Makalah Tentang Kitab Sarasamuscaya PDF
Makalah Tentang Kitab Sarasamuscaya PDF
Makalah Tentang Kitab Sarasamuscaya PDF
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum Acara Hindu
Oleh Kelompok :
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan izinnya kami
telah dapat menyelesaikan Makalah Kelompok ini dengan tepat waktu guna untuk memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum Acara Hindu dengan mengangkat judul : “Ulasan
Tentang Kitab Sarasamuscaya”. Sesuai tugas yang diberikan kepada kami, kami telah
melakukan pembuatan makalah ini dengan baik dan tepat, dengan menyusun penjelasan, latar
belakang, dan pembahasan tentang Ulasan Kitab Sarasamuscaya ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus turut serta membantu dalam mencari materi dan pembuatan
makalah ini hingga selesai. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasannya pengalaman dan pengetahuan yang kelompok kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta kritik bahkan masukan yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan tepatnya di dalam Agama Hindu.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..iii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………..1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………3
KESIMPULAN……………………………………………………..14
SARAN………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Hindu sebagai agama yang berkembang di anak Benua India, mempunyai ciri
khas tersendiri. Ia tidak seperti agama-agama lain yang mempunyai satu kitab suci, seperti
Islam dengan AL-Qur’annya, Kristen dengan kitab Injilnya. Agama tersebut mempunyai
kitab suci, diantaranya adalah kita Weda disebut juga dengan kita Srutti, sedangkan kitab-
kitab suci lainnya disebut dengan kita Smerti.
Secara harfiah kitab Sruti berarti apa yang didengar, yakni apa yang didengar dari
Dewa Tertinggi. Kitab Sruti diyakini oleh umat Hindu sebagai kitab yang di wahyukan secara
langsung oleh Tuhan kepada Rsi. Kitab Sruti merupakan kebenran tunggal dan bersifat
mutlak. Adapun Smerti berarti diingar atau juga berarti tradisi-tradisi. Oleh sebab itu, kita
smerti bukan merupakan wahyu tuhan, melainkan ajaran-ajaran dari seorang Rsi, baik berupa
ucapan, perbuatan maupun tulisan. Kedudukan kitab Smerti adalah sebagai tafsir dari kitab
suci agara mudah ditetapkan oleh umat Hindu dalam kehidupan sosial pribadinya. Adapun
beberapa kitab yang digolongkan ke dalam Smerti, antara lainm Sarasamuscaya, Cilakrama,
Sang Hyang kama hayanikan, Niti sastra, Manu Smerti, slokantara, Yadnya Pawitra dan
lainnya. Smerti ini ditulis untuk memberikan tekanan dan kejelasan terhadapa ajaran yang
terdapat dalam kitab suci Weda, sehingga lenih mudah dipahami, dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan masyarakat, yanh berkaitan dengan tugas dan kewajibannya masing-masing.
Vedam samupabrmhayet
Bibhetyalpasrutad Vedo
Mamyam Praharisyati
Artinya :
“Hendaknya Weda dijelaskan melalui Itihasa dan Purana. Kalau tidak Weda merasa
takut jika orang-orang sudah membacanya. Orang-orang yang menjelaskan mantra Weda jika
tidak dibantu oleh Itihasa dan Purana, tidak diterima oleh weda. Weda takut denganorang
demikian. Katanya, Mamayam Praharisyati, orang bodoh itu akan memukulku”.
Artinya :
Segala ajarannya lebih mengutamakan Catur warga (dharma, artha, kama, dan moksa), baik
sumber uraian, arti maupun tafsirannya, ada terdapat di sini, singkatnya segala yang gterdapat
di sini akan terdapat dalam sastra lain, yang tidak akan terdapat di sini tidak terdapat dalam
sastra lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil poin-poin rumusan
masalah yang menjadi perhatian dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
Sedangkan pada sloka 260 menjelaskan tentang Dasa Nyama Brata yaitu
10 jenis pengekangan hawa nafsu yang harus dilakukan oleh setiap orang
dalam menjalankan kehidupan secara individual maupun sosial
kemasyarakatan agar tercapainya kebahagiaan lahir dan bathin yang terdiri
dari :
1) dharma – kebaikan,
2) satya – setia,
3) tapa – mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu
4) dama – tenang dan sabar,
5) wimatsaritwa – tidak dengki/iri hati,
6) hrih – malu,
7) titksa – tidak gusar,
8) anusuya – tidak berbuat dosa,
9) yajna – berkemauan mengadakan puja/upacara,
10) dana – memberi sedekah,
11) dhrti – selalu menyucikan pikiran, dan
12) ksama – tahan, sabar, dan suka mengampuni.
Dalam kitab Sarasamuscaya ada beberapa nilai etika yang dijelaskan lebih
mendetail dibandingkan nilai etika lainnya seperti misalnya etika dalam
berbicara. Di sini ditegaskan agar tidak berbicara kasar atau mencaci maki
kepada orang yang cacat, orang buta huruf, orang sengsara, orang yang lemah,
orang yang tercela(tersudutkan), orang yang ditimpa kecelakaan, orang miskin,
orang bodoh, dan orang yang penakut. Hal ini dijelaskan dalam Sloka 123,
yaitu :
Artinya :
Inilah patut dihindari, yaitu mencela orangb yang cacat karena kurang atau
lebih anggota tubuhnya, orang buta huruf, orang sengsara, orang yang tak
bertenaga dan tercela pula, orang yang ditimpa kecelakaan, orang miskin
orang bodoh, begitupun orang yang penakut; orang-orang itu janganlah
dicerca, diabaikan. Berkata atau mengeluarkan kata-kata yang demikian itu
merupakan penghinaan.
Selain mengenai larangan berbicara kasar atau mencaci maki, Sārasamuścaya
juga menegaskan tentang prihal tidak marah yaitu hendaknya tidak marah
kepada para dewata, raja (pemimpin/penguasa), brahmana (orang suci), anak-
anak, wanita hamil, orang yang lebih tua maupun lanjut usia dan kepada orang
yang sakit. Nasihat ini dijelaskan di dalam sloka 108 yaitu :
Artinya :
Maka sekarang hendaklah nafsu itu benar-benar diusahakan mengekangnya,
misalnya terhadap para dewata, terhadap sang raja, terhadap sang brahmana,
terhadap anak-anak, terhadap wanita yang sedang mengandung, pun terhadap
orang tua yang lanjut usianya; demikian pula terhadap orang yang menderita
sakit; pada waktu menghadapi yang demikian itu hendaknya nafsu murka
diusahakan benar-benar mengekangnya.
Artinya :
ada hakekatnya adalah demikian ini; bukan perkataan yang tidak benar,
bohong namanya, dan bukan perkataan yang benar itu, disebut kebenaran,
melainkan sesungguhnya, biarpun bohong kata-kata itu namun selalu
menimbulkan kebaikan saja, membuat akibat yang menyenangkan kepada
semua makhluk hidup, itulah kebenaran disebut; meskipun sesuai dengan apa
yang terjadi jika tidak mendatangkan akibat yang menyenangkan kepada
semua makhluk, dusta disebut itu.
Dalam hal ini, bohong atau tidak bohong, benar atau tidak benar yang
diucapkan adalah tergantung pada motif atau tujuan utama daripada ucapan itu
dimana kebahagiaan menjadi barometernya. Seperti misalnya seorang dokter
yang berbohong menyatakan kebenaran penyakit pasiennya agar pasien
tersebut tidak mengalami guncangan dan begitu juga cara seseorang
melindungi binatang dari kejaran para pemburu.
Ada beberapa kebohongan yang diperbolehkan seperti yang dinyatakan dalam
Kitab Slokāntara sloka 69 yaitu 1) ucapan yang menyebabkan orang tertawa
(lelucon), 2) ucapan untuk meyelamatkan jiwa, 3) ucapan untuk
menyelamatkan harta kekayaan, 4) ucapan untuk menyelamatkan anak dan
istri, dan 5) ucapan pada waktu bersenggama atau bercumbu rayu. Kelima
kebohongan ini juga dinyatakan dalam Kitab Nītiśāstra VI.4 dan Kitab
Adiparwa Bab XI. Kelima kebohongan yang diperbolehkan ini disebut dengan
istilah Pańcanṛta.
C. Ajaran Etika Secara Khusus
Pembahasan nilai-nilai etika secara khusus dimaksudkan untuk
memberikan penekanan lebih rinci dan mengkhusus untuk diaplikasikan.
Namun, pada dasarnya nilai-nilai etikanya sama, baik secara umum maupun
secara khusus. Nilai-nilai etika secara umum terdiri dari etika persedekahan,
etika mencari dan mengelola artha atau kekayaan, etika melakukan hubungan
seks, etika anak terhadap orang tua dan guru, etika seorang brahmana, etika
seorang ksatria, etika seorang waisya, etika seorang sudra, etika seorang
wanita, dan etika seorang kepala rumah tangga.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Dari hasil pembuatan makalah ini, kami dari penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
a) Kitab Sarasamuscaya merupakan bagian dari Smerti dan merupakan kitab kedua
setelah sruti, yakni sebagai kitab yang menafsirkan terhadap ajaran-ajaran yang ada
dalam Weda. Kitab ini seluruh isinya diambil dari sari-sari sastra suci Mahabharata.
Keduanya yakni antara Mahabharata dengan Sarasamuscaya memiliki hubungan yang
sangat erat, tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Kitab sangat
penting peranannya dalam keputustakaan Hindu dan sampai sekarang masih dipelajari
serta dijadikan pedoman bagi umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
b) Makna ajaran etika dalam kita Sarasamuscaya bagi umat Hindu sendiri yakni : untuk
menyadarkan kepada umat manusia agara ia dapat mempergunakan waktunya selama
ia di dunia dengan melakukan perbuatan yang baik, yakni dengan menjalankan
dharma. Karena tujuan manusia hidup adalah untuk berbuat baik guna mencapai
kelepasan, yaitu bebas dari keterikatan dunia dan dapat mencapai persatuan
(penunggalan) jitawanman paratman. Di samping itu pula dapat menyadarkan
manusia bahwa ia harus dapat mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh
Sang Hyang Widhi Wasa yakni dilahirkan sebagai umat manusia. Kitab ini
menjelaskan, bahwa dengan menjelama sebagai manusia itu adalah sungguh utama,
karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-
ulang/ reinkarnasi), yakni dengan jalan berbuat baik .
SARAN :
1) Dengan berakhirnya penulisan makalah ini tentang Ulasan dan Etika dalam Kitab
Sarasamuscaya ini, bukan berarti bahwa pembahasan mengenai Kitab
Sarasamuscaya ini telah sempurna, tetapi masih banyak pemasalahan lain yang
sangat menarik untuk di telusuri lebih jauh lagi.
2) Disamping itu perlu adanya penelitian yang lebih dalam lagi mengenai Kitab
Sarasamuscaya, terutama bagi agama lain, sehingga diharapkan mampu
menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama. Dalam penulisan makalah
ini tentunya kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan semua
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.komangputra.com/kitabsarasamuscaya.html#:~:text=Nilai%20Etika
%20secara%20umum%20dalam,dan%20Manacika%20(berpikir%20baik)
http://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/25990/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sarasamuccaya
https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/06/sarasamuscaya.html?m=1
https://jurnal.stkipahsingaraja.ac.id/index.php/wspah/article/view/316/281
http://madeanggrawahyuni.blogspot.com/2014/01/etika-hindu-dalam-
sarasamuscaya.html?m=1
http://digilib.uin-
suka.ac.id/id/eprint/25990/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://dongengbudaya.files.wordpress.com/2016/04/kitab-sarasamuscaya2.pdf