Ip Islam Kel 5..

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BATAS PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini di susun untuk memahami tugas mata kuliah

“Ilmu Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu

Muhammad Nabil Khasbulloh, M.Pd.I

Disusun oleh

Silfia Khalimatus Sa’diya (22201156)

Eny Nur Lathifah (22201157)

Diska Muna Sari (22201158)

M. Sofyan Ashfiya (22201159)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya, yang membahas tentang “Batas Pendidikan Islam”, makalah ini disusun agar
para pembaca mengetahui tentang kisah-kisah dalam al-quran.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Ilmu
Pendidikan Islam” yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini selesai tepat
waktu. Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan yang belum kami
ketahui, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang membantu untuk dapat menyusun
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya. Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih.

Kediri, 13 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Pengertian Batas Pendidikan Islam ................................................................................. 5
B. Batas – Batas Pendidikan Islam ...................................................................................... 5
C. Keberhasilan Pendidikan Islam....................................................................................... 7
D. Pandangan Islam Terhadap Pengaruh Faktor Warisan dan Lingkungan Terhadap
Pendidikan ............................................................................................................................ 11
BAB Ill..................................................................................................................................... 15
PENUTUP............................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagaai
suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi proses
pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah
pendidikan seumur hidup, dan ada juga yang menyebutnya pendidikan terus menerus.
Islam sendiri telah menggariskan tentang proses pendidikan seumur hidup.

Pendidikan dalam hal ilmu tidak mempunyai batasan-batasan, tetapi yang


dimaksud dalam batas pendidikan disini ialah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan
pendidikan itu berakhir, yaitu dimulai dari kapan seseorang menempuh atau mulai
berkecimpung dalam yang namanya dunia pendidikan, sejak seseorang itu diciptakan
(dalam kandungan), atau sejak seseorang itu dilahirkan kedunia.

Disini kami akan mempertegas atau memperjelas apa yang dimaksud batas-batas
pendidikan itu, dimulai sejak kapan pendidikan itu, dan berakhir sampai kapan
pendidikan itu pada diri seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian batas pendidikan islam?
2. Kapan Pendidikan islam dimulai dan berakhir?
3. Apa hal yang mendukung keberhasilan Pendidikan islam?
4. Apa pandangan islam terhadap pengaruh faktor warisan dan lingkungan terhadap
pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian batas pendidikan islam
2. Untuk mengetahui kapan pendidikan islam dimulai dan berakhir
3. Untuk mengetahui hal yang mendukung keberhasilan Pendidikan islam
4. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap falktor warisan dan lingkungan terhadap
pendidikan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Batas Pendidikan Islam


Batas adalah suatu atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti memiliki
permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah
yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya. (Abdurrahman, 1988:13)
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Pendidikan sebagai sebuah
kegiatan, proses, hasil, dan ilmu, pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan
manusia seumur hidup guna memenuhi kebutuhan hidup1.
Pendidikan seumur hidup, mempunyai ruang lingkup sepanjang kehidupan
manusia. Artinya seluruh kegiatan pendidikan berlangsung seumur kehidupan
manusia dan juga berlangsung dimana saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan
pembelajaran mencakup dan memadukan semua tahapan pendidikan dan tidak
berhenti pada seluruh kegiatan pendidikan masa persekolahan saja. Jadi, pendidikan
seumur hidup meliputi semua pola kegiatan pendidikan baik formal, informal,
maupun nonformal, baik kegiatan belajar yang terencana maupun yang bersifat
incidental. Jika kita mempersoalkan batas-batas pendidikan, maka yang dimaksudkan
adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.2

B. Batas – Batas Pendidikan Islam


1. Batas awal pendidikan Islam

Batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan Islam itu dimulai.
Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat yang beragam
akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha dan
proses mempunyai batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal
(bawah) pendidikan pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun, yakni pada
usia ini telah terjadi mekanisme untuk mempertahankan dirinya (eksistensi)

1
Moh. Haitami Salim dan syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012) hlm. 109
2
Suparlan Suharto, Wawasan Pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2008)
hlm. 66
5
perubahan besar dalam jiwa seseorang anak di mana sang anak telah mengenal
aku-Nya. Sehingga si anak sudah mulai sadar/mengenal kewibawaan (Amier
Daien Indra Kusuma, 1973:33)

