Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama hadis, yaitu sanad (rantai perawi), matan (isi) dan rawi (perawi). Sanad merupakan rantai nama perawi yang menyampaikan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan matan adalah inti pesan hadis. Rawi adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis. Penelitian sanad dan matan penting untuk menilai keaslian hadis.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama hadis, yaitu sanad (rantai perawi), matan (isi) dan rawi (perawi). Sanad merupakan rantai nama perawi yang menyampaikan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan matan adalah inti pesan hadis. Rawi adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis. Penelitian sanad dan matan penting untuk menilai keaslian hadis.
Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama hadis, yaitu sanad (rantai perawi), matan (isi) dan rawi (perawi). Sanad merupakan rantai nama perawi yang menyampaikan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan matan adalah inti pesan hadis. Rawi adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis. Penelitian sanad dan matan penting untuk menilai keaslian hadis.
Dokumen tersebut membahas tiga unsur utama hadis, yaitu sanad (rantai perawi), matan (isi) dan rawi (perawi). Sanad merupakan rantai nama perawi yang menyampaikan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sedangkan matan adalah inti pesan hadis. Rawi adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis. Penelitian sanad dan matan penting untuk menilai keaslian hadis.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5
BAB IX MENGANALISIS UNSUR-UNSUR HADIS
MENGANALISIS UNSUR HADIS
Suatu hadis harus memenuhi tiga unsur. Unsur-unsur ini dapat mempengaruhi tingkatan hadis, apakah hadis tersebut asli atau tidak. Unsur – unsur tersebut yaitu: • 1. Sanad • Secara bahasa, sanad berasal dari kata سندyang berarti • ْ انضمام ْالشيئ ْا لى الشيئ • penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain • 1. Sanad • Secara bahasa, sanad berasal dari kata سندyang berarti • ْ انضمام ْالشيئ ْا لى الشيئ • penggabungan sesuatu ke sesuatu yang lain Di dalam susunan sanad terdapat banyak nama yang tergabung dalam satu rentetan jalan. Sanad bisa juga berarti ( المعتمدpegangan/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah). Sanad diartikan sebagai sandaran karena sanad hadis merupakan sesuatu yang menjadi sandaran dan pegangan. Sedangkan secara terminologi, sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan kata lain, sanad adalah rentetan perawi- perawi (silsilah). Artinya susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rasul Saw. Dengan pegertian ini, maka sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian (banyak) orang, bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan. Kata-kata lain yang berkaitan dengan istilah sanad, adalah kata-kata, seperti al-isnad, al- musnad. Kata-kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas, sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama. Kata al-isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal). Maksudnya ialah menyandarkan hadist kepada orang yang mengatakan (raf’u al-hadist ila qa’ilih atau ‘azwu al-hadist ila qa’ilih). Sedangkan kata al-musnad mempunyai beberapa arti, bisa berarti hadist yang disandarkan atau diisnadkan oleh seseorang, bisa juga berarti kumpulan hadist yang diriwayatkan dengan menyebutkan sanad-sanadnya secara lengkap, seperti musnad al-Firdaus. Kata Musnad juga biasa digunakan untuk menamai suatu kitab yang menghimpun hadist-hadist dengan sistem penyusunan berdasarkan nama-nama para sahabat para perawi hadist, seperti kitab Musnad Ahmad, tetapi bisa juga berarti nama bagi hadist yang marfu’ dan muttasil yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw dan sanadnya bersambung. Contohnya pada kitab Shohih Bukhari sebagai berikut : ْ حدثناابن سْالم ْقال ْاخبرنامحمدبن ْفضيل ْقال حْ دثنا يْحي بْن سْعيد ْعن ْا بى ْْ ْمن صْ ام رْ مضان ْايمانا: ْ ْقال رْ سول هللْا صْ ْم: سلمة ْعن ْابى ْهريرة ْقال
واحتساباغفر ْله ْما ْتقدم ْمن ْذنبه
Dari hadis diatas sanadnya adalah orang – orang yang menyampaikan matan hadis sampai pada Imam Bukhori, sehingga orang yang menyampaikan kepada imam bukhari adalah sanad pertama dan sanad terakhir adalah Abu Hurairah. Sedangkan Imam Bukhari adalah orang yang mengeluarkan hadis atau yang menulis hadis dalam kitabnya. Para ahli hadis memberi penilaian terhadap shohih atau tidaknya dapat berdasarkan pada sanad tersebut. Jika terdapat salah satu sanad yang kurang memenuhi syarat maka dapat mengurangi atau bahkan dapat meragukan kesahihan hadis. Berikut adalah contoh sanad lainnya : حدثنا ْالحميدي ْعبد هللْا بْن ْالزبير ْقال حْ دثنا سْفيان ْقال حْ دثنا يْحيى بْن سْعي ْد ْاألنصاري ْقال ْأخبرني ْمحمد بْن ْإبراهيم ْالتيمي ْأنه سْمع ْعلقمة بْن وْ قاص ْ الليثي يْقول سْمعت ْعمر بْن ْالخطاب رْ ضي هللْا ْعنه ْعلى ْالمنبر ْقال س ْمعت رسول هللْا صْ لى هللْا ْعليه وْ سْلم يْقول Artinya: “Al-Humaidi ibn al-Zubair telah menceritakan kepada kami seraya berkata Sufyan telah mmenceritakan kepada kami seraya berkata Yahya ibn Sa’id al-Ansari telah menceritakan kepada kami seraya berkata Muhammad ibn Ibrahim al-Taimi telah memberitakan kepada saya bahwa dia mendengar ‘Alqamah ibn Waqqas al-Laisi berkata “saya mendengar Umar ibn al-Khattab ra berkata di atas mimbar “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda…” 2. Matan ْ م- - Matan memiliki makna ma Matan, berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf ت ْن shaluba wa irtafa’amin al-aradhi (tanah yang meninggi) atau punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas,. Secara terminologis, istilah matan dalam ilmu hadis adalah redaksi sabda Nabi Muhammad Saw atau isi dari hadis tersebut. Matan ini adalah inti dari apa yang dimaksud oleh hadis. Apabila dirangkai menjadi kalimat matn al-hads maka defenisinya adalah: Artinya: “Kata-kata hadis yang dengannya terbentuk makna-makna”, misalnya 3. Penelitian Sanad dan Matan Hadits Penelitian terhadap sanad dan matan hadits (sebagai dua unsur pokok hadis) sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan untuk meyaring unsur-unsur luar yang masuk kedalam hadits baik yang disegaja maupun yang tidak disengaja, baik yang sesuai dengan dalil-dalil naqli lainya atau tidak sesuai. maka dengan penelitian terhadap kedua unsur hadis di atas, hadis-hadis masa Rasul Saw dapat terhindar dari segala hal yang dapat mengotorinya. Faktor yang paling utama perlunya dilakukan penelitian ini, ada dua hal yaitu: pertama, karena beredarnya hadits palsu (maudhu) pada kalangan masyarakat; kedua hadits-hadits tidak ditulis secara resmi pada masa Rasulullah Saw. (berbeda dengan al-quran), sehinga penulisan hanya bersifat individual (tersebar di tangan pribadi sahabat) dan tidak meyeluruh. 4. Rawi Kata rawi atau arrawi, berarti orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan suatu hadis. Orang-orang yang menerima hadits kemudian mengumpulkanya dalam suatu kitab tadwin disebut dengan rawi. Perawi dapat disebutkan dengan mudawwin (orang yang mengumpulkan). Sedangkan orang-orang yang menerima hadits dan hanya meyampaikan kepada orang lain, tanpa membukukannya disebut sanad hadits. Setiap sanad adalah perawi pada setiap tabaqah (levelnya), tetapi tidak setiap perawi disebut sanad hadis karena ada perawi yang langsung membukukanya. Pada silsilah sanad, yang disebut sanad pertama adalah orang yang langsung meyampaikan hadits tersebut kepada penerimanya. Sedangkan pada rawi yang disebut rawi pertama ialah para sahabat Rasulullah Saw. Dengan demikian penyebutan silsilah antara kedua istilah ini (sanad dan rawi) berlaku kebalikannya. Artinya rawi pertama sanad terakhir dan sanad pertama adalah rawi terakhir 6. Syarat-syarat Rawi a. Adil Adil dalam konteks studi hadis berbeda dengan adil dalam konteks persaksian atau hukum. Menurut muhaddisin yang dimaksud dengan adil adalah istiqamatuddin dan al-muru’ah. Istiqmatuddin adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi perbuatan- perbuatan haram yang mengakibatkan pelakunya fasik. Sedangkan al-muru’ah adalah melaksanakan adab dan akhlak yang terpuji dan meninggalkan perbuatan yang menyebabkan orang lain mencelanya. b. Muslim. Menurut ijma’ seorang rawi pada waktu meriwayatkan suatu hadis maka ia harus Muslim. Periwayatan kafir tidak sah. Seandainya seorang fasik saja kita disuruh klarifikasi, maka lebih-lebih rawinya yang kafir. Para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis (al-muktsiruna fil-hadis) atau disebut juga bendaharawan hadis antara lain: 1) Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadis. 2) Abdullah bin Umar, meriwayatkan 2.630 hadis. 3) Anas bin Malik, meriwayatkan 2.286 hadis. 4) Aisyah Ummul Mukminin, meriwayatkan 2.210 hadis. 5) Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadis. 6) Jabir bin Abdullah, meriwayatkan hadis 1.540 hadis. 7) Abu Sa’id Al-Khudri, meriwayatkan 1.170 hadis. Para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis (al-muktsiruna fil-hadis) atau disebut juga bendaharawan hadis antara lain: 1) Abu Hurairah, meriwayatkan 5.374 hadis. 2) Abdullah bin Umar, meriwayatkan 2.630 hadis. 3) Anas bin Malik, meriwayatkan 2.286 hadis. 4) Aisyah Ummul Mukminin, meriwayatkan 2.210 hadis. 5) Abdullah bin Abbas, meriwayatkan 1.660 hadis. 6) Jabir bin Abdullah, meriwayatkan hadis 1.540 hadis. 7) Abu Sa’id Al-Khudri, meriwayatkan 1.170 hadis. 7. Memahami Pengertian Rijalul Hadis Para rawi hadis disebut juga “Rijalul Hadis”. Untuk dapat mengetahui keadaan para rawi hadis itu terdapat “Ilmu Rijalul Hadis” yaitu: “Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan Sahabat maupun Tabi’in dan orang-orang (angkatan) sesudah mereka.” Dalam ilmu Rijalul Hadis ini dijelaskankan tentang sejarah ringkas para rawi hadis dan riwayat hidupnya, dan mazhab yang dianut serta sifat-sifat rawi dalam meriwayatkan hadis. Kitab-kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak macamnya. Ada yang hanya menerangkan riwayat singkat dari sahabat Nabi, dan ada yang menerangkan riwayat hidup rawi secara lengkap. Ada juga yang menjelaskan para rawi yang dipercayai (siqah) saja. Ada yang menerangkan riwayat-riwayat para rawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau para pembuat hadis maudu’. Dan ada yang menjelaskan sebab-sebab dicatat dan sebab-sebab dipandang adil dengan menyebut kata-kata yang dipakai untuk itu serta martabat-martabat perkataan. Pertama seorang ulama yang menyusun kitab riwayat ringkas para sahabat, ialah: Imam al- Bukhari ( w. 256 H). Kemudian, usaha itu dilaksanakan oleh Muhammad ibn Sa’ad (w. 230 H). Sesudah itu bangunlah beberapa ahli lagi. Di antaranya, yang penting diterangkan ialah Ibn Abdil Barr ( w. 463 H). Kitabnya bernama al-Isti’ab. Pada permulaan abad yang ketujuh Hijrah berusahalah ‘Izzuddin Ibnul Asir (630 H) mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam sebuah kitab besar yang dinamai “Usdul Gabah”. Ibnul Asir ini adalah saudara dari Majduddin Ibnu Asir penulis An-Nihayah fi Garibil Hadis. Kitab ‘Izzuddin diperbaiki oleh Az-Zahabi (w. 747 H) dalam kitab At Tajrid. Sesudah itu di dalam abad yang ke sembilan Hijrah, bangunlah Al Hafid Ibnu Hajar al- Asqalany menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama Al-Ishabah. Dalam kitab ini dikumpulkan al-Isti’ab dengan Usdul Gabah dan ditambah dengan yang tidak terdapat dalam kitab-kitab tersebut. Kitab ini telah diringkaskan oleh As-Sayuti dalam kitab ‘Ainul Isabah. A. Perilaku Orang yang Berpegang Teguh pada Hadis Setelah belajar tentang unsur-unsur hadis maka kita memahami bahwa semestinya sebagai seorang pembelajar hadis, kita harus bersikap: 1.Mempelajari lebih serius unsur-unsur hadis dengan dilandasi oleh rasa ingin tahu dan semangat untuk menumbuhkembangkannya di dalam diri kita. 2.Kita mesti sepaham bahwa mempelajari unsur-unsur ilmu hadis adalah hal yang semestinya dilakukan dengan sepenuh hati dan terus dilakukan, baik selama di dalam madrasah maupun di luar madrasah. 3.Tetap teguh mempelajari para pelaku sejarah yang telah menjadi unsur-unsur hadis (sanad dan rawi) melalui karya-karya mereka dan sedapat mungkin belajar menjadi penerus mereka.