Skripsi BAB 1 Arel Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

KEPENTINGAN CHINA DALAM MERATIFIKASI PENANGANAN

PERUBAHAN IKLIM MELALUI PARIS AGREEMENT COP 21

USULAN PENELITIAN 

Diajukan Untuk Menempuh Seminar Usulan Penelitian Pada Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional 

Oleh: Farel Salsabila Saputri


NIM: 6211181281

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 


UNIVERISTAS JENDERAL ACHMAD YANI 
CIMAHI 
2023
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

DAFTAR BAGAN..................................................................................................v

DAFTAR TABEL...................................................................................................vi

BAB I.......................................................................................................................7

1.1 Latar Belakang..........................................................................................7

1.2 Fokus Masalah/Batasan Masalah............................................................10

1.2.2 Batasan Waktu.................................................................................10

1.2.3 Batasan Bidang......................................................................................11

1.3 Tinjauan Pustaka.....................................................................................11

1.4 Rumusan Masalah...................................................................................16

1.5 Tujuan Penelitian.....................................................................................16

1.5.1 Tujuan Umum..................................................................................16

1.5.2 Tujuan Khusus.................................................................................16

1.6 Kerangka Teoritis....................................................................................16

1.6.1 Pendekatan Neorealisme..................................................................17

1.6.2 Konsep Kebijakan Luar Negeri........................................................19

1.6.3 Konsep Kepentingan Nasional..............................................................21

1.7 Asumsi/ Definisi Operasional.................................................................23

1.8 Alur Pemikiran........................................................................................25

1.9 Metode Penelitian....................................................................................26

1.9.1 Tipe Penelitian.................................................................................26


1.9.2 Instrumen Penelitian........................................................................28

1.9.3 Teknik Pengumpulan data................................................................28

1.9.4 Teknik Analisis Data........................................................................30

1.9.5 Uji Keabsahan Data.........................................................................32

1.9.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian...........................................................34

1.10. Sistematika Penulisan.........................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Persentase Emisi Negara China.............................................. 4

Gambar 1.2 Negara Dengan Energi Terbarukan Besar.............................. 9

DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Alur Pemikiran.......................................................................... 21

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rencana Waktu Penelitian.......................................................... 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan masyarakat internasional, lingkungan merupakan

salah satu topik yang kian berkembang. Dengan adanya revolusi industri

seperti yang saat ini di gagas yaitu revolusi industri 4.0 bertujuan untuk

meningkatkan aktivitas manusia hingga dianggap sebagai bentuk adanya

suatu ancaman lingkungan yang dapat membuat perubahan iklim ini tidak

hanya berdampak negatif pada sistem lingkungan global saja, tetapi dapat

menimbulkan tantangan serius bagi kelangsungan hidup manusia di dunia.

Salah satu topik terpenting saat ini adalah lingkungan. Dengan

banyaknya negara yang menggunakan sumber daya alam (SDA) tanpa

memperhatikan dampak lingkungan dengan jangka panjang, sehingga

merusak ekosistem lingkungan. Kerusakan lingkungan saat ini semakin

meningkat tidak hanya karena penggunaan sumber daya alam (SDA),

tetapi juga karena banyak negara yang bergerak dalam bisnis industri

dengan menggunakan batubara dan minyak, yang menghasilkan

karbondioksida dalam jumlah besar.1 Peningkatan emisi gas rumah kaca,

seperti karbondioksida, dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah

yang cukup besar bagi atmosfer bumi sehingga energi atau cahaya

matahari yang diterima bumi nantinya harus di lepaskan kembali ke

atmosfer bumi. Saat gas rumah kaca meningkat, pelepasan energi ini

memakan waktu lebih lama.2


1
Kate O'Neill, The Enviroment and International Relations (New York: Cambridge University
Press, 2009), 4-5.
2
Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, Dan
Nationally Determined Contribution (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016), 1-5.
Segala bentuk akibat dari kerusakan lingkungan yang disebabkan

oleh penggunaan emisi gas yang berlebih dapat berdampak besar bagi

perubahan iklim hal ini tentunya mengubah pandangan banyak negara

terhadap masalah lingkungan hidup, yang menjadikan salah satu masalah

terpenting yang harus segera diatasi. Banyak juga negara yang merasakan

dampak kerusakan lingkungan dan pemanasan global, seperti perubahan

iklim dan dampak-dampak dari perubahan iklim yang terjadi berbahaya

sehingga mengharuskan masyarakat internasional untuk mencegah dan

menghentikan ancaman pemanasan global yang semakin meningkat atau

akibat dari adanya pemanasan global ini harus diperbaiki masalah

lingkungan yang semakin rusak dan tercemar oleh aktivitas manusia, tanpa

memikirkan efek buruk dengan jangka panjang.

Maka dari itu dengan polemik lingkungan yang ada pada saat itu,

hadrilah peran Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebagai organisasi

masyarakat internasional yang bergerak terhadap masalah lingkungan,

salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan mengadakan KTT

(KonferensI Tingkat Tinggi) Bumi di Rio de Janeiro yang diadakan pada

tahun 1992. Konferensi pertama di gagas oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) pada tahun 1972 yang membahas mengenai isu lingkungan

internasional, berlangsung di Stockholm, Swedia.3 Konferensi tersebut

merupakan suatu langkah yang menentukan upaya penyelamatan

3
Erwin, Muhammad. 2009. Hukum Lingkungan “Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup”. Refika Aditama: Bandung.
lingkungan di seluruh dunia dan menjadi dasar bagi negara-negara

melakukan kerjasama internasional untuk upaya menyelamatkan

lingkungan dari perubahan iklim.

Dalam hasil konferensi tersebut menghasilkan COP (Conference of

The Parties) yang dimana COP ini dibentuk untuk menjalankan fungsi

konferensi yang terkandung dalam UNFCCC (United Nations Framework

Convention on Climate Change. COP merupakan pemegang tertinggi

konferensi UNFCCC dengan kekuatan pengambilan keputusan paling

besar. COP bertanggung jawab untuk memastikan bahwa masalah

perubahan iklim ditangani maksimal dan dicegah dengan penanganan yang

tepat pula.4 Anggota COP yaitu negara-negara yang telah meratifikasi

keanggotaanya dalam UNFCCC dan beberapa pengamat dari sekretariat

organisasi state dan non-state yang menangani masalah lingkungan. Tugas

dari para negara anggota yaitu merencanakan upaya perbaikan dan

penyelesaian permasalahan lingkungan yang ada, salah satunya dengan

menyelenggarakan pertemuan atau yang biasa disebut konferensi

diadakannya setahun sekali.5 Dalam pelaksanaannya UNFCCC diadakan

di tempat yang berbeda-beda tidak hanya satu tempat saja. Pertemuan

tersebut menghasilkan beberapa konferensi dengan para pihak terlibat

yang menghasilkan tujuan utamanya yang berdampak pada upaya

UNFCCC untuk memperbaiki persoalan lingkungan yang ada, salah satu

4
UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change (Bonn: United Nations,
1992), 1-3.
5
UNFCCC. United Nations Framework Convention on Climate Change, 3.
pertemuan yaitu COP 3 yang menghasilkan Protokol Kyoto dimana

banyak para negara industrial yang menjadikannya terikat secara legal

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di negaranya.6

Ada pun COP 21 yang menghasilkan Perjanjian Paris (Paris

agreement) yang menjadi focus utama bagi negara- negara yang tergabung

dalam UNFCCC untuk segera mungkin dapat merumuskan rencana

perbaikan serta pencegahan lingkungan akibat dampak dari perubahan

iklim, terutama bagi negara-negara maju penghasil emisi gas rumah kaca

yang besar seperti negara Amerika Serikat, China, dan juga negara besar

lainnya.7 Lalu yang terakhir yaitu COP26 di Glasglow, Scotlandia pada

November 2021.

