Bab 1-3 Health Education Suharini

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang

memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali

disertai peningkatan tubuh (Suratun, 2010:136). Gastroenteritis lebih sering

berhubungan dengan makanan, minuman, dan personal hygiene serta sanitasi

lingkungan bersifat akut dan dapat disertai dengan gejala yang lainnya

(Kandun, 2000). Perilaku merupakan faktor yang sangat penting di dalam

turut mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan.

Pada kasus gastroenteritis biasanya faktor perilaku selalu dihubungkan dengan

aspek “personal hygiene”. Bila personal hygiene buruk akan berpotensi dalam

menimbulkan gastroenteritis. Khususnya pada balita dan anak-anak, bila

pengetahuan ibu tentang personal hygiene kurang baik, maka pola asuh pada

anaknya juga kurang baik, sehingga anak akan berpotensi terserang

gastroenteritis. Hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 9 – 10 Agustus

2012 terhadap 8 orang tua pasien gastroenteritis anak di Ruang Anggrek

RSUD Nganjuk, menunjukkan hanya 2 orang (25%) yang mengaku

mendapatkan informasi kesehatan dengan jelas dari perawat, sedangkan

sisanya 4 pasien (50%) mengaku mendapat informasi kesehatan tetapi kurang

jelas dan 2 pasien (20%) mengaku sama sekali tidak mendapatkan informasi

kesehatan.

1
2

Permasalahan kesehatan yang sering dijumpai pada balita yaitu

penyakit infeksi, khususnya diare atau gastroenteritis (Widjaja, 2003). Angka

kejadian gastroenteritis pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun,

dengan korban meninggal sekitar 5 juta jiwa. Statistik di Amerika mencatat

tiap tahun terdapat 20-35 juta kasus gastroenteritis dan 16,5 juta diantaranya

adalah balita. Angka kematian balita di negara berkembang akibat

gastroenteritis ini sekitar 3,2 juta setiap tahun (Depkes RI, 2010). Data

statistik menunjukkan bahwa setiap tahun gastroenteritis menyerang 50 juta

penduduk Indonesia, dua pertiganya adalah balita dengan korban meninggal

sekitar 600.000 jiwa (Depkes RI, 2010). Jumlah penderita gastroenteritis di

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 sebesar 1.063.949, dimana sebanyak

403.611 adalah penderita balita (Dinkes Jatim, 2011). Menurut data Dinas

Kesehatan Kota Nganjuk (2011) menunjukkan bahwa gastroenteritis termasuk

sepuluh penyakit tertinggi pada balita dengan jumlah kasus gastroenteritis

pada balita pada tahun 2011 sebanyak 1.644 kasus. Sedangkan data jumlah

pasien gastroenteritis anak di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk pada Bulan

Agustus 2012 sebanyak 35 dan Bulan September sebanyak 28 pasien anak.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 5 anak yang menderita gastroenteritis

di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk, diketahui seluruhnya (100%) kondisi

personal hygiene anak tidak baik, antara lain: kuku tangan tidak bersih,

telapak kaki anak tidak bersih, dan gigi anak kurang terawat kebersihannya.

Untuk mencegah penyakit gastroenteritis dapat dilakukan dengan

memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang

penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat

mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari


3

keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dalam hal ini peran perawat

sangat diperlukan dalam memberikan pendidikan kesehatan (health education)

tentang personal hygiene pasien gastroenteritis. Personal hygiene sangat

dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan karena personal hygiene akan

mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Tarwoto,2004). Personal

hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang

meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut,

kaki, kuku, dan genitalia (Effendy, 1997 dalam Pertiwi, 2008). Dengan pola

hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit

gastrointeritis.

Penanganan gastroenteritis pada balita harus melibatkan berbagai

sektor, bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakatpun

diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya

gastroenteritis pada balita ini (Murti, 2003). Aspek yang perlu disoroti adalah

perilaku personal hygiene orang tua (khususnya ibu) terhadap anaknya.

Peningkatan perilaku personal hygiene ibu terhadap balitanya dapat dilakukan

melalui informasi kesehatan dalam bentuk penyuluhan maupun dengan media

dalam bentuk cetak dan leaflet (Depkes RI, 2008). Sedangkan dalam

lingkungan rumah sakit, maka informasi kesehatan dapat diberikan oleh

perawat yang pada saat itu sedang menangani asuhan keperawatan pasien

gastroenteritis anak.

Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti bermaksud mengangkat

judul penelitian: “Pengaruh Health Education Ibu terhadap Personal Hygiene

Pasien Anak dengan Gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk”.


4

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh health education ibu terhadap personal hygiene

pasien anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh health education ibu terhadap personal

hygiene pasien anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD

Nganjuk.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi personal hygiene pasien anak dengan gastroenteritis

sebelum ibu diberi health education di Ruang Anggrek RSUD

Nganjuk.

b. Mengidentifikasi personal hygiene pasien anak dengan gastroenteritis

sesudah ibu diberi health education di Ruang Anggrek RSUD

Nganjuk.

c. Menganalisa pengaruh health education ibu terhadap personal hygiene

pasien anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai arahan dan membantu meningkatkan kemampuan perawat dalam

pemberian pendidikan kesehatan khususnya tentang personal hygiene di

rumah sakit sehingga tercapai pelayanan kesehatan khususnya

keperawatan yang berkualitas.


5

2. Bagi Perawat

Sebagai arahan dan masukan dalam memberikan health education pada

pasien gastroenteritis tentang personal hygiene, sehingga dapat

meningkatkan kebersihan diri pasien yang pada akhirnya dapat

memberikan rasa nyaman bagi pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Meningkatkan pengetahuan, pembelajaran dan pemahaman di institusi

pendidikan tentang cara menyampaikan health education yang tepat pada

pasien di rumah sakit.

4. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menambah wawasan pasien tentang personal hygiene dalam merawat

pasien di rumah sakit.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Konsep Health Education

a. Pengertian Health Education

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer

materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi perubahan

tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, atau

kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, berarti terjadi

proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih

baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu

tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi

sendiri masalah-masalah kesehatan menjadi mampu (Purwanto, 1999).

Berdasarkan pengertiaan tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa pendidikan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal.

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status

6
7

kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat

kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien

selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi

masalah kesehatan.

Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah

mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan.

Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan

kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong

indiviu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong

pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada (Herawani, 2001).

Sedangkan menurut Machfoed (2005), pendidikan kesehatan

merupakan proses perubahan, yang bertujuan untuk mengubah

individu, kelompok dan masyarakat menuju hal- hal yang positif

secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut

mencangkup antara lain pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui

proses pendidikan kesehatan. Pada hakikatnya dapat berupa emosi,

pengetahuan, pikiran keinginan, tindakan nyata dari individu,

kelompok dan masyarakat.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2000)

bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:


8

1) Faktor predisposisi meliputi pendidikan, ekonomi (pendapatan),

hubungan sosial (lingkungan, sosial, budaya) dan pengalaman.

Pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang dengan pendidikan

tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi

yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang

mungkin akan mereka peroleh dari pendidikan kesehatan. Pada

status ekonomi dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga

dalam memenuhi kebutuhan, semakin tinggi pendapatan keluarga

akan lebih mudah mencukupi kebutuhan keluarga dibanding

dengan status ekonomi rendah. Selanjutnya pada hubungan sosial

(lingkungan, sosial, budaya), manusia adalah makhluk sosial

dimana kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Keluarga yang berinteraksi secara langsung akan lebih besar

terpapar informasi (Notoatmodjo, 2000).

2) Faktor pendukung, mencakup ketersediaan sumber-sumber dan

fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut harus

digali dan dikembangkan dari keluarga itu sendiri. Faktor

pendukung ada dua macam yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum.

Fasilitas fisik yaitu fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat- obatan. Sedangkan fasilitas umum yaitu media

massa meliputi TV, radio, majalah, ataupun flamlet (Notoatmodjo,

2000).
9

3) Faktor penguat, meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua

petugas kesehatan baik dilihat dari jenis dan tingkatannya pada

dasarnya adalah pendidik kesehatan. Karenanya, petugas kesehatan

harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai- nilai

kesehatan. Selain itu perilaku tokoh masyarakat juga dapat

merupakan panutan orang lain untuk berperilaku sehat

(Notoatmodjo, 2000).

Selain faktor- faktor tersebut, menurut Purwanto (1999) faktor

keturunan dan lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan

pembawaan atau perilaku seseorang.

d. Proses Pendidikan Kesehatan

Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan

pokok yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Masukan

(input) dalam pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu

individu, kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar

belakangnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya

perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam

proses pendidikan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara

lain adalah pengajar, tehnik belajar dan materi atau bahan pelajaran.

Sedangkan keluaran merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan

yaitu perilaku sehat dari sasaran didik melalui pendidikan kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).
10

e. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), metode pembelajaran dalam

pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan tujuan pendidikan kesehatan,

kemampuan perawat sebagai tenaga pengajar, kemampuan individu,

kelompok, masyarakat, besarnya kelompok, waktu pelaksanaan

pendidikan kesehatan, dan ketersediaan fasilitas pendukung. Metode

pendidikan kesehatan dapat bersifat pendidikan individual, pendidikan

kelompok dan pendidikan massa. Metode yang sering digunakan

dalam pendidikan kesehatan yaitu bimbingan dan penyuluhan,

wawancara, ceramah, seminar, simposium, diskusi kelompok, buzz

group, curah gagas, forum panel, demonstrasi, simulasi, dan

permainan peran.

f. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu

baik yang sehat maupun sakit. Sasaran pendidikan kesehatan

tergantung pada tingkat, dan tujuan penyuluhan yang diberikan.

(Notoatmodjo, 2003).

2. Konsep Personal Hygiene

a. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang

dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun

psikologis (Alimul, 2006). Personal hygiene adalah perawatan diri


11

dimana individu mempertahankan kesehatannya, dan dipengaruhi oleh

nilai serta keterampilan (Mosby, 1994 dalam Pratiwi, 2008).

Menurut Mubarak (2008) personal hygiene adalah upaya

seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk

memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan personal

hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan

kesehatan. Kebutuhan personal hygiene ini diperlukan baik pada orang

sehat maupun pada orang sakit. Praktik personal hygiene bertujuan

untuk peningkatan kesehatan dimana kulit merupakan garis tubuh

pertama dari pertahanan melawan infeksi. Dengan implementasi

tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk

melakukan tindakan itu maka akan menambah tingkat kesembuhan

pasien (Potter & Perry, 2006).

b. Macam-Macam Personal Hygiene dan Manfaatnya

Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara

kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik

apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang

meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan

telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan

pakaiannya.

Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal

hygiene dan tujuannya adalah:


12

1) Perawatan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai

pelindung dari berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi,

pengatur temperature, dan sensasi, sehingga diperlukan perawatan

yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki 3

lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Ketika pasien

tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka

perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga

bagaimana melaksanakan personal hygiene. Seorang pasien yang

tidak mampu bergerak bebas karena penyakit akan beresiko

terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang tergantung dan

terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh (misalnya matrasi

gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan mengurangi

sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga dapat

menyebabkan dekubitus. Pelembab pada permukaan kulit

merupakan media pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi

lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat menyebabkan

maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan drainase

luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan

menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi. Tujuan perawatan kulit

adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan,

pasien dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan


13

sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami metode

perawatan kulit.

2) Mandi

Memandikan pasien merupakan perawatan hygienis total.

Mandi dapat dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik.

Mandi ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi pasien dengan

ketergantungan total dan memerlukan personal hygiene total.

Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk mandi

berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat

hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam

pemenuhan kebutuhan personal hygiene, terbaring ditempat tidur

dan tidak mampu mencapai semua anggota badan dapat

memperoleh mandi sebagian di tempat tidur.

Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk

menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor,

memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah kenyamanan

pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit

serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki

sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks

dan segar.

3) Hygiene

Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung

terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian


14

penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui

organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu

mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir,

menggosok membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan,

plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan

yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Hygiene

mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya

menstimulasi nafsu makan.

Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan

memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk

mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut

(misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi,

meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman,

memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri

perawatan hygiene mulut dengan benar.

4) Perawatan mata, hidung, dan telinga

Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata,

hidung, dan telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak ada

perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus

menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata

mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya,

telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien

dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan


15

baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat dan keluarga.

Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman

pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar,

maka akan mengganggu konduksi suara.

Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien

akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata,

hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan

mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari –

hari.

5) Perawatan rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali

tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai

rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang

untuk memelihara perawatan rambut sehari-sehari. Menyikat,

menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan

rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status

kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun

fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat

mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian

dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur

suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat

diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien

tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari – hari.


16

Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki

rambut dan kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan

mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat

berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.

6) Perawatan kaki dan kuku

Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus

untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Menjaga

kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene

karena berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.

Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat

dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada

waktu yang terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah

pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut,

pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan

melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.

7) Perawatan genitalia

Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap.

Pasien yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah

pasien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Pasien yang

mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk

melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk

memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang

berlainan jenis kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat


17

yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada saat

memberikan perawatan genitalia.

Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya

infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan

kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Potter dan Perry (2006), sikap seseorang melakukan

personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:

1) Citra tubuh (Body Image)

Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya

personal hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan

konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal

hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra

tubuh individu (Stuart & Sudeen, 1999 dalam Setiadi, 2009).

Citra tubuh dapat berubah, karena operasi, pembedahan atau

penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra

untuk meningkatkan hygiene dimana citra tubuh mempengaruhi

cara mempertahankan hygiene. Body image seseorang

berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanya

perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap

kebersihannya.
18

2) Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien

berhubungan dapat mempengaruhi bagaimana pasien dalam

pelaksanaan praktik personal hygiene. Perawat harus menentukan

apakah pasien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting

seperti deodorant, sampo, pasta gigi, dan kosmetik. Perawat juga

harus menentukan jika penggunaan dari produk-produk ini

merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktekkan oleh

kelompok sosial pasien.

3) Status sosial ekonomi

Menurut Pratiwi (2008), pendapatan keluarga akan

mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas

dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup

dan kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi

seseorang mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal

hygiene. Untuk melakukan personal hygiene yang baik dibutuhkan

sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar mandi,

peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup (mis.

sabun, sikat gigi, sampo, dll).

4) Pengetahuan

Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi


19

kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian,

pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harus

termotivasi untuk memelihara personal hygiene. Individu dengan

pengetahuan tentang pentingnya personal hygene akan selalu

menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah dari kondisi atau

keadaan sakit (Pratiwi, 2008).

5) Kebudayaan

Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan

perawatan personal hygiene. Seseorang dari latar belakang

kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek perawatan personal

hygiene yang berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering

menentukan defenisi tentang kesehatan dan perawatan diri. Dalam

merawat pasien dengan praktik hygiene yang berbeda, perawat

menghindari menjadi pembuat keputusan atau mencoba untuk

menentukan standar kebersihannya (Potter & Perry, 2006).

6) Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang

Setiap pasien memiliki keinginan individu dan pilihan

tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan

rambut. Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang

menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau

ketangkasan untuk melakukan personal hygiene. Seorang pasien

yang menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi

membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap. Kondisi


20

jantung, neurologis, paru-paru, dan metabolik yang serius dapat

melemahkan atau menjadikan pasien tidak mampu dan

memerlukan perawatan personal hygiene total.

d. Jenis Personal Hygiene Berdasarkan Waktu Pelaksanaannya

Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu

pelaksanaannya dibagi menjadi empat yaitu:

1) Perawatan dini hari

Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu

bangun tidur, untuk melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal

seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses),

memberikan pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal

jika pasien tidak mampu ambulasi , mempersiapkan pasien dalam

melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan tindakan

personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga

kebersihan mulut.

2) Perawatan pagi hari

Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah

melakukan sarapan atau makan pagi seperti melakukan pertolongan

dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau

mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan

pada punggung, membersihkan mulut, kuku, rambut, serta

merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut sebagai

perawatan pagi yang lengkap.


21

3) Perawatan siang hari

Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah

melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan

setelah makan siang dimana pasien yang dirawat di rumah sakit

seringkali menjalani banyak tes diagnostik yang melelahkan atau

prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan personal hygiene yang

dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan,

membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan

pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.

4) Perawatan menjelang tidur

Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada saat

menjelang tidur agar pasien relaks sehingga dapat tidur atau

istirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan,

antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB/BAK), mencuci

tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah

punggung.

e. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene

Menurut Tarwoto (2004) dampak yang sering timbul pada

masalah personal hygiene adalah:

1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena

tidak terpeliharanya personal hygiene dengan baik. Gangguan fisik

yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan


22

membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan

gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

pada pasien immobilisasi adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman,

kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi

diri, dan gangguan interaksi sosial.

3. Konsep Gastroenteritis

a. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya muntah dan gastroenteritis yang diakibatkan oleh infeksi,

alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin,

(Tucker, 1998). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa

lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan

gastroenteritis yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang

menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

(Cecily, Betz; 2004).

Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang

pada lambung dan usus yang di tandai berak-berak encer 5 kali atau

lebih. Gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali

perhari dapat atau tanpa lender dan darah (Murwani. 2009). Penyebab

utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit (jamur,


23

cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntah dan

gastroenteritis yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit

terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis

metabolic dapat juga terjadi cairan atau dehidrasi (Setiati, 2009).

Jadi Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang

disebabkan oleh berbagai enterogen termasuk, bakteri, virus dan

parasit, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin

yang ditandai dengan muntah-muntah dan gastroenteritis yang

berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi

dan gangguan keseimbangan elektrolit.

b. Etiologi / Faktor Predisposisi

Menurut Mansjoer (2000), faktor penyebab gastroenteritis

adalah:

1) Faktor infeksi

a) Infeksi internal: infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama gastroenteritis pada anak, meliputi

infeksi internal sebagai berikut:

(1) Infeksi bakteri: vibrio, ecoly, salmonella shigella,

capylabactor, versinia aoromonas dan sebagainya.

(2) Infeksi virus: entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)

(3) Infeksi parasit: cacing (ascaris, tricuris, oxyuris,

srongyloidis, protozoa, jamur).


24

b) Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti :

OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.

2) Faktor malabsorbsi:

a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa,

fruktosa, dan galatosa).

b) Malabsorbsi lemak

c) Malabsorbsi protein

3) Faktor makanan

Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

4) Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang

lebih besar).

c. Patofisiologi

Menurut Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan

timbulnya gastroenteritis adalah:

1) Gangguan sekresi

Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam

rongga usus dan selanjutnya gastroenteritis tidak karena

peningkatan isi rongga usus.


25

2) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di

serap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul

gastroenteritis, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan gastroenteritis pula.

d. Manifestasi Klinik

1) Konsistensi feces cair dan frekuensi defekasi semakin sering

2) Muntah (umumnya tidak lama)

3) Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

4) Kram abdomen, tenesmus

5) Membrane mukosa kering

6) Fontanel cekung (bayi)

7) Berat badan menurun

8) Malaise
26

e. Penatalaksanaan

Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien

gastroenteritis meliputi: pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.

1) Pemberian cairan

Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan

memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

a) Pemberian cairan

Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di

berikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na

HCO3, KCL dan glukosa untuk gastroenteritis akut.

b) Cairan Parenteral

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai

dengan kebutuhan pasien, pada umumnya cairan Ringer Laktat

(RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di

perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur

dan berat badannya.

(1) Dehidrasi Ringan

1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml /

kg BB /oral.

(2) Dehidrasi sedang

1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml/

kg BB /hari.
27

(3) Dehidrasi berat

1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB /

menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml/

kg BB oralit per oral.

2) Obat- obatan

Prinsip pengobatan gastroenteritis adalah mengganti cairan

yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan

yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula,

air tajin, tepung beras, dsb).

a) Obat anti sekresi

Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.

Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.

b) Obat spasmolitik

Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,

opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi

gastroenteritis akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,

pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk

mengatasi gastroenteritis sehingga tidak diberikan lagi.

c) Antibiotic

Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab

yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 –

50 mg/kgBB/hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat

penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis /

bronkopeneumonia.
28

B. Kerangka Konseptual
Orang tua pasien
gastroenteritis anak

Health education dari perawat

Faktor lain yang mempengaruhi Peningkatan perilaku


personal hygiene: personal hygiene dalam
1. Citra tubuh (Body mengasuh anak
Image)
2. Praktik sosial
3. Status sosial ekonomi Kebutuhan personal
4. Pengetahuan hygiene anak terpenuhi
5. Kebudayaan 1. Perawatan kulit
6. Kebiasaan dan kondisi 2. Hygiene
fisik seseorang 3. Perawatan mata,
hidung, dan telinga
4. Perawatan rambut
5. Perawatan kaki dan
kuku
6. Perawatan genitalia

Keterangan: Anak terasuh dengan


diteliti : baik dan terhindar dari
tidak diteliti : gastroenteritis

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Health Education Ibu terhadap


Personal Hygiene Pasien Anak dengan Gastroenteritis di Ruang
Anggrek RSUD Nganjuk

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan (Sugiyono, 2009). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada pengaruh health education Ibu terhadap personal hygiene pasien

anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk.


29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sebuah proses dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiyono (2009) desain penelitian adalah

semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan

one group pre test post test desain yaitu mengungkapkan hubungan sebab

akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

intervensi (Nursalam, 2003).

Responden O1 P O2

Keterangan:

O1 : Pre test, observasi personal hygiene pasien gastroenteritis sebelum

diberi health education

P : Perlakuan pemberian health education

O2 : Post test, observasi personal hygiene pasien gastroenteritis sesudah

diberi health education

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Pengaruh Health Education terhadap


Personal Hygiene Pasien Gastroenteritis di Ruang Anggrek
RSUD Nganjuk.

29
30

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 1-30 Desember 2012 di

Ruang Anggrek RSUD Nganjuk.

C. Kerangka Kerja

Populasi
Seluruh pasien gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk
dengan rata-rata Juli-September 2012 sebanyak 20 pasien

Sampling
Consecutive Sampling

Sampel
Sebagian pasien gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk yang
memenuhi kriteria inklusi

Observasi awal personal hygiene (Pretest)

Pemberian Health Education

Observasi akhir personal hygiene (Pretest)

Analisa Data
Editing, coding, scoring, tabulating, dan analyzing dengan
Uji Mc Nemar pada α (0,05)

Kesimpulan
Ada pengaruh health education ibu terhadap personal hygiene pasien anak
dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Pengaruh Health Education Ibu terhadap


Personal Hygiene Pasien Anak dengan Gastroenteritis di Ruang
Anggrek RSUD Nganjuk
31

D. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk selama

bulan Desember 2012. Adapun sebagai acuan jumlah pasien anak dengan

gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk, rata-rata bulan Juli-

September 2012 adalah 20 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteritisk yang dimiliki

oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini

adalah sebagian pasien anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek

RSUD Nganjuk selama bulan Desember 2012 yang memenuhi kriteria.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi

oleh subyek sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam,

2003). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :

1) Ibu pasien gastroenteritis yang dirawat di Ruang Anggrek RSUD

Nganjuk selama bulan Desember 2012.

2) Perilaku personal hygiene responden dapat diamati dengan jelas.


32

3) Masa rawat inap pasien memungkinkan bagi responden untuk

mendapatkan pendidikan kesehatan secara lengkap dan jelas.

4) Responden bersikap kooperatif dalam penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang

memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam,

2003). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:

1) Pasien yang ditunggui oleh selain ibunya.

2) Pasien gastroenteritis dengan komplikasi khusus.

3. Sampling

Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Sugiyono, 2009). Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsekutif sampling

yaitu semua sampel yang ada dan memenuhi kriteria penelitian

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi

(Sugiyono, 2002).

E. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).


33

Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi variabel independen dan

dependen yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya variabel dependent. (Sugiyono, 2008).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian health

education.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2009). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah personal hygiene pasien

gastroenteritis.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan

atas suatu variabel dalam bentuk yang diukur. Peneliti dapat dengan bebas

mendefinisikan dalam suatu pengertian yang bisa diukur (Kountur, 2007).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam

tabel 3.1 berikut ini:


34

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Health Education Ibu terhadap


Personal Hygiene Pasien Anak dengan Gastroenteritis di Ruang
Anggrek RSUD Nganjuk

Variabel Definisi
Parameter Alat Ukur Skala Skor
Penelitian Operasional
Variabel Usaha atau Materi personal - - -
Independen: kegiatan untuk hygiene tentang:
Helath membantu 1. Perawatan kulit
education individu, keluarga 2. Hygiene
atau masyarakat 3. Perawatan mata,
dalam hidung, dan
meningkatkan telinga
kemampuan untuk 4. Perawatan
mencapai rambut
kesehatan secara 5. Perawatan kaki
optimal. dan kuku
6. Perawatan
genitalia
Variabel Hasil dari upaya 1. Perawatan kulit Observasi Nominal Terpenuhi: Bila
Dependen : seseorang dalam 2. Hygiene gigi semua aspek bersih
Personal memelihara 3. Perawatan mata,
hygiene kebersihan dan hidung, dan Tidak terpenuhi:
kesehatan dirinya telinga Bila ada sebagian
untuk 4. Perawatan atau semua aspek
memperoleh rambut tidak bersih.
kesejahteraan 5. Perawatan kaki
fisik dan dan kuku
psikologis 6. Perawatan
genitalia

G. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam

penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan observasi personal hygiene pasien gastroenteritis.


35

Dalam melakukan penelitian prosedur data yang ditetapkan adalah

sebagai berikut:

a. Mengurus perizinan kepada STIKES Satria Bhakti Nganjuk

b. Mengurus perizinan kepada Kesbangpolinmas

c. Mengurus perizinan kepada Direktur RSUD Nganjuk.

d. Mengurus perizinan kepada Kepala Ruang Anggrek RSUD Nganjuk.

e. Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan

penelitian dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed concent.

f. Melakukan observasi personal hygiene pasien gastroenteritis.

g. Memberikan health education tentang personal hygiene.

h. Melakukan observasi personal hygiene pasien gastroenteritis setelah

diberi health education.

2. Analisa Data

a. Editing

Editing adalah kegiatan memeriksa kesesuaian responden

dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam kegiatan ini data yang

sudah ada dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan data,

kesinambungan data dan keseragaman data, sesuai faktor yang diteliti.

b. Coding

Coding (pengkodean) adalah usaha pengklasifikasian jawaban

menurut kriteria tertentu. Setelah ada diperiksa, kemudian dilakukan


36

pemindahan data dari kuesioner ke dalam daftar dengan menggunakan

kode atau skor tertentu.

c. Scoring

Scoring yaitu pemberian skor atau nilai terhadap jawaban

responden atau hasil observasi. Dalam penelitian ini scoring dilakukan

dengan kriteria:

Skor 1 (Terpenuhi) : Bila semua aspek bersih

Skor 0 (Tidak terpenuhi) : Bila ada sebagian atau semua aspek tidak

bersih.

d. Tabulating

Tabulating adalah proses pengolahan jawaban-jawaban yang

serupa dan menjumlahkannya dengan cara yang teliti dan teratur.

Caranya adalah dengan menyusun data yang tersedia menurut

urutannya, Mengelompokkan dan menghitung jumlah masing-masing

variabel, memindahkan variabel yang telah dikelompokkan ke dalam

tabel distribusi frekuensi.

e. Analysing

Melakukan analisa statistik dengan pendekatan pre and post test

dengan teknik uji Mc Nemar dengan  0,05.

Adapun pedoman untuk pengujian hipotesis adalah:

1) Bila nilai signifikansi ≤ α (0,05), maka Ha diterima, berarti ada

pengaruh health education ibu terhadap personal hygiene pasien

anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk.


37

2) Bila nilai signifikansi > α (0,05), maka Ha ditolak, berarti tidak ada

pengaruh health education ibu terhadap personal hygiene pasien

anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk.

Menurut Arikunto (2006) hasil pengolahan data dibuat dalam

bentuk prosentase, kemudian diinterpretasikan dalam skala sebagai

berikut:

1) Seluruhnya = 100 %

2) Hampir seluruhnya = 76 % - 99 %

3) Sebagian besar = 51% - 75 %

4) Setengahnya = 50 %

5) Hampir setengahnya = 26% - 49 %

6) Sebagian kecil = 1% - 25 %

7) Tidak ada satupun = 0%

H. Etika Penelitian

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika adalah; bebas dari

eksploitasi, bebas dari penderitaan, ada kerahasiaan dan responden bebas

menolak.

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden (Hidayat, 2009).


38

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dan penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,

2009).

3. Confidentility (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik infomasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Hidayat, 2009).


39

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi


Revisi VI. Jakartaa: Reneka Cipta.

Alwi dan Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
Pusat Bahasa, DEPDIKNAS Balai Pustaka.

Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Medica


Aesculpalus. Jakarta: FKUI.

Arita, Murwani. 2009. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi


Kasus. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Betz, Cecilly L. 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Ed.3. Jakarta: EGC.

Bhisma, Murti. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: UGM
Press

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat


2010. Jakarta

Depkes RI. 2010. Rencana Program Nasional Pencegahan dan Penanggulangan


Penyakit Tidak Menular Tahun 2010-2014, Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Jenderal PP&PL. Direktorat Pengendalian PTM. Jakarta.

Herawani. 2001. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hidayat. 2009. Metode Penelitian dan Tehnik Analisis Pada Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.

Iqbal Mubarak Wahid dan Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medikal.

Kountur, Ronny. 2007.Metode Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta: PPM.

Machfoed, Ircham. 2005. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.


Yogyakarta: Fitramaya.

Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2008. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV


Sagung Seto.

40
40

Notoatmodjo, Soekidjo. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT.Rieneka


Cipta.

__________________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

__________________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika.

Nursalam. 2005. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:


Sagung Seto.

Potter., Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC.

Purwanto, H .1999. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Penerbit


Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Setiadi. 2009. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.


Jakarta: TIM.

Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proes Keperawatan.
Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tucker S. Martin. 1998. Standart Perawatan Pasien, Jilid 2. Jakarta: EGC.

Widjaja, M.C. 2003. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka.
41

Lampiran 1

PENGARUH HEALTH EDUCATION IBU TERHADAP PERSONAL


HYGIENE PASIEN ANAK DENGAN GASTROENTERITIS
DI RUANG ANGGREK RSUD NGANJUK

Oleh :
SUHARINI

Saya adalah mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKES Satria Bhakti


Nganjuk, penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan Pendidikan di Sarjana Keperawatan STIKES Satria Bhakti
Nganjuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh health education ibu
terhadap personal hygiene pasien anak dengan gastroenteritis di Ruang Anggrek
RSUD Nganjuk.
Kami mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Kami
menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara
berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dan tidak
akan dipergunakan untuk maksud-maksud yang lain.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, anda bebas untuk ikut
atau tidak tanpa adanya sangsi. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian
ini, silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.

Peneliti

SUHARINI
NIM. 11120342
42

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Setelah mendapat penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian


dengan judul “Pengaruh Health Education Ibu terhadap Personal Hygiene Pasien
Anak dengan Gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk” menyatakan
setuju / tidak setuju diikutsertakan dalam penelitian dengan catatan bila sewaktu-
waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan. Saya
percaya apa yang saya buat ini dijamin kerahasiaannya.

Nganjuk, Desember 2012


Responden

……………….
43

Lampiran 3
KUESIONER

Judul : Pengaruh Health Education Ibu terhadap Personal Hygiene Pasien Anak
dengan Gastroenteritis di Ruang Anggrek RSUD Nganjuk
No. Responden :

Data Umum Responden


Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai
jawaban Anda!
1. Usia ibu
 ≤ 20 tahun
 21 – 35 tahun
 35 tahun

2. Pendidikan terakhir ibu


 Dasar (SD, SMP sederajat)
 Menengah (STM, SMA sederajat)
 Tinggi (D-III, S-1, S-2)

3. Pekerjaan ibu
 Ibu rumah tangga
 PNS
 Swasta
 Wiraswasta
44

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI

No. Responden: ....................................

