Proposal Bahasa Indonesia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN


BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENULIS KARANGAN NARASI
SISWA KELAS V SD INPRES CAMBAYA 1
KOTA MAKASSAR

THE USE ANIMATION VIDEO IN LEARNING INDONESIAN


LANGUAGE TO IMROVE NARRATIVE WRITING DKILLS
STUDENTS OF CLASS V SD INPRES CAMBAYA 1
MAKASSAR CITY

A.LATHIFA ABD HAMID


194704106
3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
202
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 7
B. Kerangka Pikir 19
C. Hipotesis Tindakan 19
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 20
B. Waktu dan Tempat Penelitian 20
C. Fokus Penelitian 21
D. Setting dan Subjek Penelitian 22
E. Prosedur dan Desain Penelitian 22
F. Teknik Pengumpulan Data 26
G. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan 27
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33

iii
JUDUL : PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD INPRES CAMBAYA
1KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahapan pendidikan memiliki peranan penting terhadap kecakapan-

kecakapan dasar yang dapat dimiliki oleh anak dalam waktu yang lebih

lama yang selanjutnya dapat ia gunakan dalam mengembangkan diri pada

jenjang pendidikan selanjutnya. Pada jenjang sekolah dasar ini pemerintah

telah menetapkan mata pelajaran dasar salah satunya mata pelajaran

bahasa. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat 1 yang menyatakan

bahwa :

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:


pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni
dan budaya, pendidkan jasmani dan olahraga,
keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal .

Penetapan sebagai salah satu mata pelajaran wajib ini menunjukkan

bahwa bahasa merupakan salah mata pelajaran penting yang harus

dipelajari siswa. Dalam jenjang ini salah satunya adalah mata pelajaran

Bahasa, khususnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki

peranan penting dalam dunia pendidikan sebagai salah satu bidang studi

1
yang diajarkan di sekolah dengan pembagian waktu yang banyak. Usaha-

usaha dalam memperoleh

1
2

penguasaan keterampilan didapatkan melalui pembelajaran Bahasa

Indonesia. Terdapat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia, melalui empat komponen keterampilan

berbahasaadalah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Ke-empat komponen

tersebut memiliki hubungan yangsaling terikat antar satu sama lain dalam

mendasari setiap progres berbahasa. Indikator keberhasilan pengajaran

mata pelajaran Bahasa Indonesia ditinjau dari standar kompetensi

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang harus dimiliki oleh setiap

siswa.

Menulis pada era modern saat ini telah terangkum dalam kegiatan

literasi. Literasi Menurut UNESCO dalam Iriantara (2009) merupakan

kemampuan membaca dan menulis seorang individu yang ditandai dengan

kemampuan memahami pernyataan singkat yang di dalamnya terdapat

hubungan dengan kehidupannya. Literasi menurut Mutjo dan Suoth (2021)

adalah kecakapan hidup yang wajib dimiliki oleh anak-anak usia sekolah

dasar ataupun untuk setiap orang karena literasi adalah hal penting yang

nantinya akan menentukan nasib bangsa kita. Literasi baca tulis menjadi

salah satu dari enam literasi dasar yang dicanangkanoleh GLN (Gerakan

Literasi Nasional) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan NO.

23 Tahun 2015 tentang Budi Pekerti. Gerakan literasi merupakan hal yang

wajib dilakukan sebagai salah satu cara menumbuhkan budi pekerti.


3

Mengingat pentingnya literasi baca tulis di sekolah dasar merupakan

fondasi bagi pendidikan siswa di lembaga formal.

Salah satu aspek penting yang mendasari proses belajar setiap siswa

menurut Dalman (2012) adalah menulis. Menulis adalah suatu kegiatan

komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada

pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.

Sejalan dengan hal tersebut, Anisa (2016, h.1) menuturkan bahwa “menulis

membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari dan senantiasa

dilatih”. Pada kelas rendah, pembelajaran Bahasa Indonesia lebih

menekankan pada kegiatan baca dan tulis, yakni pada keterampilan

menulis. Karena keterampilan menulis ini memiliki peranan penting agar

siswa dapat melakukan komunikasi tertulis dengan baik. Menurut

Kurnianingsih (2012) Keterampilan menulis menuntut seseorang untuk kaya

pengalaman dan pengetahuan agar dapat menuangkan ide atau

gagasannya dalam bentuk tulisan. Sehingga bila siswa memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang kurang dalam hal menulis, maka dapat

menjadi penghambat kreativitas siswa dalam menulis. Kompetensi dasar

yang harus dimiliki oleh siswa kelas V SekolahDasar salah satunya yaitu

siswa terlebih dahulu mempelajari cara menulis karangan yang baik, agar

siswa dapat membuat atau menulis sebuah karangan narasi.