Firman Allah SWT. dalam Qs. Al-Qiyamah: 36

‫سان ا َ ْن يُّتْ َركَ سدًى‬ ِ ْ ‫سب‬


َ ‫اْل ْن‬ َ ْ‫اَيَح‬
Artinya: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
bertanggungjawab)?
Oleh karena itu manusia harus di bimbing dan diarahkan sejak awal
pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan mulus. Hal ini barangkali latar
belakang sabda Nabi yang memerintahkan agar manusia belajar sejak kecil.
Imam al-Gazali berpendapat bahwa anak itu seperti kertas putih yang siap untuk
ditulisi melalui orang tuanya sebagai pendidik, sehingga batas awal pendidikan
pada saat anak dalam kandungan ibunya, (Ahmad Izzuddin, 1987: 109). Di mana
anak akan lahir, tidaklah terlepas dari pengaruh perilaku orang tuanya yang
mendidik dan membesarkannya. Anak kaitannya dalam pendidikan menurut
ajaran Islam adalah fitrah atau ajaran bagi orang tuanya. 3

2. Batas akhir Pendidikan islam


Sebelum anak mengenal kewibawaan (gezag) dari pendidik maka peristiwa
pendidikan belum ada, dan yang ada hanya latihan dan pembiasaan saja.
Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin yang dimiliki oleh pendidik
yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang pendidikan itu sebagai suatu
pergaulan antara anakdidik dengan pendidik. Tugas pendidik ialah mendewasakan
anak didik (manusia muda) dengan membimbing sampai pada tingkat kedewasaan
(jasmani dan rohani). Sehingga dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab secara
etis.
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam menurut Imam al-Gazali adalah untuk
mencapai keutamaan dan taqarrub (pendekatan diri kepada Allah). Sejalan dengan
hal di atas jelaslah bahwa batas pendidikan versi Langevel agak realistik
pragmatik, maka batas pendidikan Islam lebih idealistik dan pragmatik menurut
Islam, pendidikan itu berlangsung dari buaian sampai ke liang lahat. Sebagaimana
hadis Nabi saw.:

3
Rosmiati Aziz, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sibuku: 2019) hlm.75-77

6
‫ب اْلع ِْل َم مِ نَ اْل َم ْه ِد ِإلَى اللَّ ْهـ ِد‬ ْ ‫أ‬
ِ ‫طل‬

Artinya: Tuntutlah ilmu pengetahuan semenjak dari buaian hingga ke liang lahat (al-
Hadis).
Prinsip pendidikan yang dilaksanakan dewasa ini yang dikenal dengan konsep
pendidikan seumur hidup (Long Life of Education). Hal ini menunjukkan bahwa tidak
dikenal adanya batas-batas pendidikan. Bukankah pendidikan adalah pertolongan
orang dewasa (pendidik) kepada (pemuda) anak didik. Bukankah manusia semenjak
dia lahir dan sepanjang hidupnya dia membutuhkan pertolongan orang lain, maka
semakin banyak kebutuhan hidup yang dibutuhkannya semakin pula ia membutuhkan
pendidikan.
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqin
yang secara sadar dan bertanggung jawab selalu mencari keridaan Allah Swt. melalui
jalur muamalah yang ubudiyah sehingga sistem pendidikan Islam adalah suatu pola
yang menyeluruh dari suatu masyarakat, unsur-unsur lembaga formal atau non formal
dengan pemindahan pengetahuan dan pewarisan kebudayaan yang mempengaruhi
pertumbuhan sosial spiritual dan intelektual. Dengan munculnya sistem pendidikan
Islam sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri adalah suatu fenomena baru dalam
syariat Islam (Hasan Langgulung, 1988: 4)4
C. Keberhasilan Pendidikan Islam
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi
tiga aspek, yaitu pertama; aspek kognitif, meliputi perubahan- perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan ketrampilan atau kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua; aspek afektif, meliputi
perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga; aspek
psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan
motorik. Berikut ini, Zakiyah Darajat memaparkan tiga aspek dalam hasil belajar
secara rinci:

4
https://rumpit.wordpress.com/2010/04/28/batas-batas-pendidikan-islam/ (Diakses 13 April 2023)
7
1. Aspek kognitif
Hasil belajar ini meliputi enam tingkatan disusun dari yang terendah hingga
yang tertinggi dan dapat dibagi dua bagian:
a. Bagian pertama, merupakan penguasaan dengan mengingat kembali bahan
yang telah diajarkan dan dipandang sebagai balasan untuk membangun
pengetahuan yang lebih komplek.
b. Bagian kedua, merupakan kemampuan-kemampuan intelektual yang
menekankan pada proses mental untuk mengorganisasikan dan
mereorganisasikan bahan yang ada. Adapun tingkatan-tingkatan belajar aspek
kognitif secara rinci sebagai berikut:
1) Pengetahuan - Pengetahuan tentang hal-hal yang khusus seperti lambang-
lambang dengan keterangan-keterangan kongkrit sebagai alat menguasai
pengetahuan selanjutnya. Pengetahuan tentang peristilahan seperti istilah
keagamaan dengan memberikan ciri-ciri, sifat-sifat dan hubungannya yang
khas. Pengetahuan tentang fakta-fakta khusus seperti mengingat kembali
berbagai peristiwa dan waktu kejadiannya, tempat- tempat penting dan hal-hal
lainnya (sejarah Islam) dan sebagainya.
2) Komprehensif yaitu kemampuan untuk menyimpulkan bahan yang telah
diajarkan. Hasil belajarnya meliputi kemampuan untuk menerjemahkan dan
memahami ayat-ayat yang berbentuk metafora, simbolisme dan sebagainya dan
kemampuan untuk menafsirkan yaitu menyusun kembali suatu kesimpulan
sehingga merupakan pandangan baru.
3) Aplikasi yaitu kemampuan menggunakan abstraksi-abstraksi dan ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam situasi yang khusus dan kongkrit dalam
kehidupan sehari-hari, meliputi menggunakan istilah-istilah agama dalam
percakapan sehari- hari dan kemampuan meramalkan akibat-akibat dari suatu
perubahan atau pelanggaran norma-norma Islam.
4) Analisa yaitu kemampuan menguraikan suatu bahan ke dalam unsur-unsurnya
sehingga susunan ide-ide dan pikiran yang kabur menjadi jelas karena
dinyatakan secara eksplisit, meliputi analisa mengenai apa yang tersirat, analisa
mengenai hubungan, dan Analisa mengenai prinsip organisasi penyusunan
secara sistematis.
5) Sintesa yaitu kemampuan untuk menyusun kembali unsur-unsur sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang baru, meliputi kemampuan
8
menceritakan kembali pengalaman keagamaan baik secara lisan maupun
tulisan, menyusun rencana kerja sesuai kaidah ajaran Islam, dan merumuskan
hukum dan memecahkan masalah berasaskan ajaran islam.
6) Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai, menimbang dan melakukan pilihan
yang tepat, meliputi mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap
berbagai masalah sesuai dengan norma-norma ajaran Islam dan mampu
memilih alternatif yang tepat sesuai dengan ajaran Islam.
2. Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang bersangkutan dengan sikap mental, perasaan
dan kesadaran siswa. Hasil belajar aspek ini diperoleh melalui proses internalisasi,
yaitu suatu proses ke arah pertumbuhan batiniah atau rohaniah siswa,
pertumbuhan itu terjadi ketika suatu nilai yang terkandung dalam ajaran agama
dan kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu sistem nilai diri, sehingga menuntun
segenap pernyataan sikap, tingkah laku dan perbuatan moralnya dalam menjalani
kehidupan ini.
Menurut Benjamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh M. Chabib Thoha,
mentaksonomikan aspek afektif sebagai berikut:
a. Receiving, dengan ciri-cirinya:
1) aktif menerima dan sensitif (tanggap) dalam menghadapi gejala- gejala
(fenomena)
2) siswa sadar tetapi sikapnya pasif terhadap stimulus
3) siswa sedia menerima, pasif terhadap fenomena tetapi sikapnya mulai aktif
4) siswa mulai selektif, artinya sudah aktif melihat dan memilih
b. Responding, dengan ciri-cirinya:
1) bersedia menerima, menanggapi dan aktif menyeleksi reaksi
2) compliance (manut) mengikuti sugesti, dan patuh
3) sedia menanggapi atau merespon
4) puas dalam menanggapi
c. Valuing, dengan ciri-cirinya:
1) sudah mulai menyusun/memberikan persepsi tentang objek/fenomena
2) menerima nilai (percaya)
3) memilih nilai/seleksi nilai
4) memiliki ikatan batin (memiliki keyakinan terhadap nilai)
d. Organization, dengan ciri-cirinya:
9
1) pemilikan sistem nilai
2) aktif dalam mengkonsepsikan nilai dalam dirinya
3) mengorganisasikan sistem nilai (menjaga agar nilai menjadi aktif dan
stabil)
e. Characterization by a value or value complex, dengan ciri-cirinya:
1) menyusun berbagai macam sistem nilai menjadi nilai yang mapan dalam
dirinya
2) predisposisi nilai (terapan dan pemilikan sistem nilai)
3) karakteristik pribadi atau internalisasi nilai (nilai sudah menjadi bagian
yang melekat dalam pribadinya)
3. Aspek psikomotorik
Bersangkut dengan ketrampilan yang lebih bersifat kongkrit. bentuk-bentuk
hasil belajarnya adalah sebagai berikut:
a. Ketrampilan menunjukkan kepada proses kesadaran setelah adanya
rangsangan penglihatan, pendengaran atau alat indra lainnya.
b. Kesiapan atau set, meliputi kesiapan mental, fisik dan emosi untuk bertindak.
c. Respon terpimpin, yaitu langkah permulaan dalam mempelajari ketrampilan
yang komplek.
d. Mekanisme, yakni ketrampilan yang sudah terbiasa tetapi tidak seperti mesin
dan gerakan-gerakannya dilakukan dengan penuh keyakinan, mantap, tertib,
santun, khidmat dan sempurna.
e. Respon yang komplek, berkenaan dengan penampilan ketrampilan yang sangat
mahir. Kemahiran ditampilkan dengan cepat, lancar dan tepat.
Ketiga aspek ini harus ditanamkan kepada siswa secara maksimal dan
hendaknya diberikan secara seimbang. Karena eksistensi ketiganya merupakan
satu kesatuan yang utuh, jika salah satu aspek diberikan dan mengabaikan kedua
aspek lainnya maka tujuan pendidikan agama Islam tidak akan tercapai, dimana
tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan eksistensi ketiganya, sehingga siswa
dapat meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari.5

5
http://wawasanpengajaran.blogspot.com/2015/01/indicator-keberhasilan-belajar.html (Diakses 13
April 2023)
10
D. Pandangan Islam Terhadap Pengaruh Faktor Warisan dan Lingkungan
Terhadap Pendidikan
Pandangan Islam mengenai faktor warisan dan lingkungan dalam kaitannya
dengan keterbatasan dan kemungkinan pendidikan dapat dilihat dari buku-buku
Falsafat Pendidikan Islam. Salah satu daripadanya adalah karangan Omar Muhammad
Al-Toumy al-Syaibany, yang menjelaskan antara lain sebagai berikut:6
1. Warisan dan lingkungan
Insan dengan seluruh perwatakan dan ciri pertumbuhannya adalah perwujudan
dua faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan. Kedua faktor ini mempengaruhi
insan dan berinteraksi dengannya sejak hari pertama ia menjadi embrio hingga ke
akhir hayatnya. Oleh karena kuat dan bercampur aduknya peranan kedua faktor ini,
maka sukar sekali untuk merujuk perkembangan tubuh atau tingkah laku insan
secara pasti kepada salah satu dari kedua faktor tersebut.
Disamping itu banyak pula kita dapati fenomena akhlak dan social dipengaruhi
oleh kadar hormone yang dipancarkan oleh kelenjar, keadaan syaraf, kelancaran
peredaran darah sebagainya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa
pertumbuhan akal dan emosi juga dipengaruhi oleh faktor keturunan dan
lingkungan, umpanya kecerdasan. Lingkungan dapat memainkan peranan
pendorong dan penolong terhadap perkmbangan kecerdasan ini, sehingga insan
dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya. Sebaliknya juga dapat merupakan
penghambat yang menyekat perkembangan, sehingga seseorang tidak dapat
mengambil manfaat dari kesediaan kecerdasan yang diwarisinya.7
Yang dimaksud dengan ligkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi
dengan insan, yang dapat berwujud benda-benda seperti air, udara, bumi, langit
matahari, dan sebagainya, dan berbentuk bukan benda seperti insan pribadi,
kelompok, institusi, undang-undang, adat kebiasaan, dan sebagainya.Yang
dimaksud dengan keturunan ialah ciri dan sifat yan diwarisi dari bapak, kakek
dengan kadar yang berlainan. Umumnya, sebagian diwarisi dari sifat-sifat bapak,
seperempat dari datuk tingkat pertama dan seperenam belas dari datuk tingkat
ketiga, dan seterusnya.

6
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan, 2008, hlm. 54
7
Ibid.,hlm.54
11
Dalam kalangan ilmuwan-ilmuwan muslim terdapat kelompok aliran yang
menyetujui pengertian keturunan secara luas. Aliran itu membagi sifat-sifat
warisan kepada tiga jenis, yaitu sifat-sifat tubuh, sifat-sifat akal dan sifat-sifat
akhlak dari kemasyarakatan. Sifat-sifat tubuh ialah warna kulit, tinggi atau
pendek, warna mata, warna rambut, bentuk kepala, wajah dan lain-lain. Juga sifat-
sifat seperti cerds atau bebal dan sebagainya. Sifat-sifat akhlak seperti cenderung
baik atau bejat, sabar atau bengis, tawa atau maksiat dan sebagainya.
Disamping itu pengaruh warisan dalam pengertiannya yang luas dapat dibagi
menjadi dua bagian pokok: 8
a. Warisan alami atau fitrah (internal) yang dipindahkan oleh jaringan-jaringan
benih.
b. Warisan sosial (external) yang dipindahkan oleh faktor diluar diri (unit-unit
sosial) terutama keluarga. Media yang bereran dalam bagian ini adalah
pancaindera, akal, tradisi, serta jenis interaksi sosial yang beraneka ragam.
Diantara ayat-ayat al-Qur’an dan hadist Nabi yang menjadi dasar pendapat
adalah:

َ‫اْل ْف ِٕـدَة َ لَ َعلَّك ْم ت َ ْشكر ْون‬


َ ْ ‫ار َو‬
َ ‫ص‬ َ ْ ‫شيْـًٔا َّو َج َع َل لَكم الس َّْم َع َو‬
َ ‫اْل ْب‬ َ َ‫ّللا ا َ ْخ َر َجك ْم ِم ْن بط ْو ِن ا َّمهٰ تِك ْم َْل تَ ْعلَم ْون‬
ٰ ‫َو‬

Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur."(QS. An Nahl:78)
Sabda Rasulullah:
‫ختيوالنطفكم فان العرق دساس‬

Artinya: pilihlah (tempat yang sesuai) untuk benih (mani) mukarena keturunan
bisa mengelirukan.
Hikmah mengutamakan kawin dengan bukan kerabat dekat adalah untuk
mengelakkan kemungkinan mendapat keturunan yang dhaif. Sabda beliau‚
kawin jauhlah, maksudnya jangan sampai menghasilkan anak yang lemah.