Berilah tanda cheklist (√) pada yang tersedia sesuai dengan yang anda amati!
Sebelum diberi Sesudah diberi
Health Health
No. Personal Hygiene Education Education
Tidak Tidak
Bersih Bersih
Bersih Bersih
Kebersihan Kulit Anak

Kebersihan Gigi Anak

Kebersihan mata, hidung dan telinga Anak

Kebersihan Rambut Anak

Kebersihan Kaki dan Kuku Anak

Kebersihan Genitalia Anak


45

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


Health Education Personal Hygiene Pasien Anak Gastroenteritis

I. TOPIK : Personal Hygiene


Hari / Tanggal : Senin / 3 Desember 2012
Waktu : 30 menit
Pokok Bahasan : Kebersihan diri (personal hygiene)
Sub Pokok Bahasan : Kebersihan diri (personal hygiene) pasien anak
gastroenteritis
Sasaran : Ibu yang merawat anaknya dengan penyakit
gastroenteritis
Tempat : Ruang Anggrek RSUD Nganjuk

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang kebersihan diri (personal hygiene),
diharapkan ibu dapat:
1. Mengetahui pengertian personal hygiene.
2. Mengetahui tujuan personal hygiene.
3. Mengetahui macam-macam personal hygiene.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene.
5. Mengetahui dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
6. Mengetahui tentang perawatan kuku kaki dan tangan.

III. POKOK-POKOK MATERI (terlampir)


1. Pengertian personal hygiene.
2. Tujuan personal hygiene.
3. Macam-macam personal hygiene.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene.
5. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
6. Perawatan kuku kaki dan tangan.
46

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

V. MEDIA DAN ALAT PERAGA


1. Media belajar
2. LCD

VI. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Peserta


1. 5 menit Pembukaan
 Membuka kegiatan dengan  Membalas salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
2. 20 menit Pelaksanaan
 Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
personal hygiene.
 Menjelaskan tujuan personal  Memperhatikan
hygiene.
 Menjelaskan macam-macam  Memperhatikan
personal hygiene.
 Menjelaskan faktor-faktor yang  Memperhatikan
mempengaruhi personal hygiene.
 Menjelaskan dampak yang sering  Memperhatikan
timbul pada masalah personal
hygiene.
 Menjelaskan tentang perawatan  Memperhatikan
kuku kaki dan tangan..
3. 5 menit Penutup
 Tanya jawab  Bertanya
 Menyimpulkan hasil penyuluhan  Memperhatikan
 Memberikan salam penutup  Menjawab salam
47

VII. EVALUASI
1. Memberi pertanyaan lisan
2. Observasi
48

MATERI PENYULUHAN
PERSONAL HYGIENE

1. Pengertian Personal Hygiene


Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran
untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
2. Tujuan Personal Hygiene
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Mencagah penyakit
e. Menciptakan keindahan
f. Meningkatkan rasa percaya diri
3. Macam-Macam Personal Hygiene
Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene dan
tujuannya adalah:
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari
berbagai kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan
sensasi, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam
mempertahankan fungsinya. Perawatan kulit dapat dilakukan dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak, menyeka atau
membersihkan wajah dan badan anak.
Tujuan perawatan kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang
utuh, bebas bau badan, pasien dapat mempertahankan rentang gerak,
merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat berpartisifasi dan memahami
metode perawatan kulit.
49

b. Hygiene
Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung
terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting
yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai
kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status
kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari
partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulasi nafsu makan.
Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan
memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus,
hepatitis), mencegah penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan
tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan
mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
c. Perawatan mata, hidung, dan telinga
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan
telinga selama pasien mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus
yang diperlukan untuk mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh
air mata, kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing
kedalam mata. Perawatan hidung dilakukan dengan cara membersihkan
secret pada hidung. Pasien dengan serumen yang terlalu banyak telinganya
perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat dan
keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran.
Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah pasien akan
memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga
pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan
perawatan mata, hidung, dan telinga sehari – hari.
50

d. Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari
cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau
ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara perawatan
rambut sehari-sehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara
dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi
indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional
maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan
dapat mempengaruhi karakteristik rambut.
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan
kulit kepala yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan
harga diri, dan pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan praktik
perawatan rambut.
e. Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Menjaga kebersihan
kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai
kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku.
Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit
utuh dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih,
pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku
dengan benar.
f. Perawatan genitalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien
yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang
beresiko terbesar memperoleh infeksi. Perawatan genitalia dapat dilakukan
dengan cara menyeka bagian genitalia, dan membersihkan BAK/BAB
anak.
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya
infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan
serta mempertahankan personal hygiene.

Anda mungkin juga menyukai