Proposal Komprehensif Kelompok 8 (Ray Krisna Dhitya)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

KEGIATAN EDUKASI GIZI PADA IBU HAMIL MENCEGAH STUNTING PADA


KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS SIMPUR WILAYAH KOTA BANDAR
LAMPUNG

DISUSUN OLEH:

Ray Krisna Dhitya (21320028P)


Putri Yolanda Utama (21320027P)
Della Tiara (21320023P)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk, terserang

infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Stunting menurut definisi (WHO,2013) adalah gangguan tumbuh kembang anak yang

disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai.

Jumlah penderita stunting di Indonesia sendiri terus mengalami peningkatan.

Terkait prevalensi stunting harus di angka kurang dari 20%. Kementerian Kesehatan

melakukan intervensi spesifik melalui 2 cara utama yakni intervensi gizi pada ibu sebelum

dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun. (WHO,2013) Stunting

adalah salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan

tinggi badan menurut umur. Batasan stunting menurut yaitu tinggi badan menurut umur

berdasarkan Z‐score sama dengan atau kurang dari  ‐2SD di bawah rata‐rata standar ( WHO,

2013 ). Sedangkan Risk Factor atau faktor risioko adalah variabel‐variabel yang terkait

dengan peningkatan suatu risiko atau kejadian penyakit tertentu. Merujuk pada Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang

Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian Pendek dan Sangat Pendek

adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (stunting‐

pendek) dan severely (gizi kurang) (Anonim, 2011 ). WHO mendiskripsikan keadaan

stunting merupakan kegagalan pencapaian pertumbuhan linier yang disebabakan oleh kondisi

kesehatan yang tidak optimal atau

2
kurang gizi. Tingginya angka stunting pada anak‐anak di negara berkembang

berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk, peningkatan faktor risiko dan paparan

sejak usia dini yang menimbulkan penyakit, serta pola asuh / pemberian makan yang tidak

benar ( WHO, 2013 ).

Anak yang stunting sebagian besar memiliki prestasi belajar kurang, sementara anak yang

tidak stunting sebagian besar memiliki prestasi belajar yang baik (Picauly, 2013). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa stunting dipengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga,

pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi penyakit, riwayat imunisasi, asupan

protein, dan asupan ibu. Asupan ibu terutama saat hamil merupakan salah satu faktor yang

berperan penting. Gizi janin bergantung sepenuhnya pada ibu, sehingga kecukupan gizi ibu

sangat memengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang kurang gizi atau

asupan makanan kurang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan

(WHO,2009)

Upaya perbaikan yang diperlukan untuk mengatasi stunting meliputi upaya untuk

mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya

untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif).

Upaya intervensi gizi spesifik difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK), yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak 0-23 bulan, karena penanggulangan stunting

yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK (periode emas atau periode kritis/windows of

opportunity) (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Adanya kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akan menyebabkan seorang anak

bertubuh pendek, proses ini dimulai dari dalam rahim hingga usia dua tahun. Setelah anak

melewati usia dua tahun, maka usaha untuk memperbaiki kerusakan pada tahun-tahun awal

sudah terlambat. Maka dari itu, status kesehatan dan gizi ibu hamil berperan penting dalam

mencegah stunting. Perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil sangat terkait dengan tingkat

3
pendidikan, pengetahuan, serta sikap dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi selama hamil.

Pengetahuan yang tidak memadai dan praktik yang tidak tepat merupakan hambatan terhadap

peningkatan gizi. Pada umumnya, orang tidak menyadari pentingnya gizi selama kehamilan

dan dua tahun pertama kehidupan. Perempuan sering tidak menyadari pentingnya gizi mereka

sendiri (WHO,2013)

Kurangnya kesadaran tentang pentingnya gizi ibu akan berdampak pada kurangnya upaya

yang dilakukan untuk pencegahan stunting. Kondisi ini tentunya akan berlanjut sampai

dengan anak lahir dan tumbuh. Dalam perkembangannya, anak yang bertubuh pendek

dianggap wajar dan tidak berdampak untuk perkembangan anak selanjutnya sehingga tidak

memerlukan penanganan khusus. Kelas ibu hamil merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan saat

kehamilan. Materi yang diberikan pada program kelas ibu hamil salah satunya tentang

perawatan kehamilan, terutama dalam penyiapan dan pemenuhan gizi masa hamil

(Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Dari hasil penelitian Hastuti (2011) diperoleh bahwa terdapat pengaruh kelas ibu hamil

terhadap pengetahuan dan sikap ibu dalam asuhan antenatal dengan nilai p-value=0,000 dan

p-value=0,017, serta nilai OR 11,7. Hasil penelitian lain diperoleh bahwa pelatihan kelas ibu

hamil efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kunjungan ANC.

Implementasi kelas ibu hamil diharapkan mampu mengubah perilaku ibu hamil dalam

pemanfaatan pelayanan kesehatan, termasuk pemenuhan gizi ibu hamil dan kunjungan ibu

hamil. Promosi kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang

tanda bahaya kehamilan. Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan adalah adanya

peningkatan pengetahuan dan sikap dan tujuan akhir tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif

dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Wenas, 2014).

4
Pemberian pendidikan kesehatan pada ibu hamil melalui kelas ibu hamil diharapkan akan

berdampak pada peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan

gizi keluarganya, sehingga nantinya anak akan berada dalam keadaan status gizi yang baik

dan stunting tidak terjadi.

Data pra survei stunting pada ibu hamil menurut Standard WHO terkait prevalensi

stunting harus di angka kurang dari 20%. Kementerian Kesehatan melakukan intervensi

spesifik melalui 2 cara utama yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta

intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun. (WHO,2021)

1.2. Tujuan Kegiatan

Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan stunting yang terjadi

pada anak di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

1.3. Manfaat Kegiatan

Diharapkan akan berdampak pada peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam

penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga nantinya anak akan berada dalam

keadaan status gizi yang baik dan stunting tidak terjadi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1

Kondisi Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor gizi buruk,

kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, masih terbatasnya layanan

kesehatan, masih kurangnya akses kepada makanan begizi dan kurangnya akses air bersih

dan sanitasi. Di Indonesia kejadian stunting pada balita masih tinggi. Hasil Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) Republik Indonesia tahun 2018 menunjukkan sekitar 30,8% balita

mengalami stunting. Angka ini menjadikan stunting di Indonesia sebagai masalah berat

karena rekomendasi WHO untuk kejadian stunting pada anak ialah kurang dari 20%, apabila

prevalensi stunting sebesar 30-39% maka dikategorikan dalam masalah berat. Tingginya

angka kejadian stunting menjadi perhatian pemerintah. Beberapa penyebab stunting itu

sendiri adalah kurangnya asupan yang diserap oleh tubuh mulai dari masih didalam

kandungan sampai dengan setelah lahir, kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, kurangnya

akses air bersih dan sanitas. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan stunting

dengan perbaikan pola makan, pola asuh dan sanitasi. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan

oleh stunting diantaranya adalah Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,

kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh, dalam

jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan

kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko

tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh

darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Permasalahan Mitra PKM bermula

dengan banyaknya ibu hamil yang tidak mengetahui tentang pencegahan dari stunting pada

balita.

6
Pengaruh Kelas Ibu Hamil terhadap Pengetahuan tentang Pencegahan Stunting. Dari

hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan kelas ibu hamil mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting. Sikap dan

perilaku ibu selama hamil didukung oleh pengetahuan ibu tentang kehamilannya. Seorang ibu

yang memiliki pengetahuan dan sikap tentang gizi yang kurang akan sangat berpengaruh

terhadap status gizinya, karena pengetahuan yang baik terkait dengan penyediaan pemilihan

menu yang seimbang (Olsa, 2017).

Stunting atau pendek ialah kondisi dimana balita yang tidak memiliki panjang atau

tinggi badan yang kurang dibandingkan umurnya. Balita dengan stunting termasuk masalah

gizi kronik yang dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu

saat hamil, kesakitan pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita dengan stunting

akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal

dimasa yang akan datang. Faktor terjadinya stunting atau pengerdilan ialah faktor status

sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular serta gizi mikro

defisiensi dan lingkungan (WHO, 2018).

Di tiap trimester, sejumlah perubahan akan terjadi pada tubuhmu dan janin yang sedang
berkembang. Sebelum hamil pun, perempuan akan mengalami sejumlah proses. Mulai dari
proses pembuahan hingga implantasi yang pada akhirnya akan menjadi janin yang
berkembang.

1. Trimester pertama (hingga 14 minggu pertama)


Kamu akan mengalami banyak gejala dan keluhan selama trimester ini, sebagai penyesuaian
dengan perubahan hormonal kehamilan. Pada minggu-minggu awal, perutmu mungkin belum
terlihat membuncit, tetapi banyak hal yang akan terjadi di dalam tubuhmu.

Perubahan hormon yang paling berkontribusi terhadap gejala kehamilan adalah peningkatan
kadar estrogen, HCG dan meningkatnya kadar hormon progesteron. Terjadi perubahan besar
pada tubuh ibu yang kerap menimbulkan berbagai gejala yang dapat berbeda antara satu ibu
dengan yang lainnya seperti :

 Badan cepat lelah


 Suasana hati berubah
 Sakit perut seperti sembelit dan mulas
 Mual dan muntah (morning sickness)
 Payudara nyeri dan bengkak

7
 Berat badan mulai bertambah
 Sakit kepala
 Mengidam atau tidak menyukai makanan tertentu maupun bau tertentu

Pada trimester ini janin sangat membutuhkan asupan gizi. Makanan yang mengandung
vitamin B6 dapat membantu meredakan mual selain itu Ibu sebaiknya banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya kandungan asam folat untuk membantu perkembangan sistem saraf bayi.
Adapun rincian makanan yang dapat dikonsumsi pada trimester pertama ini yaitu:

 Kalsium: Terdapat pada sayuran hijau gelap  serta produk susu (keju susu dan yogurt).
 Asam folat: Terdapat pada kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau dan buah yang
termasuk dalam keluarga sitrus seperti jeruk, jeruk barli dan lemon, selain itu alpukat,
tomat, buah bit, pepaya, pisang, dan melon jingga juga merupakan buah yang kaya
akan asam folat.
 Zat Besi: Terdapat pada daging, unggas, makanan laut, kacang-kacangan, dan
sayuran.
 Kolin: Terdapat pada daging merah dan telur.
 Vitamin B12: Terdapat pada daging, unggas, makanan laut, serta roti dan sereal.
 Vitamin B6: Terdapat pada makanan laut, susu, wortel, telur, sayuran hijau.
 Asam lemak omega-3: Terdapat pada ikan berlemak, biji chia.

Perlu diperhatikan bahwa menurut Food and Drug Administration (FDA), ibu hamil juga
tidak diperkenankan mengonsumsi makanan mentah karena ada kemungkinan masih
mengandung bakteri.

Itu artinya, bahan makanan  yang baik dan bagus untuk ibu hamil perlu dimasak terlebih
dahulu. Proses pemanasan baik direbus atau ditumis bisa mengurangi risiko penyebaran
bakteri pada sayur.

2. Trimester kedua (14-26 minggu)


Pada trimester kedua, gejala yang tidak menyenangkan seperti kehamilan awal dapat
berkurang atau bahkan menghilang. Tidur mungkin akan menjadi lebih mudah dan tingkat
energi dapat meningkat. Meskipun gejala yang tidak menyenangkan cenderung hilang, tetapi
gejala lain mungkin akan muncul saat perkembangan janin mulai meningkat.

Kamu akan merasakan lebih banyak tekanan pada panggul, seperti sesuatu yang membebani.
Perut akan mulai terlihat membuncit dan kulit di sekitar perut cenderung gatal karena adanya
peregangan kulit. Kamu juga akan mengalami lebih banyak sakit punggung karena beban di
bagian depan tubuh.

Namun di antara kehamilan 16 dan 18 minggu, kamu akan merasakan salah satu keajaiban
kehamilan, yaitu tendangan dari janin.

Dalam trimester ini, banyak gejala tidak nyaman yang dialami pada  trimester pertama yang
hilang, Pada trimester ini juga sudah mulai terasa ada pergerakan janin. Ada beberapa gejala
yang mungkin terjadi pada trimester ini diantaranya:

8
 Perut mulai membesar karena rahim berkembang.
 Mulai merasakan gerakan janin di dalam perut
 Mudah pusing karena tekanan darah rendah.
 Nafsu makan mulai meningkat
 Badan terasa pegal-pegal
 Ada beberapa bagian kulit yang menggelap misanya di puting
 Mulai muncul stretch mark pada perut, payudara, paha, atau bokong
 Badan terasa gatal-gatal
 Pergelangan kaki atau tangan bengkak
 Rasa Mual berkurang

3. Trimester ketiga (27 minggu hingga akhir kehamilan)


Trimester ketiga merupakan periode kehamilan terakhir, pada periode ini ibu sudah berharap-
harap cemas akan kelahiran buah hati yang sangat dinanti nantikan. Ada beberapa gejala yang
mungkin terjadi pada periode ini diantaranya:

 Sulit menemukan posisi tidur yang nyaman karena perut ibu yang sudah membesar
 Mengalami kontraksi palsu
 Gerakan janin dalam perut yang semakin kencang dan banyak
 Jadi lebih sering buang air kecil
 Merasa mulas
 Pergelangan kaki, jari, atau wajah yang bengkak
 Payudara bengkak dan terkadang air susu bocor
 Mengalami wasir

Ketika rahim mendorong diafragma, otot yang mengatur pernapasan akan terganggu,
sehingga kamu akan lebih merasa sesak. Pergelangan kaki, tangan, kaki, dan wajah mungkin
akan membengkak karena menahan lebih banyak cairan dan sirkulasi darah yang melambat.
Bayi juga akan mulai turun ke jalan lahir untuk bersiap lahir ke dunia.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang

kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan gizi (Syari, 2015). Sejalan dengan hal tersebut, penelitian menunjukkan kejadian

stunting merupakan suatu proses kumulatif sejak kehamilan. Oleh karena itu, faktor gizi ibu

selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang berkontribusi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan kondisi gizi kurang akan

menyebabkan janin mengalami intrauterin growth retardation (IUGR) sehingga bayi tersebut

akan lahir dengan kondisi kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak,

menyebabkan penderitanya mudah sakit, kurangnya kemampuan kognitif, dan memiliki

9
postur tubuh yang tidak maksimal saat tumbuh dewasa. Faktor gizi salah satunya pada ibu

hamil yaitu kekurangan energi kronik (KEK), dimana seperti penelitian yang dilakukan di

Madiun, diketahui ibu hamil dengan KEK mempunyai risiko 8,24 kali lebih besar melahirkan

bayi dengan BBLR yang akan berdampak stunting pada anak di masa akan datang

(Trihardiani, 2011).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2013) menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang sifnifikan antara ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan

kejadian stunting pada balita. Kejadian stunting dapat dicegah salah satunya dengan

pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Kehamilan merupakan periode penting dalam

pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pertumbuhan,

perkembangan serta kesehatan anak sangat ditentukan oleh kondisi janin saat di dalam

kandungan. Di Negara berkembang termasuk Indonesia masalah gizi masih merupakan

masalah kesehatan masyarakat yang utama. Rendahnya status gizi ibu hamil selama

kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak tidak baik bagi ibu dan bayi (MCAI,

2016).

Pemenuhan kebutuhan nutrisi ini berkaitan erat dengan tinggi rendahnya pengetahuan

ibu hamil tentang gizi (Goni, 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan

pengetahuan ibu hamil termasuk tentang gizi sangat penting agar ibu hamil lebih

memperhatikan kondisinya saat hamil terutama makanan yang dikonsumsi untuk mencegah

kejadian stunting. Selain tentang pemenuhan gizi, ibu juga perlu mengetahui tentang

bagaimana penyiapan makanan dengan benar agar zat gizi dan kebersihannya terjaga dengan

baik. Selain itu, faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh untuk kesehatan ibu

hamil dan tumbuh kembang anak. Rendahnya sanitasi dan kebiasaan menyiapkan makanan

yang salah menyebabkan asupan gizi makin rendah. Pentingnya pengetahuan tentang gizi ibu

hamil dan bagaimana menyiapkan makanan yang benar dapat diperoleh dari petugas

10
kesehatan (bidan) saat dilakukan kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil merupakan sarana belajar

bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan,

perawatan kehamilan, persalinan, nifas, serta bayi baru lahir. Dengan adanya kelas ibu hamil,

ibu dapat mengetahui tentang pengaturan gizi saat hamil yang secara langsung meningkatkan

pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stunting

dipengaruhi salah satunya oleh pengetahuan gizi ibu dan asupan ibu. Asupan ibu terutama

saat hamil merupakan salah satu faktor yang berperan penting. Gizi janin bergantung

sepenuhnya pada ibu, sehingga kecukupan gizi ibu sangat memengaruhi kondisi janin yang

dikandungnya. Ibu hamil yang kurang gizi atau asupan makanan kurang akan menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan (Picauly, 2013).

Asupan makanan selama hamil berbeda dengan asupan sebelum masa kehamilan.

Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) diperlukan tambahan 300 kkal perhari selama

kehamilan. Penambahan protein 20g/hr; lemak 10 g/hr dan karbohidrat 40g/hr selama

kehamilan serta mikronutrisi lainnya untuk membantu proses pertumbuhan janin di dalam

kandungan (MCAI, 2016). Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat

makanan yang cukup dengan peran plasenta yang besar dalam transfer zat-zat makanan.

Pertumbuhan janin paling pesat terjadi pada stadium akhir kehamilan sehingga dibutuhkan

lebih banyak zat makanan pada stadium tersebut. Meskipun demikian, pentingnya terpenuhi

juga nutrisi pada awal kehamilan (trimester I) karena pembentukan organ (organogenesis)

terjadi pada periode ini. Terjadinya defisiensi nutrisi yang esensial selama trimester I dapat

mengganggu pembentukan organ yang dapat berakibat cacat janin atau abortus (keguguran).

Perkembangan janin melalui sejumlah periode perkembangan kritis saat terjadi organogenesis

dan diferensiasi. Periode pertumbuhan, perkembangan cepat dan maturasi ini adalah tahap di

11
mana janin rentan terhadap stressor seperti malnutrisi, gangguan penyediaan oksigen, infeksi

atau gangguan lingkungan lain terjadi (Dimiati, 2012).

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya

asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya

kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi

pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit dalam mengatasi gangguan pertumbuhan yang

akhirnya berpeluang terjadinya stunting. Periode yang paling kritis dalam penanggulangan

stunting dimulai sejak janin dalam kandungan sampai periode anak berusia 2 tahun yang

disebut dengan emas (1000 HPK). Oleh karena itu, perbaikan gizi diprioritaskan pada usia

1000 HPK yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi

yang dilahirkannya. Pengaruh Kelas Ibu Hamil terhadap Sikap tentang Pencegahan Stunting

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pelaksanaan kelas ibu hamil mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang pencegahan stunting. Faktor-

faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman, informasi kesehatan yang diperoleh

dari orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan

lembaga agama, emosional (Azwar, 2010).

Timbulnya perilaku seseorang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran serta sikap

yang positif dari individu. Semakin tinggi pemahaman ibu hamil akan semakin baik dalam

menyikapi kehamilannya (Wenas, 2014). Sikap merupakan cara seseorang melihat sesuatu

secara mental dari dalam diri dan mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain,

ide, objek maupun kelompok tertentu. Sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya

positif atau negatif terhadap suatu obyek atau situasi secara konsisten. Sikap merupakan

kecenderungan bertindak dari individu berupa respons tertutup terhadap stimulus maupun

obyek tertentu. Jadi sikap bukanlah suatu tindakan ataupun aktivitas, akan tetapi merupakan

sebuah kecenderungan untuk melakukan tindakan atau perilaku atau peran (Olsa, 2017).

12
Sikap tersebut berkaitan dengan penanggulangan pencegahan stunting meliputi upaya ibu

dalam memperbaiki gizi ibu hamil dengan mengkonsumsi makanan yang baik,

mengkonsumsi tablet tambah darah dan upaya menjaga kesehatanannya selama hamil

sehingga terjaga dari penyakit (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2016).

Stunting disebabkan oleh multi faktor. Penyebab langsung berkaitan dengan

kurangnya asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor lainnya adalah pengetahuan ibu

yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygiene yang buruk dan rendahnya pelayanan

kesehatan. Selain itu, masyarakat belum menyadari anak dengan kondisi pendek merupakan

suatu masalah, karena anak pendek di masyarakat terlihat sebagai anakanak dengan aktivitas

yang normal, tidak seperti anak kurus yang harus segera ditanggulangi. Demikian pula halnya

gizi ibu sewaktu hamil, masyarakat belum menyadari pentingnya gizi selama kehamilan

berkontribusi terhadap keadaan gizi bayi yang akan dilahirkannya nanti (Unicef Indonesia,

2012).

Masalah stunting di masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius. Masih banyak

masyarakat yang belum menyadari bahwa anak pendek itu merupakan masalah kesehatan,

karena pada umumnya anak pendek terlihat di masyarakat sebagai anak-anak dengan

aktivitas yang normal. Tidak seperti anak kurang gizi, anak pendek dapat berakibat fatal bagi

produktivitas mereka di masa dewasa. Meskipun gangguan pertumbuhan fisik anak masih

dapat diperbaiki di kemudian hari dengan peningkatan asupan gizi yang baik, namun tidak

dengan perkembangan kecerdasannya. Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga

didukung oleh penelitian terhadap anak usia 6-16 tahun di Kamboja. Dari hasil penelitian ini

ditemukan bahwa anak yang mengalami stunting moderate dan severe memiliki kecerdasan

kognitif yang lebih rendah dibanding dengan anak yang normal (Perignon, 2014). Untuk

mencegah terjadinya stunting di usia dini, terutama pada saat lahir, maka ibu hamil perlu

asupan zat gizi makro dan mikro yang cukup, karena status gizi saat lahir berpengaruh besar

13
terhadap pertumbuhan bayi selanjutnya, terutama pada usia 2 tahun pertama kehidupan

(Ernawati, 2013).

Penanggulangan stunting yang efektif dilakukan pada 1000 HPK. Kejadian balita

stunting dapat dicegah dan diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara

melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus

mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan

terpantau kesehatannya. Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik

dalam mengatasi kejadian stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga

apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis

(KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil

perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu

harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit. Kurang gizi pada masa pra-hamil dan ibu

hamil berdampak pada lahirnya anak yang IUGR dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Kondisi IUGR hampir separuhnya terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan (BB) ibu

pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi badan ibu atau bertubuh pendek, dan pertambahan

berat badan selama kehamilannya. Pemenuhan zat gizi yang adekuat, baik gizi makro

maupun gizi mikro sangat dibutuhkan untuk menghindari atau memperkecil risiko stunting

(Mitra, 2015).

Konsumsi ibu hamil dapat berupa makanan dan minuman yang mengandung zat

energi, karbohidrat, protein dan lemak. Kebutuhan akan mikronutrien selama kehamilan

diperlukan akibat meningkatnya kebutuhan gizi ibu selama hamil untuk memenuhi perubahan

metabolik, fisiologi selama kehamilan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Energi

merupakan sumber utama untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan

sintesis protein. Asupan protein selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses

pertumbuhan janin dan proses pertumbuhan janin dan proses embriogenesis agar bayi yang

14
dilahirkan dapat dilahirkan dengan normal. Asupan protein yang kurang selama kehamilan

dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin di dalam kandungan yang mengakibatkan

bayi lahir dengan berat badan lahir rendah. Kekurangan nutrisi pada zat protein dan energi

pada ibu hamil dapat mengurangi inti dari DNA dan RNA dan dapat mengganggu profil asam

lemak sehingga transfer zat gizi ibu ke janin menjadi terganggu. Lemak memiliki peranan

utama untuk menyediakan energi metabolik, hasil dari metabolisme lemak dapat berupa asam

lemak. Asam lemak dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.

Pertumbuhan janin di dalam kandungan membutuhkan asam lemak tak jenuh yang berguna

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Lemak memiliki peranan penting untuk

pertumbuhan janin, jika janin memerlukan lemak maka akan ditransfer melalui plasenta. Bayi

dengan berat badan lahir rendah mempunyai lemak yang lebih sedikit daripada bayi dengan

berat badan lahir normal yang dalam hal ini disebabkan oleh gangguan transportasi lemak ke

plasenta (MCAI, 2016).

