Makalah Pengelolaan Stress A.N Daratul Samia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI INDUSTRI

“PENGELOLAAN STRESS”

Disusun Oleh :

DARATUL SAMIA (22079017)

PRODI D3 TATA BOGA

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam penulis
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dengan izin Allah telah membawa kita dari
zaman kebodohan kezaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran
“Psikologi Industri”. Melalui makalah ini penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai
“Pengelolaan Stress”. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof.Dra.Asmar
Yulastri,M.Pd,Ph.D dan Bapak Ranggi Rahimul Insan,SP.,M.Si, sebagai Dosen Pengampu Mata
Kuliah Psikologi Industri.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
semua. Dengan kata lain dapat memahami dan mengerti tentang teori pembelajaran ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, oleh karena
itu penulis dengan senang hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah yang akan datang.

Padang, November 2022

Padang

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Stress ................................................................................................................... 3
B. Predisposisi Stress............................................................................................................. 4
C. Sumber Stress.................................................................................................................... 5
D. Konsekuensi Stress ........................................................................................................... 6
E. Mengatur Stres .................................................................................................................. 6
F. Intervensi Pengurangan Stress Terkait Dengan Isu Kerja/Hidup ..................................... 7
G. Pengukuran Stress ............................................................................................................. 7
H. Kejahatan Ditempat Kerja................................................................................................. 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12
LAMPIRAN................................................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Stres merupakan sebuah bentuk respon tubuh seseorang yang memiliki beban pekerjaan
berlebihan. Jika seseorang tersebut tidak sanggup mengatasinya, maka orang tersebut dapat
mengalami gangguan dalam menjalankan pekerjaan (Hawari, 2011).
Setiap orang berbicara tentang stress. Kita mendengar topic ini sebagai bahan
pembicaraan sehari-hari, baik di radio, televisi, surat kabar dan diberbagai konverensi maupun
dikalangan universitas. Sayangnya hanya sedikit saja orang yang mengerti konsep stress yang
benar. Manager menganggap stress sebagai frustasi atau ketegangan emosi, pengatur lalu lintas
pesawat berpendapat sebagai problem konsentrasi, seorang remaja yang kandas cita-citanya dan
para atlit yang gagal berprestasi karena ketegangan otot. Secara umum pengertian stress adalah
suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubuh. Kalau ketegangan itu
berlebihan sehingga mengganggu fungsi alat-alat tubuh tadi, maka keadaan demikian disebut
dengan istilah distress. Stress dalam kehidupan tidak dapat dihindarkan. Masalahnya adalah
bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa harus mengalami distress.
Tekhnologi dan industrialisasi yang pesat juga menciptakan suatu perubahan yang
penting dalam sifat ancaman dan stress itu sendiri. Bagi manusia yang hidup di zaman yang
masih primitive, ketegan itu suatu keadaan yang masih mudah dtentukan sebab musababnya dan
dapat dengan jelas dikenali, walaupun mengancam langsung kehidupan tetapi sekurang-
kurangnya gamblang untuk dihadapi. Manusia zaman dulu dapat menanggapi ketegangan dengan
tindakan yang konkrit berupa perilaku fisik yag relavan dengan ancaman fisik yang dihadapinya,
sehingga dampat lanjutan dari ketegangan tersebut dapat dihindari. Manusi zaman sekarang
masih terbuka terhadap stress atau ketegangan seperti yang telah dikemukakan diatas. Tetapi
seringkali manusia modern kurang intensif dalam menghadapi ketegangan atau stress yang
dihayatinya karena ketegangan tersebut sulit dihadapi secara pribadi berdasarkan sifatnya yang
samar dan sulit ditentukan sebab-sebabnya secara gamblang sumber-sumber ketegangan (stress)
bagi manusia modern tidak banyak lagi yang berupa ancaman fisik, melainkan lebih bersifat
psikologis seperti perselisisah, persaingan, rasa malu, jenuh, rasa bersalah, perasaan dipelakukan
tidak adil, ataupun cemas mengenai kenaikan pangkat atau gaji. Akibatnya, orang tersebut tetap
tegang dan senantiasa siap tempur tetapi tidak pernah menghadapi musuh yang sesungguhnya.