Sebelum melangkah lebih jauh, sebelumnya pada bulan januari 2022

peneliti pernah melakukan perbincangan dengan guru yang mengajar Siswa


4

Kelas V SD Inpres Cambaya 1 Kota Makassar. Hasil dari percakapan ialah

siswa malas-malasan untuk menulis. Untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam bidang menulis, peneliti akhirnya melakukan analisis dari tugas-tugas

Siswa Kelas V SD Inpres Cambaya 1 Kota Makassar. Kebanyakan dari

mereka masih kebingungan dalam penggunaan huruf besar, penulisan “di”

yang dipisah atau disambung, penulisan “ke” yang dipisah atau disambung,

pemakaian titik dan koma, beberapa tulisan disingkkat, pemilihan kata tidak

baku, beberapa kalimat kurang efektif. Mereka hanya bercerita tentang hal-

hal secara garis besar bukan mendetail. Maka dari itu peneliti akan

menggunakan video animasi sebagai media pembelajaran agar lebih

menarik minat belajar siswa serta memudahkan siswa memahami materi.

Dalam pembelajaran ini, peneliti akan memanfaatkan video animasi.

Video animasi yang digunakan berupa film dengan gambar yang menarik

dan mempunyai isi cerita yang dapat mendidik siswa. Dengan media ini,

siswa dapat menulis apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan.

Penggunaan media video animasi diharapkan dapat meningkatkan

pembelajaran keterampilan menulis narasi. Karena dengan menonton video

animasi merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan

menjadi rangsang bagi perilaku lainnya. Dengan video animasi diharapkan

dapat memicu kreativitas anak dalam pembelajaran menulis narasi. Dengan

penggunaan media video animasi diharapkan siswa akan lebih mudah

menulis karangan narasi dan meningkatkan keterampilan menulis siswa.


5

Penggunaan media pembelajaran video animasi, siswa akan lebih

mudah merangkai kalimat dan membuat karangan. Siswa menonton

sebuah animasi kemudian mengamati alur ceritanya untuk dirangkai

menjadi sebuah karangan narasi. Dengan media pembelajaran film kartun,

siswa akan lebih mudah dan cepat dalam menentukan topik serta

mengembangkan gagasan. Dengan menonton animasi, siswa sudah

mempunyai gambaran cerita yang akan dikembangkan menjadi tulisan

narasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian tindakan

kelas dengan judul “Penggunaan video animasi dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan

narasi Siswa Kelas V SD Inpres Cambaya 1 Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan

masalahnya penelitian ini ialah bagaimana penggunaan video animasi

terhadap keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas V SD Inpres

Cambaya 1 Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui penggunaan Video Animasi dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia untuk mengetahui Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa

Kelas V SD Inpres Cambaya 1 Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian
6

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan

manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada pembelajaran

bahasa indonesia tentang keterampilan menulis narasi dengan video

animasi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, guru, dan

siswa.

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam menerapkan

media film kartun dalam kegiatan pembelajaran menulis narasi serta dapat

mengatahui tingkat keberhasilan penerapan media ini pada pembelajaran.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan

pembelajaran menulis narasi pada siswa di masa yang akan datang, dapat

membantu guru untuk menentukan suatu media yang kreatif yang dapat

menunjang keberhasilan pembelajaran, mampu menarik perhatian dan

bakat siswa.

c. Bagi Siswa
7

Dari hasi penelitian ini siswa diharapkan memiliki kemampuan menulis

karangan narasi dengan baik dan lebih terampil dalam menulis narasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan Budiman, (2016:167). Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat

dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan di baca.

Sayidiman (2014:38) mengemukakan Media adalah segala alat bantu

yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan bahan yang

telah direncanakan oleh penyaji kepada siswa sehingga apa yang

menjadi tujuan pembelajarandapat tercapai. Apabila dikaitkan dengan

kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi

yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari

pengejar ke siswa. Menurut Gerlach & Ely Arsyad Ashar (2019:3)

mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara secara garis besar

adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, ataupun sikap”.

