045 - Kadek Yuli Astini - Laporan Akhir Persalinan Hepatitis
045 - Kadek Yuli Astini - Laporan Akhir Persalinan Hepatitis
045 - Kadek Yuli Astini - Laporan Akhir Persalinan Hepatitis
OLEH
KADEK YULI ASTINI
P07124321072
LAPORAN AKHIR
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktik ini tepat waktu.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan,
semangat, bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyusun laporan ini,
pihak-pihak tersebut yaitu :
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S.Si.T., M.Biomed sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ni Ketut Somoyani, SST., M.Biomed sebagai Sekretaris Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
3. Ni Wayan Armini, S.ST., M.Keb sebagai Ketua Program Studi Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
4. Ibu Gusti Ayu Marhaeni, SKM.,M.Biomed selaku pembimbing institusi dalam
Praktik Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi
5. Ibu Ni Nyoman Sri Utami, S.Keb, sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir PK Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi
6. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan yang nantinya dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan laporan selanjutnya. Dengan demikian
laporan ini penulis susun semoga dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahakan
rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan
menyelesaikan laporan ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia
hamil, dengan sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun
sekitar 15% mengalami komplikasi berat dengan sepertiganya merupakan
komplikasi yang mengancam jiwa ibu. (Sarwono, 2009).
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu atau kematian maternal adalah
kematian seorang ibu waktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan, tidak tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator umum
yang digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Ratio ) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini mencerminkan resiko obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu
ia hamil. Kematian ibu di bagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan,
atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi
tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah
ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
kehamilan, misalnya Hepatitis B, malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit
kardiovaskuler. (Prawirohardjo, 2010).
Hepatitis adalah peradangan karena berbagai sebab, Hepatitis dan publisitas
kurang memadai gejala yang menyertai orang yang terkena Hepatitis yaitu mual-
mual, muntah, diare, anorexia, sakit kepala dan penyakit kuning.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, setiap
tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil Hepatitis B (HbsAg) reaktif. maka setiap tahun
diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang berpotensi mengalami Hepatitis kronis
(sirosis atau kanker hati) pada 30 tahun ke depan. Penduduk Indonesia yang
mengidap Hepatitis B sebanyak 7,1 % menurut Rikesdas tahun 2017. Strategi
pencegahan yang dilakukan yakni, ibu hamil diperiksa skrining Hepatitis B, dan
bagi ibu hamil yang terinfeksi Hepatitis B dianjurkan berobat dan konsultasi ke
tenaga kesehatan. Selanjutnya, bayi dari ibu hamil yang HbsAg reaktif, mendapat
tambahan vaksin Hepatitis B immune Globuline (HBIG) kurang dari 12 jam
setelah kelahiran, dan menyarankan ibu hamil dengan Hepatitis B (HbsAg
reaktif), untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan.
Salah satu cara penularan hepatitis B, yakni dari ibu ke anak. Ibu hamil yang
positif hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayinya yang berada dalam
kandungan. Ketika ibu hamil yang positif hepatitis B tapi tidak terdeteksi, maka
bayi yang akan lahir beresiko tinggi terkena penyakit menular tersebut. Virus
hepatitis B yang menyerang hati menyebabkan kerusakan hati kronis bila tidak
segera ditangani, sirosis hati bisa berujung kanker hati, untuk menghindari itu, ibu
hamil dianjurkan untuk melakukan cek darah. Jika diemukan virus hepaitis B pada
ibu, ada penanganan yang diakukan untuk ibu hamil dan bayinya.
Rumah Sakit Umum Kertha Usada merupakan salah satu Rumah Sakit di
wilayah Kabupaten Buleleng yang memberikan pelayanan intranatalcare. Melalui
praktek klinik prodi profesi kebidanan, mahasiswa diharapkan dapat memberikan
asuhan persalinan sesuai dengan standar mutu yang berlaku dan kode etik profesi
sesuai kewenangan bidan serta melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Praktik Kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi bertujuan
untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa supaya mampu memberikan
asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi maternal
neonatal pada sasaran masa kehamilan sampai bayi baru lahir serta perencanaan
asuhan sesuai dengan standar asuhan kebidanan secara mandiri, profesional, dan
berkualitas dengan selalu memperhatikan aspek budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
Pada akhir Kepaniteraan Klinik, lulusan profesi bidan diharapkan mampu:
a) Melakukan pengkajian data secara lengkap, jelas, akurat dan fokus pada
kondisi kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi maternal neonatal;
b) Menetapkan diagnosa kebidanan serta masalah Kebidanan dengan
menerapkan cara berpikir kritis pada kolaborasi pada kasus patologi dan
komplikasi maternal neonatal
c) Menyusun diagnosa potensial dan antisipasi tindakan segera pada kondisi
kolaborasi kasus patologi dan komplikasi.
d) Menyusun perencanaan asuhan kebidanan pada kondisi kolaborasi kasus
patologi dan komplikasi
e) Melaksanakan asuhan kebidanan pada kondisi kolaborasi kasus patologi dan
komplikasi
f) Melakukan evaluasi secara komprehensif pada asuhan kebidanan pada kondisi
kolaborasi kasus patologi dan komplikasi
g) Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan holistik pada pada kondisi
kolaborasi kasus patologi dan komplikasi
Penegangan tali pusat terkendali ini dilakukan dengan langkah awal yaitu
memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.Saat mulai
kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah serta lakukan tekanan dorso-kranial
hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.Ketika plasenta sudah
terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dengan mengangkat tali
pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan
dalam wadah.
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati”Hepa” berarti hati
dan “itis” berarti radang.
Hepatitis dapat diartikan peradangan hati (liver), peradangan hati bisa disebabkan
oleh virus, bakteri, dan parasit. (Faisal yatim, 2007). Sedangkan Hepatitis B
adalah virus yang ditularkan melalui darah yang menyebabkan inflamasi hepar.
Ibu bisa mendapat hepatitis dari paparan darah terinfeksi seperti pada gangguan
obat IV atau transfusi darah. (vicky Chapman, 2006).
Hepatitis B bisa kronis pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan
tubuh. Seperti infeksi HIV, diperkirakan dalam setahun, jutaan manusia
meninggal karena terinfeksi virus Hepatitis B dan penderita baru terinfeksi virus
Hepatitis B tetap terjadi 4 minggu juta orang setiap tahunnya. (Faisal yatim,
2007).
Virus dapat hidup dalam tubuh manusia dan chimpanze. Tetapi binatang sebagai
sumber virus alami, belum diketahui, hanya saja virus Heapada yang mendekati
susunan virus Heaptitis B, ditemukan pada beberapa jenis bebek. Tetapi pada
percobaan, virus Hepadma tidak menimbulkan sakit pada manusia.
Semua jaringan tubuh penderita Hepatitis B berpotensi menularkan virus ke orang
lain, seperti :
a. Darah
b. Bagian-bagian darah
c. Air ludah (saliva)
d. Cairan ronga paru (pleura)
e. Cairan ronga perut (eritoneum)
f. Cairan otak dan sumsum tulang belakang
g. Cairan sendi (synovia)
h. Cairan ketuban (Amnion)
i. Cairan mani (semen)
j. Cairan kelamin perempuan (vagina) Penularan virus bisa melalui :
a) Jaringan bawah kulit
b) Pembuluh darah (intravena)
c) Melalui otot (intramuscular)
d) Jaringan tubuh yang diawetkan (fioksasi)
e) Jalur tangan-tinja-mulut (oral-fecal route)
Menurut buku kepustakaan, beruntunglah bahwa infeksi virus Hepatitis B
kronis yang diderita ibu hamil tidak menimbulkan gangguan baik terhadap
ibunya sendiri maupun janin yang dikandungnya, karena belum pernah dilaporkan
bahwa ibu dengan infeksi Hepatitis B kronis menyebabkan bayinya mengalami
kecacatan. Virus Hepatitis B yang menyerang ibu hamil menjadi masalah karena
resiko penularan ke bayi cukup tinggi.
Sebagaimana sudah disebutkan di depan , penularan hepatitis dapat terjadi
secara vertikal (Perinatal) maupun horizontal. Di negara dengan tingkat endemitas
infeksi VHB tinggi (termasuk indonesia), penularan vertikal menjadi faktor utama
penularan VHB. Mencegah penularan infeksi Perintal Mengingatkan begitu besar
resiko penularan (VHB) dari ibu ke bayi, sangatlah penting untuk melakukan
upaya pencegahan. Langkah yang ditempuh adalah melalui pemeriksaan serologi
HbsAg secara rutin terhadap ibu hamil. Dengan diketahuinya status HbsAg ibu
(positif atau negatif) maka upaya yang dilakukan untuk memberikan produksi
terhadap bayi yang dilahirkannya menjadi lebih terarah. Sebagai contoh, setelah
diketahui sang ibu ternyata mengandung HbsAg positif, dengan segera tindakan
pencegahan melalui pemberian vaksinasi dan imunoglobin kepada bayi dapat
dilakukan tanda ditunda-tunda. Berikut, The Advisory Communization Practice
(ACIP) membuat rekomendasi dalam rangka mencegah infeksi perinatal dan
manajemen ibu hamil.
Pencegahan virus Hepatitis B :
a) Kewaspadaan Universal
Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari penderita.
Vaksinasi HB bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting, terutama yang sering
terpapar dengan darah/
b) Skrining HbsAg pada ibu hamil
Skrining HbsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana terdapat
prevelansi/ populasi yang tinggi.
c) Imunisasi
Imunisasi Indonesia termasuk salah satu negara endemis hepatitis B. Pada
daerah endemis, penularan hepatitis B umumnya terjadi secara vertikal, yaitu dari
ibu ke anak. Diperkirakan sekitar 95% penularan terjadi pada masa perinatal dan
5% melalui intra uterin. Karena penularan terjadi di awal kehidupan, maka risiko
hepatitis B menjadi kronik juga tinggi. Oleh karena itu, intervensi yang paling
efektif adalah mencegah transmisi dari ibu ke bayi. Rekomendasi WHO
menyatakan bahwa untuk mengurangi transmisi perinatal maupun transmisi
horizontal adalah dengan memberikan imunisasi hepatitis B sedini mungkin
kurang dari 24 jam setelah lahir. Pada ibu hamil dengan HBsAg positif dan
jumlah virus tinggi, diberikan antivirus pada ibu (lihat pada bab Terapi Pada
Populasi Khusus-Wanita Hamil). Imunisasi adalah salah satu bentuk upaya
pencegahan transmisi hepatitis B. Saat ini, terdapat dua bentuk imunisasi yang
tersedia, yakni imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Imunisasi aktif dicapai dengan memberikan vaksin hepatitis B. Vaksin Hepatitis B
mengandung HBsAg yang dimurnikan. Vaksin hepatitis B berisi HBsAg yang
diambil dari serum penderita hepatitis B yang dimurnikan atau dari hasil
rekombinasi DNA sel ragi. Setiap mL vaksin umumnya mengandung 10-40 µg
protein HBsAg. Vaksin tersebut akan menginduksi sel T yang spesifik terhadap
HBsAg dan sel B yang dependen terhadap sel T untuk menghasilkan antibodi anti
HBs secepatnya 2 minggu setelah vaksin dosis pertama. Pemberian imunisasi
hepatitis B dimulai saat bayi baru lahir, didahului dengan pemberian suntikan
vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Pemberian vaksinasi saat lahir
dibutuhkan sebagai imunoprofilaksis efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B
secara perinatal. Oleh karena itu, semua bayi baru lahir dengan berat lahir
minimal 2000 gram harus menerima vaksin hepatitis B monovalen sesegera
mungkin dalam 12 jam. (KMKRI Nomor hk.01.07/menkes/322/2019)
d. Bahaya Hepatitis
Sebagian yang terinfeksi akan sembuh sendiri dan tidak menetap menjadi
kronik, hanya 2-6% menjadi kronik. Namun, apabila telah terinfeksi dari
kecil/lahir kemungkinan 60% menjadi kronik. Hepatitis kronik akan berkembang
menjadi sirosis (yaitu hati terbentuk jaringan perut, mengecil, dan terjadi
gangguan fungsi hati). Dalam 20 tahun sirosis berkembang menjadi kanker hati.
e. Skrining dan Pengobatan
a) Setiap orang dengan riwayat ikterik, atau berasal dari kelompok resiko
tinggi, harus dilakukan skrining.
b) Sampai sekarang belum ada pengobatan untuk kondisi ini.
c) Pencegahan dengan vaksinasi individu yang kemungkinan beresiko,
seperti bayi yang lahir dari ibu yang menderita hepatitis seperti bidan dan
dokter obstetri.
f. Penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir
Pada ibu hamil dengan HbsAg reaktif tidak dilakukan penangnan khusus
seperti aktivitas fisik tidak perlu dibatasi, tidak perlu mendapatkan perawatan di
Rumah Sakit tetapi perlu di beri penjelasan tentang keadaannya, dimana
seharusnya melahirkan dan adanya penangnan khusus bagi ibu dan bayinya.
(Soemorhardjo, 1990).
1) Indikasi rawat di rumah sakit adalah bila ibu hamil dengan HbsAg disertai
dengan Anemia berat, Diabetes militus, mual-muntah yang berlebihan.
2) setelah melahirkan, ibu dengan HbsAg positif perlu mendapatkan edukasi
berkaitan dengan hal-hal berikut : cara penularan VHB dan pencegahan.
3) Vaksinasi bayi yang terlahir dari ibu dengan HbsAg positif harus
mendapatkan vaksinasi HbsAg. Kandungan dari vaksin Hbig sendiri yaitu
larutan yang dibuat dari plasma yang mengandung protein. HbsAg yang telah
dipurifikasi tanpa mengandung asam nukleat VHB sehingga pemberian
imunisasi Hbig sangat aman untuk mencegah transmisi virus Hepatitis B.
4) Setelah mendapatkan vaksinasi lengkap, pada usia antara 9-18 bulan bayi baru
menjalani pemeriksaan kadar anti HbsAg.
5) Bayi yang lahir dari ibu dengan Heoatitis B memungkinkan untuk disusui,
namun sebaiknya setelah bayi mendapatkan imunisasi Hbig terlebih dahulu.
Dengan catatan tetap menjaga kebersihan peyudara dan puting susu agar
bersih dan tidak terluka saat menyusui anaknya. (Suharjo, 2010).
Menurut Cahyono (2010) persalinan pada ibu yang menderita penyakit
hepatitis dianjurkan untuk operasi sectio caesarea untuk mencegah penularan
perinatal akan tetapi berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa tindakan sectio
caesarea tidak memberikan efek samping nyata terhadap penularan virus hepatitis
B sehingga bisa disimpulkan bahwa ibu yang menderita hepatitis B boleh
melahirkan normal seperti ibu hamil lainnya.
g. Diet ibu yang menderita virus Hepatitis
Makanan yang baik dan sehat untuk tubuh sangatlah penting, untuk menjaga
daya tahan tubuh kita dan agar terhindar dari penyakit ataupun virus- virus,
terutama virus hepatitis . hepaitis sedang mewabah karena masyarakat terbiasa
jajan sembarangan. Fungsi hati bagi manusia diantaranya yaitu membantu dalam
pengolahan zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, dll) dan menetralkan racun,
termasuk obat-obatan yang membahayakan. Virus hepatitis atau peradangan pada
hati dapat mengganggu fungsi tersebut. Namun, pengaturan diet yang tepat dapat
mempercepat pemulihan fungsi hati. Namun kita tidak perlu berkecil hati karena
hati merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki kemampuan yang sangat
tinggi untuk regenerasi/ pemulihan. Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin
dapat mempercepat pemulihan. Namun perlu diingat bahwa pemberian protein
harus disesuaikan dengan toleransi tubuh penderita karena bila berlebih dapat
menyebabkan kadar ammonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang
sehingga timbullah berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan
suatu pengaturan diet yang tepat untuk penderita hepatitis agar diperoleh
pemulihan yang maksimal.
Pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah memberikan makanan cukup
untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa memperberat kerja hati. Syaratnya
adalah sebagai berikut :
1) Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan protein
disesuaikan dengan keadaan penderita.
2) Diet diberikan secara bertahap, disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi
penderita.
3) Cukup vitamin dan mineral.
4) Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.
5) Mudah dicerna dan tidak merangsang.
6) Bahan makanan yang mengandung gas seperti ubi, singkong, kacang merah,
kol, sawi, lobak, nangka, durian dll, dihindari.
7) Bila berat badan berlebihan, harus diturunkan secara bertahap sesuai
kebutuhan penderita.
8) Bahan makanan yang mengandung lemak dan kolestrol dihindari, seperti
ayam dengan kulit, kuning telur, jeroan, udang dan lain-lain.
Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein
Penderita mendapat cukup kalori dengan ukuran 30-35 kalori per kg berat badan
atau sekitar 150-175% dari kebutuhan kalori basal. Makanan yang kaya dengan
karbohidrat sebaiknya diberikan 300-400 g per hari agar dapat melindungi protein
tubuh. Protein atau asam amion diberikan sebanyak 0,75 g per kg berat badan.
Selama ada rasa mual, makanan yang mengandung lemak di batasi karena dapat
menimbulkan rasa mual, kembung dan mencret pada penderita karena aliran
empedunya terhambat (kolestasi).
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PADA “SP” UMUR 33 TAHUN DENGAN G2P1A0 UK 40 MINGGU 1
HARI PRESKEP U PUKA T/H INTRAUTERINE DENGAN HEPATITIS B
+ INPARTU KALA II
DI RUMAH SAKIT UMUM KERTHA USADA
TANGGAL 09 MARET 2023
FORMULIR MUTU
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
Ibu Suami
Nama Ibu “SP” Bapak “YR”
Umur 33 Tahun 37 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Indonesia Indonesia
Pendidikan SD SD
Pekerjaan IRT Sopir
Alamat rumah Jl. Bypass gang pata sari I Kuta
Telepon/HP 081936xxxxxx
Jaminan kesehatan -
2. Alasan berkunjung dan keluhan utama : Ibu mengatakan sakit perut hilang
timbul dan ad rasa ingin meneran, terdapat pengeluaran air dari kemaluan
saat ibu dijalan menuju puskesmas pukul 16.00 wita. gerakan janin
dirasakan aktif
Tgl lahir/
Keha
Jenis Keadaan Keadaan
milan Umur Komplikasi
persalina Penolong Bayi Laktasi anak
ibu dan bayi
an n BB/ sekarang
ke –
ak JK
PB
1. 2020/ 2 P.Spt.b Bidan 3200g L Hepatitis 1.5 sehat
tahun (+) tahun
4. Hamil ini
5. Riwayat Kesehatan
- Penyakit yang sedang atau pernah diderita ibu : Ibu menderita penyakit
Hepatitis ibu mengetahui penyakit hepatitis semenjak hamil anak pertama
- Penyakit keluarga yang menular :Keluarga tidak memiliki penyakit
keluarga yang menular seperti HIV/AIDS,Hepatitis, TBC, PMS
- Riwayat penyakit keturunan :Ibu tidak memiliki penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi dan Jantung
2. Pemeriksaan fisik
a) Wajah : Tidak ada kelainan, tidak oedema, tidak pucat
b) Mata : Conjunctiva : Merah muda , Sclera agak kuning, tidak ada
kelainan
c) Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
d) Leher :Tidak ada kelainan, Tidak ada Pembengkakan kelenjar
limfe ,Bendungan vena jugularis, Pembesaran kelenjar tyroid
e) Dada dan aksila : Simetris , Puting susu menonjol , terdapat pengeluaran
kolostrom, tidak ada kelainan.
f) Abdomen : Pembesaran perut Sesuai umur kehamilan, tidak ada luka
bekas operasi
Palpasi Leopold :
Leopold I : TFU pertengahan pusat px , pada fundus teraba bagian besar,
bundar, lunak
Leopold II : teraba bagian-bagian kecil janin disebelah kanan, teraba satu
bagian keras memanjang seperti papan pada sebelah kiri sisi perut ibu
Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat keras dan lunak
Leopold IV : Posisi tangan Divergen
TFU ( Mc Donald) : 33 cm
TBBJ (Johnson Tausak) :3410 gram
His Kuat frekuensi 5 x/10mnt, durasi 45 detik
Auskultasi : DJJ 132 x/mnt teratur
g) Genetalia dan anus
Vulva terdapat Pengeluaran lendir campur darah , tidak ada oedema dan
bengkak, tidak ada nyeri tekan, Vagina : tidak ada skibala, tidak ada
masa ,Portio tidak teraba Dilatasi : 10 cm Selaput ketuban sudah pecah
warna jernih, Presentasi kepala, Denominator ubun- ubun kecil depan,
Moulage 0, Penurunan Hodge 3 Tidak teraba Bagian kecil janin dan tali
pusat, Anus : tidak ada Haemorrhoid
h) Ekremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, kuku jari tidak pucat dan
tidak ada varises . Refleks patella kanan/kiri :+/+
III.ANALISIS
G2P1A0 Uk 40 mgg 1 hari Preskep U Puka T/H intrauterine dengan Hepatitis B
+ Inpartu Kala II
IV. PELAKSANAAN/PENATALAKSANAAN
P:
P:
P:
A. Simpulan
Pada tanggal 09 Maret 2023 pukul 16.05 wita di RSU Kertha Usada.
dilakukan asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir pada Ibu “SP”
umur 33 tahun G2P1A0 UK 40 minggu 1 Hari preskep U puka T/H
Intrauterin dengan Hepatitis B + PK II dengan melakukan pengkajian data
subjektif dan data objektif. Hasil anamnesa HBSag ibu positif. Persalinan
berlangsung secara spontan, bayi dan ibu dalam kondisi baik.
Penatalaksanaan pada Ibu"SP" telah dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan dan didapatkan hasil Ibu"SP" dalam batas normal, Untuk bayi ibu
“SP” Telah dilakukan imunisasi HBIG dan Hepatitis B 0 untuk mencegah
penularan virus hepatitis dari ibu ke bayi.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik teori dan melatih
diri dalam melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan Patologi sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Bagi Ibu bersalin
Diharapkan bagi setiap ibu bersalin agar bekerjasama dengan bidan dan
antusias mengikuti saran bidan dengan baik sehingga dalam proses
persalinan dapat berlangsung seacara fisiologis, keadaan ibu dan janin
dalam kondisi baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/article/view/17072800006/150-ribu-
orang-potensial-alami- hepatitis-kronis.html
http://jateng-dashboard.rujukan.net/dash2.1/index.php
http://sijariemass.blogspot.com/2016/05/sijariemas.html
Https://id.scribd.com/doc/56861754/diet-pada-hepatitis
Https://m.liputan6.com/health/read/3601716/begini-penangnan-ibu-
hamil-yang-positif-hepatitis- b.
Kemenkes RI. 2014. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2019. Nomor Hk.01.07/Menkes/322/2019
Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hepatitis B
DOKUMENTASI