BAB 10 Sub Bab 1 PPKN XI

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB 10

FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PERSATUAN DAN KESATUAN


BANGSA DALAM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

KOMPETENSI DASAR
1.20. Bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.20. Proaktif dalam menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3.20. Menganalisis faktor pendorong dan penghambat persatuan dan kesatuan bangsa dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4.20. Menyaji hasil analisis tentang faktor-faktor pendorong dan penghambat persatuan dan
kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Materi Pembelajaran

A. MAKNA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA


1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah
- belah. Persatuan dan kesatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang
beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi. Persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara
yang merdeka dan berdaulat.
Sebelum mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa, sebaiknya
perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari persatuan, kesatuan, dan bangsa.
a. Persatuan adalah gabungan (ikatan, kumpulan, dan sebagainya) beberapa bagian
yang membentuk menjadi satu.
b. Kesatuan adalah suatu keadaan yang menjadi satu. Kata kesatuan erat kaitannya
dengan keutuhan.
c. Bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa,
dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri dan menempati suatu wilayah
tertentu di muka bumi.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa
merupakan keadaan suatu bangsa yang utuh dan tidak terpecah-belah. Hal tersebut
didorong dengan keinginan untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam negara yang
merdeka dan berdaulat.
Di dalam persatuan dan kesatuan setiap negara khususnya Indonesia, terdapat 3
(tiga) makna penting sebagai berikut.
a. Rasa persatuan dan kesatuan menjalin rasa kebersamaan dan saling melengkapi
antara satu sama lain.
b. Menjalin rasa kemanusiaan dan tingginya sikap saling toleransi serta keharmonisan
untuk hidup secara berdampingan.
c. Menjalin rasa persahabatan, kekeluargaan, dan sikap saling tolong menolong antar
sesama serta bersikap nasionalisme.

2. Tahapan Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa


a. Perasaan senasib
Bangsa Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Portugis, Belanda, dan Jepang. Hal
tersebut telah melahirkan perasaan senasib pada diri bangsa Indonesia. Perasaan
tersebut menimbulkan semangat bagi bangsa Indonesia untuk bebas dari
penjajahan. Dengan demikian, bangsa Indonesia bersatu tanpa memandang
perbedaan yang ada untuk berjuang melawan para penjajah dan memperoleh
kemerdekaan.
b. Kebangkitan nasional
Kebangkitan nasional merupakan masa bangkitnya semangat persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik
Indonesia. Kebangkitan nasional ditandai dengan lahirnya organisasi Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908. Budi Utomo merupakan sebuah organisasi pemuda yang
didirikan oleh dr Sutomo. Organisasi ini merupakan cikal bakal lahirnya organisasi
- organisasi lain di Indonesia yang memiliki tujuan sama, yaitu meraih kemerdekaan
Republik Indonesia.
c. Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda merupakan ikrar para pemuda Indonesia yang dihasilkan pada
Kongres Pemuda ll pada tanggal 28 Oktober 1928
1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa
Indonesia.
3) Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia.
d. Proklamasi kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Peristiwa tersebut merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih
kemerdekaan. Namun, hal tersebut bukanlah akhir dari perjuangan bangsa
Indonesia. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mengisi kemerdekaan
tersebut dengan hak yang positif dan mempertahankannya. Dengan demikian,
perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan tidak sia-sia.

3. Prinsip-Prinsip Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa


a. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang terdiri atas berbagai suku, bahasa, agama, adat istiadat, dan kebiasaan
yang majemuk.
b. Prinsip nasionalisme Indonesia
Kita mencintai bangsa kita sendiri, tetapi bukan berarti kita mengagung-agungkan
bangsa kita sendiri. Nasionalisme tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul
daripada bangsa lain. Selain itu, kita tidak ingin memaksa kan kehendak kita kepada
bangsa lain karena pandangan seperti itu hanya mencelakakan kita.
c. Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu,
setiap kita memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya,
terhadap sesamanya, dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
d. Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan prinsip Wawasan Nusantara, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan
dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan dan
keamanan. Dengan wawasan itu, manusia Indonesia merasa satu, senasib
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam
mencapai cita-cita pembangunan nasional.
e. Prinsip persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia, kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur. Persatuan
merupakan modal dasar pembangunan nasional.

B. KEHIDUPAN BERNEGARA DALAM KONSEP NKRI BERDASARKAN UUD NRI


TAHUN 1945
Setelah kemerdekaan bangsa dan negara tercapai, ternyata masalah penegakan
persatuan dan kesatuan bangsa seringkali terganggu. Hal tersebut antara lain disebabkan
adanya pergolakan dan pemberontakan akibat penyalahgunaan kekuasaan yang sentralistis,
tidak terselesaikannya perbedaan pendapat di antara pemimpin bangsa, serta ketidaksiapan
masyarakat dalam menghormati perbedaan pendapat dan memerima kemajemukan.
Faktor-faktor tersebut, melahirkan ketidakadilan, konflik vertikal antara pusat dan daerah,
konflik horizontal antar berbagai unsur masyarakat, pertentangan ideologi dan agama,
kemiskinan struktural, kesenjangan sosial, serta berbagai konflik lainnya.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi saat awal kemerdekaan atau pada masa
Orde Lama, dicoba diselesaikan oleh pemerintahan Orde Baru. Meski demikian, pada masa
Orde Baru juga lahir berbagai masalah akibat korupsi, kolusi, nepotisme, dan
penyalahgunaan kekuasaan untuk mengukuhkan kekuasaan. Kondisi ini diperparah ketika
krisis ekonomi melanda negara-negara di dunia. Akibatnya, terjadi kesulitan ekonomi,
kesenjangan sosial, dan meluasnya krisis kepercayaan. Oleh sebab itulah, muncul
ketidakpuasan masyarakat dan memuncak melalui tuntutan reformasi.
Gerakan reformasi merupakan tuntutan untuk melaksanakan demokratisasi di segala
bidang: menegakkan hukum dan keadilan, menegakkan hak asasi manusia; memberantas
korupsi, kolusi, dan nepotisme; melaksanakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah; serta menata kembali peran dan kedudukan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Meski demikian, hal yang jauh lebih penting
adalah kesadaran serta komitmen seluruh warga masyarakat untuk memantapkan persatuan
dan kesatuan nasional.
1. Landasan Hukum Persatuan dan Kesatuan Bangsa
a. Landasan ideal, yaitu Pancasila, terutama sila ketiga "Persatuan Indonesia".
b. Landasan konstitusional, yaitu UUD NRI Tahun 1945.
1) Alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945: ..Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada.. persatuan
Indonesia.
2) Pasal-pasal UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut.
a) Pasal 1 ayat (1), yang berbunyi: "Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
yang berbentuk Republik".
b) Pasal 27 ayat (3), yang berbunyi: "Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara".
c) Pasal 32 ayat (1), yang berbunyi: "Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya".
d) Pasal 36, yang berbunyi: "Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia"
e) Pasal 36A, yang berbunyi: "Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika".
2. Sejarah Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Beberapa peristiwa penting yang menjadi ujian bagi bangsa Indonesia dalam
memupuk persatuan dan kesatuan sebagai berikut.
a. Pada kurun waktu 1945 - 1950, terjadi peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun
1948.
b. Pada kurun waktu 1950-1959, terjadi beberapa peristiwa akibat sampingan dari
praktik demokrasi liberal.
c. Pada ujung kurun 1959-1965, meletuslah G30S/PKI
3. Keunggulan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indonesia sebagai sebuah negara dan bangsa, telah berhasil mengikat lebih dari
1.128 suku bangsa, dengan keragaman bahasa, agama, maupun kebudayaannya.
Keberagaman tersebut tersebar di lebih dari 17.000 pulau yang membentang dari 6° 08"
LU hingga 11° 15 LS, dan dari 94° 45’ BT hingga 141° 05 BT. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu konsepsi, kemauan, dan kemampuan yang kuat dan adekuat
(memenuhi syarat /memadai), yang dapat menopang kebesaran, keluasan, serta
kemajemukan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, kebhinnekaan merupakan kekayaan
yang harus diakui, diterima, dan dihormati.
Kebhinnekaan yang dimiliki Indonesia, tentunya bukan untuk dihindari atau
dihilangkan. Hal ini disadari penuh oleh para pendiri bangsa dengan berusaha
melahirkan sejumlah konsepsi kebangsaan dan kenegaraan. Konsep tersebut, antara lain
berupa dasar negara, konstitusi negara, bentuk negara, dan wawasan kebangsaan yang
sesuai dengan karakter Indonesia. Meskipun setiap bangsa, memiliki suatu konsepsi
dan konsensus bersama, namun belum tentu cocok ketika diadopsi di masyarakat
Indonesia. Apabila hal ini sangat menentukan keberlangsungan, keutuhan, dan kejayaan
bangsa.
Konsepsi pokok yang melandasi kehidupan berbangsa dan bernegara di lndonesia
adalah semangat gotong royong. Menurut Bung karno, "Gotong royong adalah paham
yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan. Kekeluargaan adalah satu paham yang
statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan.
Semangat gotong royong menjadi dasar dalam merumuskan konsepsi tentang
dasar Negara. Hal itu kemudian dirumuskan dengan merangkum lima prinsip utama
(sila) yang menyatukan dan menjadi haluan bangsa Indonesia. Lima prinsip tersebut,
kemudian dikenal sebagai Pancasila. Adapun kelima sila dalam Pancasila sebagai
berikut.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip persatuan harus berjiwa gotong royong (mengupayakan persatuan dengan
tetap menghargai perbedaan, "Bhinneka Tunggal Ika"), bukan kebangsaan yang
meniadakan perbedaan ataupun menolak persatuan. Prinsip demokrasinya harus berjiwa
gotong royong (mengembangkan musyawarah mufakat), bukan demokrasi yang
dikendalikan oleh suara mayoritas atau minoritas elit politik. Prinsip keadilan harus
berjiwa gotong royong (mengembangkan partisipasi dan emansipasi di bidang ekonomi
dan semangat kekeluargaan), bukan visi kesejahteraan yang berbasis
individualisme-kapitalisme, bukan pula yang mengekang kebebasan individu seperti
dalam sistem etatisme.
Konsepsi bentuk negara kesatuan (unitary) yang dianut Indonesia tetap
menjunjung tinggi otonomi dan kekhususan daerah sesuai dengan budaya serta adat
istiadatnya. Menurut para pendiri bangsa, bentuk ini dipercaya dapat menjamin
persatuan yang kuat bagi negara kepulauan seperti Indonesia.
Pelaksanaan bentuk negara kesatuan di Indonesia, tentunya tidak bisa mutlak
dilaksanakan secara sentralistik. Indonesia adalah negara yang besar, baik secara luas
wilayah maupun dari segi kemajemukan bangsanya. Oleh sebab itu, Moh, Hatta
menyatakan bahwa mengelola negara sebesar Indonesia hanya dapat dilaksanakan
secara bergotong royong. Kita harus melibatkan sebanyak mungkin peran serta daerah
dalam pemberdayaan ekonomi, politik, dan sosial budaya sesuai dengan potensinya
masing-masing. Hal ini juga senada dengan pendapat Muh. Yamin bahwa sebagai
negara kesatuan, Indonesia dapat melangsungkan beberapa sifat pengelolaan negara
federal lewat prinsip dekonsentrasi dan desentralisasi.
Keunggulan lain bangsa Indonesia dibandingkan dengan bangsa lain adalah
memiliki konsepsi tentang semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan
tersebut memiliki arti meskipun berbeda-beda, tetap satu jua. Melalui wawasan
kebhinnekaan, negara Indonesia menerima dan memberi ruang hidup bagi aneka
perbedaan, seperti agama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah, serta unit-unit politik
tertentu sebagai warisan tradisi budaya. Konsepsi ini merupakan upaya untuk
mempersatukan bangsa Indonesia dengan segala perbedaannya.

Anda mungkin juga menyukai