbangan stabil ditandai dengan naiknya kedudukan
titik berat benda jika dipengaruhi gaya.

 Kesetimbangan labil

Kesetimbangan labil adalah kesetimbangan yang terjadi pada benda apabila


dipengaruhi gaya tidak kembali ke posisi semula.
Jika bola digerakkan atau diberi gaya kemudian dihilangkan, maka bola tidak akan
kembali ke posisi semula. Kesetimbangan labil ditandai dengan turunnya kedudukan
titik berat benda jika dipengaruhi gaya.

 Kesetimbangan netral

Kesetimbangan netral adalah kesetimbangan yang terjadi pada benda yang apabila
dipengaruhi gaya akan mengalami perubahan posisi, tetapi tidak mengalami
perubahan titik berat.

Jika bola diberi gaya kemudian dihilangkan, maka bola akan bergerak dan diam
pada posisi yang berbeda. Kesetimbangan netral ditandai dengan tidak adanya
perubahan (naik atau turunnya) kedudukan titik berat benda.

2.5.2 Kesetimbangan Dinamis


Kesetimbangan dinamis dikelompokkan menjadi dua, yaitu kesetimbangan translasi dan
kesetimbangan rotasi. Kesetimbangan translasi terjadi apabila benda bergerak dengan percepatan
linier nol (a = 0), sedangkan kesetimbangan rotasi terjadi apabila benda bergerak dengan
kecepatan sudut tetap atau percepatan sudut nol ( α = 0).

Jika pada sebuah benda dikenai gaya maka benda tersebut dapat menggeser atau mengguling.
Syarat:

 Benda menggeser, jika ΣF ≠ 0 dan Στ = 0


 Benda mengguling, jika ΣF = 0 dan Στ ≠0
 Benda menggeser dan mengguling jika ΣF ≠ 0 dan Σσ ≠ 0

Tinjaulah sebuah balok seperti gambar berikut. Bila tidak ada gaya dari luar yang mempengaruhi
balok, maka seperti lazimnya gaya berat mg akan menimbulkan gaya reaksi yang disebut gaya
normal N. Keduanya mempunyai garis kerja berimpit

Jelas dalam keadaan (a) ini benda diam (seimbang stabil) sehingga syarat seimbang stabil akan
dipenuhi yang berarti N = mg dan segaris kerja.
Apabila kemudian ada gaya luar F1 bekerja pada benda seperti gambar 6.20 (b) maka gaya
normal N akan bergeser searah dengan arah gaya F1, sejauh d1 dalam hal ini ke kanan. Tetapi
benda masih diam. Akibatnya pada F1 ini akan timbul reaksi gaya gesekan f1. Karena benda
masih dalam keadaan diam maka berlaku:

Apabila gaya luar diperbesar lagi sampai menjadi F2 seperti gambar 6.20 (c) maka benda
melakukan gerak translasi. Ini berarti F2 lebih besar dari f2, pada keadaan ini berlaku ΣF ≠ 0
dan Στ = 0. Keadaan seperti inilah yang disebut menggeser. Gaya normal sudah berpindah lebih
jauh lagi menjadi d2. Kemudian berangsur-angsur gaya luar diperbesar lagi sehingga titik
tangkap gaya normal N sampai di pinggir benda, di titik A seperti gambar 6.20 (d) pada keadaan
ini merupakan perpindahan gaya normal N terjauh dan gaya luar kita sebut F maksimal. Benda
menjadi labil, selain bertranslasi juga dapat berotasi. Pada keadaan ini berlaku: ΣF ≠ 0 dan
Στ ≠ 0. Keadaan ini disebut mengguling.

Contoh

Gambar di atas menunjukkan sebuah benda terletak di lantai datar dimana bagian bawahnya
berupa setengah bola dan atasnya sembarang, yaitu silinder, kerucut dan lainnya. Dalam hal ini
ada tiga jenis atau macam kesetimbangan, yaitu:

1) Benda dalam kesetimbangan labil, jika titik berat benda di A(di atas sumbu x). Jadi kalau
digulingkan sedikit benda terus jatuh. (Lihat gambar (a)).

2) Benda dalam kesetimbangan indeferent, jika titik beratnya di B (tepat di sumbu x). Jadi kalau
digulingkan sedikit benda tetap diam (lihat gambar (b))

3) Benda dalam kesetimbangan stabil, jika titik beratnya di C (di bawah sumbu x). Jadi kalau
digulingkan ke sembarang arah benda akan kembali vertikal (Lihat gambar (c))
 Contoh soal
1. Jika sistem benda tegar di bawah ini berada pada kondisi seimbang, tentukan
berapa besar tegangan tali A dan B.