1
Seorang yang menderita stress, selain terwujud dalam berbagai macam penyakit, dapat
pula terungkap melalui ketidak mampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
sehingga menderita gangguan kecemasan, depresi dan gangguang psikosmatik. Penderitaan
fisik/psikis menyebabkan orang tak dapat berfungsi secara wajar, tak mampu berprestasi tinggi
dan sering menjadi masalah bagi lingkungannya (dirumah, di tempat kerja, atau lingkungan
social lain), merupakan akibat dari stress yang berkelanjutan.
B. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan stress
2. Mengetahui bagaimana stress dalam kehidupan
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengihandari dan mengatasi stress

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Stress
Stress adalah suatu rangsangan yang menegangkan psiologis dari suatu organisme,
tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang menekan organ tubuh dan atau diri sendiri, suatu
keadaan ketegangan psikologis keren/kecemasan. Selain itu, stress juga diartikan sebagai suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko,
1997:200).
Stress yang teralu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya. Adapun menurut Robbins (2001:563) stress jufa dapat diartikan sebagai suatu
kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana
untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Stressor adalah pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan. Selain itu, stressor
di artikan juga sebagai sebuah stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respon stress pada
organisme.
1. Proses Stress
Proses stres dimulai dengan peristiwa kehidupan atau situasi yang menyebabkan stres.
peristiwa kehidupan ini disebut stressor dan mencakup hal-hal seperti pernikahan, wawancara
kerja, janji dokter gigi, permainan basket, tenggat waktu, dan kemacetan lalu lintas. Jika kita
menganggap peristiwa ini sebagai stres, tubuh kita merespon dengan berbagai cara, termasuk
tekanan darah tinggi, peningkatan denyut jantung, ketegangan otot, dan keringat.
2. Eustress
Eustress (yang berarti sesuatu yang tepat) terjadi ketika stres menghasilkan perasaan
tantangan atau prestasi-perasaan stres bisa dikonversi menjadi energi positif dan benar-benar
menjadi motivasi. Dengan demikian, beberapa stres dalam situasi ini mungkin membantu
3. Distress
Stress buruk atau negatif stress, yang dikenal sebagai distress, terjadi ketika ada terlalu
banyak tekanan dan ketika tidak ada yang dilakukan untuk menghilangkan, mengurangi, atau
menetralkan efek nya. Distress biasanya terjadi dalam situasi atau di acara-acara dimana Anda
menempatkan besar efek pentingnya (misalnya, wawancara untuk pekerjaan), yang

3
menempatkan tuntutan besar pada Anda, dan dimana Anda akhirnya melihat Anda memiliki
sedikit atau tidak ada control pekerjaan. Kecenderungan Untuk Stres.
B. Predisposisi Stress
1. Stress Personalities
a. Kepribadian tipe A
Ditandai dengan prestasi berjuang, ketidaksabaran, waktu darurat dan kemarahan atau
permusuhan. Mereka cenderung melakukan multitasking. Individu tipe ini cenderung berbicara
dan berjalan dengan cepat, menyelesaikan kalimat orang lain. Mereka berorientasi prestasi,
kompetitif, menempatkan pekerjaan sebelum kesenangan. Individu tipe ini menjadi berlebihan
jika mengalami stress.
b. Kepribadian tipe B
Mereka lebih santai dan lebih menyenangkan. Jika mengalami stress mereka lebih
mampu untuk tetap dalam perspektif dan menggunakan cara-cara yang lebih positif untuk
menghadapinya.
c. Neuroticism
Cemas, depresi dan kurang harapan. Mereka cenderung memahami peristiwa sebagai
stress dan lebih bereaksi negatif terhadap peristiwa stress.
d. Gender, Etnis, dan Ras
Penelitian saat ini mengatakan bahwa wanita mungkin mengalami stress tertentu lebih
sering daripada laki-laki (misalnya pelecehan seksual, konflik), sedangkan laki-laki dan wanita
bereaksi berbeda terhadap bebrapa jenis stress (Sulsky & Smith,2005). Anggota kelompok
minoritas memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibanding nonminoritas. Perbedaan ras dan
etnis sebagian besar memperhatikan reaksi fisik terhadap stress.
e. Stress Sensitization
Stress yang kita alami sepanjang hidup akan mempengaruhi bagaimana kita akan
menangani stress di masa depan. Jika kita terbiasa menjadi gelisah karena stress yang kita alami
sebelumnya, kita lebih mungkin bereaksi seperti itu dimasa depan. Hal ini memiliki implikasi
terhadap kesehatan. Desensitization terjadi melalui pembelajaran perilaku baru dan bekerja
melalui perasaan kita tentang stress masa lalu.

