Upaya Peningkatan Proses Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Melalui Strategi Inquiry Learning

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Melalui Strategi Inquiry


Learning Siswa SMAN 2 Ponorogo Kelas XI IPS 1 Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2022/2023

Galuh Dianita1
[email protected]

Moh. Heru Prasetyawa, S.Pd.I2


[email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana upaya peningkatan proses dan hasil belajar Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti melalui model strategi Inquiry Learning siswa SMAN 2 Ponorogo kelas XI
IPS 1 semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023. Dalam proses belajar di kelas, Guru diharapkan lebih
variatif dalam memberikan model pembelajaran, karena permasalahan yang sering terjadi yang terjadi
sekarang adalah penyampaian materi yang kurang tepat membuat siswa merasa jenuh dan bosan sehingga
mengakibatkan tidak fokus belajar. Pembelajaran dengan strategi Inquiry Learning sangat penting bagi
siswa tidak hanya di sekolah, tetapi di lingkungan di mana mereka berada, karena strategi Inquiry Learning
bergantung pada kemampuan setiap individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan mengeluarkan
keterampilan berpikir kritis dan inovasi dan kreativitas mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada penerapan strategi Inquiry
Learning pada siswa kelas XI IPS 1 tahun pelajaran 2022/2023. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 di SMAN 2
Ponorogo, sebanyak 32 orang siswa. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode tes,
observasi dan pengamatan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan data hasil pengamatan proses belajar siswa yang
dibagi kelompok dan pengerjaan tes untuk tiap individu dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 32 orang.
strategi Inquiry Learning dapat meningkatkan proses belajar dan hasil belajar siswa siswa kelas XI IPS 1
SMAN 2 Ponorogo. Proses belajar siswa telah memenuhi kriteria yang sangat aktif dengan persentase 90%
sedangkan untuk hasil belajar siswa dengan ketuntasan presentase 90%. dan termasuk dalam kriteria tuntas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Inquiry Learning pada materi menasehati dalam
Islam (Khutbah, Tabligh dan Dakwah) dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci : proses belajar, hasil belajar, Inquiry Learning, PTK

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan pembelajaran yang terjadi antara guru dengan
siswa dalam memahami dan menerima pengetahuan yang kemudian dikelola dengan baik
untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Menurut Anam, Kegiatan pendidikan bukanlah
sebuah kegiatan berupa materi pelajaran yang disampaikan lalu didengar dan dilupakan
ketika guru selesai mengajar dan baru diingat kembali ketika melakukan tes ujian (Nurfalah,
2021). Berjalannya sebuah kegiatan pendidikan juga memerlukan proses yang tidak hanya
tersampaikan kepada peserta didik begitu saja secara lisan akan tetapi bagaimana peserta
didik dapat memahaminya dengan baik apa materi yang telah disampaikan sesuai dengan
tujuan dari kegiatan pembelajaran bagi guru maupun siswa (Putri et al., 2022). Hal ini sejalan
dengan penelitian Ramahdana, bahwa kegiatan pembelajaran terdapat faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, salah satunya bagaimana peserta didik melakukan proses
kegiatan untuk mencapai hasil belajar dengan sebaik-baiknya. Namun tidak hanya faktor itu
1
Penulis Pertama
2
Penulis Kedua
saja melain terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran yang
terjadi.
Pada saat ini, seorang guru tidak lagi menjadi subjek utama dalam memberikan ilmu
atau sumber ilmu, akan tetapi siswalah yang diajukan menjadi pelaku utama dalam kegiatan
pembelajaran. Guru hanya sebagai fasilisator dan mediator apabila siswa jika mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran, sehingga Guru perlu menerapan strategi pembelajaran
yang tepat dalam proses pembelajaran (Putri et al., 2022). Dalam proses pembelajaran
seorang guru harus memiliki kemampuan dalam menerapkan strategi pembelajaran pada
setiap materi pertemuan. Dengan itu siswa akan mudah memahami materi dan tidak bosan
selama pembelajaran. Sedangkan menurut Rosy dalam (Prasetiyo & Rosy, 2020) “Seorang
guru sebagai pendidik, dalam menjalankan tugasnya dituntut harus memahami isi kurikulum,
karena tanpa pemahaman yang cukup maka hasilnya dalam proses pembelajaran kepada
siswa tidak akan maksimal”. Sehingga permasalahan yang sering terjadi saat ini adalah
penyampaian materi yang kurang tepat membuat siswa merasa jenuh dan bosan yang
berakibat tidak fokus pada pembelajaran dan berdampak pada hasil belajar peserta didik.
PAI dan BP atau Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti bukan hanya sebuah
Pendidikan agama saja bagi siswa. Tetapi merupakan sarana yang penting dalam
menanamkan akhlak baik pada setiap siswa dan menjadikan mereka sebagain manusia
sempurna (insan kamil). Ramayulis mengemukakan bahwa secara umum PAI dan BP sendiri
memiliki tujuan yakni self realization, yaitu sebuah tindakan yang terjadi dan didasari ilmu
yang telah di pelajari siswa baik itu di keluarga, sekolah dan lingkungan sehingga ilmu yang
didapatkan akan diamal dengan seimbang antar keduannya, bukan hanya sekedar
pengetahuan saja tanpa ada aksi yang jelas. Karena penerapan strategi pembelajaran PAI dan
BP yang masih belum maksimal, setiap proses yang terjadi dalam pembelajaran PAI dan BP
masih menjadi perbincangan dan penelitian yang hangat. Ada beberapa hal yang menjadikan
proses pembelajaran PAI dan BP didominasi membosankan untuk siswa karena guru yang
kurang inovatif dan kreatif dalam memilih strategi pembelajaran yang digunakan selama
proses belajar (Sulastri, 2022). Dalam hal ini penting sekali seorang pendidik menentukan
penggunaan strategi yang tepat untuk membantu pencapaian hasil belajar yang baik bagi
siswa. Apabila strategi yang digunakan tepat, maka pencapaian hasil belajar juga akan lebih
maksimal dari sebelumnya
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti
berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa proses belajar adalah suatu aktifitas psikis ataupun mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk
perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Syah, 1999).
Tidak diragukan lagi bahwa hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam sebuah
proses pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono menyebutkan bahwa hasil belajar adalah hasil
dari terbentuknya interaksi kegiatan belajar mengajar. Dari pandangan guru, mengajar
diakhiri dengan diadakannya evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa. Dari pandangan
siswa, dengan adanya hasil belajar maka berakhirlah pengajaran dari semua proses belajar
yang telah dilakukan. Dalam setiap mata pelajaran, hasil belajar yang tinggi sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran. Karena hal ini menjadi salah satu indikator
keberhasilan selama proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini
juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran PAI dan BD (Mudjiono, 2006).
Pemilihan strategi yang tepat dalam pembelajaran sangat memiliki pengaruh bagi
pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Secara umum, metode pendidikan dapat diartikan
sebagai cara yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan.
Banyak metode pembelajaran yang dapat diimplementasikan oleh guru dalam sebuah aktifitas
pembelajaran. Namun, semua strategi pembelajaran dan pendidikan yang ada tersebut, tidak
untuk diimplementasikan semuanya secara bersama-sama dalam setiap pembelajaran. Karena
itu, guru harus mempertimbangkan dan menentukan pilihan tentang strategi apa yang paling
sesuai untuk pembeajaran yang sedang dilakukan. Prinsip dasar yang tidak boleh ditinggalkan
dalam memilih strategi adalah yang penting stretegi diaplikasikan dapat merasa nyaman dan
gembira di tengah proses pendidikan yang sedang dilakukan (Heriyudanta, 2021).
Strategi Inquiry Learning adalah proses pembelajaran yang mana lebih menekankan
siswa untuk aktif dan merubah tingkah laku siswa berdasarkan pengalaman yang diperoleh
