Hak Privasi Dan Informasi Layak Anak UU Perlindungan Anak No 35 2014
Hak Privasi Dan Informasi Layak Anak UU Perlindungan Anak No 35 2014
Hak Privasi Dan Informasi Layak Anak UU Perlindungan Anak No 35 2014
UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
Anak adalah bagian tak terpisahkan dari keberlangsngan hidup manuisa dan keberlangsungan
sebuah bangsa dan negara. Agar setiap anak dapat memikul tanggung jawab tersebut maka
perlu mendapatkan kesempatan yang sesuai untuk tumbuh kembang secara optimal, baik fisik,
mental maupun sosialnya.
Negara menjunjung tinggi hak asasi manusia, Pemerintah Indonesia menjamin perlindungan
dan pemenuhan hak anak yang diatur dalam beberapa peraturan, seperti UUD 1945, peraturan
peundang-undangan yang bersifat nasional maupun internasional dan meratifikasi Konvensi
Internasional tentang hak-hak anak yang diimplementasikan dalam UU No. 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Jaminan ini dikuatkan melalui ratifikasi Konvensi Internasional
tentang Hak Anak uaitu pengesahan Konvensi Hak Anak mellaui keputusn Presiden Nomor 36
Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights Of the Child (Konverensi tentang
Hak-hak Anak)
Selain itu, UU ini juga mengantisipasi terjadinya bentuk-bentuk kejahatan terhadap anak yang
kelak akan membahayakan kelangsungan tumbuh kembang anak seperti : anak korban
terorisme, anak dengan perilaku sosial menyimpang, dan anak korban stigmasi / labelisasi
orang tuanya. UU perubahan ini juga mempertegas adanya sanksi pemberantasan kejahatan
terhadap anak baik sanksi pidana dan denda serta mempertegas tambahan pidana apabila
pelakunya adalah orang-orang terdekat.
Manfaat dari UU ini antara lain korban tindak kekerasan terhadap anak, yakni dengan
mengajukan hak restitusi ke pengadilan. Hak restitusi diberikan khusus kepada yang
berhadapan dengan hukum, korban eksploitasi secara ekonomi, seksual, korban pornografi,
korban penculikan, penjualan anak, korban kekerasan fisik dan atau psikis, serta anak korban
kejahatan seksual.
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap warga negaranya termasuk
perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dan kekerasan serta diskriminasi sebagaimana diamanatkan UUD RI tahun 1945.
Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus c ita-cita perjuangan bangsa memiliki
peran strategis, ciri dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak
manusiawi yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam Pasal 1 :
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Hak Anak adalah bagian dari hak asasimanusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang
tua, keluarga, masyarakat, negara, pemerintah dan pemerintah daerah.
Anak terlantar adalah anak yang tidak terpeniuhi kebutuhannya secara wajar, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial.
Anak penyandang disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau
sensorik dalam jangka waktu yang lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk beradaptasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak.
Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa atau memiliki
potensi dan atau bakat istimewa tidak terbatas pada kemampuan intelektual tetapi juga pada bidang
lain.
Perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindngan yang diterima oleh anak dalam situasi dan kondisi
tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadapa ancaman yang membahayakan diri dan jiwa
dalam tumbuh kembangnya.
Dalam Pasal 6 :
Setiap anak berhak untuk beribadah untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua atau wali.
Dalam Pasal 9 :
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya
dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.
Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dna
kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, an/ atau pihak lain.
Selain mendapatkan hak anak sebagaimana tersebut di atas, anak penyandang disabilitas berhak
memperoleh pendidikan luar biasa dan anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan
khusus.
Dalam Pasal 12 :
Setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan
taraf kesejahteraan sosial.
Dalam Pasal 14 :
Setiap anak berhak untuk diasuh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dn/ atau aturan hukum
yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan
merupakan pertimbangan terakhir.
Dalam hal terjadi pemisahan sebagaimana dimaksud di atas, anak tetap berhak : bertemu langsung dan
berhubungan pribadi secara tetap dengan kedua orang tuanya, mendapatkan pengasuhan,
pemeliharaan, pendidikan dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang tuanya
sesuai dengan kemmapuan, bakat dan minatnya, memperoleh pembiayaan hidup dari kedua orang
tuanya dan memperoleh hak anak lainnya.
Dalam Pasal 15 :
● Kejahatan seksual
Dalam Pasal 20 :
Negara, Pemerintah, Pemerintah Daera, Masyarakat, Keluarga, dan orang tua atau wali berkewajiban
dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Dalam Pasal 21 :
Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati
pemenuhan hak anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya adan
bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental.
Dalam Pasal 22 :
Negara, pemerintah, dan pemeintah daerah bekewajiban dan bertanggung jawab memberikan
dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dlam penyelenggaraan
perlindungan Anak.
Dalam Pasal 24 :
Negara, pemerintah, dan Pemerintah Daerah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam
menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.
Dalam Pasal 49 :
Negara, Pemerintah,Pemerintah Daerah, Keluarga dan Orang Tua wajib memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak untuk mempreoleh pendidikan.
Dalam Pasal 51 :
Anak penyandang Disabilitas diberikan kesaempatan dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan
inklusif dan atau pendidikan khusus.
Dalam Pasal 53 :
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan atau
bantuan cuma-cuma untuk pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlanyar dan
anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.
Dalam Pasal 54 :
Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari tindak
kekerasan fisik, psikis,kejahtan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, dan atau pihak lain.
Perlindungan tersebut dilakukan oleh pendidik, tenang kependidikan, aparat pemerintah, dan atau
masyarakat.
Dalam Pasal 55 :
Dalam Pasal 56 :
● Berpartisipasi
● Bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya
● Bebas menerima informasi lisan atau atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan
perkembangan anak
Dalam Pasal 67 :
Perlindungan khusus bagi anak yang mendpat korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya sebagaimana dimaksud dilakukan mellaui upaya pengawasan, pencegahan,
perawatan dan rehabilitasi.
Dalam pasal 67 A :
Setiap orang wajib melindungi anak dari pengaruh pornografi dan mencegah akses anak terhadap
informasi yang mengandung pornografi.
Dalam Pasal 72 :
Masyarakat berperan serta dalam perlindungan anak, baik secara perorangan maupun kelompok.
Dalam pasal 76 A :
Setiap orang dilarang :
● Memperlakukan anak secara diskriminatif yang mengakibatkan anak mengalami kerugian, baik
materil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya
Dalam Pasal 76 G :
Setiap orang dilarang menghalang-halangi anak untuk menikmati budayanya sendiri, mengakui dan
melaksanakan ajaran agamanya dan/atau mengggunakan bahsanya sendiri tanpa mengabaiakna akses
pembangunan masyarakat dan budaya.
Upaya perlindungan anak pelu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan
sampai anak berumur 18 tahun. Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeliuh,
dan komprehensif, undnag-undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepad anak
berdasarkan asas-asas sebagai berikut :
● Non diskriminasi
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik
melaui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan.
Sekian.
18-04-2022