4
C. Sumber stress
Banyak kejadian-kejadian dan faktor-faktor tertentu yang dapat dikategorikan sebagai
stressors atau sumber stress, seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, suatu keadaan dapat
berpengaruh pada satu orang tetapi tidak berpengaruh pada orang lainnya tergantung dari
pentingnya keadaan tersebut, dan kemampuan kontrol dari masing-masing orang. Sumber stress
dapat dibagi ke dalam dua kategori dasar yaitu: personal dan occupational stressors.
1. Personal stress
Personal stressors adalah sumber stress yang berasal dari hal-hal yang berasal dari luar
pekerjaan, seperti: faktor keluarga dan hubungan intim, pernikahan, perceraian, isu kesehatan,
permasalahan keuangan, dan membesarkan anak. Selain itu perubahan juga merupakan faktor
penting dalam timbulnya stres karena perubahan pada suatu hal mempengaruhi kehidupan
seseorang, baik kehidupan pribadinya, maupun karirnya. Perubahan juga dapat membuat kita
merasakan hal-hal seperti: rasa takut, perlawanan, dan kebencian yang sangat mengarah pada
stres.
Persoalan keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga.
Persoalan ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan.
Berasal ari kepribadiannya.
2. Stress kerja
Stress kerja adalah sumber tekanan yang berasal dari pekerjaan seseorang, terkait dengan
pengalaman seseorang pada saat dibandingkan dengan orang lain, dan faktor lain yang
diakibatkan oleh pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang. Dan dapat menyebabkan konflik peran,
ketidakjelasan peran, dan peran yang berlebihan.
3. Stress organisasi
Banyak karakteristik dari sebuah organisasi yang dapat menyebabkan tekanan tertentu
pada beberapa orang. Karakteristik tersebut seperti misalnya: kecocokan antara individu dengan
organisasinya, aturan dan tata tertib suatu organisasi, hubungan dengan atasan, penerapan politik
praktis dala organisasi dan perubahan pada organisasi.
4. Stress dilingkungan kerja
Sumber stress juga dapat berasal dari lingkungan fisik tempat kita bekerja, contohnya
tingkat paparan terhadap kebisingan yang tinggi dengan durasi yang lama dan suhu tempat
bekerja yang ekstrim dan tidak stabil.

5
5. Sumber stress lainnya
Selain itu tekanan di temat kerja juga dapat berasal dari hal-hal kecil yang kita alami
sehari-hari seperti Minor Frustation yang timbul dari kejadian sehari-hari yang memerlukan
kesabaran, forecasting atau meramal kejadian di masa depan yang membuat kita merasa cemas
terhadap hal yang tidak menentu dan residual stress yang merupakan tekanan sisa dari stress
sebelumnya yang tidak kita lupakan.
D. Konsekuensi stress
1. Konsekuensi Personal
Bagaimana cara kita menanggapi stres dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan.
Misalnya, menanggapi dengan marah atau kemarahan dapat menyebabkan anggota keluarga
yang sakit, kehilangan pekerjaan, dan mungkin bermasalah dengan hukum. Menanggapi dengan
penggunaan alkohol dan obat-obatan dapat menyebabkan kecanduan, hubungan yang rusak, dan
bahkan kematian. Finansial, keputusan terganggu kita buat sementara di bawah stres dapat
memiliki konsekuensi negatif.
2. Konsekunsi Organisasional
Tingkat stress yang tinggi dapat mengurangi kinerja pada tugas-tugas karyawan yang
berdampat pada penurunan prestasi kerja, keadaan burnout atau kondisi kelelahan seorang
professional, menurunkan tingkat absensi pegawai dan omset pendapatan perusahaan, dan
menurunkan tingkat kesejahteraan dan kesehatan pekerja yang berdampak pada tingginya biaya
perawatan kesehatan.
E. Mengatur Stress
Mengontrol stres dan mengubah respon kita terhadap stressor ke arah yang positif dapat
berlangsung sebelum, saat, dan setelah stress tersebut dialami. Biasa untuk mengontrol keadaan
stress dapat mempersiapkan keadaan tubuh kita untuk menangani efek buruk dari stress itu
sendiri. Untuk mengatasi stress kita dapat merencanakan hal-hal seperti berikut ini: Berolahraga
yang teratur, Perbanyak candaan dan tertawa, mengatur pola diet, tidak merokok, pola tidur yang
baik, dukungan dari rekan, pemberdayaan diri sendiri, dan menggunkan coping skill yang tepat.
Beberapa cara mengatasi stress :
1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah upaya intervensi oleh psikoterapis terlatih agar kliennya bisa
mengatasi persoalannya. Pada dasarnya psikoterapis adalah wawancara tatap muka perorangan,

6
tetapi dalam praktik banyak variasi teknik psikoterapi tergantung pada teori yang mendasarinya
dan jenis masalah yang sering dihadapi klien. Tujuan psikoterapi adalah untuk mengembalikan
keadaan kejiwaan klien yang terganggu (mulai dari masalah ringan sampai gangguan mental
berat) agar bisa berfungsi kembali dengan optimal sehingga klien tersebut merasa bisa, merasa
dirinya lebih sehat mental.
2. Perpikir positif
Optimism dapat menangkal dampak negative stress, ketegangan dan kecemasan telah di
system kekebalan tubuh Anda dan kesejahteraan. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan
orang-orang positif. Getaran negative dari teman-teman dan rekan kerja dapat menyebar,
sehingga sulit bagi Anda untuk bersantai. Lihatlah situasi tertentu berbeda. Mungkin cara Anda
mencari mungkin menyebabkan tekanan yang banyak.
3. Tidur
Aktivitas ini bisa dibilang efektif. Mendapatkan tidur nyenyak yang cukup memiliki
dampak besar pada tingkat stress Anda. Fungsi kekebalan dan ketahanan terhadap penyakit pun
bangkit.
Tidur tidak hanya mengurangi tingkat pemulihan Anda. Tapi ingat, ini bisa juga
meningkatkan tingkat stress dalam tubuh Anda jika kadarnya berlebih. Jadi, jangan kesiangan
karena ini akan membuat anda bertambah lesu.
F. Intervensi Pengurangan Stress Terkait Dengan Isu Kerja/Hidup
Usaha organisasi untuk mengurangi konflik kehidupan – pekerjaan dibuat untuk
membantu karyawan mengurangi stress dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Juga
memotivasi dengan fakta bahwa karyawan dengan kekhawatiran luar seperti merawat anak dan
orang tua, lebih mudah kehilangan pekerjaan dan kurang produktif daripada karyawan tanpa
perhatian tersebut. Usaha dari organisasi tersebut dapat dilakukan dengan banyak hal seperti:
meringankan Beban Perawatan Anak, meringankan beban Perawatan Orang tua, meringankan
Beban tugas sehari-hari, dan menyediakan waktu istirahat melalu pembayaran cuti.
G. Pengukuran Stress
1. Dalam penelitian, yang paling umum digunakan untuk mengukur stress adalah
kuisioner laporan diri dimana orang ditanya serangkaian pertanyaan tentang tingkat
level stress. Tes yang umum digunakan meliputi Occupational Stres Inventory, Job
Stres Inventory, Maslach Burnout Inventory, Interpersonal Conflict at Work Scale,

