Panduan Skrining Gizi Rumah Sakit Agung Revisi 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN SKRINING GIZI RUMAH SAKIT AGUNG

JAKARTA, Agustus 2022

Jl. Sultan Agung No. 67 Manggarai, Jakarta Selatan


Telp. 021 – 8294955 (Hunting) Fax 021- 8305791
KATA PENGANTAR
Puji syukur sebanyak banyaknya kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat dan hidayaNya, buku PANDUAN SKRINING GIZI dapat disusun dan
diselesaikan. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasi atas bantuan pihak dan kontribusi dengan
memberikan sumbangan ilmu dan pemikiran.
Kami berharap semoga buku panduan ini bisa menjadi pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, untuk dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi buku agar menjadi lebih baik
lagi.
Akhirnya kami harapkan semoga panduan skrining gizi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

Jakarta, Agustus 2022


Direktur Utama

dr. Rosita Vivayani

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT AGUNG
NOMOR : Skep/517b/RSA/I/2017
2
TENTANG

PENETAPAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN SKRINING GIZI DAN STATUS FUNGSIONAL


DI RUMAH SAKIT AGUNG

DIREKTUR UMUM RUMAH SAKIT AGUNG

Menimbang :
1. Bahwa dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di Rumah Sakit dalam hal
pengolahan makanan, Unit Gizi Rumahh Sakit Agung harus menyelenggarakan proses
pengolahan makanan sesuai kriteria yang telah ditetapkan oleh Komite PPI.
2. Rumah Sakit dikelola secara efektif dan efesien sesuai dengan Visi, Misi dan tujuan untuk
menjamin tersedianya pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka perlu dibuat
kebijakan sebagai pedoman dalam pelaksaannya.
3. Perlu dikeluarkannya Surat Keputusan tentang kebijakan Pengolahan Makanan Pada Unit
Gizi Di Rumah Sakit Agung.

Mengingat:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menkes RI No. 270/Menkes/III/2007
4. Keputusan Menkes RI Nomor 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang standar pelayanan medis
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 416/Menkes/Per/IX/1992 tentang Penyediaan Air
Bersih dan Air Minum.
6. Permenkes RI No : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Hygine Sanitasi Jasa Boga.
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit da fasilitas pelayanan
Kesehatan lainnya, Depkes RI, 2009
8. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Kemenkes RI, 2013

MEMUTUSKAN
Menetapkan:

3
1. Menetapkan Kebijakan Pengolahan Makanan Pada Unit Gizi di Rumah Sakit Agung Yang
menjadi lampiran dari Surat Keputusan ini.
2. Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal surat Keputusan ini ditetapkan.
3. Mencabut Surat Keputusan yang bertentangan dengan surat keputusan ini.
4. Apabila dikemudian hari terdapat kekekliruan dalam surat Keputusan ini, akan diadakan
perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di Jakarta, Agustus 2022


Direktur Utama

Dr Rosita Vivayani

Lampiran Surat Keputusan Nomor : Skep/517b/RSA/1/2017


Tentang Kebijakan Pelaksanaan Skrining Gizi dan Status Fungsional di Rumah Sakit Agung

KEBIJAKAN PELAKSANAAN SKRINING GIZI DAN STATUS FUNGSIONAL


4
DI RUMAH SAKIT AGUNG

A. KEBIJAKAN UMUM
Semua pasien di skrining untuk status gizi dan status fungsional dan diskonsultasikan untuk di
asesmen lebih lanjut apabila dibutuhkan.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Staf berkualiatas (ahli gizi) memadai mengembangkan kiteria untuk mengidentifikasi pasien
yang memerlukan asesmen nutrisional lebih lanjut.
2. Pasien disaring untuk resiko kekurangan gizi sebagai bagian dari asesmen awal oleh perawat.
3. Pasien dengan resiko masalah gizi dan dengan diagnosis khusus (DM, Ginjal, Hati, Jantung,
Paru, Stroke, Kanker, Penurunan Imunitas, Geriatri) akan mendapatkan asesmen gizi dalam
waktu 24 jam.
4. Staf berkualitas (Ahli Gizi dan Fisioterapis) mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi
pasien yang memerlukan asesmen gizi dan fungsional lebih lanjut.
5. Pasien disaring untuk menilai kebutuhan asesmen fungsional lebih lanjut Sebagai bagian dari
asesmen awal oleh perawat.
6. Pasien yang memerlukan asesmen funsional sesuai kriteria dikonsultasikan untuk
penangangan lebih lanjut dalam waktu 24 jam sesuai dengan PPA yang terkait.
7. Penilaian status fungsional menggunakan kriteria Neurosensori (Pendengaran, Penglihatan,
Penciuman), Kogntif, Motorik (Aktivitas sehari-hari, berjalan).
8. Pasien dengan resiko masalah gizii dan masalah fungsional diidentifikasi terhadap resiko
jatuh dan menggunakan Morse Fall Scale untuk pasien dengan Humpty Dumpty untuk
pasien anak.

Jakarta, 14 Agustus 2022

Dr. Rosita Vivayani

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan................................................................................................................................2

5
BAB II Landasan Teori............................................................................................................................5
BAB III Ruang Lingkup............................................................................................................................8
BAB IV Kebijakan...................................................................................................................................8
BAB V Tatalaksana pelayanan................................................................................................................8
BAB VI Penutup.....................................................................................................................................8

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
pengobatan rawat jalan dan rawat inap. Rumah sakit juga melaksanakan fungsi pelayanan
pencegahan dan peningkatan kesehatan. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan
yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status
gizi, dan status metabolisme tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat
gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk
dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya (Kemenkes RI, 2013).
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi yang emliputi perencanaan, penyediaan
makanan, penyuluhan/edukasi, konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi. Tujuan
diberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap supaya memperoleh asupan makan yang
sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya memoercepat penyembuhan, mempertahankan dan
meningkatkan status gizi (Kemenkes RI, 2013).

2.1 Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Dokter,perawat dan ahli gizi mampu memahami dan melaksanakan Manajemen
Asuhan Gizi pada pasien di Rumah Sakit yang meliputi analisis tentang pengkajian,
perencanaan, penerapan, dan evaluasi penanganan diet yang meliputi analisis tentang
pengkajian, perencanaan, penerapan, dan evaluasi penanganan diet.

2.1.2. Tujuan Khusus


a. Melakukan skrining gizi pada pasien untuk mengukur kategori risiko.
b. Menentukan status gizi secara antropometri, konsumsi makanan, data biokimia, dan
data fisik/klinis.
c. Merumuskan diagnosa gizi.
d. Membuat perencanaan asuhan gizi pasien.
e. Melakukan intervensi gizi terhadap pasien. f. Melakukan monitoring dan evaluasi
asupan makan pasien

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI
Skrining gizi merupakan kegiatan mengumpulkan, mengitergrasi dan Menganilisis
data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan,
aspek klinis dan aspek perilaku lingkungan serta penyebabnya.
Skirining dilakukan oleh dietiisien pada pasien yang teriidentifikasi beresiko malnutrisi
atau sudah malnutrisi dan membutuhkan dukungan gizi individual. Identifikasi resiko
malnutrisi dilakukan oleh perawat melalui skrining/ penapisan gizi.
Skrining gizi adalah untuk identifikasi masalah gizi, identifikasi kebutuhan gizi,
mengumpulkan informasi untuk rencana asuhan gizi individu lebih lanjut, menilaii efektifitas
asuhan gizi dan untuk memodifikasi asuhan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien.
2.2 RUANG LINGKUP
2.2.1 Skrining
Skrining dilakukan di ruang rawat inap
2.2.2 Skrining meliputi :
a. krining/ Penapisan gizi
b. Dilaksanakan oleh perawat untuk semua pasien baru, menggunakan metode MST
(Malnutrisi Screening Tool), maksimum 1x24 jam setelah pasien masuk ruang rawat
inap.
c. Skrining Ulang
d. Dilaksanakn oles dietisien untuk pasien lama setelah 7 hari perawatan yang pada saat
skrining awal tidak teridentifikasi masalah gizi, menggunakan metode MUST
(Malnutrisi Universal Screening Tool).
e. Asesmen Gizi
a) Dilakukan oleh dietisien maksimum 2x24 jam setelah pasien masuk ruang
perawatan
b) Data yang dikumpulkan :
1. Antropometri : Sebuah studi tentang pengukuran tubuh manusia dari
tulang, otot dan jaringan adiposa lemak.
2. Asuhan Gizi : Rangkain kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan
Kesehatan, puskesmas dan institusi Kesehatan lain untuk kebutuhan
gizi klien.
3. Berat Badan : Salah satu parameter yang memberikan gambaran tubuh.
4. BB/U : Berat badan berdasarkan umur.
5. Diagnosa Gizi : Identifikasi masalah gizi dan penilaian gizi
menggambarkan kondisi pasien saat ini, resiko potensi terjadinya
masalah gizi yang dapat diberikan intervensi.
6. IMT : Indeks Masa Tubuh
7. Indikator : Sesuatu yang dapat memberikan petunjuk keterangan nilai
standar.
8. Intervensi Gizi : Suatu Tindakan perencanaan dan implementasi untuk
mengatasi masalah gizi yang sudah diidentifikasi.
9. LILA : Lingkar lengan atas. Indeks yang dapat memberikan gambaran
jaringan otot dan lapisan lemak kulit.
10. Pemeriksaan dengan biokimia : Pemeriksaan specimen yang dapat diuji
dengan dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
11. Pemeriksaan fisik klinis : Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan
kesadaran pasien, keadaan umum, edema/ acites dan keadaan pasien
berkenaan dengan keluhan serta penyakit yang dideritanya.
12. Skrining Gizi : Penapisan/ pengkajian gizi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi
khusus.
13. TB/U : Tinggi badan berdasarkan umur indeks ini menggambarkan
status gizi masa lalu.

BAB III
RUANG LINGKUP

3
3.1 DASAR HUKUM
1) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Undang _ Undangj Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Gizi
4) Pedoman Gizi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan Tahun 2013
5) Penuntun Diet Instalasi Gizi RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Dan Asosiasi Dietisien
Indonesia
3.2 PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
3.2.1 Pengertian :
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien diruang rawat inap.
3.2.2 Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai
dengan kondisi penyakit. Dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.
Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama perawatan yang
meliputi :
a. Pengkajian status gizi
Pengertian :
Pengkajian status gizi adalah suatu proses menentukan status gizi pasien untuk
perencanaan diet yang diberikan kepada pasien.
Pengkajian status gizi dapat dilakukan dengan cara :
1) Wawancara
2) Kuesioner
3) Data rekam medik
Tujuan :
1) Menentukan status gizi
2) Mengawasi perubahan status gizi pasien selama mendapatkan dukungan nutrisi.
Persyaratan :
1) Tersedianya form anamnesa
2) Tersedianya form food recall/ food record
3) Tersedianya alat antropometri : mengukur berat badan, tinggi badan.

Langkah – Langkah pengkajian status gizi :


1) Riwayat diet
4
2) Antropometri
3) Pemeriksaan fisik
4) Hasil laboratorium

b. Penentuan macam dan jenis diit sesuai dengan status gizi dan penyakitnya
c. Penyuluhan dan konsultasi gizi rawat inap
d. Pemantauan dan evaluasi
e. Pencatatan dan pelaporan

BAB IV
KEBIJAKAN

4.1. Skrining gizi pasien baru dilakukan oleh perawat diruangan :


5
4.1.1 Bila hasil skrining gizi dewasa dengan metode MUST (Malnutrition Universal Screening
Tools) dan skrining anak dengan metode STONGKIDS, pasien beresiko malnutrisi, maka
dilaporkan ke ahli gizi untuk dilakukan asesmen gizi dalam waktu 1x24 jam.
4.1.2 Pasien dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi, akan dilakukan skrining
ulang oleh perawat setelah 1 minggu jika pasien masih ada dalam ruangan rawat inap.
Jika hasil skrining ulang beresiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi
terstandar.
4.1.3 Berdasarkan hasil skrining gizi, apabila pasien :
1) Risiko rendah maka ulangi skrining setiap 7 hari
2) Risiko sedang, maka monitoring asupan selama 3hari. Jika ada peningkatan ,
lanjutkan pengkajian dan ulangi skrining tiap 7 hari.
3) Risiko tinggi maka bekerjasama dengan tim untuk upaya peningkatan asupan dan
memberikan makanan sesuai dengan daya terima. Monitoring asupan makanan
setiap hari.
4.1.4 Pasien kritis atau kasus sulit yang beresiko gangguan gizi berat akan ditangani oleh Tim
Asuhan Gizi berdasarkan pertimbangan DPJP.
4.1.5 Pelayanan asuhan gizi rawat inap selain tersebut pada kebijakan diatas, dapat diberikan
atas permintaan pasien atau keluarga dan konsulan dari Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan ( DPJP).
4.2 Setelah selesai memberikan konsuultasi gizi rawat inap maka harus ada verifikasi bahwa
pasien dan keluarga Sudah jelas dengan penjelasan konsultan gizi dan dicatat di Rekam
Medis dalam Catatan Edukasi Pasien Teritegrasi (CEPT).
4.3 Setelah dilakukan asuhan dicatat di catatan medis pasien dalam Catatan Perkembangan
Pasien Teritegrasi.
4.4 Ahli gizi melakukan asesmen awal berupa pengumpulan data subyektif dan obyektif untuk
menentukan diagnosis/ status nutrisi dan menentukan penatalaksanaan gizi/ nutrisi yang
sesuai.

BAB V
TATALAKSANA PELAYANAN
5.1. SKRINING GIZI
Skrining gizi merupakan proses yang sederhana dan cepat yang dilakukan oleh tenaga
Kesehatan serta cukup sensitive untuk mendeteksi pasien yang beresiko malnutrisi.
6
Skrining gizi mempunyai 4 komponen utama yaitu :
1) Kondisi sekarang, yang digambarkan oleh Indeks Massa Tubuh atau lingkar atau
Lingkar Lengan Atas.
2) Kondisi yang stabil, digambarkan dengan kehilangan berat badan.
3) Kondisi yang memburuk, digambarkan dengan penurunan asupan makan
4) Pengaruh penyakit terhadap perburukan gizi.

5.1.1. Skrining Dewasa


Skrining gizi dewasa yang dilakukan di Rumah Sakit Agung menggunakan metode MUST
( Malnutrisi Universal Screening Tool). MUST dapat digunakan untuk semua kelompok
pasien dengan berbagai jenis perawatan termasuk pola makan yang salah, masalah
Kesehatan mental dan penyakit kritis, selain itu pada pasien gangguan cairan tubuh,
kehamilan dan menyusui. Pada pasien yang tidak dapat diukur berat dan tinggi badannya,
dilakukan pengukuran alternatif dan kriteria subjektif. MUST mudah digunakan, cepat,
reprodiksible dan memiliki konsistensi yang baik.
MUST terdiri dari 3 pertanyaan (Lampiran 1) :
1) Berapa skor IMT ?
2) Berapa penurunan berat badan dalam 3-6 bulan yang lalu?
3) Apakah pasien menderita penyakit akut pernah atau kemungkinan
tidak mendapatkan asupan gizi >5 hari ?
Lima langkah untuk skrining menggunakan MUST menurut Todorovic dkk (2003) adalah
a. Pengukuran status gizi meliputi tinggi badan, berat badan dan IMT. IMT merupakan
interprestasi yang cepat untuk status gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan.
Jika tidadk memungkinkan untuk mendapatkan tinggi badan maka menggunakan
dokumentasi terakhir, laporan tinggi badan dari pasien atau pengukuran alternatif
seperti Panjang lengan bawah (ulna) tinggi lutut atau rentang tangan .

Pengukuran alternatif:
1. Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran Panjang lengan
bawah (ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan table
dibawah ini.

7
1.8 1.8 1.7 1.7 1.7 1.7
Men < 65 years 1.94 1.93 1.91 1.89 1.87 1.85 1.84 1.71
HEIGHT(M)

2 0 8 6 5 3
Men >= 65 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.6
1.87 1.86 1.84 1.82 1.81 1.79 1.78 1.67
Years 6 5 3 1 0 8
Ulna Length (cm)  32.  31.  31.  30. 28. 28. 27. 27. 26. 26.
0 5 0 5 30.0  29.5  29.0  5 0 5 0 5 0 25.5
Women < 65  1.8 1.7 1.7 1.7 1.7 1.6 1.6
1.83 1.81 1.80 1.79 1.77 1.76 1.66
HEIGHT(M)

years 4 5 3 2 0 9 8
Women >= 65 1.7 1.7 1.7 1.6 1.6 1.6  1.6
1.84  1.83 1.81 1.79 1.78 1.76 1.75
Years 3 1 0 8 6 5 3
 1.6 1.5 1.5 1.5 1.5 1.4 1.4
Men < 65 years 1.67 1.66 1.64 1.62 1.60 1.58 1.46
HEIGHT(M)

9 7 5 3 1 9 8
Men >= 65  1.6 1.5 1.5 1.5 1.4 1.4 1.4
1.63 1.62 1.60 1.59 1.57 1.56 1.45
Years 5 4 2 1 9 8 6
 25. 21. 21. 20. 20. 19. 19.
Ulna Length (cm) 0 24.5 24.0 23.5 23.0 22.5 22.0 5 0 5 0 5 0 18.5
Women < 65 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 1.4
1.65  1.63 1.62 1.61 1.59 1.58 1.56 1.47
HEIGHT(M)

years 5 4 2 1 0 8
Women >= 65  1.6 1.5 1.4 1.4 1.4 1.4 1.4
1.60 1.58 1.56 1.55 1.53 1.52 1.40
Years 1 0 8 7 5 4 2

2. Pengukuran alternative untuk berat badan menggunakan dokumentasi terakhir


atau laporan berat badan dari pasien. Jika berat badan dan tinggi badan tidak
dapat diukur atau diperkirakan, maka IMT dapat diestimasi menggunakan
LILA.
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90º terhadap siku, dengan
lengan atas parallel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu
(acromion) dengan siku (olecranon). Tandai titik tengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar
lengan atas di titik tengah, pastikan pita pengukuran tidak terlalu menempel
terlalu ketat.

8
 LLA <23,5 cm = perkiraan IMT<20 kg/m²
 LLA > 32 cm = perkiraan IMT >30kg/m²

Skor IMT (Kg/m²) Kategori Berat Badan


2 <18.5 Gizi Kurang
1 18.5 – 20 Gizi Kurang
0 20-25 Normal
0 25-30 Gizi
0 (Obesitas) >30 Obesitas

b. Kehilangan berat badan yang tidak sengaja


Kehilangan berat badan yang tidak disengaja dalam 3-66 bulan terakhir dapat
mendeteksi malnutrisi lebih baik dari pada IMT. Data mengenai kehilangan berat
badan dapat diketahui dari laporan pasien atau menanyakan pakaian pasien apakah
mengalami kelonggaran. Selain itu, dapat menggunakan Riwayat penurunan asupan
makanan, penurunan nafsu makan atau disfagia lebih dari 3-6 bulan.

Rumus untuk menghitung penurunan berat badan adalah :

BB biasanya – BB saat masuk


%Penurunan berat badan = ――――――――――――――――――― × 100%

9
BB Biasanya

Skor Kategori
2 Kehilangan > 10 %
1 Kehilangan 5-10 %
0 Kehilangan <5%

c. Penyakit akut yang dapat mempengaruhi risiko malnutrisi


Pasien termasuk berisiko malnutrisi apabila terdapat gangguan patofisiologi akut atau
psikologi serta tidak mendapatkan asupan gizi atau kemungkinan tidak mendapatkan
lebih dari 5 hari. Pasien yang termasuk kategori adalah pasien kritis dengan gangguan
menelan, cedera kepala atau menjalani pembedahan saluran pencernaan. Oleh karena
itu ditambahkan skor 2.
d. Mengategorikan pasien dengan menjumlahkan skor yang ada. Skor total 0
menunjukkan pasien dengan risiko rendah, skor 1 menunjukkan pasien dengan risiko
sedang, dan skor ≥2 menujukkan pasien dengan risiko tinggi
e. Panduan manajemen
Manajemen untuk semua kategori risikp adalah dengan memberikan konsultasi
mengenai pemilihan jenis makanan yang dibutuhkan, mencatat kategori risiko
malnutrisi dan mencatat kebutuhan diet sesuai dengan kebutuhan.

Total skor Jenis Risiko Skrining Lanjutan

0 Risiko rendah Seminggu kemudian

1 Risiko sedang Mendokumentasikan


asupan makanan selama 3
hari serta skrining ulang
seminggu kemudian

≥2 Risiko berat Meningkatkan intake


makanan serta monitor
dan evaluasi setiap hari

5.1.2. Skrining Anak


10
Alat skrining yang digunakan di Rumah Sakit Agung yaitu STRONGKIDS (Screening Tool
For RISK Of Impaired Nutritional Status and Growth). (Lampiran 2) Instrumen ini valid,
mudah digunakan dan cepat dengan median waktu penyelesaian ±3 menit.
Metode skrining ini meliputi 4 parameter yaitu lima langkah untuk skrining menggunakan
STRONGKIDS :
a) Apakah pasien nampak kurus ?
Pengukuran status gizi pada anak menggunakan indicator pertumbuhan berdasarkan
indeks antropometri IMT/U atau BB/U. Usia 0-5 tahun menggunakan Z-Score dan
untuk usia 5-17 tahun menggunakan Childhood Growth Chart (CDC). Skor 0 apabila
tidak dan skor 1 jika iya pasien anak tersebut kurus.
b) Apakah teerdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir ?
(Berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada/penilaian objektif data BB bila ada
penilain subjektif dari orang tua pasien atau untuk bayi <1 tahun: BB naik selama 3
bulan terakhir).
c) Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
1) Diare ≥ 5 kali/hari dan atau muntah >3 kali dalam seminggu terakhir
2) Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir skor 0 apabila tidak dan
skor
d) Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang beresiko malnutrisi?
Daftar keadaan yang beresiko mengakibatkan malnutrisi :
1) Diare kronik (lebih dari 2 minggu)
2) Penyakit jantung bawaan
3) Infeksi HIV
4) Kanker
5) Penyakit hati kronik
6) Penyakit ginjal kronik
7) TB Paru
8) Luka bakar luas
9) Kelainan anatomi daerah mulut yang menyebabkan kesulitan makan (misal :
bibir sumbing)
10) Trauma
11) Kelainan metabolik bawaan (Inborn errpr metabolism)
12) Lain-lain (berdasarkan pertimbangan dokter)

11
f) Skor 0 jika tidak terdapat penyakit di daftar keaadan yang berisiko mengakibatkan
malnutrisi, skor 2 jika terdapat penyakit di daftar keadaan yang berisiko mengakibatkan
malnutrisi.
g) Mengategorikan pasien dengan menjumlahkan skor yang ada
Skor total 0 menunjukan pasien dengan risiko sedang, dan skor>3 menunjukan pasien
dengan risiko tinggi.

5.2. ASUHAN GIZI


Langkah-langkah pengkajian status/ Assesmen gizi :
1. Antropometri
a. Antropometri Dewasa
Setiap pasien akan diukur data antropometri berupa tinggi badan, berat
badan, tebal lemak bawah kulit, lengan atas dan lain-lain sesuai
kebutuhan. Analisis status gizi dapat menggunakan :
1) IMT (INDEKS MASA TUBUH)

IMT = BERAT BADAN (KG) ATAU BERAT BADAN (KG)


TINGGI BADAN (M)² TB (m) x TB (m)
Nilai standar berdasarkan Depkes, 1994

< 185,5 Berat Badan Normal


18,5 – 22,9 Normal
>23 Overweight
23 - 24,9 Preobesitas
25 – 29,9 Obesitas I
>30 Obesitas II

2) MENGGUNAKAN RUMUS BROCCA

BB IDEAL = (TB – 100) – 10% (TB –100)

Nilai Standar :

12
< 90% Kurus
90 – 100% Normal
>110% Overweight
>120% Obesitas

4) MENGHITUNG TINGGI LUTUT

Tinggi Badan ( laki – laki ) = 59,01 + ( 2.08 x TL )


Tinggi Badan ( Perempuan ) = 75,00 + ( 1.91 x TL )

5) LINGKAR LENGAN ATAS

STATUS GIZI LILA


GIZI BURUK <13.5 cm
GIZI KURANG 23 cm
GIZI NORMAL 23.5 – 31.5 cm
OBESITAS >32 cm

2. Hasil Laboratorium / Biokimia


Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia untuk mendukung diagnose penyakit serta menentukan terapi gizi.
Pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi.
Pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi antara lain :
kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolesterol total, HDL,
LDL, gula darah, ureum, asam urat, trigliserid dan feses.

3. Pemeriksaan fisik – klinis


Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan kesadaran pasien, keadaan umum,
edema/ ascietas dan keadaan pasien berkenaan dengan keluhan serta penyakit
yang di deritanya.

4. Riwayat Diet
13
Setiap pasien rawat inap akan dianalisi mengenai kebiasaan makan sebelum
dirawat yang meliputi asupan gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan
serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan daftar bahan makanan penukar.
5. Riwayat Personal
5.3. LANGKAH – LANGKAH PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI (KALORI)
5.3.1. Kebutuhan gizi ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
klinis.
Kebutuhan energi komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah angka.
Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik. Komponen lain
adalah pengaruh teknis termis makanan atau spesifik Dynamic Action Of Food (SDA).
Karena jumlahnya relative kecil, komponen SDA dapat diabaikan.
A. Perhitungan Energi
a) Dengan rumus broca untuk dewasa
Laki – laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
b) Perhitungan untuk anak

GOLONGAN
UMUR KECAKUPAN ENERGI
LAKI - LAKI PEREMPUAN
Tahun (kkal/kg BB) (kkal/ kg BB)
0–1 110 – 120 110 -120
1–3 100 100
4–6 90 90
6–9 80 – 90 60 – 80
10 - 14 50 – 70 40 - 45

Faktor Pertumbuhan Anak : 12%


Faktor stress :
 Malnutrisi
 Gagal ginjal kronis, nondialis : 1
 Hemodialisis : 1 – 1,05
 Bedah efektif tanpa komplikasi : 1.1

14
 Peritonitis : 1.15
 Trauma jaringan lunak : 1.15
 Patah tulang : 1.3
 Infeksi ringan (Peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif, trauma kerangka
moderat ) : 1
 Infeksi sedang : 1.2 – 1.3
 Infeksi berat : 1.4 – 1.5
 Luka bakar 0 – 20% BSA :1.5 – 1.8
 Luka bakar >40% : 1.8 – 2
 Trauma capitis : 1.6
Aktifitas Fisik :
 Istirahat di tempat tidur : 1.2
 Tidak terikat di tempat tidur : 1.3
 Ambulasi : 30% SDA (Spesific Dynamic Action)
 Oral : 10%
 NGT 5%
B. Perhitungan Kebutuhan protein
Golongan Umur (tahun) Kecukupan Protein (g/kg BB)
0-1 2.5
1-3 2
4–6 1.8
6 – 10 1.5
10 - 18 1 – 1.5

Kebutuhan protein normal adalah 10 – 15% dari kebutuhan energi total, atau 0,8 – 1.0
g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen
adalah 0,4 – 0,5 g/kg BB. Demam, sepsos, oprasi, trauma, dan luka dapat
meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai
1,5 – 2.0 g/kg BB.
C. Perhitungan kebutuhan lemak
20 – 25% dari kebutuhan energi total
D. Perhitungan kebutuhan karbohidrat
60 – 75% dari total energi
E. Perhitungan kebutuhan vitamin dan mineral
15
Disesuaikan dengan AKG
5.4 LANGKAH – LANGKAH MONITORING DAN EVALUASI GIZI
5.4.1 Pemantauan adalah cara yang dilakukan untuk mengukur status gizi dan dampaknya.
Pemantau mencakup perubahan diit, bentuk makanan diit, asupan makanan, toleransi
terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah, keadaan klinis, hasil laboratorium dan
lain lain.
5.4.2 Evaluasi gizi adalah cara membandingkan secara secara sistemik kondisi yang ada saat ini
dengan kondisi sebelumnya. Hasil evaluasi menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan gizi
rawat inap.
5.4.3 Tindak lanjut adalah proses perubahan yang dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi
antara lain perubahan diit untuk mengubah preskripsi diit sesuai kondisi pasien.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pemberian layanan Kesehatan mempunyai peran yang jelas dalam pelayanan pasien secara
umum dan khusus. Dalam menerapkan asuhan yang terintegrasi akan disesuaikan dengan
displin ilmu dan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit sesuai dengan disiplin
ilmu pe ngetahuan yang dimiliki seperti :
1. Untuk dokter menggunakan SOAP
16
2. Untuk perawat menggunakan SBAR dan SOAP
3. Untuk ahli gizi menggunakan ADIME
4. Untuk fisioterapi menggunakan DAR
5. Untuk bidan menggunakan SBAR dan SOAP
Dan TIM Kesehatan lainnya disesuaikan dengan standar profesi masing – masing bila belum
ada ketentuan yang berlaku.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal …. Agustus 2022
Direktur Utama

Dr. Rosita Vivayani

17

Anda mungkin juga menyukai