Pendorong Kepemimpinan Di Era Digital
Pendorong Kepemimpinan Di Era Digital
Pendorong Kepemimpinan Di Era Digital
1
berada di luar zona nyaman adalah tempat yang benar untuk berkembang
lebih baik.
2.8.Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Digital
2.8.1. Kelebihan Kepemimpinan di Era Digital:
1) Perusahaan dengan Digital Leadership Menunjukkan Kinerja
Finansial yang Lebih Baik
Sebanyak 76% dari 4.000 eksekutif yang mengadopsi digital
leadership mampu mencetak pertumbuhan profit lebih besar. Mereka
juga memiliki penerimaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
eksekutif yang masih menggunakan leadership tradisional.
2) Karyawan Merasa Dilibatkan dan Lebih Puas dengan Pekerjaannya
Perusahaan yang menerapkan digital leadership cenderung lebih
disukai karyawan. Sebanyak lebih dari 87% karyawan merasa lebih
bahagia dengan pekerjaan mereka. Karyawan juga merasa lebih
dilibatkan dalam perusahaan.
3) Loyalitas Lebih Tinggi
Digital leadership mampu meningkatkan loyalitas karyawan.
Persentase karyawan untuk bertahan di perusahaan bahkan mencapai
21% lebih tinggi. Bahkan meski memiliki kesempatan untuk berhenti,
tidak sedikit karyawan yang memilih untuk bertahan.
4) Kepemimpinan Lebih Kuat
Kepemimpinan digital membantu seorang pemimpin untuk
mengambil keputusan yang objektif. Keputusan para digital leader
cenderung lebih tepat. Inilah yang membuat kepemimpinannya lebih
kuat dan lebih disukai karyawan.
5) Mampu Mengambil Keputusan dengan Lebih Baik
Digital leadership banyak memanfaatkan data dalam pengambilan
keputusan. Meski masukan dari ahli dan orang-orang terpercaya masih
digunakan, basisnya tetap pada data. Itulah yang membuat perusahaan
dengan digital leadership mampu mengambil keputusan lebih baik.
2.8.2. Kekurangan Kepemimpinan di Era Digital:
1) Perkembangan Disinformasi dan Hoax
Hoax dalam konsep kepemimpinan digital merupakan ancaman
paling nyata yang dapat merusak tatanan manajerial yang dihasilkan
dari kepemimpinan digital. Selain dikarenakan sifatnya yang dapat
2
membuat seseorang salah paham, hoax juga dapat menggerakan
seseorang secara tanpa sadar melakukan sesuatu yang pada dasarnya
belum tentu keabsahannya sehingga dapat menjadi blunder.
2) Mengurangi Interaksi Langsung Antara Pimpinan dan Bawahannya
Meski internet dapat menyampaikan pesan secara efektif akan tetapi
proses penerimaan bawahan belum tentu selaras dengan apa yang
mereka rasakan terhadap para pimpinannya. Oleh karenanya
diperlukan kombinasi yang baik antara konsep kepemimpinan digital
dengan Strategi Leadership, teknik manajerial maupun model
kepemimpinan lainnya untuk dapat mengatasi problematika serta
tuntutan perkembangan zaman yang ada saat ini.
2.9.Tantangan dan Dampak Kepemimpinan di Era Digital
Kepemimpinan di Era Millennial adalah merupakan jawaban atas tantangan
yang dihadapi para pimpinan saat ini. Tantangan itu adalah kepemimpinan di era
milenial, atau dengan kata lain bagaimana cara memimpin anggota tim yang
terdiri atau didominasi para millennial. Faktanya, saat ini populasi generasi
milenial di dalam sebuah organisasi atau institusi telah mencapai rata-rata 50-60
persen, dan diperkirakan jumlah populasi mereka di perusahaan akan terus tumbuh
hingga menyentuh angka 75 persen di tahun 2025.
Pemimpin yang baik adalah orang-orang terpilih yang cerdas, kuat, mampu
dan memiliki kapasitas yang bagus untuk bisa membimbing dan mengarahkan
anggota kelompoknya untuk meraih tujuan bersama dengan menerapkan cara-cara
yang baik dan sehat. Dalam menggambarkan generasi milenial, banyak orang-
orang yang memberikan stigma negatif terhadap generasi ini. Ada yang bilang
“kaum milenial adalah orang yang egois,” “kaum milenial adalah anak-anak yang
tidak mau bersusah payah” dan beberapa stigma negatif lainnya. Stigma-stigma
negatif tersebut tidak jarang membuat para pemimpin baru menjadi takut dan
kewalahan jika mereka harus mengelola dan memimpin generasi milenial. Akan
tetapi sebagai seorang pemimpin, mau tidak mau kita harus menghadapi
kenyataan bahwa generasi milenial sudah mulai memasuki dunia kerja dan
populasi mereka semakin bertambah dari hari ke hari.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menyiapkan fisik dan mentalnya
dengan sangat baik agar bisa menjadi seorang pemimpin yang baik untuk generasi
milenial. Diperlukan langkah yang objektif untuk bisa membantu generasi
milenial dalam mengembangkan diri mereka menjadi lebih baik. Dan untuk
3
mencapai hal itu, diperlukan seorang pemimpin yang baik dan ahli dalam
mengelola dan memimpin mereka. Berikut ini adalah 4 langkah utama untuk bias
menjadi pemimpin yang baik bagi generasi milenial:
1) Definisikan Lingkup Tanggung Jawab dan Dorong Mereka untuk
Bereksplorasi
Hal pertama yang perlu kita lakukan dalam memimpin generasi
milenial adalah mendefinisikan ruang lingkup yang menjadi tanggung
jawab mereka. Ini bertujuan agar para karyawan milenial dapat memahami
dengan baik apa yang menjadi tugas dan kewajibannya, dan apa saja hal-
hal yang bisa dikategorikan sebagai fokus kedua, sehingga apa yang
mereka kerjakan tidak keluar dari tanggung jawab yang diberikan.
2) Menjadi Pemimpin yang Ramah, namun Tetap Tegas
Sayangnya, kebanyakan pemimpin atau manajer menganggap bahwa
mereka tidak perlu bersikap ramah dan manis kepada para karyawan
milenial. Alasannya, mereka merasa bahwa keramahan tersebut hanya
akan membuat generasi milenial menjadi manja atau meremehkan mereka
sebagai pemimpin. Kenyataannya, kondisi ini malah hanya akan menyiksa
para generasi milenial. Cobalah untuk menjadikan mereka sebagai “teman”
namun di saat yang bersamaan juga menjadi pemimpin yang tegas.
Sehingga mereka tahu batasan-batasan yang harus dijaga, meskipun
pemimpin mereka adalah orang yang sangat ramah.
3) Jangan Memanjakan Karyawan, tapi Tetaplah Bersikap Konstruktif
Dikarenakan sifat generasi milenial yang mudah tersinggung dan cukup
sensitif, sebagian orang berpikir bahwa seorang pemimpin harus bersikap
hati-hati ketika berbicara dengan mereka, baik dalam berdiskusi maupun
ketika menyampaikan tugas kerja. Jika kita tidak menjaga hati para
karyawan milenial dengan baik, dikhawatirkan mereka akan segera resign
dari perusahaan dan mencari pekerjaan lain. Hal ini akan semakin
menyulitkan ketika terlalu banyak pergantian karyawan milenial di dalam
perusahaan. Bukan hanya membuang-buang waktu untuk proses
perekrutan, namun kondisi seperti ini juga akan menghabiskan uang yang
cukup banyak karena setiap karyawan yang baru direkrut pasti akan
memasuki pelatihan kerja terlebih dahulu.
4) Mendorong Kolaborasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Kepuasan
Generasi milenial memiliki kemampuan yang sangat baik serta
4
keterampilan yang canggih, terutama dalam menggunakan teknologi. Nilai
positif ini perlu digunakan oleh para pemimpin yang baik dalam
membimbing karyawan milenial mereka untuk saling berkolaborasi dan
membentuk kesatuan anggota tim yang kuat, yang saling memotivasi satu
sama lain. Sehingga, generasi milenial dapat mencapai kepuasan kerja
mereka masing-masing. Kolaborasi yang kuat akan membantu para
generasi milenial untuk mendapatkan self-fulfillment dalam setiap
pekerjaan yang mereka berikan.
2.10. Tiga Kunci Sukses Kepemimpinan Digital
Terdapat 3 kunci sukses kepemimpinan di era digital, yaitu:
1) Executive and Supervisory Board Visibility
Artinya memiliki kekuatan visi dan komitmen untuk mendorong
perubahan dari atas ke bawah.
2) Focus on Digital as Core of The Role
Artinya melakukan transformasi dalam jangka waktu 2 – 5 tahun.
3) P&L Control (Profir and Loss Control)
Artinya menghubungkan transformasi digital dengan sasaran / tujuan
organisasi yang terukur.