7
Organizational Constraints Scale, Quantitative Workload Inventory, and Physical
Symptoms Inventory.
2. Permasalahan dalam laporan diri, adalah orang mungkin tidak tau mereka sedang
stress atau mungkin tidak jujur dalam jawaban mereka. Selain laporan diri, yang
dapat digunakan adalah tindakan fisiologis seperti tekanan darah, denyut jantung, dan
ketegangan otot, serta tindakan biokimia seperti tingkat kortisol dan katekolamin.
H. Kejahatan Di Tempat Kerja
Dalam dekade terakhir, isu kekerasan di tempat kerja telah menerima bunga yang cukup
besar dari psikolog dan professional HR. Kekerasan di tempat kerja meliputi karyawan yang
dibunuh di tempat kerja, kecelakaan kerja fatal, dan bullying.
Psikolog telah studi tentang kekerasan di tempat kerja dengan memasukkan perilaku
mobbing dan intimidasi. Mobbing dan intimidasi terdiri dari bermusuhan, mengasingkan, dan
perilaku tidak etis antara karyawan. Contohnya, menyebarkan gossip jahat yang tidak benar,
meremehkan pendapat atau pekerjaan seseorang. Definisi kekerasan di tempat kerja diadopsi
oleh Pusat Kanada untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi tindakan berikut :
a. Serangan fisik
b. Perilaku mengancam
c. Kekerasan verbal
d. Ancaman verbal atau tertulis
e. Pelecehan (perilaku merendahkan, mempermalukan, menghina, kekerasan verbal atau
menganggu)
1. Pelaku Kekerasan di Tempat Kerja
a. Seorang pria (80%) antara usia 20 dan 50
b. Memiliki harga diri yang terikat pekerjaan, memandang ia telah tidak dihormati atau
diperlakukan tidak adil
c. Merasa ia tidak memiliki cara lain untuk menyelesaikan penganiayaannya selain
kekerasan
d. Menunjukkan pola baru masalah di tempat kerja (peningkatan pelanggaran kebijakan
perusahaan, ancaman verbal untuk rekan kerja, perhatian penampilan dan kebersihan
pribadi menurun)

8
e. Mencoba menggunakan orang lain sebagai dilema serius oleh mengancam, melecehkan,
mengintimidasi, berteriak dan mengancam untuk mengajukan keluhan dan tuntutan
hukum
f. Mulai menunjukkan tanda-tanda pemikiran paranoid, delusi penganiayaan dan pola piker
aneh lainnya
g. Menjadi terisolasi
h. Memiliki akses untuk menggunakan senjata
2. Mengurangi Kekerasan di Tempat Kerja
a. Tindakan Keamanan
Langkah-langkah ini dapat mencakup perubahan fisik seperti menambahkan kamera
pengintai, alarm diam, pencahayaan eksternal terang, hambatan antipeluru, system kunci canggih
dan penjaga keamanan. Perubahan staf mencakup penutupan lebih berisiko larut malam dan larut
pagi, pelatihan karyawan dalam bagaimana menangani perampokan, konflik, dan pelanggan
marah.
b. Screening Karyawan
Metode lain untuk mengurangi kekerasan yang dilakukan karyawan dan mantan
karyawan adalah dengan menggunakan tes psikologi, pemeriksaan refrensi, dan pemeriksaan
latar belakang untuk menyaring pelamar yang berpotensial melakukan kekerasan. Seperti Tes
MMPI dapat memprediksi kekerasan pada orang tanpa riwayat kekerasan. Namun link empiris
antara nilai pada tes ini dan keekrasan di tenpat kerja belum dibuat karena biasanya kekerasan
terjadi bertahun-tahun setelah pengujian pra kerja.
Dengan demikian, karyawan berisiko tinggi akan kekerasan hanya dalam keadaan
tertentu, yang terus berubah dan sulit diukur.
c. Pengelolaan Kesadaran
Kebanyakan ahli tentang kekerasan di tempat kerja percaya bahwa karyawan yang “gila”
dan menembak orang memberikan indikasi bahwa mereka akan melakukan kekerasan di masa
depan, indikasi tersebut termasuk ancaman, tindakan kekerasan. Cavanaugh (2001) menyarankan
“nol toleransi” artinya satu tindakan dan karyawan dihentikan (dipecat)
Turner dan Gelles (2003) menunjukkan bahwa karyawan yang perilakunya membuat
orang lain merasa takut harus diskrining untuk potensi kekerasan. Dari wawancara ini dan

9
pertemuan, Turder dan rekan-rekannya menempatkan karyawan ke dalam satu dari lima kategori
resiko:
a) Potensi kekerasan tinggi, memenuhi syarat untuk penangkapan atau rawat inap
b) Potensi kekerasan tinggi, tidak memenuhi syarat untuk penangkapan atau rawat inap
c) Tak cukup bukti untuk potensi keekrasan, tapi bukti yang cukup untuk hukuman yang
disengaja gangguan emosi pada rekan kerja
d) Tak cukup bukti untuk potensi kekerasan, tapi bukti yang cukup untuk penderitaan yang
tidak disengaja gangguan emosi pada rekan kerja
e) Bukti tidak cukup untuk potensi kekerasan, dan bukti yang cukup untuk penderitaan
gangguan emosi pada rekan kerja
Selain teknik ini, konseling gratis harus tersedia untuk semua karyawan, terutama yang
memamerkan emosional, interpersonal atau masalah disiplin.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa terdapat berbagai factor
yang dapat memicu seseorang mengalami stress yang berasal dari factor internal dan juga
eksternal seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Factor-faktor tersebut juga memiliki dampak
yang cenderung negative bagi individu yang mengalami stess, mulai dari perubahan yang terjdi
pada fisiologi, psikologi serta perilaku seseorang.
B. Saran
Alangkah baiknya untuk kita mengetahui apa saja yang dapat menghindari dan juga
mengatasi stress tersebut mulai dari hal- hal kecil yang tentunya bersifat positif bagi diri kita,
yaitu seperti pola tidur dan olahraga yang teratur, perbanyaklah tersenyum kepada orang lain,
mengatur waktu sebaik mungkin untuk mencegah pekerjaan yang menumpuk, bersantailah
dengan waktu yang tersedia, dan sebagainya. Selain itu, lakukanlah segala sesuatunya dengan
pikiran yang positif pula untuk dapat meminimalisir timbulnya stress. Hal-hal tersebut bertujuan
untuk dapat menciptakan kehidupan yang lebih tenang, bahagia dan juga berkualitas bagi setiap
individu.

11
DAFTAR PUSTAKA
Yosi Mairani Putri. MANAJEMEN STRESS. Fakultas Ilmu Komputer. Mercu Buana
University. 2016.
Made Diah Lestari, Naomi Vembriati, Dewi Puri Astiti, I Made Rustika, Komang Rahayu
Indrawati, Luh Kadek Pande Ary Susilawati, Luh Made Karisma Sukmayati Suarya, Adijanti
Marheni, David Hizkia Tobing, Yohanes Kartika Herdiyanto, Ni Made Swasti Wulanyani, Putu
Nugrahaeni Widiasavitri, Putu Wulan Budisetyani, Supriyadi, Tience Debora Valentina. Buku
Ajar PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI. 2016. Program Studi Psikologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai