New - Materi Perawatan Jenazah PDF
New - Materi Perawatan Jenazah PDF
New - Materi Perawatan Jenazah PDF
JENAZAH
“Diantara kewajiban seorang muslim kepada muslim
lainnya adalah merawat jenazahnya”
1. Sakaratul Maut
Gejala mendekati saat kematian atau ketika manusia akan mengalami kematian
(sakaratul maut) ditandai oleh berbagai gejala seperti dinginnya ujung-ujung anggota
badan, rasa lemah, kantuk dan kehilangan kesadaran, dan hampir tidak dapat
membedakan sesuatu.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika menjumpai orang yang baru saja
meninggal dunia di antaranya:
Apabila mata masih terbuka, pejamkan matanya dengan mengurut pelupuk mata pelan-
01 pelan.
02 Apabila mulut masih terbuka, katupkan dengan ditali (selendang) agar tidak kembali
terbuka.
03 Tutuplah seluruh tubuh jenazah dengan kain sebagai penghormatan.
2. Ketetuan Proses Pengurusan jenazah
Mengurus jenazah hukumnya fardlu kifayah, artinya jika dalam suatu daerah terdapat
orang yang meninggal dunia, maka orang Islam di daerah tersebut wajib mengurus
jenazahnya. Apabila tidak seorangpun di daerah tersebut melaksanakan-nya, semua
orang Islam di daerah tersebut berdosa. Dasar hukum yang menjelaskan pentingnya
merawat jenazah adalah hadis nabi berikut, yang artinya :
“ Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw., ia berkata : “ segerakanlah urusan jenazah, jika ia
orang baik, maka itulah yang sebaik-baiknya yang kamu segerakan, dan jika bukan
orang baik, maka itulah orang yang seburuk-buruknya yang kamu buang ke kuburnya
dari pundak kamu, yaitu memasukkannya kedalam liang
Lahat.” (HR. Bukhari – Muslim)
3. Memandikan Jenazah
d) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
f) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah,
gosok giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
g) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya.
h) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
i) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
i) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
j) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang wajib. Sunnah mengulanginya
beberapa kali dalam bilangan ganjil.
k) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar
najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang mandinya, tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
l) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain atau handuk sehingga tidak membasahi kafannya.
m) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol. Pemberian wewangian untuk
jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.
3. Mengkafani Jenazah
Mengafani jenazah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah Saw. bersabda :
Artinya :“ Bilamana seseorang di antara kamu mengafani (jenazah) saudaranya (sesama muslim) hendaklah melakukan
dengan baik”. (HR. Muslim)
1) Ketentuan:
a) Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b) Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c) Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan perempuan lima lapis.
d) Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
e) Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
2) Cara mengafani jenazah laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing
helai diberi kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang lalu
ditaburi dengan wangi-wangian.
c) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya,
lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan ikatan
setelah dibaringkan di liang lahat.
f) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang
terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan
kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain
kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu
liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhada’ dalam perang uhud.
2) Cara mengafani jenazah laki-laki
a) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas. Sebaiknya masing-masing
helai diberi kapur barus.
b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang lalu
ditaburi dengan wangi-wangian.
c) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya,
lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima ikatan. Lepaskan
ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
f) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya. Bagian kaki yang
terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan
kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain
kafannya sedikit, boleh
dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana
dilakukan terhadap syuhada’ dalam perang uhud.
3) Cara mengafani jenazah perempuan
Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:
a) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar.
b) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
c) Lembar ketiga untuk baju kurung.
d) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
3) Cara mengafani jenazah perempuan
Turunlah tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada yang menerima
1 jenazah pada bagian kepala, bagian tengah, dan bagian kaki. (Gambar 4.1)
Angkatlah jenazah pelan-pelan. Orang yang berada di atas liang lahat berrtugas
2 mengangkat jenazah. Ada yang memegangi kepala, perut dan kaki.
Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur (mana yang
3 mudah).
4 Taruh jenazah di liang lahat dan menghadap kiblat. (Gambar 4.2)
Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap miring. Penyangga
5 diletakkan pada bagian kepala dan punggung serta paha. (Gambar 4.3)
Adapun peragaan cara mengubur jenazah dengan mengikuti petunjuk berikut :
Kenakan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh karena itu, lepaskan tali pocong,
6 kain kafan dilonggarkan dibagian kepala agar mudah ditarik untuk meletakkan
pipi mengenai tanah.
Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain. Hal itu dimaksudkan agar
7 apabila ditimbun, badan jenazah tidak terhimpit dengan timbunan.
Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai. Maksudnya, agar penutup liang
8 lahat tidak patah. Timbunan ditinggikan dari tanah sekitarnya agar tidak tergenang
air apabila turun hujan.
9 Berilah tanda dari kayu atau batu.
A. Mayat Janin
• Janin yang keguguran dan masih berupa gumpalan darah dan gumpalan daging, sunah dikuburkan, tidak wajib
dibungkus, tidak wajib dimandikan, tidak wajib dishalatkan.
• Jika sang janin yang keguguran sebelumnya tidak terlihat hidup, tidak pula terlihat ada tanda-tanda
kehidupan, tidak pula tampak rupa dan kesempurnaan fisiknya, maka ia tidak wajib dimandikan dan tidak
wajib dishalatkan. Namun, sunah dibungkus dengan kain dan wajib dikuburkan.
• ika sang janin yang keguguran tidak terlihat hidup, tidak pula terlihat tanda-tanda hidup, namun tampak rupa
dan kesempurnan fisiknya, terlebih usianya di atas empat bulan, maka jenazahnya wajib dimandikan,
dikafani, dan dikuburkan, namun tidak wajib dishalatkan.
• Jika janin yang keguguran sebelumnya terlihat hidup, tampak pula tanda-tanda kehidupannya, seperti
menangis, bergerak, menjerit, menggigil, dan sebagainya, sesaat setelah dilahirkan, maka jenazahnya wajib
dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan, layaknya orang dewasa, walaupun saat keguguran usianya
masih di bawah empat bulan.
C. Mayat Ihram
Artinya, “Adapun jenazah orang ihram laki-laki tidak boleh memakai kain yang dijahit. Tidak boleh pula ditutupi
kepalanya. Sementara jika jenazahnya perempuan atau banci maka yang tidak ditutupi adalah wajahnya. Hanya
hanya tidak cukup untuk keduanya hanya menggunakan kain sarung. Pun haram hukumnya mendekatkan
wewangian kepada jenazah mereka, seperti kapur dan kamper pada badan, kain kafan, dan air mandi mereka.
Tujuannya untuk mempertahankan bekas ihram. Sebab, manasik tidak batal dengan kematian.” (Lihat: Kasyifatus
Saja Syarh Safinatun-Naja, halaman 94).
• Jenazah orang yang gugur syahid tidak boleh dimandikan dan tidak boleh dishalatkan.
• Kain kafannya pun sunah dengan pakaian saat diri gugur meskipun yang dipakai berupa sutra. Kendati akan
dibungkus, maka pakaian asal dilapisi dengan kain kafan.
• Kewajiban atas jenazah syuhada hanya dua, yakni membungkus dan menguburkan.