Sebagai contoh salah satu negara berkembang di Asia seperti negara

China merupakan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus

meningkat dengan cukup pesat di kawasan Asia. Adanya dampak

perkembangan industri China terhadap lingkungan dalam perubahan iklim

yaitu meningkatnya polusi udara, air sungai yang tercemar limbah serta

membuka lahan hutan, itu lah sebagain contoh bagaimana peningkatan

ekonomi negara China yang menyebabkan dampak kian besar bagi

kerusakan lingkungan yang ada.8 Sebagai penghasil salah satu emisi


6
Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto "Implikasi Bagi Negara Berkembang (Jakarta:
Kompas, 2003), 1-10
7
Fikri, M Aziz. 2018. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Perjanjian United
Nations Framework Convention On Climate Change (Unfccc) Pada Periode Tahun 2013-2016.
Skripsi. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Wibowo, I. 2007. Belajar Dari Cina “Bagaimana Cina Merebut Peluang Dalam Era Globalisasi”. Kompas
Media Nusantara: Jakarta
terbesar di dunia, China tentunya menjadi sorotan masyarakat

internasional dan diminta untuk mengurangi penggunaan emisi

karbondioksidanya. Selain itu, dampak dari kerusakan lingkungan ini

terkait perkembangan ekonomi industri tidak hanya di China yang

menyebabkan perubahan iklim global, namun akibat dari bencana yang

terjadi mengkhawatirkan negara-negara di dunia. Pemanasan global

mengakibatkan mencairnya es di kutub, naiknya suhu di lautan,

kekeringan dengan jangka panjang, banjir, pemutihan karang serta badai

besar.9

Gambar 1.1

Sumber: 1.1 https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58142291/ Global

Carbon Project 2021

9
Greenpeace, n.d., Perubahan Iklim ‘stop ketergantungan terhadap energi kotor, revolusi energi terbaharukan
sekarang’. Available from: http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global%3E [8
Mei 2010].
Berdasarkan tabel di atas, China adalah penghasil emisi terbesar dunia

dari tahun ke tahun dengan pemakaian emisi gas rumah kaca dunia. Pada

tahun 2016 China dibawah kepemimpinan presiden Xi Jinping, negara

China meratifikasi Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim. Yang dimana

keputusan China untuk meratifikasi Paris Agreement menjadi hal yang

menarik ketika diketahui bahwa China sebelumnya seringkali menolak

untuk meratifikasi keanggotaan COP yang berkaitan dengan pencegahan

serta penanganan perubahan iklim dunia. Pertumbuhan ekonomi China

ditopang besar oleh batubara. China memiliki sikap, peran, serta caranya

tersendiri untuk melakukan politik luar negeri dalam setiap konferensi

perubahan iklim, yang dimana dalam kebijakan luar negerinya untuk

membuat kesepakatan bersama itu tidak mudah perlu pengkajian

pembahasan jangka panjang bagi kepentingan negaranya dengan sangat

matang. China tidak membuat komitmen dalam waktu dekat karena energy

lah yang menjadi tumpuan dan merupakan pokok utama bagi

pembangunan ekonomi negaranya.

Namun sempat sebelum meratifikasi keanggotaan COP pada tahun

2007, Presiden Hu Jintao yaitu presiden sebelum Xi Jinping menunjukkan

bahwa dengan langkah yang dilakukan China sebagai salah satu contoh

negara dengan pertumbuhan ekonomi global yang pada saat itu jauh

tertinggal. Maka dari itu China menciptakan gagasan baru, yaitu

pertumbuhan perkembangan ilmu pengetahuan yang dimana China


membuat komitmen untuk mengurangi penggunaan emisi berlebih.10 Pada

tahun 2007 China mengeluarkan suatu kebijakan yang dinamakan Naskah

Putih dengan tujuan low input, low consumption, and high efficiency untuk

mengoptimalkan penggunaan energi di negaranya.11

Pada tahun 2016, China di bawah pemerintahan Xi Jinping

meratifikasi the Paris climate change agreement.12 Pada masa ini China

mempunyai pengaruh serta peran yang cukup besar dalam pembuatan

kesepakatan di konferensi perubahan iklim. Jika melihat posisi China saat

ini sebagai negara penghasil salah satu emisi terbesar di dunia, maka dari

itu konferensi perubahan iklim tidak hanya didominasi oleh negara

industri maju saja namun juga oleh beberapa negara berkembang yang

mempunyai peranan penting yang utamanya dalam konferensi perubahan

iklim tahun 2009 di Copenhagen, Denmark.13

Selama ini China tidak mau meratifikasi COP tentang perubahan iklim

dirasa karena dampak dari perubahan iklim belum sangat terasa di dalam

negaranya, yang dimana adanya beberapa faktor yang mempengaruhi

seperti faktor eksternal dan juga faktor internal lainnya seperti fenomena

tingkat global yaitu suhu bumi yang meningkat atau adanya tekanan dari

10
Heggelund, Gorild. China Climate Change Policy: Domestic and International Developments.
Asian Perspective, Vol. 31, No.2, 20. Available From: [20 November 2010].
11
Mursitama, Tirta N. dan Yudono, Maisa. 2010. Srategi Tiga Naga “Ekonomi Politik Industri
Minyak China di Indonesia”. Kepik Ungu: Depok.
12
Tom Phillips, 2016. China Ratifies Paris Climate Change Agreement Ahead of G20 [online]. the
Guardian, dalam https://www.theguardian.com/world/2016/sep/03/Tiongkok-ratifiesparis-
climate-change-agreement. [diakses pada 26 September 2018]/
13
Saragih, Simon. 2010. Pertemuan Iklim Tianjin ‘China dan Brazil Hambat Trik Barat’. Kompas 10
Oktober, p. 10.
negara maju untuk beralih penggunaan emisi gas, serta harus ikut memikul

tanggung jawab dalam hal perubahan iklim yang kini kian terasa

dampaknya, ada pun faktor internal yaitu adanya kepentingan nasional

negaranya dalam sektor ekonomi yang di keluarkan atau di lakukan

dengan cara mengeluarkan kebijakan luar negerinya seperti China ingin

mengembangkan Clean energy yang dimana memang saat ini kebijakan

tersebut sudah terasa dampaknya dengan contoh tabel berikut:

Gambar 1.2

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/12/10-

negara-dengan-konsumsi-energi-terbarukan-terbesar

Salah satu faktor China mau menandatangani COP yaitu dengan

kepentingan nasionalnya melalui kebijakan penggunaan energi terbarukan


seperti contoh pada tabel diatas yang dimana jika dilihat China sudah

cukup berhasil untuk mengurangi penggunaan emisi karbondioksida atau

batubara yang di gantikan dengan upaya clean energy yang dibuat oleh

kepala negaranya yaitu presiden Xi Jinping.

Dengan perubahan masa ke masa mengenai perubahan iklim saat ini

yang dimana dampaknya terasa menyeluruh di dunia ini, maka dengan itu

China meratifikasi COP di konferensi perjanjian Paris (Paris Agreement).

Dalam kebijakan negaranya yang dibuat oleh pemerintah atau presiden

dengan pemegang kekuasaannya dapat di teliti bahwa semua negara yang

terlibatdalam keanggotaan COP ini bukan hanya mementingkan

penanganan perubahan iklim secara bersama namun tetap fokusnya

terhadap kepentingan nasionalnya melalui clean energy yang dilakukan

atau dibuat kebijakan oleh negaranya. Maka dalam pembahasan kali ini

terlihat bahwa negara China ada maksud dan tujuan tertentu dengan

menandatangani COP 21 di Markas besar PBB di New York, Amerika

Serikat. Maka dari itu faktor internal (Domestik) maupun eksternal

(Internasional) yang menyebabkan China mau meratifikasi

keanggotaannya di COP dalam UNFCCC (United Nation Framework

Convention on Climate Changes).

1.2 Fokus Masalah/Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini berfokus pada

pembahasan yang mengenai China yang mau menandatangani COP pada

perjanjian Paris (Paris Agreement), dalam penelitian ini penulis membagi


pada dua bidang, agar penelitian dapat terarah sesuai dengan topik yang

dituju, sehingga dengan banyak nya data yang diperoleh penulis dapat

memilih data yang relevan sesuai dengan isu yang diteliti.

1.2.2 Batasan Waktu

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu

penulis dalam penelitian ini, batasan waktu dibatasi pada tahun

2015-2021, karena hingga saat ini China masih memiliki

permasalahan yang kompleks terkait dengan penggunaan emisi atau

pun batubara yang cukup banyak sehingga mengakibatkan salah

salah satunya berdampak kepada perubahan iklim. Yaitu apakah

dapat menangani permasalahan perubahan iklim di dunia.

1.2.3 Batasan Bidang

Penulis memilih untuk membatasi waktu pada penelitian ini di

tahun 2021, sebab berdasarkan laporan dari hasil pertemuan COP21

dengan adanya perjanjian yang dimana China telah melakukan

ratifikasi COP21 dalam perjanjian Paris yang dimana dalam upaya

penanganan perubahan iklim di dunia ini impact nya terasa oleh

masyarakat internasional.

1.3 Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan referensi berupa literatur-literatur ilmiah oleh

penulis terdahulu yang mana terdapat keterkaitan dengan judul yang

diteliti saat ini. Sehingga dengan adanya referensi tersebut dapat


memberikan informasi serta gambaran terkait dengan judul yang diteliti.

Adapun referensi yang dimaksud yaitu:

1.3.1 Nova Febriyani, Kebijakan Luar Negeri Cina Dalam THE

UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON

CLIMATE CHANGE (UNFCCC) Pada Konferensi Perubahan

Iklim Di Copenhagen Tahun 200914

Adapun rujukan yang pertama merupakan sebuah jurnal yang ditulis

oleh Nova Febriyani dengan judul, Kebijakan Luar Negeri China Dalam

THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE

CHANGE (UNFCCC). Pada penelitian ini membahas mengenai kebijakan

luar negeri yang menjadi prinsip dan tujuan utama negaranya yang

diaplikasikan dalam pelaksanaan konferensi Copenhagen. Isinya yaitu

bagaimana Kebijakan Luar Negeri China dalam The United Nations

Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada Konferensi

Perubahan Iklim di Copenhagen pada Tahun 2009. Pada pembahasan ini

dijelaskan mengenai UNFCCC serta faktor internal dan eksternal yang

mendasari kebijakan luar negeri China dalam konferensi perubahan iklim

kelima belas (COP-15) di Copenhagen, Denmark, dalam konferensi

tersebut China menggunakan prinsip diplomasi lingkungan.

Sesuai pada kepentingannya, China mempunyai kebijakan yang

telah dibuat dan memang terbaik untuk negaranya. Penelitian ini

14
Febriyani, Nova. Kebijakan Luar Negeri Cina Dalam THE UNITED NATIONS FRAMEWORK
CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (UNFCCC) Pada Konferensi Perubahan Iklim Di Copenhagen
Tahun 2009. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
menggunakan landasan teori dan konseptual analisis kebijakan luar negeri

yang tetap pada tujuannya sebagai salah satu upayanya memperoleh

pencapaian kepentingan nasional negaranya.

Pada penelitian tersebut terdapat persamaan yakni meneliti

permasalahan mengenai lingkungan yang dapat berakibat kepada dampak

buruk perubahan iklim yang terasa meyeluruh di dunia. Perbedaan antara

penelitian tersebut dengan penelitian peneliti yakni objek yang ditelitinya,

pada penelitian tersebut membahas mengenai Kebijakan Luar Negeri

China Dalam TheUnited Nations Framework Convention on Climate

Change (UNFCCC) Pada Konferensi Perubahan Iklim di Copenhagen

Tahun 2009. Berbeda dengan penelitian peneliti yakni mengenai analisa

mengapa China mau menandatangani COP21 dalam perjanjian Paris.

1.3.2 DIAH AYU HABIBATURROHMAH, UPAYA CHINA DALAM

MENGHADAPI ISU PEMANASAN GLOBAL MELALUI

PENURUNAN GAS RUMAH KACA15

Adapun rujukan yang kedua merupakan sebuah jurnal yang ditulis

oleh Diah Ayu Habibaturrohmah, upaya china dalam menghadapi isu

pemanasan global melalui penurunan gas rumah kaca penelitian ini

bertujuan untuk membahas Gas Rumah Kaca di China dan menganalisis

strategi serta upaya pemerintah dalam mengatasi krisis lingkungan pada

negaranya.

15
Habibaturrohmah, Ayu, Diah. UPAYA CHINA DALAM MENGHADAPI ISU PEMANASAN GLOBAL
MELALUI PENURUNAN GAS RUMAH KACA. Universitas sriwijaya Indralaya.
Penelitian ini menggunakan teori Neoliberalisme Lingkungan dari

Manish Bapna, Helen Mountfrod, dan Janet Ranganathan (2019). Dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa upaya pemerintah China dalam

mengatasi krisis lingkungan guna menyelesaikan terlebih dahulu di ruang

lingkup doemestiknya ataupun keterlibatan dengan berbagai perjanjian dan

konferensi internasional yang memberikan dampak yang positif hagi

negaranya seperti China's 13 fiveyear plans yang memfokuskan

bagaimana mengatasi pertumbuhan ekonemi yang tidak seimbang diantara

keberlangsungan sistem lingkungan negaranya.

Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan yakni meneliti

permasalahan mengenai upaya atau cara suatu negara untuk

menanggulangi perubahan iklim dalam lingkungan masyarakat global.

Yang dimana upaya tiap negara untuk memaksimalkan penanggulangan

dampak dari perubahan iklim. Yang dapat berakibat kepada dampak

buruk perubahan iklim yang terasa meyeluruh di dunia maka dibentuk

suatu solusi atau kebijakan luar negerinya.