secara langsung atau tidak langsung. Menurut Gulo strategi Inquiry Learning berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari, menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Putri et al., 2022). Strategi
Inquiry Learning merupakan salah satu langkah yang dapat diimplementasikan dalam proses
pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
menerapkan strategi Strategi Inquiry Learning dapat merangsang keingintahuan siswa
sehingga siswa akan lebih memiliki keterampilan berbicara dan mengemukakan pendapatnya
(Sulastri, 2022).
Strategi Strategi Inquiry Learning memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan
penelitian secara berulang-ulang dan dengan bimbingan yang berkelanjutan. Rasa ingin tahu
siswa akan terpenuhi karena model meneliti ini dapat memperkuat dan mendorong secara
alami untuk mengeksploitasi sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan semangat yang besar
dan penuh kesungguhan. Strategi Strategi Inquiry Learning diharapkan dapat melatih siswa
untuk memiliki kemandirian belajar. Siswa juga dilatih untuk mengumpulkan data dari suatu
peristiwa yang terjadi dan mengolahnya secara logis (Agustanti, 2012). Selain itu, Strategi ini
juga memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan penelitian secara berulang-ulang dan
dengan bimbingan yang berkelanjutan maka rasa ingin tahu siswa akan terpenuhi karena
strategi meneliti ini dapat memperkuat dan mendorong secara alami untuk mengeksploitasi
sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan semangat yang besar dan penuh kesungguhan.
Seorang guru menggunakan Strategi Inquiry Learning dengan tujuan agar peserta didik
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti pemecahan masalah itu sendiri,
mencari sumber dan belajar bersama di dalam kelompok (Achmat Mubarok & Lili Maslukha,
2022).
Proses kegiatan belajar mengajar PAI ada BP di kelas XI IPS 1 SMAN 2 Ponorogo
masih terpusat pada guru, sehingga menyebabkan minimnya keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Sikap pasif yang terjadi dalam proses pembelajaran juga mengakibatkan
sebagain besar siswa malu dan acuh untuk bertanya kepada guru mengenai hal-hal berkaitan
dengan materi yang mana siswa masih kurang faham. Kondisi ini terjadi dalam proses
pembelajaran PAI dan BP di kelas XI IPS 1 SMAN 2 Ponorogo dan menyebabkan siswa
kurang mandiri dalam belajar dan cenderung pasif. Akibatnya berdampak pada hasil belajar
siswa yang rendah. Berdasarkan pengamatan sebelumnya, ketuntasan hasil belajar siswa
hanya mencapai 50% Ketika guru hanya menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah.
Maka dalam pelaksanaannya memerlukan strategi tertentu agar gaya penyajiannya tidak
membosankan namun menarik perhatian siswa dan menambah pemaham siswa terhadap
materi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan adanya upaya untuk memperbaiki
kualitas belajar mengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Salah
satu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI dan BP adalah melalui
penerapan strategi Inquiry Learning yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
terlibat secara mental, intelektual dan emosional, sehingga siswa akan mendapatkan hasil
belajar secara maksimal.
Kajian penelitian yang serupa telah dilakukan oleh Endang Sulastri (2022) yang
membahas tentang peningkatan hasil belajar PAI melalui modell Inquiry Learning di kelas V
SDN Sumber Makmur Parenggean. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran Inquiry Learning terbukti mampu meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan penerapan model inkuiri PAI,
pada siklus II yang mencapai ketuntasan belajar adalah sebanyak 20 siswa (100%), pada
siklus II ini semua siswa mampu mencapai nilai sama dengan KKM atau diatas KKM.
Beracuan pada uraian di atas, maka dipandang perlu dilaksanakan penelitian yang berjudul:
“Upaya Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti Melalui Strategi Inquiry Learning Siswa SMAN 2 Ponorogo Kelas XI IPS 1
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023.”
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan,
yaitu apakah penerapan Strategi Inquiry Learning dapat meningkatkan proses dan hasil
belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa Kelas XI IPS 1 Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2022/2023?. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa Kelas
XI IPS 1 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023 setelah penerapan Strategi Inquiry
Learning.
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan referensi berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya pada
pengembangan proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini meliputi: (1) Bagi Siswa SMAN 2 Ponorogo,
hasil Penelitian ini dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman belajar lebih
bermakna sehingga siswa lebih banyak membelajarkan diri serta diharapkan dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. (2) Bagi
Guru SMAN 2 Ponorogo, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
serta masukan dalam mengembangkan alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan
proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta dapat memperoleh
wawasan tentang pembelajaran dengan menerapkan strategi Inquiry Learning. (3) Bagi
SMAN 2 Ponorogo, Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi berharga bagi kepala
sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitannya dengan upaya
pemilihan strategi Inquiry Learning yang efektif dan efisien diterapkan di sekolah. (4)
Peneliti Lain, Hasil penelitian dapat memberikan informasi berharga bagi para peneliti
dibidang pendidikan (strategi pembelajaran), untuk meneliti aspek atau variabel lain yang
diduga memiliki kontribusi terhadap konsep-konsep dan teori-teori tentang strategi
pembelajaran.