8
Ibid.,hlm.57

12
2. Perubahan pada Manusia
Manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes dan letur (flesible),
artinya watakl insan itu boleh dilentur, dibentuk dan diubah. Ia mampu menguasai
ilmu pengetahuan adat-istiadat, nilai, tendensi atau aliran baru. Demikian pula ia
dapat meninggalkan adat, nilai dan aliran lama karena interaksi sosial, baik
dengan lingkungan yang bersifat alam maupun kebudayaan. Proses pembentukan
ciricirinya yang unik dinamakan sosialisasi, atau proses ‚permasyarakatan‛.
Mudah atau susahnya proses ini bergantung kepada usia dan cara yang
digunakan.9
Menurut Islam kelakuan, kebiasaan, keahlian, kemahiran dan pikiran manusia
dapat berubah. Malah dalam beberapa hal mesti berubah. Perubahan itu tidak
terjadi otomatis atau lantaran motivasi kebendaan atau kesan dari perkembangan
evolusi seperti yang diungkapkan oleh pengikut teori evolusi, tetapi oleh proses
pengajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir hayatnya. Atau ia adalah hasil dari
interaksi yang bebas antara unsur intern manusia dan faktor budaya, peradaban
dan lingkungan yang dihayatinya. Yang mengarahkan jalan untuk perubahan itu
ialah kekuasaan yang tertinggi, yaitu Allah swt. Disamping itu dibantu oleh tabiat
dan perwatakan yang mudah dilentur.
Dalam hubungan ini Allah berfirman:
‫ورا‬ َّ ‫إِنَّا َهدَ ْي ٰنَه ٱل‬
ً ‫سبِي َل إِ َّما شَاك ًِرا َوإِ َّما كَف‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir." (Q.S. Al Insan:3)
Sayidina ali Berkata kepada hasan anaknya:
Hati anak kecil umpama tanah yang belum lagi bertanaman. Apa saja yang
demaikan akan diterima olehnya. Karena itu aku memulai mendidik dengan
akhlak baik, sebelum hatimu menjadi keras dan pikiranmu sibuk.
Dalil yang paling kuat yang membuktikan tentang mungkinnya keyakinan,
akhlak atau kebiasaan manusia berubah ialah pengutusan Rasul dan Nabi. Islam
telah dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam pribadi orang-orang Arab.
Dari penyembah berhala menjadi insan muwahiddin. Beriman dan menyembah
Allah yang Maha Esa. Dari insan yang asyik memikir dan mengusahakan

9
Ibid.,hlm.60
13
kesenangan dunia semata kepada insan yang berusaha untuk mencapai keredhaan
Allah dan ganjaran Di akhirat. Dari kecendrungan menyelesaikan malasah dengan
pedang kepada insan yang cenderung damai.
Tetapi pengubahan perilaku tidak dapat dilakukan terhadap beberapa ciri tetap
manusia yang dibawa sejak lahir, seperti naluri cinta hidup, takut, tunduk,
menentang sebagainya. Apa yang boleh dibuat terhadap naluri-naluri ini ialah
meningkatkan atau mendidiknya, ke arah yang lebih baik. Cara untuk itu ialah
meningkatkan atau mendidiknya. kearah yang lebih baik. Cara untuk itu ialah
dengan membina kecintaan kepada keutamaan dan idealisme. Kecintaan seperti ini
yang paling kuat pengaruhnya ialah kecintaan keagamaan. Jika kecintaan telah
tumbuh dalam hati seseorang, akan kita dapati beberapa perubahan.10

10
Ibid.,hlm.61
14
BAB Ill
PENUTUP

A. Kesimpulan

Batas adalah suatu atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti memiliki
permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah
yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Batas awal pendidikan Islam ialah saat kapan pendidikan Islam itu dimulai.
Para ahli paedagogik muslim dan non muslim mempunyai pendapat yang beragam
akan hal ini. Mereka hanya sepakat bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha dan
proses mempunyai batas-batas tertentu. Langevel, memberikan batas awal pendidikan
pada saat anak sudah berusia kurang lebih 4 tahun.
Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi
tiga aspek, yaitu pertama; aspek kognitif, meliputi perubahan- perubahan dalam segi
penguasaan pengetahuan dan perkembangan ketrampilan atau kemampuan yang
diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua; aspek afektif, meliputi
perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga;
aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk
tindakan motorik.
Pandangan Islam mengenai faktor warisan dan lingkungan dalam kaitannya
dengan keterbatasan dan kemungkinan pendidikan dapat dilihat dari buku-buku
Falsafat Pendidikan Islam. Salah satu daripadanya adalah karangan Omar Muhammad
Al-Toumy al-Syaibany, yang menjelaskan warisan dan lingkungan serta perubahan
pada manusia.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Haitami Salim dan syamsul Kurniawan, 2012, Studi Ilmu Pendidikan
Islam,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rosmiati Aziz, 2019, Ilmu Pendidikan Islam, JogJakarta: Sibuku.

Suparlan Suharto, 2008, Wawasan Pendidikan: Sebuah pengantar pendidikan, Jogjakarta:


Ar-Ruzz.

Zakiah Darajat, dkk, 2008, Ilmu Pendidikan.

https://rumpit.wordpress.com/2010/04/28/batas-batas-pendidikan-islam/

http://wawasanpengajaran.blogspot.com/2015/01/indicator-keberhasilan-belajar.html

16
17

Anda mungkin juga menyukai