Panduan Skrining Gizi Rumah Sakit Agung Revisi 3
Panduan Skrining Gizi Rumah Sakit Agung Revisi 3
Panduan Skrining Gizi Rumah Sakit Agung Revisi 3
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT AGUNG
NOMOR : Skep/517b/RSA/I/2017
2
TENTANG
Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di Rumah Sakit dalam hal
pengolahan makanan, Unit Gizi Rumahh Sakit Agung harus menyelenggarakan proses
pengolahan makanan sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh Komite PPI.
2. Rumah Sakit dikelola secara efektif dan efesien sesuai dengan Visi, Misi dan tujuan untuk
menjamin tersedianya pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dibuat
kebijakan sebagai pedoman dalam pelaksaannya.
3. Perlu dikeluarkannya Surat Keputusan tentang kebijakan Pengolahan Makanan Pada Unit
Gizi Di Rumah Sakit Agung.
Mengingat:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menkes RI No. 270/Menkes/III/2007
4. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang standar pelayanan medis
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air
Bersih dan Air Minum.
6. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygine Sanitasi Jasa Boga.
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit da fasilitas pelayanan
Kesehatan lainnya, Depkes RI, 2009
8. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Kemenkes RI, 2013
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
3
1. Menetapkan Kebijakan Pengolahan Makanan Pada Unit Gizi di Rumah Sakit Agung Yang
menjadi lampiran dari Surat Keputusan ini.
2. Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal surat Keputusan ini ditetapkan.
3. Mencabut Surat Keputusan yang bertentangan dengan surat keputusan ini.
4. Apabila dikemudian hari terdapat kekekliruan dalam surat Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan seperlunya.
Dr Rosita Vivayani
A. KEBIJAKAN UMUM
Semua pasien di skrining untuk status gizi dan status fungsional dan diskonsultasikan untuk di
asesmen lebih lanjut apabila dibutuhkan.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Staf berkualiatas (ahli gizi) memadai mengembangkan kiteria untuk mengidentifikasi pasien
yang memerlukan asesmen nutrisional lebih lanjut.
2. Pasien disaring untuk resiko kekurangan gizi sebagai bagian dari asesmen awal oleh perawat.
3. Pasien dengan resiko masalah gizi dan dengan diagnosis khusus (DM, Ginjal, Hati, Jantung,
Paru, Stroke, Kanker, Penurunan Imunitas, Geriatri) akan mendapatkan asesmen gizi dalam
waktu 24 jam.
4. Staf berkualitas (Ahli Gizi dan Fisioterapis) mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi
pasien yang memerlukan asesmen gizi dan fungsional lebih lanjut.
5. Pasien disaring untuk menilai kebutuhan asesmen fungsional lebih lanjut Sebagai bagian dari
asesmen awal oleh perawat.
6. Pasien yang memerlukan asesmen funsional sesuai kriteria dikonsultasikan untuk
penangangan lebih lanjut dalam waktu 24 jam sesuai dengan PPA yang terkait.
7. Penilaian status fungsional menggunakan kriteria Neurosensori (Pendengaran, Penglihatan,
Penciuman), Kogntif, Motorik (Aktivitas sehari-hari, berjalan).
8. Pasien dengan resiko masalah gizii dan masalah fungsional diidentifikasi terhadap resiko
jatuh dan menggunakan Morse Fall Scale untuk pasien dengan Humpty Dumpty untuk
pasien anak.
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan................................................................................................................................2
5
BAB II Landasan Teori............................................................................................................................5
BAB III Ruang Lingkup............................................................................................................................8
BAB IV Kebijakan...................................................................................................................................8
BAB V Tatalaksana pelayanan................................................................................................................8
BAB VI Penutup.....................................................................................................................................8
6
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Dokter,perawat dan ahli gizi mampu memahami dan melaksanakan Manajemen
Asuhan Gizi pada pasien di Rumah Sakit yang meliputi analisis tentang pengkajian,
perencanaan, penerapan, dan evaluasi penanganan diet yang meliputi analisis tentang
pengkajian, perencanaan, penerapan, dan evaluasi penanganan diet.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI
Skrining gizi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengitergrasi dan Menganilisis
data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan,
aspek klinis dan aspek perilaku lingkungan serta penyebabnya.
Skirining dilakukan oleh dietiisien pada pasien yang teriidentifikasi beresiko malnutrisi
atau sudah malnutrisi dan membutuhkan dukungan gizi individual. Identifikasi resiko
malnutrisi dilakukan oleh perawat melalui skrining/ penapisan gizi.
Skrining gizi adalah untuk identifikasi masalah gizi, identifikasi kebutuhan gizi,
mengumpulkan informasi untuk rencana asuhan gizi individu lebih lanjut, menilaii efektifitas
asuhan gizi dan untuk memodifikasi asuhan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
2.2 RUANG LINGKUP
2.2.1 Skrining
Skrining dilakukan di ruang rawat inap
2.2.2 Skrining meliputi :
a. krining/ Penapisan gizi
b. Dilaksanakan oleh perawat untuk semua pasien baru, menggunakan metode MST
(Malnutrisi Screening Tool), maksimum 1x24 jam setelah pasien masuk ruang rawat
inap.
c. Skrining Ulang
d. Dilaksanakn oles dietisien untuk pasien lama setelah 7 hari perawatan yang pada saat
skrining awal tidak teridentifikasi masalah gizi, menggunakan metode MUST
(Malnutrisi Universal Screening Tool).
e. Asesmen Gizi
a) Dilakukan oleh dietisien maksimum 2x24 jam setelah pasien masuk ruang
perawatan
b) Data yang dikumpulkan :
1. Antropometri : Sebuah studi tentang pengukuran tubuh manusia dari
tulang, otot dan jaringan adiposa lemak.
2. Asuhan Gizi : Rangkain kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan
Kesehatan, puskesmas dan institusi Kesehatan lain untuk kebutuhan
gizi klien.
3. Berat Badan : Salah satu parameter yang memberikan gambaran tubuh.
4. BB/U : Berat badan berdasarkan umur.
5. Diagnosa Gizi : Identifikasi masalah gizi dan penilaian gizi
menggambarkan kondisi pasien saat ini, resiko potensi terjadinya
masalah gizi yang dapat diberikan intervensi.
6. IMT : Indeks Masa Tubuh
7. Indikator : Sesuatu yang dapat memberikan petunjuk keterangan nilai
standar.
8. Intervensi Gizi : Suatu Tindakan perencanaan dan implementasi untuk
mengatasi masalah gizi yang sudah diidentifikasi.
9. LILA : Lingkar lengan atas. Indeks yang dapat memberikan gambaran
jaringan otot dan lapisan lemak kulit.
10. Pemeriksaan dengan biokimia : Pemeriksaan specimen yang dapat diuji
dengan dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
11. Pemeriksaan fisik klinis : Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan
kesadaran pasien, keadaan umum, edema/ acites dan keadaan pasien
berkenaan dengan keluhan serta penyakit yang dideritanya.
12. Skrining Gizi : Penapisan/ pengkajian gizi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi
khusus.
13. TB/U : Tinggi badan berdasarkan umur indeks ini menggambarkan
status gizi masa lalu.
BAB III
RUANG LINGKUP
3
3.1 DASAR HUKUM
1) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Undang _ Undangj Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi
4) Pedoman Gizi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan Tahun 2013
5) Penuntun Diet Instalasi Gizi RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietisien
Indonesia
3.2 PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
3.2.1 Pengertian :
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien diruang rawat inap.
3.2.2 Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai
dengan kondisi penyakit. Dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.
Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang
meliputi :
a. Pengkajian status gizi
Pengertian :
Pengkajian status gizi adalah suatu proses menentukan status gizi pasien untuk
perencanaan diet yang diberikan kepada pasien.
Pengkajian status gizi dapat dilakukan dengan cara :
1) Wawancara
2) Kuesioner
3) Data rekam medik
Tujuan :
1) Menentukan status gizi
2) Mengawasi perubahan status gizi pasien selama mendapatkan dukungan nutrisi.
Persyaratan :
1) Tersedianya form anamnesa
2) Tersedianya form food recall/ food record
3) Tersedianya alat antropometri : mengukur berat badan, tinggi badan.
b. Penentuan macam dan jenis diit sesuai dengan status gizi dan penyakitnya
c. Penyuluhan dan konsultasi gizi rawat inap
d. Pemantauan dan evaluasi
e. Pencatatan dan pelaporan
BAB IV
KEBIJAKAN
BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN
5.1. SKRINING GIZI
Skrining gizi merupakan proses yang sederhana dan cepat yang dilakukan oleh tenaga
Kesehatan serta cukup sensitive untuk mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi.
6
Skrining gizi mempunyai 4 komponen utama yaitu :
1) Kondisi sekarang, yang digambarkan oleh Indeks Massa Tubuh atau lingkar atau
Lingkar Lengan Atas.
2) Kondisi yang stabil, digambarkan dengan kehilangan berat badan.
3) Kondisi yang memburuk, digambarkan dengan penurunan asupan makan
4) Pengaruh penyakit terhadap perburukan gizi.
Pengukuran alternatif:
1. Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran Panjang lengan
bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan table
dibawah ini.
7
1.8 1.8 1.7 1.7 1.7 1.7
Men < 65 years 1.94 1.93 1.91 1.89 1.87 1.85 1.84 1.71
HEIGHT(M)
2 0 8 6 5 3
Men >= 65 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.6
1.87 1.86 1.84 1.82 1.81 1.79 1.78 1.67
Years 6 5 3 1 0 8
Ulna Length (cm) 32. 31. 31. 30. 28. 28. 27. 27. 26. 26.
0 5 0 5 30.0 29.5 29.0 5 0 5 0 5 0 25.5
Women < 65 1.8 1.7 1.7 1.7 1.7 1.6 1.6
1.83 1.81 1.80 1.79 1.77 1.76 1.66
HEIGHT(M)
years 4 5 3 2 0 9 8
Women >= 65 1.7 1.7 1.7 1.6 1.6 1.6 1.6
1.84 1.83 1.81 1.79 1.78 1.76 1.75
Years 3 1 0 8 6 5 3
1.6 1.5 1.5 1.5 1.5 1.4 1.4
Men < 65 years 1.67 1.66 1.64 1.62 1.60 1.58 1.46
HEIGHT(M)
9 7 5 3 1 9 8
Men >= 65 1.6 1.5 1.5 1.5 1.4 1.4 1.4
1.63 1.62 1.60 1.59 1.57 1.56 1.45
Years 5 4 2 1 9 8 6
25. 21. 21. 20. 20. 19. 19.
Ulna Length (cm) 0 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 5 0 5 0 5 0 18.5
Women < 65 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.4
1.65 1.63 1.62 1.61 1.59 1.58 1.56 1.47
HEIGHT(M)
years 5 4 2 1 0 8
Women >= 65 1.6 1.5 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4
1.60 1.58 1.56 1.55 1.53 1.52 1.40
Years 1 0 8 7 5 4 2
8
LLA <23,5 cm = perkiraan IMT<20 kg/m²
LLA > 32 cm = perkiraan IMT >30kg/m²
9
BB Biasanya
Skor Kategori
2 Kehilangan > 10 %
1 Kehilangan 5-10 %
0 Kehilangan <5%
11
f) Skor 0 jika tidak terdapat penyakit di daftar keaadan yang berisiko mengakibatkan
malnutrisi, skor 2 jika terdapat penyakit di daftar keadaan yang berisiko mengakibatkan
malnutrisi.
g) Mengategorikan pasien dengan menjumlahkan skor yang ada
Skor total 0 menunjukan pasien dengan risiko sedang, dan skor>3 menunjukan pasien
dengan risiko tinggi.
Nilai Standar :
12
< 90% Kurus
90 – 100% Normal
>110% Overweight
>120% Obesitas
4. Riwayat Diet
13
Setiap pasien rawat inap akan dianalisi mengenai kebiasaan makan sebelum
dirawat yang meliputi asupan gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan
serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan daftar bahan makanan penukar.
5. Riwayat Personal
5.3. LANGKAH – LANGKAH PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI (KALORI)
5.3.1. Kebutuhan gizi ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
klinis.
Kebutuhan energi komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah angka.
Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik. Komponen lain
adalah pengaruh teknis termis makanan atau spesifik Dynamic Action Of Food (SDA).
Karena jumlahnya relative kecil, komponen SDA dapat diabaikan.
A. Perhitungan Energi
a) Dengan rumus broca untuk dewasa
Laki – laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
b) Perhitungan untuk anak
GOLONGAN
UMUR KECAKUPAN ENERGI
LAKI - LAKI PEREMPUAN
Tahun (kkal/kg BB) (kkal/ kg BB)
0–1 110 – 120 110 -120
1–3 100 100
4–6 90 90
6–9 80 – 90 60 – 80
10 - 14 50 – 70 40 - 45
14
Peritonitis : 1.15
Trauma jaringan lunak : 1.15
Patah tulang : 1.3
Infeksi ringan (Peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka
moderat ) : 1
Infeksi sedang : 1.2 – 1.3
Infeksi berat : 1.4 – 1.5
Luka bakar 0 – 20% BSA :1.5 – 1.8
Luka bakar >40% : 1.8 – 2
Trauma capitis : 1.6
Aktifitas Fisik :
Istirahat di tempat tidur : 1.2
Tidak terikat di tempat tidur : 1.3
Ambulasi : 30% SDA (Spesific Dynamic Action)
Oral : 10%
NGT 5%
B. Perhitungan Kebutuhan protein
Golongan Umur (tahun) Kecukupan Protein (g/kg BB)
0-1 2.5
1-3 2
4–6 1.8
6 – 10 1.5
10 - 18 1 – 1.5
Kebutuhan protein normal adalah 10 – 15% dari kebutuhan energi total, atau 0,8 – 1.0
g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
adalah 0,4 – 0,5 g/kg BB. Demam, sepsos, oprasi, trauma, dan luka dapat
meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai
1,5 – 2.0 g/kg BB.
C. Perhitungan kebutuhan lemak
20 – 25% dari kebutuhan energi total
D. Perhitungan kebutuhan karbohidrat
60 – 75% dari total energi
E. Perhitungan kebutuhan vitamin dan mineral
15
Disesuaikan dengan AKG
5.4 LANGKAH – LANGKAH MONITORING DAN EVALUASI GIZI
5.4.1 Pemantauan adalah cara yang dilakukan untuk mengukur status gizi dan dampaknya.
Pemantau mencakup perubahan diit, bentuk makanan diit, asupan makanan, toleransi
terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis, hasil laboratorium dan
lain lain.
5.4.2 Evaluasi gizi adalah cara membandingkan secara secara sistemik kondisi yang ada saat ini
dengan kondisi sebelumnya. Hasil evaluasi menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan gizi
rawat inap.
5.4.3 Tindak lanjut adalah proses perubahan yang dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi
antara lain perubahan diit untuk mengubah preskripsi diit sesuai kondisi pasien.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pemberian layanan Kesehatan mempunyai peran yang jelas dalam pelayanan pasien secara
umum dan khusus. Dalam menerapkan asuhan yang terintegrasi akan disesuaikan dengan
displin ilmu dan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit sesuai dengan disiplin
ilmu pe ngetahuan yang dimiliki seperti :
1. Untuk dokter menggunakan SOAP
16
2. Untuk perawat menggunakan SBAR dan SOAP
3. Untuk ahli gizi menggunakan ADIME
4. Untuk fisioterapi menggunakan DAR
5. Untuk bidan menggunakan SBAR dan SOAP
Dan TIM Kesehatan lainnya disesuaikan dengan standar profesi masing – masing bila belum
ada ketentuan yang berlaku.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal …. Agustus 2022
Direktur Utama
17