APENDICITIS
APENDICITIS
APENDICITIS
Disusun oleh
1. Alvina Damayanti G2A020133
2. Nasabila Mega Prisetyo G2A020134
3. Aufa Zhalila G2A020135
4. Muhammad Yuga Syahputra G2A020136
5. Ainatul Ismiyanti G2A020137
6. Zakiyah Tri Afriani G2A020138
7. Dhea Nopitasari G2A020139
8. Aldino Styoputro G2A020140
9. Arnetta Diah Anggraini G2A020142
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, nikmat,
serta karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini dengan judul “Appendisitis” disusun untuk
memenuhi tugas colaboratif learning mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Makalah ini berisi tentang definisi, etiologi, manfestasi klinis, asuhan
keperawatan pada pasien appendisitis dan lain-lainnya. Diharapkan dengan
selesainya laporan ini dapat memenuhi harapan dari pembaca. Serta laporani ni dapat
menambah wawasan, pengetahuan tentang penyakit miokarditis.
Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah dipenyusunan makalah yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami mohon maaf jika ada perkataan yang tidak
berkenan di hati pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Definisi............................................................................................................2
2.2 Etiologi............................................................................................................2
2.3 Patofisiologi....................................................................................................2
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................2
2.5 Pathway...........................................................................................................2
2.6 Komplikasi......................................................................................................2
2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................2
2.8 Penatalaksanaa................................................................................................2
BAB III.........................................................................................................................3
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................3
3.1 Skenario Kasus................................................................................................3
3.2 Pengkajian.......................................................................................................3
3.3 Analisa Data....................................................................................................3
3.4 Diagnosa Keperawatan...................................................................................3
3.5 Intervensi Keperawatan, Luaran dan Rasional...............................................3
BAB IV.........................................................................................................................4
ii
PENUTUP....................................................................................................................4
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................4
4.2 Saran...............................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................5
LAMPIRAN.................................................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi apendisitis
b. Untuk mengetahui etiologi apendisitis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis apendisitis
d. Untuk mengetahui patofisiologi apendisitis
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang apendisitis
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan apendisitis
g. Untuk mengetahui pathways apendisitis
h. Untuk mengetahui komplikasi pada apendisitis
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan apendisitis
1
2. Manfaat khusus
Dapat melakukan pengkajian terhadap klien dengan Apendisitis
Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Apendisitis
Dapat membuat perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah keperawatan pada klien dengan Apendisitis
Dapat melaksanakan intervensi keperawatan pada klien dengan
Apendisitis
Dapat membuat evaluasi dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada klien dengan Apendisitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Apendiks adalah embel-embel kecil berbentuk cacing (seperti cacing)
sekitar 8 sampai 10 cm (3 sampai 4 inci) panjang yang melekat pada sekum
tepat di bawah katup ileosekal (Hinkle & Cheever, 2017). Apendisitis adalah
peradangan pada usus buntu, suatu tabung buta yang memanjang dari bagian
inferior sekum (Harding & Kwong, 2019a).
2.2 Etiologi
Penyebab umum apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fekalit
(akumulasi feses). Obstruksi mengakibatkan distensi; pembengkakan vena; dan
akumulasi lendir dan bakteri, yang dapat menyebabkan gangren, perforasi, dan
peritonitis (Harding & Kwong, 2019b).
2.3 Patofisiologi
Apendiks menjadi meradang dan edema sebagai akibat dari tertekuk atau
tersumbat oleh fekalit (yaitu massa tinja yang mengeras), limfoid hiperplasia
(sekunder akibat peradangan atau infeksi), benda asing tubuh (misalnya, biji
buah) atau tumor. Proses inflamasi meningkat tekanan intraluminal,
menyebabkan edema dan obstruksi lubang. Satu kali tersumbat, apendiks
menjadi iskemik, terjadi pertumbuhan bakteri yang berlebihan, dan akhirnya
terjadi gangren atau perforasi (Hinkle & Cheever, 2017).
2.4 Manifestasi Klinis
Apendisitis biasanya dimulai dengan nyeri periumbilikal tumpul, diikuti
oleh anoreksia, mual, dan muntah. Nyeri menetap dan terus menerus, akhirnya
3
berpindah ke kuadran kanan bawah dan terlokalisasi pada titik McBurney
(setengah antara umbilikus dan krista iliaka kanan). Demam ringan dapat
berkembang. Penilaian lebih lanjut mengungkapkan kelembutan lokal,
kekakuan, kelembutan rebound, dan penjagaan otot. Batuk, bersin, dan
menghirup dalam-dalam memperburuk rasa sakit. Pasien biasanya lebih suka
berbaring diam, seringkali dengan kaki kanan tertekuk. Orang dewasa yang
lebih tua mungkin melaporkan nyeri yang tidak terlalu parah, demam ringan,
dan ketidaknyamanan di fossa iliaka kanan (Harding & Kwong, 2019b).
2.5 Pathway
2.6 Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah gangren atau perforasi usus buntu, yang
dapat menyebabkan peritonitis, pembentukan abses, atau portal pylephlebitis,
yang merupakan trombosis septik dari vena portal yang disebabkan oleh emboli
vegetatif yang timbul dari usus septik. Perforasi umumnya terjadi dalam waktu
6 sampai 24 jam setelah timbulnya nyeri dan menyebabkan peritonitis (Hinkle
& Cheever, 2017).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pasien pada apendisitis meliputi (Harding & Kwong,
2019a).
a. Anamnesis lengkap
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan dan jumlah WBC diferensial. Jumlah WBC sedikit sampai
sedang meningkat dalam banyak kasus.
d. Dilakukan urinalisis untuk mengesampingkan kondisi genitourinari yang
meniru manifestasi dari radang usus buntu.
e. CT scan adalah prosedur diagnostik yang lebih disukai
f. USG dan MRI adalah pilihan
4
Jika ada keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan, usus buntu dapat
pecah dan peritonitis yang dihasilkan bisa berakibat fatal. Standar pengobatan
radang usus buntu adalah usus buntu segera (bedah) pengangkatan usus buntu).
Jika peradangan terlokalisasi, operasi harus dilakukan segera setelah diagnosis
dibuat. Antibiotik dan resusitasi cairan dimulai sebelum operasi. Jika apendiks
telah pecah dan terdapat bukti peritonitis atau abses, pemberian cairan
parenteral dan terapi antibiotik selama 6 sampai 8 jam sebelum apendektomi
membantu mencegah dehidrasi dan sepsis (Harding & Kwong, 2019b).
2.8 Penatalaksanaa
Penatalaksanaan pasien dengan manifestasi apendisitis berfokus pada
pencegahan defisit volume cairan, menghilangkan rasa sakit, dan mencegah
komplikasi. Untuk memastikan perut kosong jika operasi diperlukan,
pertahankan NPO pasien sampai HCP mengevaluasi pasien. Pantau tanda-tanda
vital dan lakukan penilaian berkelanjutan untuk mendeteksi penurunan kondisi.
Berikan cairan IV, analgesik, dan antiemetik sesuai pesanan. Berikan tindakan
kenyamanan (Harding & Kwong, 2019b).
Perawatan pasca operasi untuk pasien yang menjalani operasi usus buntu
adalah mirip dengan pasien setelah laparotomi. Pasien adalah biasanya habis
dalam waktu 24 jam setelah tidak rumit apendektomi laparoskopi. Ambulasi
dimulai beberapa jam setelahnya pembedahan, dan diet dilanjutkan sesuai
toleransi. Mereka yang memiliki perforasi biasanya memiliki masa rawat yang
lebih lama dan membutuhkan terapi antibiotik IV. Kebanyakan pasien
melanjutkan aktivitas normal 2 sampai 3 minggu setelah operasi (Harding &
Kwong, 2019b).
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
6
Perkusi : Pekak - timpani
Auskultasi : Bising usus (+) menurun.
1. Laboratorium (12 Februari 2022)
Hb : 10,5 g/dL (12 – 16 g/dL)
LED : 28 mm/jam (0-20 mm/jam)
Leukosit : 19.800/ul (4.500 – 10.700)
2. Laboratorium (13 Februari 2022)
Hb : 9,8 g/dL (12 – 16 g/dL)
LED : 25 mm/jam (0-20 mm/jam)
Leukosit : 17.800/ul (4.500 – 10.700)
3.2 Pengkajian
7
Nyeri tekan titik Mac
Burney (+)
Nyeri lepas (+)
Teraba massa pada abdomen
kanan bawah ukuran ± 5 x 7
cm
RR : 22 x/menit
Keadaan umum: tampak
sakit sedang
8
memiliki kebiasaan
makan makanan yang
pedas dan asam
DO
Perubahan kebiasaan
makan
Ketidakadekuatan
toileting
Peristaltik usus menurun
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
12