1.3.3 Pinaka Swastiratu, Motif Di Balik Persetujuan Tiongkok

Terhadap Paris Agreement 2015: Sebagai Penguatan Daya

Tarik Produk Solar Photovoltaic16

Adapun rujukan yang terakhir merupakan jurnal yang ditulis oleh

Pinaka Swastiratu dengan judul Motif di Balik Persetujuan China

Terhadap Paris Agreement 2015: Sebagai Penguatan Daya Tarik Produk

Solar Photovoltaic. Motif dibalik ratifikasi China di bawah pemerintahan

Xi Jinping pada Paris Agreement 2015. Keputusan China untuk

meratifikasi the Paris climate change agreement menjadi menarik, karena

keputusan tersebut merupakan kecenderungan baru dalam kebijakan luar

negeri China menanggapi perubahan iklim, mengingat negara tersebut

enggan untuk meratifikasi Protokol Kyoto. Kebijakan lingkungan

merupakan pendekatan yang digunakan sebagai intrumen untuk

menganalisis penulisan ini.

Pilihan kebijakan lingkungan dipengaruhi oleh keragaman motif.

Melalui pendekatan tersebut, penulis menemukan bahwa terdapat motif

selain motif lingkungan, yaitu ekonomi politik. Target pengembangan

energi non-fosil sejalan dengan bisnis pengembangan solar PV yang

dijalankan oleh China saat ini. Sehingga, bentuk dari motif ekonomi

politik tersebut adalah China memaksimalkan dukungan politiknya melalui

16
Pinaka Swastiratu, 2019, motif di balik persetujuan tiongkok terhadap Paris agreement 2015:
sebagai

Penguatan daya tarik produk solar photovoltaic. Universitas Airlangga Surabaya.


kebijakan untuk meratifikasi Paris Agreement. Dukungan politik tersebut

dilandasi oleh tujuan ekonomi, yakni untuk menguatkan daya tarik industri

solar PV.

Dalam penelitian tersebut terdapat persamaan yakni meneliti

mengenai maksud dan tujuan negara China mau meratifikasi keanggotaan

COP dalam UNFCCC tentang perubahan iklim. Adanya kepentingan

nasional yang dilakukan oleh China dengan mengeluarkan suatu

kebijakan yang dimana tidak sepenuhnya untuk kepentingan negaranya

saja namun jika kebijakan tersebut berhasil bisa menjadi salah satu solusi

bagi negara-negara di dunia untuk penanggulangan Climate Changes.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Mengapa China mau menandatangani perjanjian Paris (Paris Agreement)

pada COP21?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus, adapun tujuan dalam penelitian ini ialah:

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memberi

gambaran umum terkait dengan sejarah awal mula terbentuknya UNFCCC


yang menghasilkan COP (Conference of The Parties) tentang perubahan

iklim.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan

bagaimana China dalam penanganan perubahan iklim di dunia,

menganalisis masalah lingkungan hidup yang terjadi di China, dan juga

Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas keberhasilan China setelah

meratifikasi perjanjian COP21 dalam perjanjian Paris untuk menghadapi

isu lingkungan hidup yaitu perubahan iklim.

1.6 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang relevan sebagai petunjuk

dalam penyelesaian permasalahan yang diteliti. Adapun teori itu sendiri

merupakan seperangkat konsep/konstruk, definisi dan proposisi yang berusaha

menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena, dengan caranya yaitu dengan

terperinci sebab-akibat yang terjadi. 17 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

terori dan konsep sebagai berikut:

1.6.1 Pendekatan Neorealisme

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan dari

berbagai macam pendekatan yang dibentuk dalam Hubungan 

Internasional, kali ini Peneliti menggunakan pendekatan neorealisme

dalam  menganalisis kepentigan nasional China dengan meratifikasi

17
Yanuar Ikbar,Metodologi & Teori Hubungan Internasional ( Bandung: Refika Adtama, 2021)
50
keanggotaan dalam COP( conference of the parties). Teori Neorealisme

merupakan teori pengembangan dari teori Realisme. Neorealisme

dikemukakan oleh Kenneth Waltz dalam bukunya yang berjudul”Theory

of International Politics (1979)”, Waltz menjelaskan bahwa adanya

pembeda antara teori Neorealis dengan Realisme. Dalam teori neorealisme

yaitu memfokuskan pada struktur sistem internasional sehingga

neorealisme dinamakan pula teori Realisme Struktural. Neorealisme juga

merupakan sebuah bentuk kritik terhadap Realis yang dimana teori

Realisme telah gagal dalam merealisasikan serta mengakui bahwa

kepentingan ekonomi menjadi salah satu faktor utama dalam kepentingan

nasional yang di lakukan atau di utamakan oleh setiap negara dan

pengaruhnya berdampak pada perubahan peran dari aktor state maupun

non-state aktor di dalam Hubungan Internasional.  Neorealis tidak

menolak adanya semua kemungkinan untuk kerjasama dengan antar

negara.  Akan tetapi mereka tetap mempertahankan bahwasannya negara

yang melakukan kerjasama selalu berusaha untuk memaksimalkan hasil

yang didapat untuk kepentingan nasionalnya. Kekuasaan relatif dan

mempertahankan otonomi mereka. 18.

Menurut Waltz fokus neorealis yaitu pada struktur sistem bukan

terhadap manusia yang menciptakan suatu sistem atau yang

mengoperasikan sistem tersebut, maka yang menjadi pemimpin suatu

18
Waltz, Kenneth. 1979. Theory of international Politics. Reading: Addison-Wesley. Lamy, Steven
L.Contemporery Mainstream Approaches: Neorealism and Neoliberalism, dalam John Baylis.
et.al. 2013. The
Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations. Oxford University
Press.
negara lah yang merupakan struktur dari sistem suatu negara. Dalam

determinasinya memberikan petunjuk tentang hal yang harus mereka

lakukan dalam menjalankan kebijakan luar negerinya. Maka dari itu,

kepentingan nasional menjadi pokok utama bagi suatu negara dan yang

dilakuan oleh negara, maka negara-negara yang mempunyai super power

bisa mengatur sistem internasionalnya sendiri untuk kepentingan atau

keberhasilan kepentingan negaranya. Waltz juga mengembangkan teori

neorealisme defensive yang dimana dikatakan bahwa negara lebih

diuntungkan jika menempatkan situasi atau faktor keuntungan bagi

kepentingan negaranya. Secara singkatnya, fokus neorealisme dalam

pandangan Waltz yaitu pada struktur sistem dan bukan pada manusia yang

mengoperasikan sistem tersebut.19 Waltz sangat menghargai adanya

kedamaian dalam masyarakat internasional dan meyakini bahwa konsep

balance of power lebih baik di gunakan dalam suatu negara untuk

menjalankan serta keberhasilan keuntungan negaranya.

Maka kaitan pembahasan diatas dengan pembahasan yang peneliti

akan bahas yaitu antara teori neorealis dengan kepentingan nasional China

menjadi pokok utama untuk meratifikasi keanggotaan COP, terlihat jelas

bahwa China bukan semata-mata ingin membantu atau bertanggung jawab

saja untuk persoalan Climate Changes namun ada maksud dan tujuan

tertentu seperti kepentingan ekonominya, selain itu pemerintah China

mencanangkan atau membuat kebijakan yang dimana solusi dari bentuk

pencegahan atau pengurangan dari polusi udara, air serta pemakaian emisi
19
Ibid. Hal. 141
gas karbondioksida yang berlebih, maka pemerintah China menciptakan

energi terbarukan yang dimana itu mengedepankan green technology atau

clean energy.

1.6.2 Konsep Kebijakan Luar Negeri

Konsep Kebijakan Luar Negeri seperti yang dikatakan dalam buku:

“Foreign Policy: Menuju kebijakan Luar Negeri Level 4 oleh DR. Riant

Nugroho yang dalam salah satu isi bukunya mengatakan bahwa kebijakan

luar negeri merupakan turunan dari gugusan antara ideologi nasional dan

kepentingan nasional, terkecuali suatu bangsa tidak mempunyai

kepentingan nasional.20

Untuk menciptakan kepentingan nasional dalam suatu negara maka

diperlukan adanya kebijakan luar negeri yang dibuat oleh pemerintah

megaranya. Kebijakan yang ditetapkan perlu memenuhi semua

kepentingan masyarakat dan kepentingan nasional. Secara umum

kebijakan luar negeri merupakan suatu perangkat formula dari adanya

nilai, sikap, arah, serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan,

dan memajukan kepentingan nasional di dalam peraturan dunia

internasional.21 Yang dimana kebijakan luar negeri yang dibuat harus

sepadan dengan hasil yang dapat diterima bagi kepentingan nasionalnya.

Kebijakan luar negeri menjadi determinan yang dimana pembuat

atau pengambil keputusan diambil oleh para pembuat keputusan yang

20
DR. Riant Nugroho, Foreign policy menuju Kebijakan Luar Negeri Level 4. 2005. Hlm.39
21
Anak Agung Bayu Pervilan dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan.
Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hlm.4
berhubungan dengan kejadian serta situasi di lingkungan internal maupun

eksternal. Langkah-langkah tersebut dilakukan berdasarkan upaya yang

dianut serta dikembangkan dengan komitmen dan sasaran yang lebih

spesifik.22 Jadi, kebijakan luar negeri tindakannya dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari lingkungan eksternal (external

environment) maupun lingkungan internal (internal environment).

Menurut Howard Lentner mengklasifikasikannya ke dalam dua

kelompok, yaitu determinan luar negeri dan determinan domestik. 23 Maka

dari itu konsep kebijakan luar negeri ini mendukung pembahasan yang

peneliti akan teliti yang dimana adanya faktor sistem internasional serta

situasi yang dimana dapat membuat China meratifikasi keanggotaan COP

karena di lihat dari aspek lingkungan eksternal yang berpengaruh salah

satunya seperti kebijakan China yang memakai clean energy yang dimana

faktor dari kebijakan tersebut tentunya juga berpengaruh terhadap

kepentingan national nya yang dimana semua akan bergantung pada China

seperti negara dengan pemakaian emisi gas rumah kaca atau batubara

masih tinggi itu dapat di kecam untuk berganti menjadi clean energy itu

lah salah satu cara yang di lakukan China untuk menarik kepentingannya

dengan faktor eksternal. Yang dimana pula faktor ini yang menajdi pokok

22
James N. Rosenau, Gavin Boyd dan Kenneth W. Thompson, World Politics: An Introduction
(New York : The Free Press, 1976) 16-17

23
Howard Lentner, Foreipn Policy Analysis : A Comparative and Conceptual Approach
(Ohio:Bill and Howell Co,1974) 105-171
utama China untuk meratifikasi yaitu green economy atau Green

technology itu salah satu isu yang jelas adanya dan dapat dikatakan

menjadi kepentingan negara China.

1.6.3 Konsep Kepentingan Nasional

Konsep Kepentingan Nasional merupakan capaian yang ingin

dilakukan untuk kebutuhan suatu bangsa/negara. Kepentingan nasional

sangat menentukan dan bepengaruh besar dalam suatu negara.

Kepentingan nasional juga seringkali menjadi fokus utama dari setiap

kebijakan yang dibuat oleh setiap negara. Kepentingan nasional suatu

negara terdiri dari, kepentingan keamanan nasional, kepentingan ekonomi,

dan juga peningkatan kekuatan nasional. Kepentingan nasional merupakan

tujuan mendasar serta faktor paling penting yang menentukan pembuat

keputusan dalam mengkaji politik luar negerinya. Semua negara tentunya

turut serta dalam proses memenuhi atau mengamankan tujuan kepentingan

nasional. Kebijakan luar negeri masing-masing negara dirumuskan

berdasarkan kepentingan nasionalnya dan selalu dibuat untuk

mengamankan tujuan negaranya. Ini merupakan hak dari setiap negara

untuk mengambil posisi aman bagi kepentingan nasionalnya.

Menurut Nuechterlein, ada empat dimensi kepentingan dasar yang

menjadi kepentingan nasional yaitu Kepentingan Keamanan (Defense of

Homeland), Kepentingan Ekonomi (Economic Well-being), Kepentingan

Tatanan Dunia (Favorable World Order) dan Kepentingan Ideologi

(Promotion of Values). Kepentingan Keamanan (Defense of Homeland)


merupakan kepentingan negara untuk melindungi negara dan warganya

dari ancaman atau gangguan dari negara lain atau hal dapat yang

mengancam sistem politik nasional. Kepentingan Ekonomi (Economic

Well-being) adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan

bekerjasama dengan negara lain. Kepentingan Tatanan Dunia (Favorable

World Order) yaitu adanya jaminan sistem politik dan ekonomi

internasional suatu negara untuk dapat merasakan keamanan sehingga

rakyat serta pemikul ekonominya dapat bekerja di luar batas negaranya

dengan adanya jaminan yang aman. Kepentingan Ideologi (Promotion of

Values) yaitu kepentingan negara dalam melindungi dan mempertahankan

ideology negaranya dari ancaman ideologi kepentingan negara lain.24

- Konsep ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan, karena dalam

kenyatannya suatu negara tidak benar-benar membantu aliansinya tanpa

ada kepentingan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan China

yang mau menandatangani / meratifikasi COP di perjanjian Paris

Agreement. Analisis peneliti ini di lakukan dengan poin-poin kepentingan

nasional yang dikemukakan Nuechterlein yaitu, Kepentingan Keamanan

(Defense of Homeland), Kepentingan Ekonomi (Economic Well-being),

Kepentingan Tatanan Dunia (World Order Interests), dan Kepentingan

Ideologi.

24
Donald E. Nucchterlin, National Interest a New Approach, Vol 23 No. I (Spring), 1979, hlm.57
1.7 Asumsi/ Definisi Operasional

Asumsi merupakan anggapan dasar yang mana kebenarannya diterima

oleh peneliti, adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tindakan negara cenderung dipengaruhi oleh identitas yang terbentuk

melalui struktur sosial baik nasional maupun internasional.

2. Pengambilan keputusan kebijakan luar negeri cenderung ditentukan

oleh tingkat keamanan internal dan eksternal negara tersebut

3. Kepentingan negara kemungkinan besar menempatkan sesuai dengan

konstruksi sosial yang dapat berubah pada waktu tertentu.

