Program Kerja Tim Penurunan Prevalensi Stunting Dan Wasting Edit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PEMBERLAKUAN PROGRAM

KERJA TIM PENURUNAN


PREVALENSI STUNTING DAN
WASTING (PPSW)

RSIA CITRA KELUARGA


2023
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

Citra Keluarga
Jl. Urip Sumoharjo 189 Kediri  (0354) 686428 / Fax (0354) 686589
[email protected]

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


RSIA CITRA KELUARGA KOTA KEDIRI
NOMOR :/KEP/RSIA.CK/

TENTANG PEMBERLAKUAN PROGRAM KERJA TIM PENURUNAN


PREVALENSI STUNTING DAN WASTING (PPSW)
RSIA CITRA KELUARGA

DIREKTUR RSIA CITRA KELUARGA

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen,


diperlukan program kegiatan yang terstruktur dan tersusun sesuai
target dan rencana waktu serta sesuaidengan kebutuhan tiap unit
kerja.
b. Bahwa program kegiatan rumah sakit dikelompokkan tiap unit kerja
dibukukan dalam bentuk Program Kerja RSIA Citra Keluarga.
c. Bahwa program kerja sebagaimana dimaksud pada poin 2 (dua)
diatas
perlu ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur.

MENGINGAT 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Presiden RI No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi.
5. Peraturan Presiden RI No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
6. Peraturan Presiden RI No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan
Strategi Pangan dan Gizi.
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 72 tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28 tahun
2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk
masyarakat Indonesia.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2019 Tentang
Penanggulangan Masalah Bagi Anak Akibat Penyakit.
10. Keputusan Direktur No. tentang Tim Penurunan Prevalensi
Stunting dan Wasting (PPSW) RSIA Citra Keluarga.

M E M U T U S K AN

MENETAPKAN : PEMBERLAKUAN PROGRAM KERJA TIM PENURUNAN


PREVALENSI STUNTING DAN WASTING (PPSW) RSIA CITRA
KELUARGA KEDIRI.
KESATU : Memberlakukan Program Kerja Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan
Wasting RSIA Citra Keluarga sebagaimana terlampir.
KEDUA : Mengamanatkan kepada Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting
(PPSW) untuk melaksanakan kegiatan sesuai program kerja tersebut dan
melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan aturan yang berlaku.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan adanya
perbaikan kembali.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan : di Kediri
Pada tanggal :
Direktur RSIA Citra Keluarga

dr. Kurniawan Santoso


NIK.26.10.0102
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

Citra Keluarga
Lampiran 1 Jl. Urip Sumoharjo 189 Kediri  (0354) 686428 / Fax (0354) 686427
[email protected]
Jenis Surat : Keputusan Direktur RSIA
Citra Keluarga
Nomor :
Tentang : Tim Penurunan Prevalensi dan Wasting RSIA Citra Keluarga

PROGRAM KERJA
TIM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING (PPSW)
TAHUN 2023

I. PENDAHULUAN
Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
wajar, mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Mereka juga berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik,
mental, spiritualdan sosial, sepertitercantum dalam Undang-undang Perlindungan Anak
Nomor 23 Tahun 2002. Semua pihak berperan dalam menciptakan lingkungan yang
kondusif agar anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadi
generasi berkualitas.
Anak bebas gizi buruk termasuk komitmen bersama dunia, termasuk Indonesia.
Komitmen dunia internasional, tertuang dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals) butir kedua yang menegaskan pentingnya'Mengakhiri
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan gizi, serta menggalakkan
pertanian yang berkelanjutan". Ditingkat nasional, hal ini sejalan dengan Nawacita dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Untuk mencapaitujuan tersebut,
penanggulangan masalah kekurangan gizi, termasuk gizi buruk, perlu ditingkatkan.Balita
dengan gizi buruk mempunyai dampak jangka pendek dan panjang, berupa gangguan
tumbuh kembang, termasuk gangguan fungsi kognitif, kesakitan, risiko penyakit
degeneratif di kemudian hari dan kematian. Situasi status gizi kurang (wasting) dan
stunting pada balita di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik pada tahun 2014 masih jauh
dari harapan. Indonesia menempati urutan kedua tertinggi untuk prevalensi wasting di
antara 17 negara di wilayah tersebut, yaitu 12,1o/o. Selain itu, cakupan penanganan kasus
secara rerata di 9 negara diwilayah tersebut hanya mencapai 2%.
Komitmen Pemerintah dalam penanggulangan gizi buruk pada balita telah lama
didengungkan ditingkat nasional dan ditindal(-lanjuti melalui berbagai upaya. Misalnya,
melalui upaya penyuluhan gizi, peningkatan cakupan penimbangan balita, pemberian
makanan tambahan (PMT) pemulihan bagi balita dengan gizi kurang, peningkatan
kapasitas petugas dalam tata laksana balita gizi buruk, pembentukan Therapeutic
Feeding Centrc (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC) sebagai pusat- pusat
pemulihan gizi di faskes. Selain itu, pada tahun 2016 dikembangkan perangkat lunak
yang menghasilkan data elektronik status gizi balita menurut nama dan alamat, walaupun
cakupannya masih terbatas. Namun, berbagai upaya tersebut belum optimal dalam
menanggulangimasalah balita gizi buruk. Perbaikan kualitas pelayanan dan peningkatan
kerjasama lintas sektor/program, serta keterlibatan masyarakat diperlukan untuk
menanggulangi masalah kekurangan gizi pada balita untuk mencegas stunting dan
wasting.
Upaya lntegrated Management of Acute Malnutrition (IMAM) atau Pengelolaan
Gizi Buruk Terintegrasitelah dianjurkan oleh WHO, UNICEF, WFP dan UNSSCN sejak
lama. Upaya ini menekankan pentingnya peran serta aktif keluarga/masyarakat dan
lintas sektor terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada balita. Upaya ini telah
dilaksanakan paling sedikit di70 negara, antara lain Timor-Leste, Kambodia, Korea Utara
dan Vietnam. Di lndonesia, sejak tahun 2015, upaya tersebut dilaksanakan dalam
tahapan ujicoba di6 kecamatan di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur,
dengan bantuan UNICEF. Dari sekitar 6000 balita yang dipantau setiap bulan, ditemukan
719 balita dengan gizi buruk, yang kemudian dengan tatalaksana kasus yang baik,
tingkat kesembuhannya dapat mencapai 79% pada tahun 2017.Sementara diketahui,
sesuai data dinkes, tahun 2018 jumlah kasus stunting dikota bojonegoro sebesar 8,76%
(6.941 balita), menurun ditahun 2019 menjadi 7,45 % (5.868 balita) Dan februari tahun
2020 turun 6.87% (5.192 balita).
Dengan jumlah penduduk lndonesia sekitar 260 juta pada tahun 2017 dan
propolsi balita (0-59 bulan) sekitar 8,8%, maka jumlah balita total sekitar 23 juta.
Perkiraan jumlah balita dengan gizi buruk adalah: 3,5% x 23 juta = 805.000 balita.
Dengan cakupan penanganan balita gizi buruk yang diperkirakan mencapai sekitar
20.000 balita pada tahun 2017, maka cakupan penanganan kasus balita dengan gizi
buruk baru mencapai sekitar 2,5 % dari perkiraan jumlah total balita gizi buruk.
Rendahnya cakupan pelayanan gizi buruk pada balita ini merupakan tantangan yang
sangat besar dalam upaya menurunkan prevalensigizi buruk pada balita.
Upaya Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi tersebut perlu diperluas untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas layanan penanganan balita dengan gizi buruk di
lndonesia. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
rujukan penanganan balita giziburuk. Oleh karena itu, RSIA Citra Keluarga Kediri
menyusun Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita untuk
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING.

II. LATAR BELAKANG

Upaya Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi tersebut perlu diperluas untuk


meningkatkan cakupan dan kualitas layanan penanganan balita dengan gizi buruk di
Indonesia. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan menjadi
rujukan penanganan balita giziburuk. Oleh karena itu, RSIA Citra Keluarga Kediri
menyusun Pedoman pelayanan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
untuk PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING.
Di RSIA Citra Keluarga pengelolaan Metode skrining gizi yang digunakan
yaitu, pertama dilakukan pengukuran antropometri sesuai standart. Dari hasil
antropometri dilakukan perhitungan status gizi dengan aplikasi WHO Anthro dan
Skrining Strong-kids.

III. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


A. Tujuan Umum
Tersedianya Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana kelainan gizi termasuk stunting
dan wasting.
B. Tujuan Khusus
1. Tersedianya informasi tentang faktor penyebab dan dampak gizi buruk pada balita
oleh keluarga, masyarakat serta pemegang kepentingan.
2. Tersedianya pedoman yang mengandung unsur pencegahan, deteksi dini,
tatalaksana, dan rehabilitasi masalah gizi pada balita melalui rawat jalan dan
rawat
inap, dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.
3. Tersedianya acuan tentang faktor pendukung, termasuk obat-obatan dalam
tatalaksana stunting dan wasting pada balita untuk pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
4. Tersedianya acuan pengelolaan upaya penanggulangan stunting dan wasting pada
balita yang komprehensif dan terintegrasi
5. Tersedianya acuan pengelolaan upaya penanggulangan stunting dan wasting pada
balita yang komprehensif dan terintegrasi.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

NO KEGIATAN TUJUAN RINCIAN KEGIATAN


POKOK
1 Perspektif sumber Meningkatkan 1. Menyusun program kerja
daya insan profesionalisme SDI tenaga 2. Mengadakan rapat rutin
Dokter spesialis Anak, tiap bulan
keperawatan Ahli Gizi dan 3. Mengusulkan pendidikan
Apoteker. sesuai dengan dan pelatihan untuk
kompetensinya dengan meningkatkan SDM
melaksanakan sosialisasi 4. Pelaporan rutin hasil
program ,alur dan SPO kegiatan tiap 3 bulan
Penurunan Prevalensi kepada direktur
Stunting Dan Wasting.
(PPSW)
2 Perspektif Proses 1. Meningkatkan asesmen 1. Melakukan skrining gizi
Bisnis lnternal gizi mulai dari pasien anak
pengukuran antropometri 2. Melakukan asesmen gizi
pada pasien, anamnesa mulai dari pengukuran
riwayat makan, antropometri pada
membaca pemeriksaan pasien, anamnesa
laboratorium dan fisik riwayat makan,
klinis (bila ada), dan membaca pemeriksaan
riwayat personal laboratorium dan fisik
kemudian analisa semua klinis, dan riwayat
data asesmen gizi. personal kemudian
2. Meningkatkan pelayanan analisa semua data
yang bermutu melalui asesmen gizi.
screening pengukuran 3. Tetapkan diagnosis gizi
antropometri pada pasien 4. Lakukan intervensi gizi
gizi buruk sedini berupa edukasi dan
mungkin dan konseling gizi dengan
menyelenggarakan langkah menyiapkan
Lakukan intervensi gizi bakan edukasi dan
berupa edukasi dan kebutuhan gizi pasien.
konseling gizi dengan 5. Jelaskan tujuan diet,
langkah menyiapkan jadwal,
bakan edukasi dan jenis,jumlahbahan
kebutuhan gizi pasien. makanan sehari
menggunakan alat
peraga food model.
6. Jelaskan tentang
makanan yang
dianjurkan dan tidak
dianjurkan, erra
pemasakan yang
disesuaikan dengan pola
makan dan keinginan
serta kemampuan pasien.
7. Tanyakan kepada pasien
tentang hal yang belum
jelas mengenai diet dan
apabila ada yang
ditanyakan maka petugas
gizi akan menerangkan
sampai pasien mengerti.
8. Lakukan evaluasi kepada
pasien untuk mengetahui
apakah pasien sudah
memahami dietnya.
9. Tutup konsultasi dengan
ucapan terima kasih
telah berkunjung ke poli
konsultasi rawat jalan
dan ingatkan pasien
untuk berkunjung dalam
2 minggu kedepan untuk
evaluasi 10.
10. Lakukan pencatatan
data pasien dalam buku
registrasi.
11. Lakukan pencatatan
hasil konseling gizi dan
dimasukkan kedalam
rekam medik pasien atau
arsipkan.
3 Perspektif Meningkatkan kepuasan Mengevaluasi program
Customer/ pelanggan dalam pelayanan
Pelanggan gizi anak.serta
meningkatkan inkredibilitas
Rumah Sakit sebagai salah
salah satu fasilitas pelayan
kesehatan yang menjadi
rujukan penanganan balita
oizi buruk di Kediri.
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

NO JENIS KEGIATAN PENANGGUNG METODE / CARA


JAWAB PELAKSANAAN
1 Menyusun program kerja Ketua Tim PPSW Rapat koordinasi Tim
PPSW
2 Mengadakan rapat rutin Tim PPSW Rapat Koordinasi Tim
tiap bulan PPSW tiap 3 bulan sekali
3 Mengusulkan pendidikan Kasubag Diklat Exhouse Training / IHT
dan oelatihan untuk
meningkatkan SDM
4 Pelaporan rutin hasil Sekretaris Tim Laporan 3 bulan sekali
kegiatan tiap 3 bulan PPSW oleh Tim PPSW
kepada direktur
5 Melakukanscreening PJ IRJ ,PJ IGD dan Sesuai prosedur tindakan
pengukuran Antropometri Ruang Anak. dan kebijakan RS
pada pasien Gizi Buruk
6 Menemukan kasus PJ lRJ. PJ IGD Dan Sesuai prosedur tindakan
Stunting Atau Wasting Ruang Anak. dan kebijakan RS
sedini mungkin
7 Menyelenggarakan Wadir Pelayanan Sesuai SPO rujukan dan
pelayanan rujukan dengan Medis Kebijakan RS
Diagnosis gizi, Intervensi
gizi, Monitoring dan
Evaluasi gizi. Proses
asuhan gizi terstandart
dilakukan pada pasien
yang beresiko kurang gizi,
sudah mengalami kurang
gizi atau kondisi khusus
stunting dan wasting
dengan penyakit tertentu.
Langkah PAGT (Proses
Asuhan Gizi Terstandart)
8 Pencatatan dan pelaporan Sekretaris
Tim Pencatatan&pelaporan
pasien yang terduga Gizi PPSW pasien yang terduga Gizi
Buruk Buruk berdasarkan data
Alat Skrining Gizi
Aplikasi WHO Anthro
serta buku KIA
9 Pengadaan alat pendukung Ketua Tim PPSW 1. Penyusun program
kerja (Akes& non Alkes) secara komputerisasi
dalam penilaian status
gizi
2. Mengusulkan Alat
pengukuran
Antropometridi ruang
Anak, Poli dan IGD.
10 Mengevaluasi program Ketua Tim PPSW Rapat Rutin Tim PPSW
VI. SASARAN

Anda mungkin juga menyukai