Jawab

TA = TB = sin 135/sin 90 . 500 √2


TA = TB = 1/2√2 x 500 √2 = 500 N

2. Seorang anak bermassa 50 kg berdiri diatas tong 50 kg diatas sebuah papan


kayu bermassa 200 kg yang bertumpu pada tonggak A dan C.

Jika jarak anak dari titik A adalah 1 meter dan panjang papan kayu AC adalah 4
m, tentukan :
a) Gaya yang dialami tonggak A
b) Gaya yang dialami tonggak C

Jawab

Berikut ilustrasi gambar penguraian gaya-gaya dari soal di atas :

Wb = Wa + Wt = 1000

a) Mencari gaya yang dialami tonggak A, titik C jadikan poros


b) Mencari gaya yang dialami tonggak C, titik A jadikan poros

3. Perhatikan gambar!

Balok AB = 5 m, BZ = 1 m (Z = titik berat balok). Jika berat balok 100 N, maka


berat beban C adalah...

Jawab
Gaya-gaya yang bekerja pada balok AB ditunjukkan gambar berikut!

Dengan titik A sebagai poros,


BAB III
PENUTUP

1.1KESIMPULAN

1. Vector adalah besaran turunan yang memiliki arah dan nilai. Beberapa besaran vektor

lain adalah gaya, pergeseran, kecepatan, percepatan, momentum.

2. Scalar adalah besaran turunan yang hanya memiliki arah, tidak memiliki nilai. Sebagai

contoh skalar adalah besaran-besaran seperti massa, temperatur, muatan listrik, rapat

massa, energi dan tekanan dan masih banyak yang lain.

3. Sifat-sifat dari besaran vector antara lain,

1. Dua vector dikatakan sama apabila besar dan arahnya sama

2. Dua vector adalah negative (saling berlawanan) apabila besarnya sama dan

arahnya berlawanan

3. Vektor resultan adalah jumlah dari beberapa vector.

2. Sifat-sifat dari besaran scalar antara lain,

1. Skalar adalah kuantitas yang bisa dijelaskan dengan suatu angka (entah itu tanpa

dimensi, atau dalam suatu kuantitas fisika).


2. Kuantitas skala rmempunyai besar (magnitudo), tetapi tidak mempunyai arah

3. Suatu scalar adalah besaran yang tidak berubah dalam rotasi koordinat (atau

transformasi Lorentz, untuk relativitas).

3. Operasi penjumlahan dan pengurangan vector dapat diaplikasikan dengan beberapa

metode antara ada metode aljabar dan metode grafis.

4. Perkalian skalar vektor atau biasa dinamakan dot product atau diterjemahkan sebagai

perkalian titik adalah perkalian vektor dengan vektor yang hasilnya adalah skalar.

C = AB cos α

Di mana :

A = besar vektor A

B = besar vektor B

C = besar perkalian titik antara A dan B

α = sudut antara vektor A dan B

5. Perkalian silang ( cross product ) adalah perkalian dua buah vektor yang menghasilkan

sebuah vektor.

6. Kesetimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan resultan momen

gaya sama dengan nol. Kesetimbangan sebuah benda diklasifikasikan menurut 3 kategori,

yaitu:

1. Kesetimbangan stabil

2. Kesetimbangan labil
3. Kesetimbangan netral

DAFTAR PUSTAKA

Arkudanto.2010.Vektor dan Penggunaan Vektor.Bandung.Grafindo Media


Astutik,Sri.2012.Fisika Matematika.Jember.UPT Penerbit Jember
Satriawan,Mirza.2012.Fisika Dasar.Jakarta.Kompas
Karyono,dkk.2009.Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X.Jakarta.CV Sahabat
Walker,Jearl.2007.Fundamentals Of Physics Tenth Edition.USA.John Wiley&Sony inc
Rahman,Yurzial,dkk.2008.Konsep Dasar Fisika.Jakarta.CV Teguh Karya
Sumarsono,Joko.2009.Fisika Untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta.CV Teguh Karya
Saripudin,Aip,dkk.2009.Praktis Belajar Fisika.Jakarta.Pusat Perbukuan Dapartemen Pendidikan
Nasional
Handayani,Sri,dkk.2009.Fisika Untuk SMA Dan MA Kelas X.Jakarta.Pusat Perbukuan
Dapartemen Pendidikan Nasional
Nurachmandani,Setya.2009.Fisika 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta.Pusat Perbukuan
Dapartemen Pendidikan Nasional
Widodo,Tri.2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta.Pusat Perbukuan Dapartemen
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai