Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dalam

menjaga kelangsungan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hal

yang penting bagi negara hingga tingkat individu yang kemudian disebut

dengan ketahanan pangan dan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012 tentang pangan. Ketahanan pangan juga merupakan bagian

penting dari pembangunan negara karena telah tercantum dalam beberapa poin

di SDGs (Sustainable Development Goals) yang disepakati oleh United

Nations Development Programme pada tahun 2015 terkait dengan

pemberantasan kelaparan. Ketahanan pangan tidak lepas dari akses pangan

yang dapat dilihat dari aspek ekonomi dan juga fisik.

Menurut Tajerin ,et al. (2011) akses pangan dapat berpengaruh terhadap

tercapainya ketahanan pangan, khususnya dari segi ekonomi atau kesejahteraan

yang meliputi pendapatan, kesempatan kerja, dan harga pangan. Akses

ekonomi terhadap pangan dapat tercermin melalui pendapatan masyarakat

yang masih rendah, khususnya di wilayah pedesaan. Berdasarkan data BPS

(2018), angka penduduk miskin di Jawa timur pada Maret 2018 mencapai

4.332,59 ribu jiwa di antaranya terdiri atas 1457,61 ribu jiwa di perkotaan dan

2874,97 ribu jiwa di pedesaan. Selain dari segi aspek ekonomi, ada pula aspek

fisik yang masih menjadi persoalan di Indonesia karena wilayah pedesaan

cenderungan memiliki kondisi geografis yang beragam.


1

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2

Wilayah pedesaan di Indonesia juga identik dengan banyaknya

kepercayaan atau kebiasaan turun temurun, termasuk dalam hal pangan. Salah

satunya adalah pica yang merupakan gangguan makan dengan mengonsumsi

benda-benda yang tidak tidak bergizi atau benda non pangan dengan frekuensi

yang sering (Khoushabi, et al., 2014). Menurut penelitian Putri (2018)

disebutkan bahwa perilaku pica memungkinkan adanya penurunan zat besi

dalam serum, peningkatan kapasitas pengikatan besi total dan juga penurunan

kadar serum ferritin. Walaupun anemia pada ibu hamil relatif disebabkan

karena perubahan fisiologis (Riskesdas, 2013), jika kebiasaan pica ini

dilakukan oleh ibu hamil, maka dapat merujuk pada potensi kondisi anemia

yang lebih buruk di masa kehamilan. Potensi anemia ini dapat dilihat melalui

peningkatan proporsi anemia ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 37,1%

menjadi 48,9% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Hal ini menjadi masalah

gizi yang serius karena berhubungan dengan kejadian BBLR (Berat Bayi Lahir

Rendah) (Steer, 2000) serta kematian ibu (WHO, 2015). Oleh karena itu,

kebiasaan makan berdasarkan tradisi perlu diperhatikan khususnya bagi

kelompok ibu hamil.

Beberapa faktor lain terkait budaya yang berpengaruh terhadap

kebiasaan makan meliputi kepercayaan, nilai dan norma, pengetahuan, food

taboo, sugesti maupun adat yang behubungan dengan komsumsi makanan oleh

ibu hamil (Mengesha dan Ayele, 2015). Kepercayaan tertentu terhadap makan

juga masih ditemukan di Jawa Timur, salah satunya adalah di Madura (Diana,

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3

et al., 2018) yakni masih ada masyarakat yang percaya bahwa ibu hamil tidak

diperbolehkan mengonsumsi ikan, udang dan cumi-cumi karena khawatir luka

bekas melahirkan akan susah sembuh atau kering. Adapun di Kabupaten Tuban

juga memiliki tradisi makanan yang cukup unik yang disebut dengan ampo

(Ulfiyatin, 2017). Makanan ini terbuat dari tanah liat yang dikonsumsi sebagai

cemilan oleh ibu hamil yang sedang ngidam maupun kalangan masyarakat

lainnya. Keberadaan budaya makan rendah zat gizi semacam ini dapat

berpotensi menimbulkan adanya masalah gizi.

Berdasarkan akses pangan tersebut dapat dilihat bahwa Indonesia

khususnya wilayah Jawa Timur memiliki potensi untuk mengalami kerawanan

pangan. Pendapatan golongan menegah ke bawah, keadaan geografis serta

keberagaman kepercayaan dan kebiasaan terkait pangan menjadi beberapa

faktor terhadap akses pangan hewani masyarakat. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian mengenai gambaran kebiasaan konsumsi ampo serta

keterkaitan antara akses pangan hewani dan ketahanan pangan rumah tangga

dengan anemia pada ibu hamil.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data BPS (2017), Kabupaten Tuban diketahui memiliki

angka kemiskinan mencapai 196.100 jiwa atau sekitar 16,87% pada Maret

2017. Angka ini menduduki posisi kelima untuk kategori kabupaten dengan

jumlah penduduk miskin terbesar se-Jawa Timur. Selain itu, kabupaten ini juga

mengalami peningkatan garis kemiskinan sebesar 28,89% (Rp. 67.719 per

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4

kapita per bulan) selama periode Maret 2012 hingga 2017 (BPS, 2017).

Ditinjau dari data tersebut, penduduk Tuban berpotensi untuk mengalami

keterbatasan akses terhadap pangan terutama kelompok pangan hewani yang

menurut Susanti, et al. (2014) harga pangan hewani cenderung lebih mahal

dibandingkan dengan bahan makanan lainnya. Selain itu ditinjau dari segi

wilayah, Kabupaten Tuban memilki banyak wilayah pedesaan. Pangsa

pengeluaran pangan hewani oleh penduduk pedesaan tergolong lebih rendah

dibandingkan perkotaan, dengan kecenderungan proporsi pengeluaran pangan

hewani penduduk desa lebih mengarah ke ikan sedangkan penduduk perkotaan

mengarah ke daging, telur dan susu (Mustofa, 2015).

Selain tingkat kemiskinan yang tergolong tinggi, hal lain yang dapat

mempengaruhi aspek konsumsi pangan hewani di Tuban adalah adanya budaya

konsumsi makanan tradisional yang rendah kandungan gizi, salah satunya

adalah ampo. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ulfiyatin (2017) ampo

merupakan makanan tradisional berupa jajanan yang terbuat murni dari tanah

liat. Saat ini masih tersisa satu produsen ampo di Tuban, tepatnya di Dukuh

Trowulan Desa Bektiharjo Kecamatan Semanding. Menurut keterangan

langsung dari produsen tersebut, ampo saat ini masih dikonsumsi oleh

masyarakat sekitar dengan kecenderungan konsumen yakni ibu hamil yang

sedang ngidam dan juga orang yang sudah tua. Ampo ini masih dikonsumsi

karena dipercaya dapat memberikan efek nyaman pada perut setelah

mengonsumsinya.

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5

Ampo sendiri tidak memiliki kandungan yang dianjurkan untuk

memenuhi kecukupan gizi ibu hamil. Menurut Yuliani (2010), ampo memiliki

kandungan yang sama dengan tanah liat atau lempung yang belum diolah yakni

montmorillonite, nontronite, polygoskite, sepiolit, kaolin, vermikulit dan lain-

lain yang sifatnya dapat mengembang serta menyusut seperti bahan clay. Oleh

karena itu, makanan ampo ini tidak dapat menyumbang protein maupun zat

gizi makro lainnya, terlebih jika dikonsumsi ibu hamil. Hal ini berpotensi

menimbulkan masalah anemia masa kehamilan jika tidak diimbangi dengan

konsumsi makanan sumber zat besi serta tablet tambah darah lengkap.

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Tuban, diketahui terjadi penurunan

cakupan pemberian tablet Fe3 (90 butir) pada ibu hamil yakni 92,3% (2015)

menjadi 91,2% (2016). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai

gambaran kebiasaan konsumsi ampo, hubungan akses pangan hewani dan

ketahanan pangan rumah tangga dengan anemia di Desa Bektiharjo,

Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

ditemukan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan antara akses pangan hewani dan ketahanan pangan

rumah tangga dengan anemia pada ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan

Semanding, Kabupaten Tuban ?”

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis gambaran kebiasaan konsumsi ampo serta hubungan antara

akses pangan hewani dan ketahanan pangan rumah tangga dengan anemia

pada ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan

Semanding, Kabupaten Tuban

2. Mengetahui karakteristik akses pangan hewani berupa pangsa pengeluaran

pangan hewani oleh ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding,

Kabupaten Tuban

3. Mengidentifikasi status ketahanan pangan rumah tangga ibu hamil di Desa

Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban

4. Mengidentifikasi status anemia ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan

Semanding, Kabupaten Tuban

5. Mengidentifikasi gambaran budaya konsumsi berupa kebiasaan konsumsi

ampo dan food taboo ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan

Semanding, Kabupaten Tuban

6. Menganalisis hubungan akses pangan hewani dengan anemia ibu hamil di

Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban

7. Menganalisis hubungan ketahanan pangan rumah tangga dengan anemia

ibu hamil di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7

1.4.3 Manfaat Penelitian

1.4.3.1 Bagi Peneliti

1. Peneliti mendapat pengalaman dan pengetahuan secara langsung terkait

hubungan kebiasaan konsumsi ampo, akses pangan hewani, dan status

ketahanan pangan rumah tangga dengan anemia pada ibu hamil di Tuban.

2. Peneliti mampu menerapkan ilmu terkait ketahanan pangan dan gizi yang

telah dipelajari di bangku perkuliahan.

1.4.3.2 Bagi Program Studi S1 Gizi Universitas Airlangga

Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan serta

menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terkait bidang ketahanan

pangan dan gizi.

1.4.3.3 Bagi Responden

Responden penelitian mengetahui status anemia kehamilan melalui uji

kadar hemoglobin.

SKRIPSI HUBUNGAN AKSES PANGAN ... ERIKE DUWI NURDINI

Anda mungkin juga menyukai