4. Kebijakan keamanan negara dapat menyesuaikan dengan isu yang

sedang terjadi dan mengutamakan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat internasional yang sejalan dengan identitas negara.

5. Ancaman identitas negara cenderung menjadi alasan untuk

mempengaruhi kebijakan keamanan negara.


30

1.8 Alur Pemikiran

Bagan 1.1 Alur Pemikiran

Green energy dan clean energy

UNFCCC Sebagai Organisasi


Internasional yang menangani
Perubahan Iklim

China meratifikasi COP21 (Paris


Agreement)

Kebijakan Luar Negeri (Howard


Faktor Internal Lentner) serta Kepentingan Faktor Eksternal
Nasional (Nuechterlein)

Kepentingan Kepentingan Kepentingan Kepentingan Tata -Fenomena tingkat


Keamanan Ekonomi Ideologi Dunia suhu bumi yang
meningkat
Dapat Dalam Kepentingan Dalam hal ini
mempermudah kepentingan ideologi China mempunyai - Tekanan dari
kerjasama ekonomi lingkungan kepentingan untuk negara-negara
dengan negara China China terhadap adanya jaminan maju untuk ikut
lain dalam membawa faktor dari suatu serta bertanggung
pengawasan kebijakan perubahan kebijakan yang di jawab menangani
keamanan yang di buat iklim China buat agar dapat penanggulangan
negaranya. oleh mempunyai terealisasikan dan perubahan iklim
pemerintah prinsip atau mendapatkan
negaranya kebijakan keuntungan dalam
agar dapat China’s 12th segi pendapatan
menghasilkan Five Year Plan ekonomi serta
keuntungan yang fokus sistem
ekonomi bagi terhadap internasional bagi
negaranya. enviromentalis negaranya.
me.
31

1.9 Metode Penelitian

Adapun metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,

dimana disertakan literatur-literatur utama di awal penelitian dengan

tujuan memberikan arahan serta petunjuk atas pertanyaan-pertanyaan dari

hipotesis penelitian.25 Menurut Strauss&Corbin Penelitian kualiatatif

merupakan jenis penelitian yang mana prosedur penemuannya dilakukan

tidak dengan menggunakan prosedur statistik maupun kuantifikasi.26

Alasan penulis mengambil metode kualitatif sebab dalam penelitian

ini penulis tidak membutuhkan hitungan-hitungan berupa prosuder

kuantifikasi yang terdapat dalam metode kuantitatif. Dalam penelitian ini

lebih mengarah pada menganalisis adanya faktor eksternal maupun

internal yang menjadikan China mau menandatangani COP21 dalam

penanganan perubahan iklim di KTT COP21 di Markas besar PBB, di

New York, Amerika Serikat.

1.9.1 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriktif, yang

mencakup berupa deskripsi secara terperinci. Data yang diperoleh dari

penelitian dikumpulkan, diseleksi, dikategorisasi untuk kemudian

dipaparkan secara deskriptif untuk memberikan gambaran fakta yang ada

untuk menjawab pertanyaan yang telah diuraikan pada rumusan masalah.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk

25
Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2019) 39.
26
Salim dan Syahru, Metode Peneltian Kualitatif (Bandung: Citapustaka Media, 2012) 40.
32

memberikan gejala-gejala serta fakta-fakta ataupun kejadian-kejadian

secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu27.

Adapun dibawah ini merupakan ciri-ciri metode penelitian

deskriptif:28

1. Masalah yang dirumuskan harus bersifat layak, serta memiliki

nilai ilmiah yang sifatnya tidak terlalu luas

2. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan spesifik

3. Data yang digunakan merupakan fakta-fakta yang terpercaya

atau kredibel dan bukan merupakan opini

4. Standar yang digunakan untuk membuat suatu perbandingan

harus mempunyai validitas

5. Harus terdapat deskripsi yang jelas mengenai tempat dan waktu

pada penelitian yang dilakukan

Hasil penelitian harus berisi secara detail mengenai teknik

pengumpulan data maupun dalam menganalisa data, seta studi

kepustakaan yang dilakukan. Alasan peneliti memilih penelitian deskriptif

sebab 5 ciri-ciri metode penelitian deskriptif diatas relevan dengan

penelitian saat ini, dimana penelitian ini memberikan gambaran terkait

dengan fakta yang terjadi mengenai tujuan China mau menandatangi

COP21.
27
Hardani,Helmina dkk, Metode Penelitian Kualiatatif dan Kuantitatif (Yogyakarta : CV Pustaka
Ilmu) 54
28
Bogdan dan Taylor: Metode Penelitian dalam Lexy J. Moleong: Metodologi Penelitian
Kualitatif, Ed: Rev, (Bandung Remaja Rosida Karya, 2006), hal. 33
33

1.9.2 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen dalam penelitian ini ialah penulis sendiri,

dimana penulis merupakan instrumen kunci (researcher as key instrument)

yaitu berfungsi mengumpulkan data-data dari berbagai sumber yang

diperoleh. 29 Dalam penelitian ini seluruh data yang diperoleh kemudian di

kumpulkan dan ditafsirkam langsung oleh penulis. Menurut Lincoln &

Guba kedudukan penulis sebagai instrumen utama dalam penelitian

memberikan banyak manfaat, sebab terdapat keyakinan bahwasannya

manusia dapat mampu memahami makna yang diperoleh dari berbagai

interaksi.30

Fungsi dari peneliti sebagai human instrument, diantara lain ialah31

menetapkan sebuah fokus penelitian, memilih informan yang dijadikan

sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,

melakukan analisis data, menafsirkan data dan yang terakhir yaitu

membuat kesimpulan atas sebuah temuannya.

1.9.3 Teknik Pengumpulan data

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam melakukan

penelitian, maka penulis memerlukan beberapa teknik agar data yang

diperoleh bersifat akurat dan kredibel yang kemudian dapat disimpulkan

sebagai hasil penelitian. Sebelum melakukan penelitian atau terjun ke

lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan beberapa hal pra-penelitian

29
Creswell, op,cit. hlm 248
30
Farida Nugraha, Metode Penelitian Kualitatif ( Surakarta : Cakra Books, 2014) 97
31
Hardani,Helmina dkk, op,cit.hlm 117
34

untuk menunjang penulis dalam melakukan penelitian kelak, diantaranya;

mengumpulkann data melalui berbagai sumber bacaan seperti buku, jurnal,

skripsi, dan juga berita dari media online, berdiskusi dan melakukan

bimbingan dengan pembimbing terkait permasalahan yang diangkat, teori

yang digunakan, maupun alur pemikiran yang menjadi dasar dilakukannya

penelitian.

Setelah melakukan pengumpulan data pra-penelitian, maka

selanjutnya penulis melakukan penelitian untuk menjawab rumusan

masalah penelitian. Terdapat berbagai macam teknik pengumpulan data

penelitian kualitatif yang dapat diperoleh dalam berbagai sumber,

misalnya wawancara, observasi, dokumentasi, atau informasi audiovisual.

Setelah mengumpulkan data dari berbagai macam sumber tersebut, peneliti

meninjau ulang data-data yang telah diperoleh.32

Menurut Creswell, terdapat beberapa langkah teknik pengumpulan

data pada saat melakukan penelitian, di antaranya;

1. Mengidentifikasikan lokasi atau individu yang nantinya dapat

menunjang penelitian yang peneliti lakukan.

2. Menjelaskan jenis-jenis data yang nantinya dikumpulkan, terdapat

beberapa prosedur atau strategi pengumpulan data.

1.9.3.1 Studi Pustaka

Penulis juga menggunakan studi pustaka sebagai teknik

untuk pengumpulan data dengan mengumpulkan sumber informasi

32
Creswell, Op, Cit hlm 248.
35

yang dibutuhkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen atau data

lainnya. Metode studi pustaka ini digunakan dengan tujuan untuk

pengumpulan data sekunder dimana pencarian data dan informasi

berdasarkan telaah literatur melalui, jurnal, tesis, buku, artikel,

surat kabar serta data informasi yang diakses melalui internet

(online) yang berhubungan atau relevan dengan objek penelitian

serta informasi yang terdapat di website resmi instansi terkait.

Selain itu juga dengan adanya teknik studi pustaka ini dapat

mendukung informasi lainnya yang tidak terbataskan oleh ruang

dan waktu membuat peneliti mendapatkan informasi dan

mengetahui hal-hal yang terjadi dalam fenomena permasalahaan

penelitian ini.

1.9.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa

komponnen yang diuraikan berdasarkan Miles dan Huberman 33. Adapun

komponen-komponen dalam teknik analisis data yaitu:

1.9.4.1 Reduksi Data

Data pada penelitian kualitatif umumnya berupa sebuah

narasi deskriptif kualitatif, jika ada data dokumen yang bersifat

kuantitatif maka tetap besifat deskriptif. Tidak ada suatu analisis

data secara statistik di dalam penelitian kualitatif. Dimana

analisisnya bersifat naratif kualitatif, kemudian mencari kesamaan-


33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
( Bandung : Alfabeta, 2007)
36

kesamaan serta perbedaan-perbedaan informasi.34 Reduksi data

merupakan bagian analisis yang menajamkan, kemudian

menggolongkan, mengarahkan, membuang data-data yang tidak

perlu, serta mengorganisasi data sehingga simpulan-simpulan akhir

dapat ditarik dan kemudian di verifikasi. Dengan reduksi data,

maka data kualitatif dapat disederhanakan juga ditransformasikan

kedalam beberapa macam langkah melalui penyeleksian ketat.

Dengan melalui ringkasan ataupun uraian singkat, juga dapat

dengan menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan

sebagainya.35

1.9.4.2 Penyajian Data

Penyajian data merupakan sebagai kumpulan informasi

yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya sebuah penarikan

kesimpulan dan juga pengambilan tindakan. Dalam penyajian data

berupa teks naratif yang kemudian diubah menjadi beberapa

bentuk grafik, jenis matriks bagan dan jaringan. Dirancang dengan

tujuan menggabungkan informasi-informasi yang tersusun dalam

bentuk yang padu serta mudah diraih. Sehingga peneliti mampu

mengetahui hasil yang terjadi dalam menarik suatu kesimpulan.

Langkah ini merupakan bagian dari proses sebuah analisis.36

34
Hardani,Helmina dkk .op.cit hlm 163
35
Ibid hal 167
36
Salim&Syahrum. Op.cit. 149
37

1.9.4.3 Penarikan Kesimpulan

Adapun langkah terakhir ialah penarikan kesimpulan serta

verifikasi. Adapun kesimpulan awal dapat dikatakan sebagai

kesimpulan sementara, jika tidak ditemukan data-data yang kuat

serta akurat. Namun jika kesimpulan telah diperoleh data-data yang

kuat dalam mendukung penelitian ini, maka kesimpulan tersebut

merupakan kesimpulan yang kridibel. Namun kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan yang belum pernah

ditemukan sebelumnya, oleh sebab itu dengan ada temuan berupa

gambar atau objek masih belum jelas, sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, yang berupa hubungan kausal atau interaktif,

ataupun berbentuk hipotesis atau teori.

1.9.5 Uji Keabsahan Data

Adapun tujuan dari pengujian keabsahan data ialah agar data yang

digunakan dapat teruji validasinya sehingga dengan banyak nya data yang

diperoleh keabsahannya dapat di pertanggung jawabkan. Dalam penelitian

kualitatif temuan atau data dinyatakan valid jika tidak diperoleh perbedaan

antara yang dilaporkan oleh peneliti terhadap obyek yang diteliti.37 Adapun

strategi yang digunakan dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian

ini antara laindalam pengujian keabsahan data dalam penelitian ini antara

lain:

37
Husnu Abadi. Op.Cit.hal 198
38

1.9.5.1 Member Check

Pada saat melakukan pengujian keabsahan data, penulis

melakukan member check yang dilakukan pada sesi terakhir

wawancara. Creswell menjelaskan bahwa penerapan member

check dilakukan dengan mengulas kembali data yang telah

diperoleh terhadap informan untuk memastikan bahwa data atau

informasi tersebut sudah akurat38.

1.9.5.2 Triangulasi

Pengujian keabsahan dengan triangulasi berarti melakukan

beberapa macam metode pada saat menganalisis data salah satunya

dengan menggunakan sumber data informasi yang berbeda. Ini

dilakukan dengan tujuan mengetahui keakuratan data yang telah

dikumpulkan, dengan menggunakan berbagai macam sumber,

maka ssdapat menambah validitas data.39 Oleh karena itu dalam

melakukan penelitian, penulis bukan hanya melakukan wawancara

saja namun juga menggunakan berbagai macam bahan referensi

bacaan lainnya.

1.9.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian

1.9.6.1 Lokasi Penelitian

Obyek penelitian ini dilakukan dengan wawancara,

keseluruhan aktivitas penelitian termasuk sumber-sumber terkait di

38
Creswell Op.Cit. hal 269 - 270
39
Ibid hal 269
39

akses melalui perpustakaan kampus yang ditentukan serta lokasi

informan, di Indonesia. Adapun obyek dalam penelitian ini adalah

negara China yang meratifikasi keanggotaan terhadap penanganan

perubahan iklim global dalam KTT COP21 pada tahun 2016.

Lokasi penelitian yang dijadikan sebagai tempat oleh

peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan di

berbagai tempat, diantaranya:

1. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi Jl. Terusan

Jenderal Sudirman PO Box 148, Kota Cimahi

2. Perpustakaan Pusat Universitas Jenderal Achmad Yani

Jl. Terusan Jenderal Sudirman PO Box 148, Kota

Cimahi

1.9.6.2 Rencana Waktu Penelitian

Tabel 1.1

Rencana Waktu Penelitian


40

Tahun
No Kegiatan
2022

Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Pengajuan
1
Judul

Penyusunan
2
Data

Proses
3
Bimbingan

Seminar

4 usulan

Penelitian

Revisi

5 usula

Penelitian

Penyusunan
5
Skripsi

Bimbingan
6
Skripsi

Perbaikan
7
draft
41

Sidang
8
skripsi

Revisi
9
skrips

i
42

1.10. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan

masalah, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka

teoritis, asumsi, alur pemikiran, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II UNFCCC (The United Framework Convention on Climate

Change/ Konvensi Rangka Kerja PBB Tentang Perubahan Iklim)

Sebagai Organisasi Internasional Yang Menangani Climate Changes

Pada bab ini membahas terkait gambaran umum UNFCCC( the

united framework convention on climate change)/ konvensi rangka kerja

pbb tentang perubahan iklim dimulai dengan sejarah pembentukan

organisasi, arah perkembangan setelah dibentuknya UNFCCC termasuk

informasi singkat mengenai struktur organisasi, tujuan dan prinsip

organisasi serta keanggotaan dari negara-negara UNFCCC mengenai

perubahan iklim.

BAB III China Merativikasi COP21 (Paris Agreement)

Bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, pada bagian ini dijelaskan mengenai China yang

merativikasi COP (conference of Parties) pada perjanjian Paris mengenai

penanganan perubahan iklim dunia, yang mana penulis memaparkan

terkait dengan sejarah serta peran China mengapa mau menandatangani


43

COP21 dalam penanganan perubahan iklim. Dan juga mengenai sejauh

mana peran China dalam menangani perubahan iklim yang terjadi di dunia

ini.

BAB IV Kebijakan Luar Negeri Dalam Asumsi Neorealis Yang

Terdapat Faktor Internal Dan Juga Faktor Ekstenal

Bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, pada bagian ini dijelaskan mengenai adanya

kebijakan luar negeri serta kepentingan nasional China dalam asumsi teori

neorealisme menurut Kenneth Waltz yang dimana mempengaruhi faktor

eksternal maupun internal dari adanya dampak buruk perubahan iklim

yang terasa menyeluruh di dunia.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan. Adapun Informasi yang disampaikan

merupakan jawaban akhir dari perumusan masalah, serta terdapat saran

bagi peneliti selanjutnya umtuk mengamati objek penelitian yang serupa.


44

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Anak Agung Bayu Pervilan dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu

Hubungan. Internasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) hlm.4

Bogdan dan Taylor: Metode Penelitian dalam Lexy J. Moleong: Metodologi

Penelitian Kualitatif, Ed: Rev, (Bandung Remaja Rosida Karya, 2006),

hal. 33

Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan

Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2019) 39

Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan

Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2019) 248


45

Creswell, Research Design Pendekatan Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan

Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2019) 269-270

DR. Riant Nugroho, Foreign policy menuju Kebijakan Luar Negeri Level 4. (Jakarta:

kelompok Gramedia, 2005), Hlm.39

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Perubahan Iklim, Perjanjian

Paris, Dan Nationally Determined Contribution (Jakarta: Direktorat

Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan, 2016), 11

Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto "Implikasi Bagi Negara Berkembang (Jakarta:

Kompas, 2003), 1-10

Erwin, Muhammad. 2009. Hukum Lingkungan “Dalam Sistem Kebijaksanaan

Pembangunan Lingkungan Hidup”. Refika Aditama: Bandung

Farida Nugraha, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: Cakra Books, 2014) 97

Hardani, Helmina dkk, Metode Penelitian Kualiatatif dan Kuantitatif

(Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu) 5

Hardani, Helmina dkk, Metode Penelitian Kualiatatif dan Kuantitatif (Yogyakarta:

CV Pustaka Ilmu) 117

Hardani, Helmina dkk, Metode Penelitian Kualiatatif dan Kuantitatif (Yogyakarta:

CV Pustaka Ilmu) 163


46

James N. Rosenau, Gavin Boyd dan Kenneth W. Thompson, World Politics: An


Introduction (New York: The Free Press, 1976) 16-17

Mursitama, Tirta N. dan Yudono, Maisa. 2010. Srategi Tiga Naga “Ekonomi

Politik Industri Minyak China di Indonesia”. Kepik Ungu: Depok

Naisbitt John dan Doris Naisbitt. 2010. China’s Megatrends “8 Pillar yang

Membuat Dahsyat China”. Gramedia: Jakarta

O'Neill, Kate, TheEnviroment and International Relations (New York: Cambridge

University Press, 2009), 4-5

Salim & Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka

Media

Salim & Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka

Media, Hal.149

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. (Bandung: Alfabeta, 2007)

UNFCCC. United Nations Framework Convention on Climate Change. Bonn:

United Nations. 1992

UNFCCC Secretariat. United Nations Framework Convention on Climate Change

Handbook. Bonn: Climate Change Secretariat, 2006

Jurnal:
47

Donald E. Nucchterlin, National Interest a New Approach, Vol 23 No.I (Spring),

1979, hlm.57

Wibowo, I. 2007. Belajar Dari Cina “Bagaimana Cina Merebut Peluang Dalam

Era Globalisasi”. Kompas Media Nusantara: Jakarta

Heggelund, Gorild. China Climate Change Policy: Domestic and International

Developments. Asian Perspective, Vol. 31, No.2, 20. Available From: [20

November 2010]

Skripsi & Tesis:

Irham, Mohammad. 2009. Isu polusi lingkungan China dalam hubungan

ChinaJepang perspektif human security (2001-2008). Tesis Pasca Sarjana

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Lalu Husni, Hukum Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia,

Program Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang, 2010

Widyasari, Ika Putri. 2020. Upaya China Menangani Isupolusi Lingkungan Dalam

China’s 12 Th Fiveyearsplan, Skripsi Strata-1 Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang

Febriyani, Nova, 2011, Kebijakan Luar Negeri Cina Dalam The United Nations

Framework Convention On Climate Change (Unfccc) Pada


48

Konferensi Perubahan Iklim Di Copenhagen Tahun 2009, Skripsi

Strata-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta

Habibaturrohmah, Diah A, 2021, Upaya China Dalam Menghadapi Isu


Pemanasan Global Melalui Penurunan Gas Rumah Kaca, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya Palembang

Fikri, M Aziz. 2018. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam
Perjanjian United Nations Framework Convention On Climate Change
(Unfccc) Pada Periode Tahun 2013-2016. Skripsi. Program Studi Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pinaka Swastiratu, 2019, motif di balik persetujuan tiongkok terhadap Paris

agreement 2015: sebagai penguatan daya tarik produk solar photovoltaic.

Universitas Airlangga Surabaya

Internet:

Tom Phillips, 2016. China Ratifies Paris Climate Change Agreement Ahead of

G20 [online]. The Guardian, dalam

https://www.theguardian.com/world/2016/sep/03/Tiongkok-ratifies-paris-

climate-change-agreement. [diakses pada 26 September 2018]

Deptan. 2010, United Nations Framework Convention on Climate Change

(UNFCCC) ‘Cancun, Mexico, 29 November – 10 Desember 2010’

Gambaran Umum Issue Perubahan Iklim. Available from: [12 Desember

2010]
49

Eionet. 2011, Legislative Instrument Details: UNFCCC. Available from: [4 April

2011]

Tom Phillips, 2016. China Ratifies Paris Climate Change Agreement Ahead of

G20 [online]. The Guardian, dalam

https://www.theguardian.com/world/2016/sep/03/Tiongkokratifiesparis-

climate-change-agreement. [diakses pada 26 September 2018]

Media Massa:

Saragih, Simon. 2010. Pertemuan Iklim Tianjin ‘China dan Brazil Hambat Trik

Barat’. Kompas 10 Oktober, p. 10

Anda mungkin juga menyukai