8
9
10

Sementara menurut Gagne’ dan Briggs Arsyad Ashar (2019:3)


secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran
meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara
buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film,
slide (Gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan
komputer.
Pendapat ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa pengertian media

dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke siswa.

tujuannya adalah merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran media. Selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran

secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian

tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun

motivasi. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis yaitu media visual,

media audio dan media audio visual. Namun, pada penelitian itu, penelitian

lebih memfokuskan pada media audio visual yang berupa video animasi.

b. Pengertian Media Audio Visual

Purnomo, (2014:130) mengatakan “Media audio visual adalah media

kombinasi antara audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti slide yang

dikombinasikan dengan kaset audio”. Sejalan dengan Purnomo, (2014: 130)

mengemukan “media audio visual adalah media yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman viseo, slide,

suara, dan sebagainya”. Karakteristik media audio visual adalah memiliki

suara dan juga gambar.


11

Amrah dkk (2020:4) mengatakan “Media audio visual adalah media

yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan”. Dari

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media audio- visual adalah media

kombinasi antara audio

dan visual yang dikombinasikan dengan kasetaudio yang mempunyai unsur

suara dan gambar yang biasa dilihat dan didengarkan , misalnya rekaman

video, slide suara dan sebagainya.

c. Fungsi Media Audio Visual

Sayidiman (2012) mengemukakan Media berfungsi sebagai alat

bantu visual dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai sarana yang dapat

memberikan pengalaman visual kepada siswa, antara lain untuk memotivasi

siswa untuk belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang

abstrak dan mempertinggi daya pemahaman belajar. Kemudian masuknya

teknologi audio, maka lahirlah media audio visual yang sampai sekarang

fungsi utamanya adalah menekankan penggunaan pengalaman yang

konkret untuk menghindarkan verbalistik.

Dunia pendidikan memerlukan media audio visual berfungsi sebagai

alat bantu belajar mengajar sehingga fungsi media sebagai peraga bergeser

menjadi penyalur pesan atau informasi belajar dari sumber pesan

kepenerima pesan. Sasaran utamanya adalah menciptakan suasana belajar

yang kondusif.
12

d. Video Animasi

Agustien dkk, (2018:20) mengatakan “Animasi adalah suatu kegiatan

menghidupkan, menggerakkan benda diam. Suatu benda diam diberikan

dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup dan

bergerak atau hanya berkesan hidup . Jadi animasi merupakan objek diam

yang diproyeksikan menjadi gambar bergerak yang seolah-olah hidup sesuai

dengan karakter yang dibuat dari beberapa kumpulan gambar yang berubah

beraturan dan bergantian sesuai dengan rancangan, sehingga video yang

ditampilkan lebih variatif dengan gambar-gambar menarik dan berwarna

yang mampu meningkatkan daya tarik belajar siswa.

Animasi adalah suatu kegiatan menghidupkan atau menggerakan

benda mati (gambar) menjadi seolah-olah hidup, karena animasi mampu

menjelaskan suatu konsep atau proses yang sulit dijelaskan dengan media

lain sehingga menimbulkan motivasi pengguna (siswa) untuk ikut berperan

aktif dalam proses pembelajaran Permatasari dkk. (2019). Kemudian

penggunaan media video animasi dapat membuat siswa mudah dalam

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa video animasi adalah suatu media pembelajaran yang

berupa benda diam yang dihidupkan agar menjadi bergerak. Keunggulan

video animasi dengan media lain yaitu kemampuannya mengemas

gambar yang menarik sehingga mampu bergerak, terlihat lebih konkret

diajarkan pada siswa sekolah dasar dan mampu meningkatkan daya tarik
13

belajar siswa.

e. Kelebihan dan Kelemahan Video Animasi

Penggunaan media Video Animasi dalam proses pembelajaran,

media ini memiliki keunggulan dan kelemahan seperti yang dikemukakan

oleh Novita dkk, (2019), yaitu :

1) Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, artinya

siswa diberikan luansa baru seperti penayangan video dibandingkan dengan

metode cerama saja.

2) Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat

secara nyata.

3) Dapat dilakukan pada saat pembelajaran jarak jauh.

Adapun kelemahannya seperti berikut ini:

1) Kurangnya sarana dan prasarana bantuan media yang digunakan dalam

proses pembelajaran.

2) Material Pendukung, video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat

menampilkan gambar yang ada di dalamnya. Alat proyeksi yang dimaksud

adalah infocus dan layar.

3) Budget , untuk membuat video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2. Karangan Narasi

a. Pengertian Karangan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 505) menjelaskan bahwa


14

karangan adalah hasil mengarang. Baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan

mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan maksud pembicara atau

penulis. Penggunaan bahasa lisan maupun bahasa tulisan yang baik dan

benar harus dikuasai oleh seseorang agar maksud seseorang tersebut

dapat disampaikan dengan baik. Bahasa yang baik dan benar adalah

penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

Pengutaraan sesuatu dengan menggunakan susunan bahasa yang baik dan

teratur dalam bahasa tulisan disebut karangan. Bahasa yang baik dan benar

pada sebuah karangan antara lain dapat dilihat dari segi pengembangan

pokok pikiran, keterkaitan antar paragraf, ejaan dan penggunaan huruf

kapital, serta kerapian tulisan dalam karangan. Dengan penggunaan bahasa

yang baik dan benar pada karangan, diharapkan pesan atau informasi yang

disampaikan oleh penulis kepada pembaca dapat disampaikan dengan baik

atau dengan kata lain, pembaca dapat memahami apa yang menjadi

maksud pengarang dalam tulisan yang dibuatnya. Finoza (1993: 184)

menjelaskan bahwa karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan

secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap

karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi

atau lebih luas dari alinea.

b. Bentuk-bentuk Karangan

Keraf (1995: 6-7) mengemukakan tulisan dan karangan dapat

dikembangkan dalam bentuk narasi, argumentasi, deskripsi, eksposisi, dan


15

persuasi. Karangan narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa

yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Narasi mementingkan urutan

kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Pengarang bertindak

sebagai sejarawan atau tukang cerita, akan tetapi mempunyai maksud dan

tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca atau pendengar

dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui. Karangan yang

termasuk jenis narasi atau cerita adalah cerpen, novel, roman, hikayat,

dongeng, drama, lelucon, dan semua karya prosa imajinatif. Tujuan

karangan narasi adalah bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan

apa yang terjadi. Karangan argumentasi adalah karangan yang berusaha

untuk memberikan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,

pendirian, atau gagasan. Biasanya karangan argumentasi memuat bukti dan

alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat tersebut benar.

Pengarang argumentasi selalu memberikan pembuktian dengan objektif dan

meyakinkan. Tujuan argumentasi adalah untuk mengubah atau

mempengaruhi pikiran pembaca, serta mengubah sikap dan pandangan

pembaca.

Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai

dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,

mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan

citra penulisnya. Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan

berpengaruh. Karangan deskriptif berhubungan dengan dengan pengalaman


16

pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

perasaan. Tujuan deskripsi adalah menggambarkan sesuatu sesuai dengan

apa yang dilihat oleh pengarang. Untuk menulis satu deskripsi yang baik,

seorang pengarang harus dekat kepada objek serta masalahnya dengan

semua pancaindranya.

Karangan eksposisi adalah karangan yang menerangkan atau

menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas wawasan atau

pengetahuan pembaca. Pengarang eksposisi akan menggunakan

pengembangan secara analisis, ruangan dan kronologis. Tujuan eksposisi

adalah menjelaskan, menerangkan sesuatu, atau memberikan informasi

kepada pembaca sehingga pembaca memperoleh informasi sejelas-jelasnya.

Karangan persuasi adalah jenis karangan yang mengandung bukti atau fakta,

mengandung ajakan atau himbauan agar pembaca mau menerima pendapat

atau kemauan penulis. Tujuan persuasi adalah menghimbau pembaca agar

dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis.

Untuk mempengaruhi sikap pembaca, diperlukan alasan dan bukti nyata

sehingga pembaca mempercayai penulis. Dalam penelitian ini siswa diminta

untuk menulis karangan narasi dengan media video animasi.

c. Pengertian Narasi

Sukirno (1990: 48) mengemukakan bahwa paragraf narasi atau cerita

adalah paragraf yang di dalamnya menceritakan rangkaian peristiwa yang

disusun menurut urutan waktu. Pada hakikatnya narasi menjawab


17

pertanyaan “Apa yang terjadi?” Jadi yang perlu diperhatikan dalam narasi

atau cerita adalah : (a) cerita dapat khayalan dan kenyataan. Jika cerita

khayalan, pelaku cerita harus bertindak wajar, logis atau dapat diterima akal,

(b) urutan cerita dapat disusun secara kronologis atau urut waktu dan urut

lokasi, (c) alur cerita atau plot dapat alur lurus atau alur balik. Sorot balik

maksudnya bagian penutup diletakkan di depan, (d) cara bercerita dapat dari

yang tidak penting ke yang penting, atau dari yang penting ke yang tidak

penting. Dan topik cerita diambil dari pengalaman. Ahmadi (1991: 37)

menjelaskan bahwa narasi merupakan tulisan yang meyakinkan pembaca

dengan menggunakan rincian khusus, dengan mengikuti suatu urutan yang

jelas dan mudah dipahami, dan dengan menceritakan secara panjang lebar

ceritanya dengan maksud agar pembaca dapat memperoleh pengalaman

dalam hidupnya sendiri. Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008: 258) dijelaskan bahwa narasi adalah cerita dari suatu peristiwa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi

adalah jenis wacana yang berisi cerita sesuai dengan kronologi tempat dan

waktu, baik itu berupa cerita kehidupan nyata (nonfiksi) maupun cerita

khayalan atau imajinasi (fiksi). Karangan narasi adalah karangan yang

menceritakan suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu.

d. Jenis Narasi

Keraf (1991: 137) mengatakan bahwa wacana narasi sesuai tujuannya

terdiri atas wacana narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi yang
18

hanya memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuannya

bertambah luas disebut narasi ekspositoris. Narasi yang memiliki tujuan

menimbulkan daya imajinasi pembaca disebut narasi sugestif. Jadi, terdapat

dua jenis wacana narasi, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.

1) Narasi Eksposioris

Narasi ekspositoris memiliki tujuan untuk memberikan pemikiran kepada

pembaca mengenai apa yang dikisahkan di dalam wacana narasi tersebut.

Wacana narasi ekspositoris dapat bersifat generalisasi dan khusus. Sukirno

(2008: 34) mengemukakan bahwa wacana narasi ekspositoris yang bersifat

generalisasi adalah narasi yang menyampaikan proses secara umum yang

dapat dilakukan oleh siapa saja. Contoh dari narasi ekspositoris yang

bersifat generalisasi adalah cara membuat boneka, cara membuat hiasan.

Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang menceritakan pengalaman

seseorang seperti biografi, autobiografi, dan sejarah.

2) Narasi Sugestif

Narasi Sugestif ditulis dengan tujuan menjelaskan makna, peristiwa, atau

kejadian sebagai sebuah pengalaman. Narasi sugestif mengajak pembaca

untuk berhayal dan berimajinasi sesuai dengan alur cerita. Contoh narasi

sugestif adalah dongeng, cerita pendek, dan novel.

e. Struktur Karangan Narasi


19

Sudiyati dan Widyamartaya menggolongkan struktur fiksi menjadi enam

yaitu (1) alur, (2) penokohan, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) amanat, dan (6)

tema (Sukirno, 2008: 40). Sedangkan menurut Sukirno (2008: 41) pada

dasarnya wacana narasi memiliki tiga bagian utama, yaitu awal, tengah, dan

akhir sehingga diperoleh struktur narasi yang lengkap. Keraf (1991: 139)

mengelompokkan struktur wacana narasi terdiri atas (1) alur, (2) tokoh dan

karakter tokoh, (3) latar, dan (4)sudut pandang. Tarigan (1993: 31) membagi

struktur wacana narasi mrnjadi tiga yaitu (1) bagian awal, (2) bagian tengah,

dan (3) akhir.

1) Tema

Secara etimologis, tema berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang

berarti menempatkan, meletakkan. Menurut Stanton tema merupakan aspek

cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang

menjadikan suatu pengalaman begitu diingat Sugihastuti dan Irsyad (2007:

36).

2) Alur

Stanton mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa-

peristiwa dalam sebuah cerita. Alur (plot) adalahunsur fiksi yang sangat

penting. Rangkaian peristiwa di dalam wacana narasi menggunakan alur

sebagai media penceritaan Sugihastuti dan Irsyad (2007: 26).

3) Tokoh
20

Raminah (1989: 20) tokoh adalah para pelaku cerita. Dalam cerita, ada

tokoh utama dan tokoh pendamping. Penokohan adalah penggambaran

tokoh cerita yang dikisahkan oleh penulisnya. Penggambaran tokoh cerita

dapat dilihat dari cara berhias, kostum, ukuran fisik, pola pikir, cara bicara

dan kebiasaan- kebiasaan. Ada tokoh baik, tokoh jahat, tokoh yang

memegang prinsip dan tokoh serius.

4) Latar

Stanton menjelaskan latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah

peristiwa dalam ceita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa

yang berlangsung. Latar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) latar

tempat yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa seperti sekolah,

rumah, dan pasar, (2) latar waktu yang merujuk pada kapan terjadinya

peristiwa seperti siang, malam, atau pagi, dan (3) latar sosial menyaran

pada halhal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat seperti

kebiasaan, adat istiadat dan tradisi Sugihastuti dan Irsyad (2007: 35).

5) Sudut Pandang

Stanton mengatakan, sudut pandang merupakan pusat kesadaran

tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita Sugihastuti dan

Irsyad (2007: 53). Dari sisi tujuan, sudut pandang dibagi menjadi empat tipe,

yaitu orang pertama- utama, orang pertama sampingan, orang ketiga-

terbatas, dan orang ketiga-tidak terbatas Sugihastuti dan Irsyad (2007: 53).

6) Amanat
21

Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca KBBI (2008: 47). Amanat dapat tersurat dan tersirat di dalam

sebuah wacana narasi. Amanat bersifat tersurat adalah secara langsung

disampaikan penulis di dalam wacana tersebut.

B. Kerangka Pikir

Proses belajar mengajar merupakan salah satu segi yang perlu

diperhatikan karena banyak sekali kegiatan yang terjadi didalamnya. Unsur

penting dalam suatu proses belajar mengajar adalah metode mengajar dan

media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat

membengkitkan keinginan dan minat yang baru, dan membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Penggunaan media pembelajaran

dalam keterampilan menulis dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.

Setiap keterampilan membutuhkan latihan yang terus menerus, seperti

halnya menulis. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, diperlukan rujukan dan

media yang tepat sebagai bahan penulisan. Ketersediaan berbagai sumber

pembelajaran di lingkungan siswa, baik di sekolah maupun di rumah

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan siswa akan sumber pembelajaran

yang mereka butuhkan untuk berbagai keperluan dan mencapai

keberhasilan dalam pemelajaran menulis khususnya tulisan narasi.

Video animasi merupakan salah satu media yang dapat digunakan


22

untuk pembelajaran menulis narasi. Dengan digunakannya video animasi ini

diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran kemampuan menulis narasi

kelas V SD Inpes Cambaya 1 Kota Makassar.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Kurangnya penggunaan Keterampilan dalam


media oleh guru menulis karangan narasi
siswa rendah

Penggunaan Video Animasi

Keterampilan menulis karangan


narasi siswa meningkat

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah jika dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia digunakan video animasi maka keterampilan menulis

Karangan Narasi siswa kelas V SD Inpres Cambaya 1 Kota Makassar

Meningkat.
III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif yakni berupa

rangkaian kalimat untuk menggambarkan tentang aktivitas guru dan siswa.

Pendekatan ini dipilih karena bertujuan untuk menentukan, menerapkan dan

membuktikan pengetahuan yang diperoleh khususnya dalam penggunaan

video animasi untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi

siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V Sekolah

Dasar.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Arikunto (2015)

menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan

apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan proses

sejak awal pemberian perlakuan sampai dampak dari perlakuan tersebut.

Penelitian ini disusun sebagai strategi di dalam mengumpulkan, mengolah,

dan menganalisis data.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian ini sejak

tanggal dikeluarkannya izin penelitian. Penelitian dilakukan di sekolah dasar

23
Kecamatan Ujung tanah Kota Makassar, yaitu SD Inpres Cambaya 1 Kota

Makassar.

24
25

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini ialah untuk melihat penggunaan media

pembelajaran video animasi untuk meningkatkan keterampilan menulis

karangan narasi siswa kelas V dan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia yang dilihat dari skor penilaian dan tes hasil belajar yang diberikan.

Kedua fokus penelitian dioperasionalkan sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan penggunaan video animasi PTK ini adalah

penyajian materi oleh guru untuk membantu dalam menyampaikan materi

dan tujuan pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perhatian,

perasaan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar yang

terjadi pada diri siswa kelas V SD Negeri Unggulan Bontomanai.

2. Yang dimaksud kemampuan menulis karangan narasi adalah tingkat

penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar tentang materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang ditetapkan. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang

tepat yang diberikan dalam rangka kemampuan menulis karangan narasi

siswa. Hasil belajar siswa dianalisis melalui pelaksanaan tes pada setiap

akhir siklus.

Tes siklus I diberikan pada siswa dengan menggunakan media video

animasi dalam menulis sebuah karangan narasi. Selanjutnya, siklus II

dilakukan setelah dilakukan refleksi pada siklus I. Dalam siklus ini digunakan

media pembelajaran video animasi dengan judul video yang berbeda


26

dengan siklus I. Siklus II bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam menulis karangan narasi.

D. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Inpres Cambaya 1 Kota Makasar

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti memilih SD tersebut

berdasarkan pertimbangan antara lain: (a) Tempatnya masih bisa di jangkau

oleh peneliti, (b) Masih di temukan siswa yang sulit menemukan sendiri

jawaban dari persoalan yang dihadapi, (c) Adanya dukungan dari kepala

sekolah dan guru terhadap pelaksanaan penelitian.

2. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Inpres Cambaya 1

Kota Makassar dengan jumlah siswa 24 yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan

16 siswa perempuan yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,

dengan sasaran utama meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

Bahasa Indonesia.

E. Prosedur dan Desain Penelitian

Mekanisme pelaksanaan tindakan penelitian ini mengikuti model

Arikunto, karena mudah diterapkan oleh guru dan pada saat melakukan

kegiatan belajar. Tahapan dari model ini terdiri atas perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan tersebut saling

berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) dan biasa


27

mdisebut dengan istilah satu siklus. Pada penelitian direncanakan dan

ditargetkan dilaksanakan dalam 2 siklus.

Adapun skema dari model penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

sumber: Arikunto, dkk (2015)

Gambar. 3.1 Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam 2 siklus

kegiatan. Tiap siklus terdiri dari beberapa tahap kegiatan sesuai hakikat

penelitian. Kegiatan pada siklus II merupakan pengulangan dan perbaikan


28

dari siklus I. Berdasarkan rancangan tindakan data diatas, maka langkah-

langkah penelitian dipaparkan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini berupa

persiapan-persiapan yang terdiri dari:

a. Menelaah kurikulum yang digunakan untuk kelas V SD Inpres Cambaya

1 Kota Makassar

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan

materi yang diajarkan

c. Menyusun skenario pembelajaran dan menyusun lembar observasi

guru dengan siswa

d. Menyusun alat evaluasi berupa soal bentuk isian dilengkapi jawaban

yang sudah diacak sebelumnya untuk mengetahui penggunaan serta

terjadinya peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Cambaya 1

Kota Makassar.

2. Tahap Pelaksanaan.

Deskripsi pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan judul penelitian

tindakan kelas (PTK) dimana skenario kerja pelaksanaan meliputi:

a. Guru menyiapkan materi sesuai dengan topik.

b. Setelah menjelaskan materi, guru membagikan lembar kerja yang


29

diacak susunannya beserta dengan lembar jawaban.

c. Guru memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal

d. Siswa mengerjakan soal berdasarkan waktu yang telah

ditentukan guru. e. Guru mengecek durasi waktu sambil

memeriksa pekerjaan siswa.

f. Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib mengumpulkan

lembar jawaban kepada guru. Dalam hal ini, baik siswa yang selesai

maupun tidak selesai harus mengumpulkan jawaban tersebut.

g. Guru melakukan penilaian.

h. Guru memberikan apresiasi dan rekognisi kepada siswa-siswa

yang berhasil, dan memberi semangat kepada siswa yang belum

cukup berhasil dalam menjawab pertanyaan.

3. Pengamatan

Tahap pengamatan adalah mengamati seluruh proses pelaksanaan

dan pada saat selesai pelaksanaan pembelajaran. Aktivitas guru dapat

diamati dari awal pembelajaran dan pengamatan aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi

Langkah akhir dalam penelitian tindakan kelas adalah mengadakan

refleksi terhadap hasil yang telah dicapai pada setiap siklus. Refleksi

(Perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi

(penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas


30

pelaksanaan tindakan .

Refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi selama

proses dan saat selesai pembelajaran, yang terdiri atas aktivitas guru

maupun siswa jika hasil yang dicapai pada siklus I tidak sesuai indikator

yang ingin dicapai, maka dimusyawarahkan bersama guru tentang alternatif

pemecahannya dan selanjutnya direncanakan tindakan berikutnya.

F. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan teknik dan prosedur pengumpulan data. Teknik dan prosedur

pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data proses

pembelajaran yang dilaksanakan dan sebagai upaya untuk mengetahui

adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Menurut

Margono (2014 : 158) bahwa “observasi diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian”. Uno (2017) menyatakan bahwa pengamatan atau observasi

adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau

pengamat melihat situasi penelitian.. Proses pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan dan pencatatan mengenai aktivitas mengajar


31

guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan format observasi.

2. Tes

Uno, Dkk (2014 : 104) menyatakan bahwa “tes merupakan alat

pengukur data yang berharga dalam penelitian”. Tes ialah seperangkat

rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud

untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka.

Tes diberikan pada saat sebelum pemberian tindakan dan setelah

pemberian tindakan pada akhir setiap siklus. Dengan adanya tes tersebut

hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa dapat diketahui

meningkat atau tidak.

3. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk melengkapi data-data serta teori yang

relevan mengenai kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran

antara lain: dokumentasi berupa foto-foto kegiatan siswa selama melakukan

proses pembelajaran dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan

penelitian seperti surat izin dari fakultas dan surat izin dari pemerintah

daerah setempat, lembar kerja siswa serta hasil tes akhir siklus siswa.

Dokumentasi bertujuan untuk memperkuat data dari lembar observasi.

G. Tekhnik Analisi Data dan Indikator Keberhasilan

1. Teknik analisis data


32

Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu

metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta

sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Analisis data dapat dilakukan setelah melihat

data yang telah dikumpulkan melalui observasi, selama tahapan siklus yang

telah dilewati. Data yang berkaitan dengan hasil belajar siswa nantinya akan

dianalisis secara kuantitatif, kemudian dideskripsikan secara sistematis.

Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar Bahasa

Indonesia.

2. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini meliputi indikator

proses dan hasil. Indikator proses yang meliputi peningkatan aktivitas

belajar siswa dan aktivitas belajar mengajar guru dapat diketahui melalui

observasi yang dilaksanakan oleh peneliti. Sedangkan indikator hasil belajar

siswa dapat diketahui melalui tes hasil belajar yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan

keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar. Secara terperinci uraian

mengenai indikator proses dan hasil sebagai berikut:

a. Indikator Proses

Indikator keberhasilan penelitian ini meliputi indikator proses dalam


33

penggunaan video animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V

SD Inpres Cambaya 1 Kota Makassar. Secara terperinci uraian mengenai

indikator proses sebagai berikut:

Data diperoleh dari observasi aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran. Sehubungan dengan keberhasilan proses ditentukan

berdasarkan kriteria kelulusan menurut Arikunto (2018 : 32) sebagai berikut:

Tabel 3.1 Indikator Proses

Kriteria Kategori
70 – 100 % Baik
34 – 69 % Cukup
0 – 33 % Kurang

3. Indikator Hasil

Hasil belajar, dimana siswa dikategorikan berhasil apabila memenuhi

syarat pada tabel indikator ketuntasan dan keberhasilan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan video animasi

untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa baik pada

siklus I, II, dan diukur dengan nilai KKM (75), maka kelas siswa yang berada

pada kelas V dianggap tuntas secara klasikal.

Tabel 3.2 Indikator Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Hasil Belajar


34

Nilai Kategori

75 – 100 Tuntas

0 – 74 TidakTuntas

Sumber: SD Negeri Unggulan Bontomanai Kecamatan

Bontomarannu Kabupaten Gowa

Tabel 3.3 Indikator Keberhasilan Hasil Belajar Siswa

No Nilai Kategori

1. 85-100 Baik Sekali

2. 70-84 Baik

3. 55-69 Cukup

4. 40- 45 Kurang

5. < 39 Sangat Kurang

Sumber: Elfanany (2013: 85)


DAFTAR PUSTAKA

Anisa, E. N. (2016). Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan


Sederhana Menggunakan Media Gambar Berseri Siswa Kelas III
SDN 147Palembang. Universitas Sriwijaya.

Annisa, D. (2014). Pengaruh Penggunaan Media Gambar Berseri Terhadap


Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas IV
[Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah].
Skripsi/Skripsi/DINI%20ANNISA- FITK.pdf

Anisa, Eka Nur and Pulungan, Marwan and Anggraini, Betty (2016) UPAYA
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA
MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWAKELAS III SDN 147
PALEMBANG. Undergraduate thesis, SriwijayaUniversity.

Anwar. 2011. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan


Sederhana dengan Menggunakan Media Gambar Seri. Skripsi.
Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Indonesia.

Angkowo, R dan A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran.


Jakarta:Grasindo

Asumbi, K. K. (2014). Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan


Sederhana Melalui Media Alam Sekitar pada Siswa Kelas III SD
Katolik 2Nuilon Kecamatan Totikum Selatan. 2(3).

Dalman. (2012). Keterampilan Menulis. PT RAJA GRAFINDO


PERSADA

31
32

Indonesia(Teori dan Aplikasi). Bandung: Karya Putra Darwati.

Mutji, Elsye Jesti dan Suoth, Like (2021). Literasi Baca Tulis Kelas

Tinggi diSekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti. Vol. 8 No.

1.p-ISSN 2355-5106

Sayidiman, S. (2012). Penggunaan Media Audio Visual Dalam Merangsang


MinatMahapeserta didik Terhadap Mata Kuliah Seni Tari.
Publikasi Pendidikan, 2(1).

Saddhono, Kundharu. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif, dan R & D.

Alfabeta.
33

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai