Bab I
Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
yang penting bagi negara hingga tingkat individu yang kemudian disebut
penting dari pembangunan negara karena telah tercantum dalam beberapa poin
Menurut Tajerin ,et al. (2011) akses pangan dapat berpengaruh terhadap
(2018), angka penduduk miskin di Jawa timur pada Maret 2018 mencapai
4.332,59 ribu jiwa di antaranya terdiri atas 1457,61 ribu jiwa di perkotaan dan
2874,97 ribu jiwa di pedesaan. Selain dari segi aspek ekonomi, ada pula aspek
kepercayaan atau kebiasaan turun temurun, termasuk dalam hal pangan. Salah
benda-benda yang tidak tidak bergizi atau benda non pangan dengan frekuensi
dalam serum, peningkatan kapasitas pengikatan besi total dan juga penurunan
kadar serum ferritin. Walaupun anemia pada ibu hamil relatif disebabkan
dilakukan oleh ibu hamil, maka dapat merujuk pada potensi kondisi anemia
yang lebih buruk di masa kehamilan. Potensi anemia ini dapat dilihat melalui
peningkatan proporsi anemia ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 37,1%
menjadi 48,9% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Hal ini menjadi masalah
gizi yang serius karena berhubungan dengan kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah) (Steer, 2000) serta kematian ibu (WHO, 2015). Oleh karena itu,
taboo, sugesti maupun adat yang behubungan dengan komsumsi makanan oleh
ibu hamil (Mengesha dan Ayele, 2015). Kepercayaan tertentu terhadap makan
juga masih ditemukan di Jawa Timur, salah satunya adalah di Madura (Diana,
et al., 2018) yakni masih ada masyarakat yang percaya bahwa ibu hamil tidak
bekas melahirkan akan susah sembuh atau kering. Adapun di Kabupaten Tuban
juga memiliki tradisi makanan yang cukup unik yang disebut dengan ampo
(Ulfiyatin, 2017). Makanan ini terbuat dari tanah liat yang dikonsumsi sebagai
cemilan oleh ibu hamil yang sedang ngidam maupun kalangan masyarakat
lainnya. Keberadaan budaya makan rendah zat gizi semacam ini dapat
faktor terhadap akses pangan hewani masyarakat. Oleh karena itu perlu
keterkaitan antara akses pangan hewani dan ketahanan pangan rumah tangga
angka kemiskinan mencapai 196.100 jiwa atau sekitar 16,87% pada Maret
2017. Angka ini menduduki posisi kelima untuk kategori kabupaten dengan
jumlah penduduk miskin terbesar se-Jawa Timur. Selain itu, kabupaten ini juga
kapita per bulan) selama periode Maret 2012 hingga 2017 (BPS, 2017).
menurut Susanti, et al. (2014) harga pangan hewani cenderung lebih mahal
dibandingkan dengan bahan makanan lainnya. Selain itu ditinjau dari segi
Selain tingkat kemiskinan yang tergolong tinggi, hal lain yang dapat
merupakan makanan tradisional berupa jajanan yang terbuat murni dari tanah
liat. Saat ini masih tersisa satu produsen ampo di Tuban, tepatnya di Dukuh
langsung dari produsen tersebut, ampo saat ini masih dikonsumsi oleh
sedang ngidam dan juga orang yang sudah tua. Ampo ini masih dikonsumsi
mengonsumsinya.
memenuhi kecukupan gizi ibu hamil. Menurut Yuliani (2010), ampo memiliki
kandungan yang sama dengan tanah liat atau lempung yang belum diolah yakni
lain yang sifatnya dapat mengembang serta menyusut seperti bahan clay. Oleh
karena itu, makanan ampo ini tidak dapat menyumbang protein maupun zat
gizi makro lainnya, terlebih jika dikonsumsi ibu hamil. Hal ini berpotensi
konsumsi makanan sumber zat besi serta tablet tambah darah lengkap.
cakupan pemberian tablet Fe3 (90 butir) pada ibu hamil yakni 92,3% (2015)
menjadi 91,2% (2016). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
“Apakah ada hubungan antara akses pangan hewani dan ketahanan pangan
rumah tangga dengan anemia pada ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan
akses pangan hewani dan ketahanan pangan rumah tangga dengan anemia
Kabupaten Tuban
ketahanan pangan rumah tangga dengan anemia pada ibu hamil di Tuban.
2. Peneliti mampu menerapkan ilmu terkait ketahanan pangan dan gizi yang
kadar hemoglobin.