Pertumbuhan tidak optimal selama periode 1000 HPK memiliki dampak jangka

panjang. Bila faktor eksternal tidak mendukung, pertumbuhan stunting dapat menjadi

permanen sebagai remaja pendek. Tumbuh pendek seringkali dianggap sebagai pengaruh

genetik, padahal faktor genetik hanya menjelaskan 15% variasi dibandingkan faktor gizi

(Rahayu, 2014). Penelitian di Nepal menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah

mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menjadi stunting (Ni’mah, 2015). Masalah

pertumbuhan stunting sering tidak disadari oleh masyarakat karena tidak adanya indikasi

seperti penyakit. Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang secara langsung

berhubungan dengan status gizi dan rendahnya konsumsi pangan atau kurang seimbangnya

makanan yang dikonsumsi mengakibatkan ter lambatnya pertumbuhan (Gluckman, 2005).

Penelitian di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa peran ibu sebagai” gate keeper”

dalam menjaga konsumsi dan status gizi rumah tangga terlihat sangat menonjol. Peran itu

15
terlihat dari pengaruh pengetahuan gizi ibu, akses informasi gizi dan kesehatan, praktek gizi

dan kesehatan ibu dan alokasi pengeluaran pangan dan non pangan (pendapatan). Dengan

demikian pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pemenuhan gizi sangat penting yang akan

berdampak terhadap sikapnya (Picauly, 2013).

Seseorang yang memiliki sikap baik terhadap gizi akan mempunyai kecenderungan

berperilaku baik dalam memenuhi kebutuhan gizi nya, begitupun sebaliknya. Sikap yang

kurang terhadap perilaku pemenuhan kebutuhan gizi jika dimanifestasikan dalam bentuk

perilaku akan menyebabkan asupan gizi yang kurang yang akan berkaitan dengan masalah

kesehatan. Penanggulangan masalah stunting harus dimulai dari sebelum anak dilahirkan dan

bahkan sejak remaja untuk dapat memutus rantai stunting dalam siklus kehidupan. Namun

demikian, sering kali perempuan tidak mengetahui kapan pastinya akan terjadinya kehamilan,

maka persiapan kehamilan terutama tentang pemenuhan gizi perlu diketahui dan dilakukan

sejak masa persiapan atau sebelum kehamilan sehingga pencegahan kejadian stunting dapat

dilakukan lebih optimal.

16
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. Jenis Kegiatan

Kegiatan pendidikan kesehatan dengan memberikan edukasi gizi pada ibu hamil untuk

mencegah stunting pada kelas ibu hamil di Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung.

3.2. Lokasi dan Waktu Kegiatan

Kegiatan pendidikan kesehatan ini dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Bandar

Lampung dan waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dosen

pembimbing dan penanggung jawab lokasi kegiatan.

3.3. Khalayak Sasaran

Kegiatan ini ditujukan buat ibu hamil dengan jumlah sebanyak 35 responden yang

terdapat di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung.

3.4. Tahapan Kegiatan

Strategi atau langkah pelaksanaan kegiatan yaitu:

a) Kegiatan Awal

- Registrasi peserta

- Pembukaan

- Penjelasan tujuan diadakannya pendidikan dan penyuluhan

- Pre-test

b) Kegiatan Inti

- Pemaparan materi

17
- Diskusi dan sesi tanya jawab

c) Kegiatan Penutup

- Post-test

- Membuat RTL

- Penutupan

3.5. Metode Penyuluhan

a) Ceramah

b) Diskusi

c) Tanya jawab

3.6. Media

a) Power point

b) Alat tulis

c) Media leaflet/poster

18
BAB IV

RINCIAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Rincian Biaya

Jenis Jumlah Harga Total


Proposal dan Surat - Rp. 50.000 Rp. 50.000

Banner 1 barang Rp. 65.000 Rp. 65.000

Leaflet 35 Lembar Rp. 50.000 Rp. 50.000


Gift/Hadiah Peserta 10 peserta Rp. 15.000 Rp. 150.000
Konsumsi (Snack + Minuman) 40 peserta Rp. 10.000 Rp. 400.000
Biaya Tak Terduga - - Rp. 100.000

Total Rp. 815.000

4.2. Jadwal Kegiatan

Waktu Acara Penanggung Jawab

07.00-08.00 Persiapan Panitia Ketua Panitia

08.00-08.20 Pembukaan dan Salam Seksi Acara


Pembuka

08.20-08.40 Sambutan Perwakilan Mahasiswa/I dan


Perwakilan Penanggung jawab
lahan

08.40-10.00 - Pre-test Seksi Acara


- Penyampaian Materi
- Post-test
10.00-10.15 Games/Kuis Seluruh Panitia

10.15-10.25 Pemberian Cendera Mata 1. Seksi Acara


2. Seksi Dokumentasi
3. Seksi Perlengkapan
10.25-10.40 Penutupan dan Dokumentasi Seksi Dokumentasi

19
DAFTAR PUSTAKA

1) Azwar. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Cetakan XII.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2) Dimiati H. (2012). Pertumbuhan Janin Terhambat sebagai Faktor Risiko Penyakit
Kardiovaskular. Jurnal Kedokteran
3) Syakiah Kuala,13(3), 157-64. Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. (2016). Gizi Kurang
Penyebab Stunting. https://www.dinkes.sumseprov.go.id
4) Ernawati F, Rosmalina Y, Permanasari Y. (2013). Pengaruh Asupan Protein Ibu
Hamil dan Panjang Badan Bayi Lahir terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 12
Bulan di Kabupaten Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan, 36(1), 1-11.
5) Goni, Loah, Pangemanan. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
dengan Status Gizi selama Kehamilan di Puskesmas Bahu Kota Manado, Ejurnal
Keperawatan (e-Kp), 1(1).
6) Gluckman PD, Hanson, M.A. (2005). The Fetal Matrix: Evolution, Development and
Disease. New York, United States: Cambridge University Press.
http://www.cambridge.org/9780521834575
7) Hastuti PS, Nugroho HSW, Usnawati N. (2011). Efektifitas Pelatihan Kelas Ibu
Hamil untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, Keterampilan dan Kunjungan
Antenatal Care. Vorikes, 2(2), 122-34.
8) Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta:
Kemenkes RI.Millennium Challenge Account – Indonesia (MCAI). (2016). Stunting
dan Masa Depan Indonesia. http://www.mcaindonesia.go.id.
9) Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah
Terjadinya Stunting. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(6), 254-261.
10) Ni’mah K., Nadhiroh SR. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Balita. Media Gizi Indonesia, 10(1),13-19.
11) Olsa EA., Sulastri D., Anas E. (2017). Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu terhadap
Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di Kecamatan Nanggalo.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 523-529. Perignon, et al. (2014). Stunting, Poor Iron
Status and Parasite Infection Are Significant Risk Factors for Lower Cognitive
Performance in Cambodian School-Aged Children. Plos One, 9(11).

20
12) Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2016). Situasi Balita Pendek.
Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
13) Picauly, I dan Toy SM. (2013). Analisis Determinan dan Pengaruh Stunting terhadap
Prestasi Belajar Anak Sekolah di Kupang dan Sumba Timur NTT. Jurnal Gizi dan
Pangan, 8(1), 55-62.
14) Rahayu, Khairiyati. (2014). Risiko Pendidikan Ibu terhadap Kejadian Stunting pada
Anak 6-23 Bulan. Penelitian Gizi Makanan, 37(2), 129-136.
15) Sartono. (2013). Hubungan Kurang Energi Kronis Ibu Hamil dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kota Yogyakarta. [Tesis]. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
16) Syari M., Serudji J., Mariati U. (2015). Peran Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu
Hamil terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
4(3), 729-736.
17) Trihardiani, Ismi. (2011). Faktor Risiko Kejjadian Berat badan Lahir Rendah Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kingkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. [Skripsi].
Semarang: Program Studi Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
18) Unicef Indonesia. (2012). Ringkasan kajian gizi ibu dan anak.Retrieved from
http://www.unicef.or.id
19) Wenas, RA., Lontaan, A., Korah, BH. (2014). Pengaruh Promosi Kesehatan tentang
Tanda Bahaya Kehamilan terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Puskesmas Amurang
Kabupaten Minahasa Selatan.Jurnal Ilmiah Bidan, 2(2), 1-5.

21

Anda mungkin juga menyukai