METODE
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Reseach). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas
untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas
tersebut. Pengertian penelitian tindakan kelas adalah untuk mengidentifikasi permasalahan di
kelas sekaligus memberi pemecahan masalahnya (Sulastri, 2022). Menurut Agung, “PTK
sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek praktek pembelajaran di
kelas secara lebih professional” (Wayan Ni Juniati, 2017).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMAN 2 Ponorogo, Adapun subjek
penelitian adalah siswa kelas XI IPS 1 Tahun Pelajaran 2022/2023, dengan jumlah siswa 32
orang dimana terdapat 9 orang siswa laki-laki dan 23 orang siswa perempuan. Objek
penelitian tindakan kelas ini adalah proses dan hasil belajar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti pada siswa kelas XI IPS 1 semester Ganjil SMAN 2 Ponorogo tahun pelajaran
2022/2023.
Sesuai dengan prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini dilakukan
dalam beberapa siklus. Adapun rancangan pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Pada setiap siklus
terdiri dari 4 tahapan kegiatan diantaranya penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, melakukan pengamatan dan melakukan analisis dan refleksi. Sebelum melakukan
tahapan I diperlukan tahap pra tindakan penelitian yaitu dengan meminta izin terlebih dahulu
kepada guru mata pelajaran. Kemudian barulah dapat dilaksanakan siklus I dan berlanjut
pada siklus II.
Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan meliputi (1) Menerapkan strategi
Inquiry Learning kepada siswa di kelas XI IPS 1 SMAN 2 Ponorogo dengan materi
Menasehati dalam Islam (Khutbah, Tabligh dan Dakwah). (2) Mengambil dokumentasi
kegiatan yang dilakukan di dalam kelas (3) pengumpulan data (4) Tahap analisis data (5)
Analisis kesimpulan.
Data diperoleh selama penelitian berlangsung, sumber data diperoleh dari guru dan
peserta didik. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara
Pengamatan dan evaluasi tes. Teknik pengamatan digunakan untuk mengetahui kemajuan
proses pembalajaran. Sedangkan teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
yang berupa nilai. Bahan dan Peralatan Alat dan bahan dalam proses kegiatan meliputi ruang
kelas, papan tulis, alat tulis, bahan ajar, dan laptop.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian yang dilaksanakan pada siklus I di SMAN 2 Ponorogo XI IPS 1 dengan
jumlah siswa 32 orang dengan menerapkan strategi Inquiry Learning pada materi Menasehati
dalam Islam ( Khutbah, Tabligh dan Dakwah ) dengan metode pengumpulan data melalui
observasi, pengamatan dan evaluasi hasil belajar menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
kurang aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung dan nilai hasil belajar belum
memenuhi KKM. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi Inquiry Learning di kelas
XI IPS 1 belum berhasil sehingga penelitian perlu dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II
diperoleh hasil yang jauh lebih baik dan telah memenuhi KKM sehingga penelitian tidak
dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penerapan penerapan strategi Inquiry Learning dapat
melatih siswa untuk memaksimal seluruh kemampuan mulai dari mencari, menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dan selain itu strategi Inquiry Learning juga mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan
prestasi belajar siswa. Adapun rincian hasil penelitian yang telah diperoleh pada siklus I dan
siklus II yaitu sebagai berikut:

Hasil Penelitian Siklus I


Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, terdiri dari satu
kali pertemuan untuk observasi dan pengamatan proses pembelajaran dan satu kali pertemuan
untuk evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang telah disusun pada
tahap perencanaan dengan materi pelajaran.
Secara singkat urutan proses pembelajaran yang dilakukan pada setiap pertemuan siklus
I sebagai berikut. Pertama, Membagi siswa dalam bentuk kelompok. Kedua, Menyajikan
materi pelajaran. Ketiga, Diberikan waktu untuk berdiskusi Dalam diskusi kelompok, guru
mengarahkan kelompok. Keempat, Salah satu dari anggota kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. Kelima, Guru memberikan pertanyaan Siswa diberikan waktu untuk
mencari dan memberikan tanggapan. Keenam, Penguatan dan kesimpulan secara bersama-
sama melakukan pengamatan atau observasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada setiap
pertemuan, kemudian pada pertemuan kedua dilakukan tes untuk mengetahui hasil belajar
PAI dan BP pada siklus Data. Hasil Belajar PAI dan BP Siswa dinilai dengan menggunakan
tes hasil belajar berupa soal berjumlah 25 soal dengan rincian 5 soal essay dan 20 soal pilihan
ganda yang terkait materi pembelajaran yang telah diuji dengan menggunakan rumus. Rumus
yang digunakan yaitu:

Soal Essay : 1 soal bernilai 20


Soal Pilihan Ganda :

Skor diperoleh x 100


Nilai
Skor maksimal

Berdasarkan hasil pengamatan pada tahap observasi diperoleh data aktivitas belajar
siswa meliputi kemampuan bertanya, menjawab, mengerjakan tugas mandiri, menunjukkan
sikap senang, aktif, dan mampu memberikan tanggapan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Observasi Proses Belajar Siswa


Aspek yang diamati
Kelompo Kriteria
k Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa berani
secara mampu mampu menyelesai memperent
proaktif mengemuk berdiskusi kan tugas esekan hasil
menjawab akan dengan sesuai kerja
pertanyaan pendapat kelompoknya dengan kelompoknya
atau waktu
saran0 yang telah
di
tentukan
1 95 95 90 80 100 Sangat
Aktif
2 75 75 70 70 75 Kurang
Aktif
3 70 75 70 70 75 Kurang
Aktif
4 70 70 75 70 75 Kurang
Aktif

Berdasarkan data tabel hasil observasi proses belajar peserta didik dari beberapa aspek
masing-masing kelompok masuk pada kategori kurang aktif dalam menerapkan strategi
Inquiry Learning pada materi Khutbah dan Tabligh. Terdata hasil observasi aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran menggunakan strategi Inquiry Learning. Dari tabel diatas dapat
diperhatian bahwa aktivitas belajar siswa terdapat 4 kelompok belajar yang mendapatkan
nilai yang berbeda-beda. Terdapat 1 kelompok yaitu kelompok 1, memenuhi ktiteria yang
sangat aktif dan untuk kelompok 4 memenuhi kriteria yang aktif. Sedangkan untuk 2 dan 3
tidak memenuhi kriteria yaitu kurang aktif. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu faktor (1) adanya keterbatasan waktu dalam menyelesainya tes soal sehingga
pengerjaan terbatas, (2) pasif dalam proses pelajaran sehingga tidak terjadinya argumentasi,
(3) siswa kurang memahami materi yang di sampaikan, (4) sebagian besar siswa tidak
membawa sumber belajar (buku paket).
Pada tahap evaluasi hasil belajar kognitif yang dilakukan pada pertemuan kedua
dengan menggunakan jenis soal uraian. Adapun ketuntasan individu siswa dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa


No. Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase Ketuntasan
Individu Klasikal
1 Siswa tuntas 20 60% Belum Tuntas
2 Siswa tidak tuntas 13 40%

Berdasarkan tabel hasil belajar siswa diatas menunjukkan hasil belajar yang di capai
oleh siswa di atas menunjukkan terjadi ketuntasan dalam hasil belajar sebesar 60% hal ini
menunjukkan bahwa keberhasilan pada penelitian ini belum tercapai. Melihat data siklus
diatas maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus II. Karena Proses
belajar siswa sangat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa, dalam hal ini diperlukan
lebih banyak kesempatan siswa untuk proaktif dalam menggali kemampuan awal.
Adapun tahap refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I
yaitu pada pertemuan pertama, materi pembelajaran yang diberikan adalah menjelaskan
materi dengan menerapkan strategi Inquiry Learning. Namun, pada pertemuan ini proses
belajar siswa masih sangat kurang karena masih ada beberapa orang yang berharap atau
mengandalkan temannya untuk menjawab dan masih ada beberapa siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan materi. Dari penilaian afektif terlihat masih ada banyak siswa
yang hanya diam dan tidak mau megutarakan pendapatnya dalam menanggapi suatu
permasalahan. Pada pertemuan kedua keaktifan siswa masih seperti dilihat pada pertemuan
pertama tetapi proses belajar sudah mengalami peningkatan dari sebelumnya, hal ini ditandai
dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam kerja sama dan berani bertanya. Hal ini
disebabkan karena Strategi Inquiry Learning merupakan hal baru bagi siswa dan sebelumnya
tidak pernah menggunakan, sehingga siswa belum bisa terapkan secara baik dan maksimal.

Hasil Penelitian Siklus II

Tahapan pelaksanaan penelitian pada siklus II sama pada siklus I. Hasil analisis data
pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus II tertera pada tabel 3.

Table 3. Pengamatan Proses Belajar Siswa


Aspek yang diamati
Kelompok Kriteria
Siswa Siswa Siswa Siswa Siswa berani
secara mampu mampu menyelesai memperent
proaktif mengemuk berdiskusi kan tugas esekan hasil
menjawab akan dengan sesuai kerja
pertanyaa pendapat kelompok dengan kelompoknya
n atau saran nya waktu yang
telah di
tentukan
1 90 90 90 95 95 Sangat Aktif
2 95 95 90 95 95 Sangat Aktif
3 90 90 90 95 100 Sangat Aktif
4 90 80 95 95 100 Sangat Aktif
5 95 90 95 95 100 Sangat Aktif
6 80 75 75 95 80 Aktif
Berdasarkan data tabel hasil observasi aktivitas peserta didik dari beberapa aspek
masing-masing kelompok masuk pada kategori sangat aktif dalam menerapkan strategi
inquiry Learning yang terdata dari hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan strategi inquiry Learning. Dari tabel diatas dapat diperhatian bahwa pross
belajar siswa mengalami peningkatan. Terdapat 6 kelompok belajar yang mendapatkan nilai
yang berbeda-beda. Terdapat 5 kelompok yaitu kelompok 1-5, yang memenuhi ktiteria sangat
aktif dan untuk kelompok 6, memenuhi kriteria aktif. Melihat data siklus diatas maka peneliti
memutuskan untuk tidak melanjutkan penelitian pada siklus selanjutnya.

Pada tahap evaluasi hasil belajar kognitif siswa diperoleh hasil yang dapat dilihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Belajar Siswa


No. Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase Ketuntasan
Individu Klasikal
1 Siswa tuntas 30 90% Tuntas
2 Siswa tidak tuntas 2 10%

Berdasarkan tabel hasil belajar siswa diatas menunjukkan hasil belajar yang di capai
oleh siswa di atas menunjukkan terjadi peningkatan, dari 60% ke 90% hal ini menunjukkan
bahwa keberhasilan pada penelitian ini sudah tercapai dan juga menandakan bahwa sebagian
besar siswa telah menguasai materi dengan menggunakan strategi Inquiry Learning. Melihat
data siklus diatas maka peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan penelitian pada siklus
III.
Refleksi Siklus II, pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan pengoptimalan dan
antisipasi kendala yang muncul pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan proses belajar
siswa dan peningkatan hasil belajar PAI dan BP siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Ponorogo
dengan kriteria tinggi dan ketuntasan belajar siswa sebesar 90%. Hasil yang diperoleh siswa
telah memenuhi target yang ditentukan sehingga dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan
sudah cukup dilakukan dalam dua siklus. Walaupun terjadi peningkatan hasil belajar pada
siklus II dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian, bukan
berarti pembelajaran tersebut sangat sempurna. Inovasi dalam pembelajaran tetap harus
dilakukan. Adapun hasil pada tiap siklus jika dilihat dalam bentuk tabel:

Tabel 5. Perbandingan Proses Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II


Siklus I Siklus II
Interval Kriteria
Kelompo % Kelompok %
k
90-100 Sangat Aktif 1 10 1,2,3,4,5 90
75-89 Aktif - - - -
0-74 Kurang aktif 2,3,4 90 6 10

Berdasarkan table 5 dapat dilihat bahwa proses belajar mengalami peningkatan sebagai
berikut: proses belajar, berdasarkan siklus I mengalami kenaikan sebesar 80% yakni dari 10%
menjadi 90%.
Tabel 6. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Interval Kriteria
F % F %
75-100 Tuntas 20 60% 30 90%
0-74 Tidak Tuntas 13 40% 2 10%

Berdasarkan table 6 dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan
sebagai berikut: hasil belajar berdasarkan siklus 1 mengalami kenaikan sebesar 30% yakni
dari 60% menjadi 90%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan strategi inquiry learning pada
pembelajaran PAI dan BP memberikan pengaruh yang positif terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dari siklus I
sampai pada pembelajaran siklus II, siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan.
Keterlibatan siswa pada proses pembelajaran PAI dan BP, dalam meneliti pada siklus I,
proses belajar masuk dalam kategori aktif, tetapi kemampuan dalam meneliti belum
maksimal. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa untuk bekerja secara mandiri. Siswa
kurang percaya diri dengan apa yang dilakukannya. Ketrampilan bertanya dan menjawab
pertanyaan masih kurang aktif. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa menerima informasi
dari guru, bukannya mencari informasi sendiri. Pada saat presentasi hasil penelitian, siswa
cenderung masih malu-malu dan mempunyai rasa takut untuk menyampaikan. Siswa juga
belum memiliki rasa percaya diri untuk menjawab pertanyaan guru maupun dari teman. Ada
rasa takut jika nanti jawaban salah akan dimarahi atau dipermalukan. Untuk itu maka guru
memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II sehingga siswa memiliki keberanian dan
percaya diri untuk presentasi, menyampaikan pendapat dan menjawab pertanyaan.
Pada siklus II proses belajar siswa dalam pembelajaran sudah lebih aktif dan
ketrampilan bertanya dan menjawab pertanyaan juga sudah lebih aktif. Hal ini disebabkan
siswa sudah mulai terlatih seperti pada siklus II untuk bertanya kepada teman dalam
kelompok maupun kelompok lain. Siswa juga sudah memiliki rasa percaya diri untuk
mengemukakan pendapat. Suasana pembelajaran lebih kondusif dibanding sebelumnya. Hal
ini tampak pada proses belajar siswa yang spontanitas dan komunikasi dua arah yang
berkembang. Siswa berani bertanya dan mengemukanan argumentasinya. Suasana yang
kondusif ini sangat menunjang terciptanya iklim belajar yang lebih baik di lingkungan
sekolah. Siswa juga dapat berlatih untuk mengembangkan wawasannya dalam meneliti
sesuatu yang baru yang dapat bermanfaat untuk kehidupan di masa yang akan datang.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Strategi Inquiry
Learning pada pembelajaran PAI dan BP yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat
disimpulkan bahwa penerapan Strategi Inquiry Learning dapat meningkatkan proses dan hasil
belajar PAI dan BP, pada materi Menasehati dalam Islam (Khutbah, Tabligh dan Dakwah)
pada siswa kelas XI IPS 1 SMAN 2 Ponorogo tahun pelajaran 2022/2023. Hal ini dapat
dilihat dari aktifitas siswa dalam proses belajar pada siklus I mencapai persentase sebesar
10%, sedangkan pada siklus II memperoleh persentase proses belajar sebesar 90% Sehingga
terjadi persentase peningkatan proses belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 80%.
Sedangkan hasil belajar siswa dapat dilihat pada ketuntasan hasil belajar siswa, pada siklus I
mencapai persentase 60%, sedangkan pada siklus II memperoleh persentase ketuntasan hasil
belajar sebesar 90% Sehingga terjadi persentase peningkatan hasil dari siklus I ke siklus II
yaitu sebesar 30%.
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai
berikut : pertama kepada Guru, hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa di kelas-kelas yang memiliki masalah sama
dengan masalah terindentifikasi oleh peneliti. Kedua, kepada peneliti sendiri, pengalaman
pada penelitian ini agar dapat dijadikan dasar dalam penyempurnaan penerapan pembelajaran
kontekstual, serta mampu menggunakan metode inovatif lain agar tercapai tujuan pendidikan
sesuai dengan yang diharapkan. Kepada siswa, siswa dalam proses pembelajaran dituntut
untuk selalu aktif dan mampu menggali pengetahuan sendiri, supaya proses pembelajaran
menjadi bermakna.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pertama, terima kasih kepas Allah SWT yang telah memberikan peneliti kesehatan
dan kebahagiaan selama menjalani kuliah terutama dalam magang 1 dan magang 2.
Kemudian peneliti haturkan terima kasih kepada diri peneliti sendiri, yang sudah semangat
untuk terus mengikuti ombak arus semester akhir. Walau diterpa migrain hingga mimisan.
Kedua, terima kasih kepada keluarga peneliti, terkhusus Bapak dan Ibuk tercinta yang ada
disebrang pulau sana. Ketiga, terima kasih kepada Dosen Pembimbing Magang (DPM),
Bapak Basuki, MA. yang telah membimbing peneliti dengan sabar dari masa magang 1
hingga magang 2. Keempat, terima kasih kepada SMAN 2 Ponorogo. Yang telah
memperkenankan peneliti dan teman-teman mahasiswa untuk melakukan praktik magang 1
dan 2. Kelima, terima kasih kepada teman-teman mahasiswa kelompok 1. Yang telah
berjuang menjalankan magang 1 dan 2 dengan baik walau ada beberapa kendala yang tidak
mengenakan untuk peneliti tulis disini, tetapi Alhamdullilah semua bisa berjalan dengan
lancar. Peneliti rasa sudah cukup untuk hatur kata terima kasih. Dengan ini peneliti pamit
undur diri dan jangan dicari.

REFERENSI

Achmat Mubarok, & Lili Maslukha. (2022). Pengaruh Strategi Pembelajaran Inquiry
Learning Terhadap Hasil Belajar Pai Siswa Kelas Viii Di Smpn 02 Purwosari. Jurnal
Mu’allim, 4(1), 119–131. https://doi.org/10.35891/muallim.v4i1.2951
Agustanti, T. H. (2012). Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
1(1), 16–20.
Heriyudanta, M. (2021). Implementasi Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan
Hasil Pembelajaran Mata Pelajaran PAI. Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis
Sains, 6, 76.
Mudjiono, D. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Rinake Cipta.
Nurfalah, I. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiri Berbasis Daring Dalam
Pembelajaran Penjas Terhadap Kemandirian Belajar Pada Masa Covid-19. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Jasmani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Siliwangi. Universitas Siliwangi.
Prasetiyo, M. B., & Rosy, B. (2020). Model Pembelajaran Inkuiri Sebagai Strategi
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 9(1), 109–120. https://doi.org/10.26740/jpap.v9n1.p109-120
Putri, A. O., Anisah, D., Hombing, B., Nanda, H., & Angkat, K. (2022). Penerapan Strategi
Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Sistem Ekskresi Dalam Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X di MAS CIPTA Kabupaten Batu Bara. BEST
JOURNAL (Biology Education Science & Technology), 5(2), 73–78.
Sulastri, E. (2022). e-ISSN: 2807-8632 Published by : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Palangka Raya. Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam,
2, 1525–1537.
Syah, M. (1999). Psikologi Belajar. Raja Grafindo Prasada.
Wayan Ni Juniati, W. I. W. (2017). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
UNTUK. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 1, 20–29.

Anda mungkin juga menyukai